Anda di halaman 1dari 9

[LAPORAN KASUS]

Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia


66 Tahun Riwayat Perokok Aktif dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga
di Kecamatan Tanjung Sari Natar
Fitria Saftarina, Dian Isti Anggraini, Muhammad Ridho
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang dikarenakan hambatan pada saluran nafas yang tidak
sepenuhnya reversibel. Hambatan ini bersifat progresif serta berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel
atau gas beracun dan berbahaya. Seorang pria berusia 66 tahun, didiagnosis PPOK dengan kekhawatiran terjadinya
pemberatan pada penyakitnya. Memiliki risiko internal yaitu usia 66 tahun, riwayat merokok sejak usia 30 tahun sebanyak
10 batang per hari, kurangnya pengetahuan tentang PPOK, serta kurangnya higienitas diri. Faktor risiko eksternal yaitu
kurangnya dukungan dan pengetahuan keluarga mengenai penyakit pasien. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapati
sesak nafas dan batuk berdahak bewarna putih, penggunaan otot bantu pernafasan, barrel chest (+), ronkhi dan wheezing
(+). Dilakukan intervensi terhadap pasien dan keluarga tentang penyakitnya, bahaya merokok, menjaga higienitas serta
pentingnya tindakan preventif untuk mencegah komplikasi penyakitnya dalam 4 kali kunjungan rumah. Pada evaluasi
ditemukan pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya, perubahan perilaku pasien, higienitas yang membaik serta
gejala yang diderita pasien sudah mulai berkurang. Penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan harus membutuhkan
kerjasama yang bersifat berkesinambungan dan terus menerus antara pasien, keluarga serta petugas kesehatan agar tidak
terjadi perburukan dan mengalami komplikasi.

Kata kunci: pelayanan dokter keluarga, PPOK

Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease in Male Patients


Aged 66 Years History of Active Smokers with A Family Medicine Approach in
The District Tanjung Sari Natar
Abstract
Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a disease due to constraints on the airways that is not fully reversible. This
obstruction is progressive and associated with an inflammatory response of the lung to particles or toxic gases and
dangerous. A man aged 66 years, diagnosed with COPD with fears of a weighting on the disease. Having internal risks are
age 66 years, history of smoking since the age of 30 years as many as 10 cigarettes per day, lack of knowledge of COPD, as
well as the lack of hygiene themselves. External risk factors, namely the lack of support and knowledge about the disease
the patient's family. On history and physical examination found to shortness of breath and coughing with phlegm white
colored, use a respirator muscles, barrel chest (+), rhonki and wheezing (+). Intervention to patients and families about the
disease, the dangers of smoking, maintain hygiene and the importance of preventive measures to prevent complications of
the disease in four visits to their home. In the evaluation found adequate knowledge about the disease, changes in patient
behavior, improved hygiene and symptoms suffered by patients has begun to decrease. Chronic disease can’t be cured
must require collaboration sustainable and continuous among patients, families and health care workers to prevent
exacerbations and complications.

Keywords: COPD, family care medicine

Korespondensi: Muhammad Ridho, alamat Jl. Pangeran Tirtayasa No.11 Sukabumi, Bandar Lampung, HP 085789987987,
email R_dho94@yahoo.co.id

Pendahuluan terbanyak nomor tiga ialah PPOK setelah


Penyakit paru obstuksi kronis (PPOK) penyakit jantung koroner dan stroke.3
merupakan penyakit yang dikarenakan Data penderita PPOK di Amerika Serikat
hambatan pada saluran nafas yang tidak pada tahun 2007 menunjukkan bahwa pada
sepenuhnya reversibel.1 Hambatan ini bersifat laki-laki sebesar 11,8% dan perempuan 8,5%
progresif serta berhubungan dengan respon mengidap PPOK. Sedangkan prevalensi PPOK
inflamasi paru terhadap partikel atau gas di negara-negara Asia Tenggara prevalensi
beracun dan berbahaya.2 Tahun 2020 World tertinggi terdapat di Vietnam (6,7%) dan China
Health Organization (WHO) memperkirakan (6,5%) dari total penduduknya.4 Indonesia
penyakit yang dapat menyebabkan kematian tidak ada data yang akurat tentang PPOK.
Namun, hasil survei penyakit tidak menular

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 143


Muhammad Ridho |Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok

oleh Dirjen PPM & PL di lima rumah sakit merupakan masalah kompleks pada pasien
propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa dan keluarganya. Hal ini dipengaruhi oleh
Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera masalah internal dan eksternal dari pasien
Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK maupun keluarga pasien. Dibutuhkan
menempati urutan pertama penyumbang partisipasi dan dukungan pelaku rawat
angka kesakitan (35%), diikuti asma bronkial keluarga yang optimal dalam memotivasi,
(33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%). Hal mengingatkan, serta memperhatikan pasien
tersebut menunjukkan bahwa PPOK cukup dalam penatalaksanaan penyakitnya. Pada
banyak kasus yang kita jumpai dibandingkan penerapannya, pelayanan kedokteran
penyakit saluran nafas non-infeksi lainnya.5 keluarga sangat cocok diterapkan pada pasien
Adapun faktor yang berperan dalam PPOK. Hal ini dikarenakan pada pelayanan
peningkatan penyakit tersebut ialah kebiasaan kedokteran keluarga bersifat holistik,
merokok yang masih tinggi baik perokok aktif, komperhensif, kotinu, koordinatif, dan
pasif ataupun bekas perokok; polusi udara kolaboratif.7
terutama di kota besar, di lokasi industri, dan
di pertambangan; terjadi pada lansia; riwayat Kasus
infeksi saluran napas bawah berulang (seperti Pasien Tn. N usia 66, bekerja sebagai
bronkitis, TB); defisiensi antitripsin alfa – 1 petani datang dengan keluhan sesak nafas
(genetik).2 Sedangkan gejala yang ditimbulkan yang dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Sesak
pada pasien PPOK berupa sesak nafas, batuk nafas dirasakan setiap saat dan makin
disertai dengan sputum, aktifitas yang memberat jika pasien merokok. Keluhan
terbatas, penurunan berat badan.4 PPOK lainnya pasien mengalami batuk berdahak
merupakan salah satu faktor risiko penyakit bewarna putih, kental, dan tidak disertai
kardiovaskuler yang diakibatkan oleh proses darah. Batuk dirasakan terutama pada pagi
inflamasi sistemik dan jantung merupakan hari. Pasien juga mengaku mengalami
salah satu organ yang sangat dipengaruhi oleh penurunan berat badan yang signifikan, dari
progresitas PPOK. PPOK merupakan penyebab 65 kg menjadi 55 kg. Selain itu pasien juga
utama hipertensi pulmoner dan korpulmonal mudah lelah, sehingga sudah 6 bulan ini
yang memberikan kontribusi 80-90% dari pasien tidak lagi bekerja sebagai petani di
seluruh kasus penyakit paru. Hipertensi sawah. Pada 6 bulan yang lalu pasien datang
pulmoner pada PPOK terjadi akibat efek berobat ke puskesmas, dan didiagnosa PPOK.
langsung asap rokok terhadap pembuluh Sehingga pasien setiap bulan mengontrol
darah intrapulmoner. Hipertensi pulmoner penyakitnya, namun pasien mengeluhkan
pada PPOK biasanya disertai curah jantung penyakitnya tidak kunjung sembuh dan pasien
normal dan insidens hipertensi pulmoner juga mengeluhkan sesak dan batuknya
diperkirakan 2-6 per 1.000 kasus. Selain itu, semakin bertambah.
PPOK juga dapat menyebabkan osteoporosis Pada riwayat penyakit dahulu, pasien
yang disebabkan oleh faktor seperti malnutrisi tidak pernah mengalami gejala yang serupa.
yang menetap, merokok, penggunaan steroid Namun pada riwayat keluarga, pasien
dan inflamasi sistemik.6 mengaku ayahnya dahulu pernah mengidap
Terapi PPOK bersifat medikamentosa penyakit dengan gejala yang sama tetapi ayah
dan non-medikamentosa. Dimana pada pasien tidak pernah mengontrolnya
medikamentosa berupa pemberian kepuskesmas. Untuk riwayat lingkungan,
bronkodilator, kortikosteroid, mukolitik, dan tetangga pasien tidak ada yang menderita
lain-lain. Sedangkan terapi pada non- penyakit seperti ini dan lingkungan rumah
medikamentosa yaitu berupa edukasi tentang pasien merupakan daerah yang penuh debu
penyakit tersebut kepada pasien dan dan berasap. Riwayat pribadi, pasien merokok
keluarganya, berhenti merokok, serta sejak remaja hingga saat ini sekitar 30 tahun
menghindari faktor yang dapat memperberat lamanya dan dalam sehari pasien mampu
terjadinya PPOK seperti debu, asap rokok, dan menghabiskan 10 batang rokok linting. Pasien
polusi udara lainnya. Pada prinsipnya, terapi mengaku tidak pernah memakai narkoba
pada pasien PPOK ialah menangani keadaan ataupun meminum minuman beralkohol.
eksaserbasi akut dan mencegah perburukan Anggota keluarga lain yang tinggal satu rumah
dari PPOK itu sendiri.2 Oleh karena itu, PPOK dengan pasien tidak ada yang merokok.

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 144


Muhammad Ridho |Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok

Selain itu pasien biasanya makan tiga Data Keluarga


kali sehari. Makanan yang dimakan cukup Bentuk keluarga pada pasien ini adalah
bervariasi. Namun pasien cenderung lebih keluarga ekstended yang terdiri dari suami,
banyak mengkonsumsi karbohidrat seperti istri, anak, dan cucu. Menurut siklus Duvall,
mie instan, singkong, jagung, nasi. Kebiasaan siklus keluarga ini berada pada tahap VIII
buruk lainnya ialah, pasien jarang dimana keluarga dalam masa lansia. Tidak
mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran. terdapat gangguan pada fungsi keluarga.
Pola pengobatan pasien dan anggota keluarga
bersifat kuratif yakni pasien berobat apabila
terdapat keluhan yang dirasa mengganggu
aktivitas.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/70 mmHg Keterangan:
Nadi : 94 x/menit : Laki-laki
Nafas : 33 x/menit : Perempuan
Suhu : 36,50C : Pasien
Berat Badan : 55 kg : Laki-laki meninggal sakit paru
Tinggi Badan : 169 cm : Perempuan meninggal
Status Gizi : IMT 19,25 (normal) : Tinggal serumah
Status generalis berupa kepala, mata,
mulut, telinga, hidung, tenggorokan, leher, Gambar 1. Genogram
abdomen dalam batas normal.
Pada pemeriksaan thorax didapati
inspeksi tampak penggunaan otot bantu
pernafasan, barrel chest (+); palpasi didapati
penurunan dari femitus taktil, ictus cordis
terba di sela iga V; perkusi didapati bunyi
hipersonor pada kedua lapang paru; auskultasi
berupa bunyi vesikuler melemah disertai
ronkhi dan wheezing yang positif (+).
Status neurologis: reflek fisiologis
normal, reflek patologis (-) Keterangan:
: Pasien
Motorik : 5 5 : Perempuan
: Laki-laki
5 5 : Hubungan erat

Sensorik : + + Gambar 2. Hubungan antar keluarga


+ +
Tabel 1. Family apgar skor
Status Lokalis : Tidak Ada Family Apgar Score Score
A Saya puas bahwa saya
Pemeriksaan Laboratorium dapat kembali ke 2
Pemeriksaan spesimen dahak sewaktu keluarga saya bila saya
pagi sewaktu/ pemeriksaan BTA (basil tahan menghadapi masalah.
asam) didapati hasil negatif (-). Yang artinya P Saya puas dengan cara
tidak terdapat Microbacterium Tuberculosis keluarga saya 2
pada pasien. membahas dan
membagi masalah
dengan saya.

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 145


Muhammad Ridho |Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok

G Saya puas dengan cara R Saya puas dengan cara


keluarga saya keluarga saya dan saya 2
menerima dan 2 membagi waktu
mendukung keinginan bersama sama.
saya untuk melakukan Total Score 10
kegiatan baru atau arah
hidup yang baru. Total Family Apgar score 10 (nilai 8-10; fungsi
A Saya puas dengan cara keluarga baik)
keluarga saya
mengekspresikan kasih 2 Keterangan :
sayangnya dan 0 : kurang/ tidak pernah
merespon emosi saya 1 : kadang-kadang
seperti kemarahan, 2 : sering/ selalu
perhatian dll

Gaya hidup:
Pemenuhan
kebutuhan primer
kualitas pertama
Ling. Psiko-Sosio-Ekonomi
Perilaku dan kesehatan  Pendapatan keluarga
 Higiene pribadi dan rendah
lingkungan kurang  Kehidupan sosial dan
 Berobat jika hanya lingkungan baik
ada keluhan FAMILY

Lansia
PASIEN
Pelayanan PPOK (sesak Ling.kerja: Baik
kesehatan: jarak nafas, batuk Perokok
rumah ke yankes berdahak)
cukup jauh aktif

Lingkungan Fisik:
 Ventilasi dan penerangan
Faktor Biologi: didalam rumah kurang
-  Higienitas rumah/
kebersihan rumah kurang
(debu,dll)

KOMUNITAS
Pemukiman padat, dengan
sanitasi buruk dan dekat
dengan jalan raya

Gambar 3. Mandala of health pasien Tn. N usia 66 tahun dengan PPOK

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 146


Muhammad Ridho |Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok

Data lingkungan rumah - Pola makan pasien yang tinggi


Pasien tinggal bersama dengan istri, karbohidrat dan sedikit serat. Hal ini
anak perempuannya, menantu laki-laki, dan ditunjukkan dari anamnesis mengenai
kedua orang cucu yaitu laki-laki dan kebiasaan pasien mengkonsumsi
perempuan. Jumlah anggota keluarga yang makanan.
tinggal adalah enam orang. Rumah berukuran 4. Aspek Psikososial Keluarga dan Lingkungan
12m x 7m, tidak bertingkat, memiliki tiga buah - Kurang pemahaman keluarga mengenai
kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, satu tentang penyakit paru obstruktif kronis.
kamar mandi, dan dapur. Lantai rumah (ICD-10-Z 55.9).
sebagian di keramik dan sebagian tidak. - Higienitas keluarga/ rumah yang kurang
Dinding terbuat dari tembok. Penerangan baik (seperti berdebu dan kotor) yang
menggunakan listrik dan ventilasi udara dapat memperberat gejala PPOK.
kurang baik, hal ini dapat ditunjukkan dengan - Anggota keluarga merokok dan
tidak adanya jendela pada kamar pasien tetangga pasien merokok.
sehingga kamar tidur pasien tampak pengap. 5. Derajat Fungsional: 2, yaitu mampu
Rumah tampak kurang bersih dikarenakan melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di
rumah dekat dengan jalan raya yang dalam dan diluar rumah.
menyebabkan banyaknya debu-debu di sekitar
rumah maupun di dalam rumah. Intervensi
Kamar mandi terpisah dari rumah Non-medikamentosa:
dengan sanitasi yang kurang bersih dan - Edukasi tentang penyakit yang di derita
menggunakan jamban jenis jongkok di oleh pasien dan komplikasinya kepada
dalamnya. Dapur beralaskan semen terlihat pasien maupun keluarganya.
cukup bersih dan rapi. Sumber air berasal - Edukasi kepada pasien bahwa PPOK tidak
sumur gali yang berada di belakang dapur dan dapat disembuhkan namun hanya dapat
sudah dipasang pompa air. Berjarak dengan dikontrol/ dicegah agar tidak terjadi
septik tank lebih dari 5 meter, digunakan perburukan dan penatalaksanaannya
sehari-hari untuk minum, mandi dan mencuci. bersifat seumur hidup.
Limbah dialirkan ke selokan yang berbarengan - Edukasi kepada pasien dan keluarganya
dengan kamar mandi. Rumah berada di tentang obat-obatan yang dikonsumsi oleh
lingkungan yang padat penduduknya, dengan pasien, berupa kerjanya dan efek
kondisi lingkungan yang kurang baik. sampingnya.
- Konseling tentang bahaya merokok.
Diagnostik Holistik Awal - Konseling terhadap faktor resiko
1. Aspek Personal lingkungan seperti debu, asap rokok.
- Alasan kedatangan: sesak napas dan - Konseling dan motivasi kepada pasien dan
batuk berdahak. keluarga untuk menerapkan pola hidup
- Kekhawatiran: khawatir sakit semakin sehat.
memburuk sehingga mengganggu - Konseling kepada keluarga pasien tentang
aktivitas sehari-hari. pentingnya memberi dukungan kepada
- Harapan: dapat sembuh dari penyakit pasien dan mengawasi pengobatan.
sehingga bisa beraktivitas dengan baik. - Memberikan edukasi segala hal tentang
- Persepsi: sesak nafas dan batuk ppok dan pengaturan pola gaya hidup yang
berdahak semakin berat. sehat. Mengenai olahraga yang minimal
2. Aspek Klinik dilakukan 3x/minggu selama ± 30 menit
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (ICD-10- serta diet pada pasien ppok (diet rendah
J41.1) (ICPC-2-R95) karbohidrat).
3. Aspek Risiko Internal - Konseling pasien dan keluarga pasien
- Laki-laki usia 66 tahun. mengenai pentingnya prinsip preventif dari
- Memiliki riwayat merokok aktif. pada kuratif.
- Kurangnya pengetahuan tentang Medikamentosa:
penyakit yang diderita (ICD-10-Z55.9). - Salbutamol tablet 4 mg 3x1
- Paparan debu di lingkungan kerja dan - Dexametason tablet 0,5 mg 3x1
rumah (ICD-10-Z57.2). - Acetylcysteine tablet 200mg 3x1

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 147


Muhammad Ridho |Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok

Intervensi dalam 4 kali kunjungan Pembahasan


rumah. Tindakan : Behaviour Treatment yaitu Pada pasien ini setelah dilakukan
mengurangi faktor yang menimbulkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat
kekambuhan seperti menjauhi paparan debu ditegakkan diagnosis yaitu PPOK. PPOK adalah
dengan menggunakan masker, menjauhi asap penyakit saluran pernafasan ditandai oleh
rokok, berolahraga secara rutin seperti hambatan udara di saluran nafas yang dapat
berjalan kaki, dan segera berobat apabila dicegah dan diobati, bersifat progresif
serangan batuk dan sesak timbul. ireversibel. PPOK terdiri dari bronkitis kronik
dan emfisema atau gabungan keduanya.
Diagnostik Holistik Akhir Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran
1. Aspek Personal napas yang ditandai oleh batuk kronik
- Alasan kedatangan: sesak napas dan berdahak minimal 3 bulan dalam setahun,
batuk berdahak berkurang. sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut,
- Kekhawatiran: Pasien merasa tidak disebabkan penyakit lainnya. Sedangkan
kekhawatirannya sudah berkurang. emfisema yaitu suatu kelainan anatomis paru
- Harapan: gejala yang dirasakan pasien yang ditandai oleh pelebaran rongga udara
sudah mulai berkurang, walaupun tidak distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan
sesuai harapan pasien yaitu dapat dinding alveoli.8 Adapun faktor resiko dari
sembuh dari penyakitnya. PPOK ialah:
2. Aspek Klinik 1. Genetik
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (ICD 10- 2. Partikel
J41.1) (ICPC-2-R95). a. Asap tembakau, atau asap rokok.
3. Aspek Risiko Internal Derajat pencatatan riwayat merokok
- Laki-laki usia 66 tahun. dilhat dari apakah pasien perokok aktif,
- Pasien sudah berhenti merokok. Hal ini pasif atau bekas perokok. Kemudian
dibuktikan dari pengakuan keluarga derajat berat merokok berdasarkan
maupun tetangga pasien bahwa pasien indeks Brinkman, yaitu perkalian jumlah
sudah tidak merokok lagi. rata-rata batang rokok dihisap sehari
- Pasien memahami tentang penyakit dikalikan lama merokok dalam tahun
yang dideritanya. diinterpretasikan:9
- Pengetahuan yang cukup tentang gizi - Ringan: 0 – 200
seimbang dan mulai membiasakan - Sedang: 200 – 600
makan dengan pola makan yang - Berat: > 600
teratur. b. Debu dan bahan kimia
- Pasien sudah memahami dan c. Polusi di dalam rumah
menghindari faktor pencetus timbulnya d. Polusi di luar rumah
sesak serta mulai menggunakan masker 3. Pertumbuhan dan perkembangan paru
saat di luar rumah. 4. Stress Oksidatif 10
4. Aspek Psikososial Keluarga 5. Gender
- Keluarga memahami tentang penyakit 6. Infeksi
yang diderita oleh pasien sehingga 7. Status Sosial Ekonomi
keluarga membantu dan mendukung 8. Nutrisi8
pasien dalam mengobati serta Pada pasien ini didapati merokok
mencegah agar penyakitnya tidak sebanyak rata-rata sehari 10 batang dengan
menjadi lebih berat. lama 30 tahun, sehingga jika dilakukan
- Keluarga memahami tentang penilaian derajat berat merokok berdasarkan
pentingnya menjaga kebersihan indeks Brinkman maka di dapati total 300.
lingkungan agar gejala yang di derita Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
pasien tidak semakin memberat. Seperti dalam kategori perokok sedang. Hal inilah
menyapu dan mengepel rumah setiap yang merupakan salah satu faktor pasien
hari. menderita PPOK.
5. Derajat Fungsional: 1 yaitu mampu Riwayat makan, pasien lebih banyak
melakukan pekerjaan seperti sebelum mengkonsumsi karbohidrat dibanding dengan
sakit. serat. Padahal dibandingkan dengan

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 148


Muhammad Ridho |Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok

makronutrien lain, dan lemak pada khususnya, 1, spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥
karbohidrat menghasilkan CO2 terbesar. 80%.
Sedangkan apabila terjadi peningkatan CO2 3. Derajat II (PPOK sedang)
pada pasien PPOK akan menyebabkan dapat Gejala klinis: dengan atau tanpa batuk,
lebih lanjut memperburuk ventilasi. Pasien dengan atau tanpa produksi sputum, sesak
PPOK penting untuk mendapatkan energi dan napas derajat sesak 2 (sesak timbul pada
protein yang cukup untuk mempertahankan saat aktivitas). Spirometri: FEV1 < 70%;
berat badan. Latihan fisik juga diperlukan 50% < FEV1 < 80%.
pasien PPOK. Dukungan nutrisi dikombinasi 4. Derajat III (PPOK berat)
dengan latihan fisik sebagai bagian dari Gejala klinis: sesak napas derajat sesak 3
program rehabilitasi telah menunjukkan dan 4, eksaserbasi lebih sering terjadi,
dampak yang baik pada peningkatan berat spirometri: FEV1 < 70%; 30% < FEV1 < 50%.
badan, massa bebas lemak, dan kekuatan otot 5. Derajat IV (PPOK sangat berat)
pernafasan pada pasien PPOK stabil.11 Gejala klinis: pasien derajat III dengan gagal
Pasien mengeluhkan sesak nafas dan napas kronik, disertai komplikasi kor
batuk berdahak bewarna putih, serta pada pulmonale atau gagal jantung kanan,
pemeriksaan fisik didapati barrel chest (+) dan spirometri: FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30%.
rhonki serta wheezing (+). Hal ini sesuai Skala sesak berdasarkan GOLD tahun 2017:
dengan pendapat Sylvia A. Price dalam - 0 = Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas
bukunya berupa “Patofisiologi tahun 2006” berat.
yaitu terdapat beberapa tanda dan gejala dari - 1 = Sesak mulai timbul bila berjalan cepat
PPOK, antara lain: dispneu, batuk, pink puffer, atau naik tangga 1 tingkat.
produksi sputum, barrel chest, ronkhi atau - 2 = Berjalan lebih lambat karena merasa
wheezing. sesak.
1. Pink Puffer ialah timbulnya dispneu tanpa - 3 = Sesak timbul bila berjalan 100 m atau
disertai batuk dan produksi sputum yang setelah beberapa menit.
berarti. Biasanya dispneu timbul antara - 4 = Sesak bila mandi atau berpakaian.
usia 30 – 40 tahun dan semakin lama Pada pasien ini menderita PPOK derajat
semakin berat. Pada penyakit yang sudah ringan, hal ini dikarenakan walaupun tidak
lanjut pasien akan kehabisan napas dilakukan pemeriksaan spirometri yang
sehingga tidak lagi dapat makan dan disebabkan ketidaktersediaan alat di
tubuhnya bertambah kurus. Pada pasien ini puskesmas, namun dapat di tegakkan
mengalami penurunan berat badan yang bedasarkan gejala yang diderita oleh pasien.
signifikan, dari 65 kg menjadi 55 kg. Penatalaksanaan non-medikamentosa
2. Barrel chest berupa kondisi dimana letak pada kasus ini berupa edukasi kepada pasien
dari diafragma lebih rendah dan bergerak dan keluarganya tentang penyakit yang ia
tidak lancar, kifosis, diameter antero- derita seperti penyebab penyakit, faktor
posterior bertambah, jarak tulang rawan pemberat dari penyakit, gejala, dan terapi
krikotiroid dengan lekukan suprasternal obat-obatan sehingga pasien dapat
kurang dari 3 jari, iga lebih horizontal dan mengontrol dari penyakitnya tersebut serta
sudut subkostal bertambah.12 mencegah agar tidak terjadinya komplikasi
Berdasarkan Global Initiative for Chronic dari PPOK. Sedangkan untuk terapi
Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2017, medikamentosa pada pasien ini ialah
PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat, pemberian salbutamol tablet 4mg 3x1,
yaitu: dexametason tablet 0,5mg 3x1, acetylcysteine
1. Derajat 0 (berisiko) tablet 200mg 3x1. Penatalaksanaan PPOK
Gejala klinis: memiliki satu atau lebih gejala pada dasarnya dibedakan atas tatalaksana
batuk kronis, produksi sputum, dan kronik dan tatalaksana eksaserbasi, yang
dispnea, terdapat paparan terhadap faktor dimana masing-masing sesuai dengan
resiko, spirometri : normal. klasifikasi (derajat) beratnya.2 Secara umum,
2. Derajat I (PPOK ringan) pemberian obatan-obatan pada PPOK ialah :
Gejala klinis: dengan atau tanpa batuk,
dengan atau tanpa produksi sputum, sesak
napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 149


Muhammad Ridho |Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok

a. Bronkodilator diberikan antibiotika dikarenakan tidak


Dianjurkan penggunaan dalam bentuk terdapat adanya tanda-tanda infeksi pada
inhalasi kecuali pada eksaserbasi pasien baik dari gejala maupun dari sputum.
digunakan oral atau sistemik. Seperti Setelah dilakukan intervensi, pasien dan
salbutamol, aminofilin, teofilin, keluarganya sudah mulai mengalami
terbutalin.13 perubahan seperti:
b. Anti inflamasi - Sering melakukan kontrol ke puskesmas.
Pilihan utama bentuk metilprednisolon - Menjaga kebersihan rumah dan
atau prednison. Untuk penggunaan jangka menghindari faktor pemberat seperti debu
panjang pada PPOK stabil hanya bila uji dengan cara memakai masker jika ingin
steroid positif. Pada eksaserbasi dapat keluar rumah, yang dikarenakan
digunakan dalam bentuk oral atau lingkungan rumah yang banyak akan debu.
sistemik.14 - Berhenti merokok.
c. Mukolitik Gejala yang diderita pasien seperti
Tidak diberikan secara rutin. Hanya batuk berdahak dan sesak nafas sudah mulai
digunakan sebagai pengobatan simtomatik berkurang. Hal ini ditandai dengan tidak lagi
bila tedapat dahak yang lengket dan kental. terlihat penggunaan otot bantu pernafasan
Contohnya ialah glyceryl guaiacolate, pada pasien, ronkhi dan wheezing (-),
acetylcysteine. frekuensi nafas 24x/menit.
d. Antitusif Prognosis pada pasien ini dapat
Diberikan hanya bila terdapat batuk yang disimpulkan bahwa pada quo ad vitam: ad
sangat mengganggu. Penggunaan secara bonam dikarenakan pasien sudah mulai sadar
rutin merupakan kontraindikasi. akan penyakitnya dan mulai mencegah agar
Contohnya seperti dekstrometorfan. tidak terjadi komplikasi, quo ad functionam:
e. Antibiotik ad bonam dikarenakan pasien masih bisa
Tidak dianjurkan penggunaan jangka mengerjakan tugasnya sehari-hari, quo ad
panjang untuk pencegahan eksaserbasi. sanationam: ad malam hal ini dikarenakan
Pilihan antibiotik pada eksaserbasi pada penyakit PPOK tidak dapat disembuhkan.
disesuaikan dengan pola kuman setempat.
Contoh antibiotik yang sering digunakan Simpulan
ialah penicillin.2 Pada kasus ini pasien menderita
penyakit PPOK hal ini ditegakkan berdasarkan
Pada kasus Tn. N, pemberian terapi anamnesis, pemeriksaan fisik yang sesuai
obat-obatan hanya apabila ketika pasien dengan teori yang ada. Pada kasus PPOK tidak
merasakan kekambuhan. Hal ini disebut hanya obat-obatan yang diperlukan untuk
sebagai eksaserbasi akut, dimana eksaserbasi meringankan gejala, namun dukungan dari
akut berarti timbulnya perburukan keluarga serta perilaku pasien untuk
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya menghindari faktor resiko juga dapat
yang disebabkan oleh infeksi atau faktor meringankan gejala dari PPOK. Tatalaksana
lainnya seperti polusi udara, kelelahan, atau medikamentosa pada pasien ini sudah tepat,
timbulnya komplikasi. Gejala eksaserbasi akut hal ini sesuai dengan teori yang ada.
antara lain sesak bertambah, produksi sputum Pelayanan medis tidak hanya terfokus pada
meningkat, dan terjadi perubahan warna pasien yang sakit saja, namun faktor kelurga
sputum. Pasien mengalami 2 dari 3 gejala di dan lingkungan juga harus dilibatkan.
atas sehingga termasuk dalam eksaserbasi Perubahan perilaku pada pasien dan
akut tipe II (eksaserbasi sedang). keluarganya tentang bahaya merokok dan
Penatalaksanaan medikamentosa pada pasien pentingnya menjaga kebersihan terlihat
sudah tepat, namun pada pasien tidak setelah dilakukan intervensi.

Daftar Pustaka USA: Global Initiative for Chronic


1. The global strategy for the diagnosis, Obstructive Lung Disease; 2006 [diakses
management and prevention of chronic tanggal 12 Maret 2017].Tersedia
obstructive pulmonary disease [internet]. dari:www.goldcopd.org.

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 150


Muhammad Ridho |Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok

2. PDPI. Pedoman Praktis Diagnosis dan tanggal 12 Maret 2017]. Tersedia


Penatalaksanaan PPOK di Indonesia Revisi dari:www.goldcopd.org.
Juni. Jakarta: PDPI; 2003. 9. Ghofar A. Hubungan perilaku merokok
3. World Health Organization. Chronic dengan kejadian PPOK di paviliun cempaka
obstructive pulmonary disease fact sheet RSUD Jombang. J Edu Health. 2014;
[internet]. Jeneva: WHO; 2015 [diakses 4(1):19-23.
tanggal 12 Maret 2017]. Tersedia dari: 10.Kulsum ID, Yunus F. Sindrom metabolik
http://www.who.int/respiratory/copd/en/ pada penyakit paru obstruktif kronik
4. Oemiati R. Kajian epidemiologis penyakit (PPOK). J Respir Indo. 2016; 36(1):47-59.
paru obstruksi kronik (PPOK). Media 11.Fasitasari M. Terapi gizi pada lanjut usia
Litbangkes. 2013; 23(2):82-8. dengan penyakit paru obstruktif kronik
5. Naser FE, Medison I, Erly.Gambaran derajat (PPOK). Sains Medika. 2013; 5(1):50-61.
merokok pada penderita ppok di bagian 12.Price S A, Wilson LM. Patofisiologi: konsep
paru RSUP dr. M. Djamil. J Kesehatan klinis proses-proses penyakit volume 2.
Andalas. 2016; 5(2):306-311. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006.
6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, 13.Nungtjik AK, Mangunnegoro H, Yunus F.
Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu Efikasi pemberian kombinasi inhalasi
penyakit dalam jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta: salmeterol dan flutikason propionat
Interna Publishing; 2009. melalui alat diskus pada penyakit paru
7. Kurniawan H. Dokter di layanan primer obstruktif kronik. Maj Kedokt Indon. 2010;
dengan pendekatan kedokteran keluarga 60(12):546-553.
dalam sistem pelayanan kesehatan. J 14.Indrayati D, Suradi, Reviono. Perbedaan
Kedokteran Syiah Kuala. 2015; 15(2):114-9. kadar malondialdehyde (MDA) plasma,
8. Global Initiative for Chronic Obstructive kadar interleukin 6 (il-6) plasma, skor COPD
Lung Disease. The global strategy for the assesement test (CAT) dan lama rawat inap
diagnosis, management and prevention of setelah diberikan curcumin pada penyakit
chronic obstructive pulmonary disease paru obstruktif kronik eksaserbasi akut. J
[internet]. USA: Global Initiative for Medika Moewardi. 2015; 4(1):7-15.
Chronic Obstructive Lung Disease [diakses

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 151

Anda mungkin juga menyukai