Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lidah merupakan kumpulan otot rangka pada dasar mulut yang dapat

membantu mencerna makanan dengan membantu mengunyah dan menelan

makanan. Anatomi klinis lidah dilapisi beberapa jenis papila yang berlainan pada

permukaannya, yaitu filiformis, fungiformis, vallata, dan foliata. Fungsi lidah

antara lain adalah sebagai alat dalam proses pengunyahan, penelanan, artikulasi

dan pengecapan (Bath-Balogh dan Fehrenbach, 2006; Gould, 2009). Lidah yang

tidak sesuai dengan struktur anatomi dan fisiologi normal dapat mengalami suatu

kelainan, salah satunya adalah geographic tongue.

Geographic tongue atau sering disebut benign migratory glossitis atau

erythema migrans merupakan suatu kondisi inflamasi tanpa gejala yang mengenai

lidah dengan etiologi yang tidak diketahui sampai saat ini (Shahzad dkk., 2014).

Menurut Neville dkk. (2009) dan Childers (2012) melaporkan bahwa geographic

tongue dapat terjadi di mukosa mulut selain lidah, yaitu mukosa bukal, labial,

dasar mulut atau palatum. Kondisi tersebut disebut ectopic geographic tongue

atau geographic stomatitis. Geographic tongue bersifat asimtomatik, tetapi

beberpa kondisi menunjukkan adanya rasa nyeri, tidak nyaman pada lidah, atau

sensasi terbakar. Gejala-gejala tersebut dapat diperparah dengan kontak makanan

pedas atau asam. Karakteristik klinis geographic tongue menurut Shahzad dkk.

(2014) ditandai area kemerahan dengan garis atau pita keabu-abuan atau putih

yang melingkar dengan bentuk tidak teratur pada dorsal lidah dan mengalami

depapilasi.

1
Penegakan diagnosis geographic tongue dilakukan dengan cara menggali

riwayat lesi dan melakukan pemeriksaan klinis pada pasien (Childers, 2012;

Crighton, 2013; Varoni dan Decani, 2016; Kelsch, 2016). Diagnosis banding

geographic tongue antara lain adalah kanker mulut, lichen planus, kandidiasis,

dan stomatitis kontak. Lesi-lesi tersebut memiliki persamaan dengan geographic

tongue, tetapi masing-masing lesi tersebut memiliki penatalaksanaan yang

berbeda, sehingga kesalahan diagnosis harus dihindari (Kelsch, 2016).

Kesalahan diagnosis dapat menimbulkan kesalahan terapi, penundaan

terapi, tuntutan malpraktek dan kerugian-kerugian lain. Akibat-akibat kesalahan

diagnosis sebisa mungkin harus dihindari oleh tenaga medis khususnya dokter

gigi. Dokter gigi dituntut untuk mampu melakukan prosedur diagnosis dengan

benar (Hanafiah dan Amir, 2009). Hal tersebut dilakukan supaya diagnosis yang

didapat merupakan diagnosis yang akurat. Dasar-dasar tersebut menjadi alasan

bahwa penelitian mengenai akurasi diagnosis geographic tongue penting untuk

dilakukan.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah akurasi diagnosis

kelainan geographic tongue berdasar penetapan kriteria klinis yang dikaji pada

rekam medis Klinik Penyakit Mulut RSGM Prof. Soedomo dari tahun 2011-2015?

2
C. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai akurasi diagnosis kelainan geographic tongue

berdasar penetapan kriteria klinis – Kajian pada rekam medis Klinik Penyakit

Mulut RSGM Prof. Soedomo dari tahun 2011 – 2015, sejauh penulis ketahui

belum pernah dilakukan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui akurasi diagnosis kelainan

geographic tongue berdasar penetapan kriteria klinis yang dikaji dari rekam medis

Klinik Penyakit Mulut RSGM Prof. Soedomo dari tahun 2011-2015.

E. Manfaat Penelitian

sManfaat yang diharapkan dari penelitian tersebut yaitu:

1. Memberi dorongan kepada mahasiswa co-ass supaya melakukan

penegakan diagnosis secara akurat.

2. Sebagai pengetahuan untuk operator dan mahasiswa dalam akurasi

penegakan diagnosis khususnya pada kelainan geographic tongue yang

didasarkan pada kriteria klinis.

3. Sebagai pengetahuan untuk masyarakat luas tentang lesi geographic

tongue.

4. Sebagai acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai