1. Anatomi Fisiologi
2. Definisi
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh salmonella thypoid. (Nanda NIC- NOC. 2013)
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di
berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis
dan subtropis. (Simanjuntak, 2009)
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih 1 minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. (Nursalam et al.
2008)
3. Etiologi
Penyebab demam thypoid adalah Salmonella typhi sama dengan
Salmonela yang lain adalah bakteri gram negatif, mempunyai flagella,
tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai
antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H)
yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari
polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks
yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin.
Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang berkaitan
dengan resistensi terhadap multiple antibiotic. (NANDA NIC-NOC 2013)
4. Patofisiologi
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam
tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam
(pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria,
gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor
pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis
infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus
halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi
mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-
sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat
internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus,
mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati
sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa.
Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit
mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan
limfe.
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu
maka Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus
torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme
dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai
oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang,
kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung
empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah atau penyebaran
retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat menginvasi
ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam
patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak
terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan
limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi menstimulasi makrofag
di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe
mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari
makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular
yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada
darah dan juga menstimulasi sistem imunologik. (Soedarmo, dkk., 2012)
5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC- NOC.
2013) :
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14
hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani
akan menyebabkan syok, stupor dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selam 2-3 hari
5. Nyeri kepala,nyeri perut
6. Kembung,mual,muntah,diare,konstipasi
7. Pusing, nyeri otot
8. Batuk
9. Lidah yang berselaput (kotor ditengah,tepi dan ujung merah,dan
tremor)
10. Hepatomegali, splenomegali,meteroismus
11. Gangguan mental berupa samnolen
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi
sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusu
c. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap
bakteri salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya
infeksi oleh salmonella typhi maka penderita membuat antibody
(agglutinin)
d. Kultur
Kultul darah :bias positif pada minggu pertama
Kultur urin :bias positif dari akhir minggu kedua
Kultur fases :bias positif dari minggu kedua hingga minggu
ketiga
e. Anti salmonella typhi Igm
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmunella typhi,karena antibody Igm muncul pada hari ke-3 dan 4
terjadinya demam.
((Nanda NIC- NOC.2015).
f. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan typoid terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Perawatan
a) Observasi dan pengobatan
b) Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau
kurang lebih dari selam 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
c) Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
d) Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus
diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi
pneumonia dan dekubitus.
e) Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-
kadang terjadi konstipasi dan diare.
2. Diet
a) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien
d) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal
Bedah II. Jakarta: EGC).
3. Obat
a. Anti biotic (membunuh kuman)
1) Klorampenicol
2) Amoxicilin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (menurunkan panas) :
1) Paracetamol
7. Pengkajian keperawatan
a. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, no.regestrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan,
tanggal masuk RS.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien tifoid biasanya pasien mengeluh perut marasa mual
dan kembung, dan demam
2) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah sebelumnya pasien pernah
mengalami sakit tifoid, apakah tidah pernah, dan apakah menderita
penyakit lainnya.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien tifoid adalah demam,
anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, nyeri
kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran
berupa somnolen.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
demam tifoid atau sakit lainnya.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Biasanya pada pasein tifoid mengalami badan lemah, demam,
pucat, mual, perut tidak enak, anorexia
2) Kulit
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak.
3) Kepala dan leher
Biasanya pada pasien tifoid yang ditemukan adanya konjungtiva
anemia, mata cekong, bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah
merah.
4) Dada dan abdomen
Didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan tifoid adalah :
1) Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar
leukosit normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa
disertai infeksi sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali
normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus
3) Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody
terhadap bakteri salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan
untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita
demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi
maka penderita membuat antibody (agglutinin)
4) Kultur
Kultul darah : bias positif pada minggu pertama
Kultur urin :bias positif dari akhir minggu kedua
Kultur fases: bias positif dari minggu kedua hingga minggu
ketiga
5) Anti salmonella typhi Igm
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut salmunella typhi, karena antibody Igm muncul pada hari
ke-3 dan 4 terjadinya demam.
e. Diagnosa keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan penyakit
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan factor biologis
f. Intervensi keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh
normal.
Kriteria Hasil : suhu tubuh dalam rentang normal
Intevensi :
Monitor suhu sesering mungkin
Rasional : suhu 38,9oC menunjukan proses penyakit infeksi
akut
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Rasional : membantu mengurangi demam
Berikan antipiretik jika perlu
Rasional : untuk mengurangi demam
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan nyeri hilang
atau berkurang
kriteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi :
Lakukan pengkajian nyeri secara kompherensif
Rasional : untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Rasional : untuk mengetahui apakah pernah mengalami
nyeri seperti sekarang
Pilih dan lakukan penangan nyeri
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
Tingkatkan istirahat
Rasional : kelelahan karena penyakit cenderung menjadi
masalah berarti, mempengaruhi kemampuan mengatasinya
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan factor biologis
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
- adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
- berat badan ideal
- mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Intervensi :
Monitor berat badan
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan diet
atau keefektifan terapi
Monitor lingkungan selama makan
Rasional : lingkungan yang menyenangkan menurunkan
stress dan lebih konduksif untuk makan
Berikan makanan yang terpilih
Rasional : Untuk memberikan nutrisi penting
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Soedarmo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI