PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dapat mengetahui tujuan dilakukannya evaluasi granul dan tablet serta
mengetahui cara melakukan evaluasi sediaan tablet.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Granul
2
b. Kecepatan Alir (Metode Flodex)
Metode ini didasarkan pada kemampuan serbuk untuk jatuh secara bebas
melalui lubang berdiameter tertentu. Dengan demikian, indeks sifat alir
(flowability index) dinyatakan sebagai diameter (millimeter) terkecil yang dapat
dilalui serbuk secara bebas pada pengulangan tiga kali secara berurutan
(Lachman,1984).
c. Sudut Diam
Sudut diam dapat ditentukan dengan menggunakan peralatan sederhana
yaitu menuangkan sampel melalui corong kemudian mengukur sudut yang
terbentuk. Jadi sudut diam adalah sudut yang terbentuk oleh serbuk pada
permukaan horizontal. Biasanya sudut diamyang dibentuk oleh serbuk farmasetik
berkisar antara 20o-40o, dan secara umum serbuk semakin rendah sudut diam
maka serbuk semakin baik sifat alirnya (free flowing) (Lachman,1984).
d. Kompresibilitas
BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K)
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik.
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot
granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan ( diketuk 500x).
Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan Carr’s Index (Lachman,1984).
e. Porositas
Ukuran partikel yang isodiametris dengan berbentuk shperis atau bulat
memiliki nilai porositas yang tetap yaitu diantara 37-40%, sedangkan yang
berbentuk kubus memiliki nilai porositas yang lebih tinggi yaitu 46%.
Porositas atau keadaan yang berongga-rongga ini dapat digunakan untuk
menjelaskan tingkat konsolidasi suatu serbuk. Nilai porositas ini merupakan
perbandingan nilai volume antara partikel dengan volume total (Lachman,1984).
3
2.3 Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling banyak digunakan.
Sebagian besar tablet dibuat dengan metode kompresi atau pengempaan, yaitu
dengan cara memberi tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan
cetakan baja. Selain dengan metode kompresi, tablet juga dapat dibuat dengan
metode cetak, yaitu dengan menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah
ke dalam lubang cetakan (Ditjen POM., 1995).
Tablet adalah sediaan farmasi yang padat, berbentuk bundar pipih atau cembung
rangkap. Bentuk ini paling banyak beredar dipasaran bila dibandingkan dengan
bentuk-bentuk obat lainnya. Ini disebabkan karena bentuk “tablet” ini adalah
bentuk obat yang praktis dan ekonomis dalam produksi, penyimpanan dan
pemakainnya. Untuk pembuatan tablet ini selain diperlukan bahan obat juga
diperlukan zat tambahan/zat pembantu, misalnya talk, amilum, magnesium,
stearat dsb (Widjajanti, 1989).
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak
dalam bentuk umumnya tabung pipih, permukaannya rata atau cembung,
mengandung obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Obat tunggal atau campuran
beberapa jenis obat, diramu dengan zat tambahan yang cocok, digranulasikan, jika
perlu digunakan zat pembasah, kemudian dikempa cetak. Granulasi dengan cara
kering atau basah tergantung dari sifat obatnya (Jas, 2007).
4
tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat
yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. (Soekemi, A. R.,
1987).
c. Uji kekerasan
Ketahanan tablet terhadap goncangan pada waktu pembuatan, pengepakan
dan distribusi bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan dinyatakan dalam
satuan kg dari tenaga yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Alat yang
digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur
berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Persyaratan kekerasan tablet
umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk
menghasilkan tablet yang memuaskan (Soekemi, A. R., 1987).
d. Uji keregasan
Kekerasan tablet bukanlah indikator yang mutlak dari kekuatan tablet. Cara
lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya.
Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur. Untuk
menguji keregasan tablet digunakan alat roche friabilator. Sebelum tablet
dimasukkan kedalam alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudiann
tablet dimasukkan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama 4 menit atau 100
kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-
mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus
lebih kecil dari 0,8% (Ansel, H.C., 1989).
e. Uji waktu hancur
Agar bahan obat dapat secara utuh diserap pada sistem pencernaan, maka
tablet harus hancur dan melepaskan bahan obat kecairan tubuh. Waktu hancur
adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk menjadi partikel-partikel kecil.
Tablet biasanya diformulasikan dengan bahan pengembang yang menyebabkan
tablet hancur didalam air atau cairan lambung (Ansel, H.C., 1989).
f. Uji penetapan kadar zat berkhasiat
Uji penetapan kadar zat berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah
tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut
tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik
5
dan tidak layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan
cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope
Indonesia (Depkes RI, 1995).
6
BAB III
ISI
7
3.1.3 Uji Keseragaman Ukuran Partikel
Uji keseragaman ukuran partikel dilakukan untuk Memastikan keseragaman
ukuran granul sehingga kandungan dari tiap granul seragam. Uji ini dilakukan
menggunakan alat granulometer. Prinsipnya adalah Granul dilewati melalui
susunan pengayak dalam berbagai ukuran yang disusun bertingkat satu sama lain
dengan pengayak berukuran paling halus diletakkan paling bawah. Granul yang
tertinggal dimasing-masing mesh dihitung persentasenya serta ukuran
diameternya (Liebermann and Lachman, 1986). Bila diperoleh sampel (>40%)
pada ayakan #6 maka metode granulasi/formulasi yang dilakukan tidak baik sebab
lebih banyak yang berbentuk fines/serbuk. Ukuran partikel yang baik terdapat
pada hasil ayakan #3-4 , sehingga presentase sebaran yang paling banyak
hendaknya pada rentang ini (>40%).
8
Perbedaan dari BJ sejati dengan BJ mampat yaitu BJ mampat hanya mengisi
ruang kosong dari rongga udara yang terbentuk antar partikel melalui pergeseran
partikel berdasarkan penempatan ulang sesuai bentuk morfologi partikelnya,
sehingga tidak sepenuhnya dapat mengusir udara dan pada bagian bawah akan
lebih padat daripada bagian atas. Sedangkan BJ sejati, seluruh rongga udara terisi
oleh parafin liquid sehingga udara yang terjebak diantara partikel pun akan terusir
dan keluar berupa gelembung udara.
Angka Haussner diperoleh dengan membagi BJ mampat dan BJ nyata.
Semakin tinggi faktor Haussner, maka semakin buruk sifat aliran granul. Menurut
Voight (1994:158) granul memenuhi syarat angka Haussner apabila ≈ 1. Kadar
pemampatan diperoleh dari volume nyata dikurangi dengan volume mampat
dibagi dengan volume nyata dikalikan 100%, Menurut Voight (1994:158), granul
memenuhi syarat kadar pemampatan apabila ≤ 20%.
Persen kompresibilitas diperoleh dari hasil perbandingan selisih antara BJ
mampat dan BJ nyata dibagi dengan BJ mampat dikalikan 100 %. Sifat alir serbuk
yang sangat baik memiliki nilai persen kompresibilitas 5-15%, sifat alir serbuk
yang baik memiliki nilai persen kompresibilitas 16-25%, dan sifat alir serbuk
sangat buruk memiliki nilai persen kompresibilitas ≥ 26% (Siregar, 2010).
Uji kadar zat aktif dilakukan untuk mengetahui kadar zat aktif sehingga bisa
menjamin keakuratan dosis pada sediaan akhirnya. Pengujian ini dilakukan sesuai
dengan monografi zat aktif dalam formula. Alat yang digunakan untuk
menentukan kadar zat aktif yaitu spektrofotometri UV- Vis, kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT), dan titrasi asam basa.
9
faktor, misalnya proses pencampuran atau pembuatan massa cetak, di mana jika
pengadukan atau pencampuran kurang baik, tablet akan terlihat tidak homogen.
Selain itu, kebersihan mesin cetak juga dapat mempengaruhi organoleptik tablet,
misalnya penggunaan oli pada mesin cetak dapat membuat oli mengenai tablet
(terlihat berbintik-bintik) sehingga dapat menurunkan kepercayaan konsumen dan
bahkan berpengaruh kepada kesehatan pasien. Bintik- bintik pada tablet juga
dapat disebabkan oleh pencampuran warna yang tidak homogen ataupun karena
adanya kotoran yang mengkontaminasi massa cetak.
10
antara 4-8 kg (Parrott, 1971). Sedangkan menurut Fonner et al. (1981) kekerasan
minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5 kg. Tablet yang
pembuatannya melalui tahap granulasi kekarasan dipengaruhi oleh ikatan yang
terjadi antara partikel setelah tablet mengalami pengempaan (Rawlins, 1977).
Kekuatan peregangan tablet, menurut Rudnic dan Kottke (1996) dapat dihitung
lewat kekuatan tablet, yaitu jika beban yang diperlukan untuk menghancurkan
tablet telah dapat ditentukan. Apabila penentuan kekerasan tablet menggunakan
arah diameter tablet maka kekuatan peregangan tablet dapat dihitung melaui
rumus :
Dimana:
𝜎𝑑 = kekuatan peregangan tablet
H = Ketebalan Tablet
Sedangkan bila penentuan kekrasan dari tebalnya tablet, rumus :
3𝐹𝑓 𝐷
𝜎𝑓 =
4𝐷𝐻 2
Dimana:
11
3.2.4 Uji Friabilitas/Friksibilitas
Uji keregasan tablet (Friabilitas) merupakan uji ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialami selama pengemasan, pengiriman dan
penyimpanan. Keregasan dapat dievaluasi dengan menggunakan alat uji
kerapuhan (friability tester).Tablet dikatakan baik apabila kerapuhannya tidak
lebih dari 0,8% (Lachman, dkk, 1994). Uji keregasan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi (pengikisan) yang terjadi pada permukaan tablet.
Keregasan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih
terdapat pada tablet.
Friabilitas dukur dengan friabiator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang
hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator, alat diputar selama
waktu tertentu. pada proses pengukuran friabilator, alat diputar dengan kecepatan
25 putaran permenit dan waktu yang dgunakan adalah 4 menit, jadi ada 100
putaran .dan bobot yang hilangtidak boleh lebih dari 0,8 % (Lachaman L.,1994
:655 & USP 28,2005 : 2745). Uji ini dilakukan dengan cara mengambil sebanyak
20 tablet lalu dibersihkan, kemudian ditimbang (W1 gram), lalu dimasukkan ke
dalam alat friability tester untuk diuji. Alat diset dengan kecepatan putaran 25 rpm
selama 4 menit.Tablet dikeluarkan, lalu bersihkan dan ditimbang kembali (W2
𝑤1−𝑤2
gram). Dihitung % kerapuhan tablet: % Kerapuhan tablet = x 100 %
𝑤1
12
Persyaratannya adalah Tidak boleh ada 2 tablet yang masing – masing
menyimpang lebih besar dari yang ditetapkan kolom A dan tidak 1 pun tablet
menyimpang lebih lebih besar dari yang ditetapkan kolom B (Depkes RI, 1995).
≤ 25 mg 15 % 30 %
26 – 150 mg 10 % 20 %
≥ 300 mg 5% 10 %
13
3.2.6 Uji Waktu Hancur
Suatu sediaan tablet harus stabil secara fisik selama masa penyimpanan.
Dikatakan stabil apabila tidak menunjukkan perubahan-perubahan pada tablet.
salah satu uji yang dilakukkan adalah uji higroskopis. Dimana uji ini dilakukkan
untuk mengetahui kemapuan obat untuk menyerap udara atau kelembaban selama
waktu penyimpanan dan dalam waktu tertentu. Pengamatan yang dilakukan
dilihat dari perubahan organoleptis seperti bobot,bentuk dan juga warna tablet.
apabila bobot, bentuk dan juga warna tablet berubah setelah waktu penyimpanan
tertentu maka dinyatakan tablet tidak stabil secara fisik.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16