Anda di halaman 1dari 10

KEMAS 9 (2) (2014) 157-166

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

PENYULUHAN TERHADAP SIKAP IBU


DALAM MEMBERIKAN TOILET TRAINING PADA ANAK

Mujahidatul Musfiroh, Beny Lukmanawati Wisudaningtyas

Program Studi D4 Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran UNS Surakarta, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Di dukuh Mojosari, anak yang telah memasuki usia balita ada yang masih mempunyai
Diterima 12 November 2013 kebiasaan mengompol. Hal ini menunjukkan terjadi kegagalan dalam toilet training
Disetujui 28 November 2013 selama masa balita. Masalah penelitian, bagaimanakah pengaruh penyuluhan terhadap
Dipublikasikan Januari 2014
sikap ibu dalam melatih toilet training pada anak usia balita. Tujuan penelitian untuk
Keywords: mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan terhadap sikap ibu dalam melatih toilet
Education; training pada anak usia balita. Metode penelitian quasi eksperimental dengan rancangan
Toilet Training; posttest group only design. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai anak usia balita
Attitude; di RW 6 Dukuh Mojosari Desa Polokarto yang berjumlah 32 responden, menggunakan
Toddler. total sampling. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian
menunjukkan kelompok perlakuan mempunyai sikap baik dalam memberikan toilet
training sejumlah 11 responden (68,8%) dan sikap cukup baik sejumlah 5 responden
(31,2%). Kelompok kontrol mempunyai sikap baik dalam memberikan toilet training
sejumlah 3 responden (18,8%) dan mempunyai sikap cukup baik sejumlah 13 responden
(81,2%). Hasil analisis data menggunakan uji Mann Whitney diperoleh nilai p = 0,005
(< 0,05). Simpulan penelitian, ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu dalam
memberikan toilet training pada anak usia balita.

EDUCATION TO MOTHER’S ATTITUDE FOR


GIVING TOILET TRAINING TO THEIR CHILDREN

Abstract
In theMojosari village, children who have entered the toddler age still have bedwetting
habit. This suggests the failure toilet training during toddler. Research problem was how the
influence of education on mother attitudes in toilet training to toddler. Research purpose to
determine the effect of education on maternal attitudes in toilet training to toddler. Research
method quasi experimental by by posttest only design. Population study were mothers who
have toddler in RW 6 Mojosari Village, Polokarto totaling 32 respondents, using total sam-
pling. Data analyzed by Mann Whitney test. Results showed the treatment group had a
good attitude to give toilet training as 11 respondents (68.8%) and attitude well enough as
5 respondents (31.2%). The control group had a good attitude to give toilet training as 3
respondents (18.8%) and had a pretty good attitude as 13 respondents (81.2%). The results
showed the data analysis obtained using the Mann Whitney test p value=0.005 (<0.05). The
conclusion, there was effect of education on by mother attitudes in toilet training to toddler.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jalan A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos 1 57102
E-mail: miedhamus@gmail.com
Mujahidatul Musfiroh, Beny Lukmanawati Wisudaningtyas / KEMAS 9 (2) (2014) 157-166

Pendahuluan 50% anak yang berumur empat tahun


masih mempunyai kebiasaan mengompol. Hal
Toilet training merupakan salah satu ini sesuai dengan penelitian Kurniawati (2008)
tugas utama anak pada usia toddler. Anak usia yang menyebutkan bahwa dari 56% anak pra
toddler harus mampu mengenali rasa untuk sekolah masih sering mengompol, 36% jarang
mengeluarkan dan menahan eliminasi serta mengompol dan 8% jarang sekali mengompol.
mampu mengkomunikasikan sensasi BAK dan Studi pendahuluan yang dilakukan pada
BAB kepada orangtua (Alexandra, 2008; Klijn, tanggal 9 Februari 2013 di posyandu Mojosari
2006). Pada tahap usia toddler anak mengha- desa Polokarto diketahui bahwa 7 responden
dapi konflik antara tuntutan orangtua dengan dari 11 ibu masih memiliki kebiasaan yang
keinginan dan kemampuan fisik anak. Orang kurang tepat dalam menghadapi anak yang
tua menuntut anak untuk mengendalikan ke- dalam melatih anak melakukan buang air, misalnya
inginan BAK dan BAB serta melakukan buang ibu terlihat kurang tanggap jika anaknya buang
air pada tempatnya, sementara anak ingin air, marah dan membentak anak saat anak tidak
mengeluarkan begitu terasa ingin BAK dan dapat melakukan buang air pada tempatnya.
BAB (Chung, 2007; Carol, 2009). Toilet train- Kebiasaan ibu yang kurang tepat disebabkan
ing pada anak merupakan suatu usaha untuk karena ibu belum mengerti tentang cara toilet
melatih anak agar mampu mengontrol dalam training. Salah satu upaya untuk memberikan
melakukan buang air kecil atau buang air be- informasi tentang toilet training yaitu dengan
sar. Toilet training secara umum dapat dilak- cara penyuluhan kesehatan.
sanakan pada setiap anak yang sudah mulai Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan
memasuki fase kemandirian pada anak (Keen, pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan
2007; Wald, 2009). Fase ini biasanya pada anak menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan
usia 18 – 24 bulan. Dalam melakukan toilet sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu
training, anak membutuhkan persiapan fisik, dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melaku-
psikologis maupun intelektualnya. Dari persiapan kan suatu anjuran yang ada hubungannya
tersebut anak dapat mengontrol buang air besar dengan kesehatan. Terdapat beberapa macam
dan buang air kecil secara mandiri. metode penyuluhan antara lain: metode indi-
Kegagalan dalam mengontrol proses vidual (bimbingan dan wawancara), metode
berkemih dapat mengakibatkan mengompol kelompok (ceramah, seminar, diskusi kelom-
pada anak. Mengompol merupakan gangguan pok, curah pendapat, role play) dan metode
dalam pengeluaran urine yang tidak bisa diken- massa (ceramah umum, diskusi melalui media
dalikan pada waktu siang atau malam hari pada elektronik, majalah, koran). Media penyuluhan
anak yang berumur lebih dari empat tahun dibagi menjadi empat macam antara lain : alat
tanpa ada kelainan fisik maupun penyakit or- bantu lihat (visual aids) seperti slide, alat bantu
ganik (Horn, 2006; Kroeger, 2010). Pada anak dengar (audio aids) seperti radio, alat bantu
umur empat tahun kondisi sfingter eksterna lihat dengar (audio visual aids) seperti televisi
vesika urinaria sudah mampu dikontrol akan dan alat bantu berdasarkan pembuatannya,
tetapi pada usia tersebut belum bisa mengenda- seperti alat bantu elektronik rumit misalnya: film,
likan buang air kecil. Hal tersebut disebabkan serta alat bantu sederhana seperti leaflet dan
oleh salah satu faktor yaitu kegagalan dalam flip chart (Siti, 2012). Penyuluhan kesehatan
toilet training. Keadaan demikian apabila ber- bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku
langsung lama dan panjang akan mengganggu individu, keluarga, kelompok, masyarakat
tugas perkembangan anak. Keberhasilan toilet dibidang kesehatan sebagai sesuatu yang
training tidak hanya dari kemampuan fisik, bernilai di masyarakat. Keberhasilan suatu
psikologis dan emosi anak itu sendri tetapi penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh
juga dipengaruhi oleh perilaku orang tua atau beberapa faktor yaitu: tingkat pendidikan, ting-
ibu untuk mengajarkan toilet training secara kat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan
baik dan benar, sehingga anak dapat melaku- masyarakat, media dalam penyuluhan, keterse-
kan dengan baik dan benar hingga besar kelak diaan waktu masyarakat.
(Warner, 2007; Barone, 2009). Sikap merupakan reaksi atau respon

158
Mujahidatul Musfiroh, Beny Lukmanawati Wisudaningtyas / KEMAS 9 (2) (2014) 157-166

yang masih tertutup dari seseorang terhadap air atau menggunakan toilet, memberikan rasa
suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap nyaman selama proses latihan, memberikan
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat penguatan saat anak melakukan tugas perkem-
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang bangannya dengan benar. Teknik yang dapat
tertutup. Sikap masih merupakan reaksi ter- dilakukan orang tua dalam melatih anak untuk
tutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau buang air besar dan kecil, diantaranya: teknik
tingkah laku yang terbuka (Wawan, 2011). Sifat lisan dan teknik modeling.
sikap dapat dibedakan menjadi sikap positif Usia toddler adalah periode usia 12
(kecenderungan tindakan adalah mendekati, sampai 36 bulan. Masa ini adalah masa eksplo-
menyenangi, mengharapkan objek tertentu) rasi lingkungan dimana anak berusaha men-
dan negatif (kecenderungan untuk menjauhi, cari tahu semua yang terjadi dan bagaimana
menghindari, membenci, tidak menyukai ob- mengontrol orang lain melalui perilaku tem-
jek tertentu) (Wawan, 2011). Menurut Azwar peratum, negativisme dan keras kepala. Per-
(2007 dalam Wawan 2011) menyebutkan tumbuhan anak pada masa toddler (1-3 tahun)
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap relatif lebih lambat dibandingkan dengan masa
adalah : pengalaman pribadi, pengaruh orang bayi, tetapi perkembangan motoriknya berja-
lain yang dianggap penting, pengaruh kebu- lan lebih cepat. Anak pada usia toddler sering
dayaan, media massa, lembaga pendidikan dan mengalami penurunan nafsu makan sehingga
lembaga agama, faktor emosional. Pengukuran si- tampak langsing dan berotot serta anak mulai
kap dapat dilakukan secara langsung dan tidak belajar berjalan. Perhatian anak terhadap ling-
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan kungan menjadi lebih besar dibandingan dengan
dengan pendapat atau pernyataan responden masa sebelumnya, anak lebih banyak berinteraksi
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dengan keluarganya. Anak lebih banyak me-
dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan nyelidiki benda disekitarnya dan meniru apa
hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat yang diperbuat oleh orang lain. Anak memiliki
responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, sifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan
2007). yang kuat sehingga segala sesuatu yang disu-
Toilet training adalah cara untuk melatih kainya dianggap sebagai miliknya. Anak usia
anak buang air besar dan buang air kecil pada toddler mengalami tiga fase yaitu : fase autono-
tempatnya (toilet). Toilet training secara umum mi (anak dapat mengambil inisiatif sendiri dan
dapat dilaksanakan pada setiap anak yang su- mampu melakukan semuanya sendiri, namun
dah memasuki fase kemandirian pada anak. lebih pada menunjukkan keinginannya sendiri
Suksesnya toilet training tergantung pada menolak sesuatu yang tidak dikehendaki dan
anak dan keluarga, seperti kesiapan fisik dan mencoba sesuatu yang diinginkan), fase anal
kesiapan intelektual. Toilet training merupakan (anak memasuki masa toilet training), fase pra-
aspek penting dalam perkembangan anak pada operasional (anak mulai mampu membuat pe-
masa usia toddler dan harus mendapat per- nilaian sederhana terhadap objek dan kejadian
hatian orangtua dalam berkemih dan defekasi. di sekitarnya.
Toilet training menjadi awal terbentuknya ke- Penyuluhan kesehatan kepada orang-
mandirian anak secara nyata. Tahapan toilet tua khususnya ibu tentang toilet training akan
training adalah sebagai berikut: pembuatan mempengaruhi pengetahuan orangtua tentang
jadwal harian kebiasan buang air besar dan toilet training. Setelah orang tua mengetahui
kecil antara anak dan orangtua, pembuatan tentang toilet training diharapkan dapat
alat bantu visual misalnya: foto, gambar atau menimbulkan sikap positif atau kesadaran
gambar bertulisan urutan kegiatan yang da- yang mampu mendorong untuk berperilaku
pat diletakkan di kamar mandi atau di tempat dan akhirnya menyebabkan orangtua untuk
yang mudah dilihat, membiasakan anak meng- berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
gunakan toilet untuk buang air, memberikan dimiliki. Penyuluhan adalah suatu kegiatan
contoh atau menjadi model yang baik untuk atau usaha untuk menyampaikan pesan keseha-
anak mengenai cara buang air dan cara meng- tan kepada masyarakat dengan harapan adanya
gunakan toilet, tidak memaksa anak saat buang pesan tersebut masyarakat dapat memperoleh

159
Mujahidatul Musfiroh, Beny Lukmanawati Wisudaningtyas / KEMAS 9 (2) (2014) 157-166

pengetahuan. Akhirnya dari pengetahuan itu di- penyuluhan, sedangkan kelompok perlakuan
harapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku adalah kelompok yang mendapat penyuluhan
yang lebih baik. Proses perubahan perilaku di- tentang toilet training. Jumlah masing-masing
tuntut agar sasaran berubah tidak semata-mata kelompok yaitu 16.
karena adanya penambahan pengetahuan saja, Penelitian ini dilaksanakan dengan
namun diharapkan juga adanya perubahan memberikan penyuluhan pada kelompok per-
pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang lakuan. Penyuluhan dilakukan dengan meng-
menjurus kepada tindakan atau kerja yang gunakan metode ceramah dan media slide serta
lebih baik, produktif dan menguntungkan. alat bantu leaflet. Waktu yang dibutuhkan un-
Tujuan penelitian ini untuk mengeta- tuk pelaksanaan penyuluhan adalah 30 menit.
hui pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
dalam memberikan toilet training pada anak ini adalah kuesioner yang berisi 30 item per-
usia toddler. tanyaan (valid dan reliabel) tentang tahapan
toilet training pada anak usia toddler dan cara
Metode toilet training. Kuesioner penelitian digunakan
untuk mengukur sikap ibu dalam memberikan
Penelitian ini menggunakan metode toilet training dalam skala Likert, yaitu dengan
quasi eksperimental dengan menggunakan ran- menyediakan empat pilihan jawaban (selalu,
cangan penelitian post test group only design. sering, jarang dan tidak pernah). Pada pernyataan
Bentuk rancangan penelitian ini dapat dilihat positif berlaku jika nilai 4 untuk selalu, 3 un-
pada Gambar 1. tuk sering, 2 untuk jarang dan 1 untuk tidak
Penelitian ini dilakukan di RW 6 dukuh pernah. Pada pernyataan negatif berlaku untuk
Mojosari desa Polokarto pada bulan Maret - Juli jika nilai 1 untuk selalu, 2 untuk sering, 3 un-
2013. Populasi dalam penelitian ini tuk jarang dan 4 untuk tidak pernah. Sebelum
adalah ibu yang mempunyai anak usia toddler digunakan, kuesioner dilakukan uji validitas
dan berdomisili di RW 6 dukuh Mojosari desa dengan Pearson’s Moment Product yang diolah
Polokarto sebanyak 32 orang. dengan program SPSS versi 16. Cronbach
Teknik pengambilan sampel dalam (1971 dalam Sugiyono, 2010) menyebutkan
penelitian ini menggunakan total sampling. bahwa instrumen dikatakan valid jika r > 0,44.
Kriteria restriksi dalam penelitian ini yaitu ibu Uji validitas pada penelitian ini dilakukan
yang mempunyai anak usia toddler, ibu yang di desa Mranggen yang secara geografis dan
belum pernah mendapatkan penyuluhan toilet karakteristik responden (umur, pendidikan,
training, ibu yang dapat membaca dan menulis pekerjaan) mempunyai kesamaan dengan
dan bersedia menjadi responden. responden yang akan diteliti. Uji validitas dari
Pengelompokkan subyek pada peneli- 34 soal didapatkan hasil 30 item soal valid dan 4
tian ini menggunakan teknik matching, yaitu item soal tidak valid. Soal yang tidak valid tidak
pengelompokkan jumlah sampel dengan me- digunakan untuk alat ukur/dihapus, sehingga
nyetarakan jumlah sampel antara kelompok alat ukur yang digunakan untuk kuesioner
kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok sejumlah 30 item pertanyaan. Uji reliabilitas
kontrol adalah kelompok yang tidak mendapat pada penelitian ini menggunakan Alpha Cron-

Kelompok Kontol P1

Kelompok Perlakuan X P2

Gambar 1. Rancangan Penelitian post test group only design


Keterangan :
X : pemberian penyuluhan
P1: nilai post test kelompok kontrol
P2: nilai post test kelompok perlakuan

160
Mujahidatul Musfiroh, Beny Lukmanawati Wisudaningtyas / KEMAS 9 (2) (2014) 157-166

bach yang akan diolah dengan program SPSS trol dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
versi 16. Instrumen dikatakan reliabel jika r > Hasil uji Mann Whitney yang menunjukkan
0,6. Setelah dilakukan uji reliabilitas didapat- nilai p < 0,05 dapat dipresentasikan bahwa
kan hasil bahwa sejumlah 30 item pertanyaan ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu
mempunyai reliabilitas sebesar 0,9 yang berarti dalam memberikan toilet training pada anak
bahwa 30 item pernyataan dalam kuesioner pe- usia toddler,sebaliknya jika nilai p > 0,05 maka
nelitian reliabel. tidak ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap
Pengumpulan data dilakukan di RW 6 ibu dalam memberikan toilet training pada
dukuh Mojosari desa Polokarto. Sebelum di- anak usia toddler.
lakukan kegiatan pengambilan data, responden
diminta untuk menandatangani surat persetu- Hasil dan Pembahasan
juan menjadi responden, setelah itu dimulai
kegiatan penyuluhan bagi kelompok perlakuan. Penelitian yang telah dilakukan di RW 6
Penyuluhan menggunakan metode ceramah dukuh Mojosari desa Polokarto kabupaten Su-
dan media slide serta menggunakan alat bantu koharjo dengan jumlah responden sebanyak 32
leaflet. Setelah kelompok perlakuan selesai di- orang dengan masing-masing kelompok ber-
berikan penyuluhan, kelompok kontrol dikum- jumlah 16 responden, didapatkan hasil sebagai
pulkan untuk diberikan post test dengan meng- berikut :
gunakan kuesioner. Pengambilan data post
test pada kelompok perlakuan dilakukan dua Analisis Univariat
minggu setelah penyuluhan. Dengan cara pe- Analisis univariat dilakukan untuk
neliti mengumpulkan lagi kelompok perlakuan mengetahui karakteristik dari responden pe-
untuk melakukan post test. Jika pada saat post nelitian.
test ada kelompok perlakuan yang tidak hadir
maka peneliti mendatangi rumah responden Umur
untuk mengambil hasil post test. Setelah itu Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
hasil dari post test kelompok kontrol dan per- bahwa umur ibu pada kelompok kontol mau-
lakuan dianalisis untuk mengetahui pengaruh pun kelompok perlakuan berkisar antara 20–35
penyuluhan toilet training terhadap sikap ibu. tahun yaitu kelompok kontrol sejumlah 15
Analisis data dalam penelitian ini ter- responden (93,8%) dan kelompok perlakuan
diri dari : editing, scoring, coding dan tabulat- sejumlah 14 responden (87,5%).
ing. Setelah melalui keempat proses tersebut,
selanjutnya data penelitian dianalisis dengan Pendidikan
tahapan, sebagai berikut : Berdasarkan data Tabel 2 dapat disim-
Analisis univariat pulkan bahwa pada kelompok kontrol sebagian
Analisis univariat dilakukan terhadap besar mempunyai pendidikan terakhir SMP dan
karakteristik responden penelitian. Analisis SMA masing-masing sejumlah 7 responden
univariat ini dilakukan dengan uji statistik (43,8%), sedangkan pada kelompok intervensi
deskriptif menggunakan program SPSS. Ana- sebagian besar ibu mempunyai pendidikan
lisis univariat pada penelitian ini dilakukan terakhir SMP sejumlah 8 responden (50,0%).
untuk mengetahui karakteristik (umur, pen-
didikan, pekerjaan, jumlah anak) dan distribusi Pekerjaan
frekuensi sikap ibu yang mempunyai anak usia Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan
toddler. bahwa pada kelompok kontrol maupun kelom-
Analisis bivariat pok perlakuan sebagian besar ibu bekerja seba-
Analisis ini digunakan untuk mengeta- gai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu kelompok
hui pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu kontrol sejumlah 11 responden (68,8%) dan
dalam melatih toilet training pada anak usia kelompok intervensi sejumlah 10 responden
toddler. Untuk membandingkan nilai rata-rata (62,4%).
antara kelompok perlakuan dan kelompok kon-

161
Mujahidatul Musfiroh, Beny Lukmanawati Wisudaningtyas / KEMAS 9 (2) (2014) 157-166

Tabel 1. Distribusi umur ibu yang mempunyai anak usia toddler di RW 6 dukuh Mojosari desa
Polokarto
Umur Kontrol Perlakuan
(tahun) frekuensi persentase frekuensi persentase
20-35 15 93,8 14 87,5
>35 1 6,2 2 12,5
Jumlah 16 100 16 100
Sumber : Data Primer, 2013

Tabel 2. Distribusi pendidikan ibu yang mempunyai anak usia toddler di RW 6 dukuh Mojosari
desa Polokarto
Pendidikan Kontrol Perlakuan
Terakhir frekuensi persentase frekuensi persentase
SD 1 6,2 3 18,8
SMP 7 43,8 8 50
SMA 7 43,8 5 31,2
PT 1 6,2 0 0
Jumlah 16 100 16 100
Sumber : Data Primer, 2013

Tabel 3. Distribusi pekerjaan ibu yang mempunyai anak usia toddler di RW 6 dukuh Mojosari desa
Polokarto
Kontrol Perlakuan
Pekerjaan
frekuensi persentase frekuensi persentase
IRT 11 68,8 10 62,5
Petani 1 6,2 1 6,2
Swasta 4 25 5 31,2
Jumlah 16 100 16 100
Sumber : Data Primer, 2013
Jumlah Anak sejumlah 3 responden (18,8%) dan sikap cukup
Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan baik sejumlah 13 responden (81,2%) sedang-
bahwa kelompok kontrol dan kelompok per- kan pada kelompok perlakuan responden yang
lakuan sebagian besar memiliki 1 anak yaitu mempunyai sikap baik sejumlah 11 responden
sejumlah 37,5% dan 56,2%. (68,8%) dan sikap cukup baik sejumlah 5 responden
(31,2%).
Analisis Bivariat Rerata hasil post test sikap ibu dalam
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji memberikan toilet training pada anak usia
hipotesis dan menganalisis pengaruh penyulu- toddler
han terhadap sikap ibu dalam memberikan Berdasarkan tabel 6 rerata nilai post test
toilet training pada anak usia toddler, dengan pada kelompok perlakuan (20,5) lebih tinggi
menggunakan uji Mann Whitney. daripada kelompok kontrol (12,5).
Sikap ibu dalam memberikan toilet train-
ing pada anak usia toddler Uji Hipotesis dengan Mann Whitney
Setelah dilakukan post test terhadap Uji hipotesis dalam penelitian ini meng-
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan gunakan uji Mann Whitney karena data yang
didapatkan hasil Tabel 5. digunakan adalah dua kelompok tidak berpa-
Berdasarkan tabel 5 pada kelompok sangan dan data dalam bentuk non parametrik.
kontrol responden yang mempunyai sikap baik Setelah dilakukan uji Mann Whitney menggu-

162
Mujahidatul Musfiroh, Beny Lukmanawati Wisudaningtyas / KEMAS 9 (2) (2014) 157-166

Tabel 4. Distribusi jumlah anak ibu yang mempunyai anak usia toddler di RW 6 dukuh Mojosari
desa Polokarto
Jumlah Kontrol Perlakuan
Anak frekuensi persentase frekuensi persentase
1 9 56,2 6 37,5
2 2 12,5 3 18,8
3 5 31,2 5 31,2
>3 0 0 2 12,5
Jumlah 16 100 16 100
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 5. Distribusi frekuensi sikap ibu dalam memberikan toilet training pada anak usia toddler
Kontrol Perlakuan
Sikap Ibu
frekuensi persentase frekuensi persentase
Baik 3 18,8 11 68,8
Cukup
13 81,2 5 31,2
baik
Jumlah 16 100 16 100
Sumber : Data Primer, 2013

Tabel 6. Rerata nilai post test pada kelompok intervensi dan kontrol
Sikap Ibu N Mean Rank Sum of Rank
Kontrol 16 12,5 200
Perlakuan 16 20,5 328
Sumber : Data Primer,2013

Tabel 7. hasil uji Mann Whitney


Test Statistics b Sikap
Mann-Whitney U 64
Wilcoxon W 200
Z -2,806
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,005
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 0,015a

nakan program SPSS versi 16 didapatkan hasil dari pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu
perhitungan sebagai berikut : dalam memberikan toilet training pada anak
Uji hipotesis menggunakan uji Mann usia toddler.
Whitney diperoleh nilai p = 0,005 atau p < 0,05, Karakteristik responden yang mempe-
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil ngaruhi hasil penelitian yaitu umur. Umur
analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh merupakan ciri dari kedewasaan fisik dan
penyuluhan terhadap sikap ibu dalam mem- kematangan kepribadian yang erat hubungan-
berikan toilet training pada anak usia toddler. nya dengan pengambilan keputusan. Semakin
Hasil analisis terhadap kedua rerata nilai dewasa umur maka tingkat kemampuan dan
post test dari kelompok kontrol dan kelom- kematangan dalam berpikir dan menerima
pok perlakuan menunjukkan bahwa kegiatan informasi lebih baik jika dibandingkan dengan
penyuluhan dapat mempengaruhi sikap ibu umur yang masih muda atau belum dewasa.
dalam memberikan toilet training pada anak Mulai umur 20 tahun taraf berpikir seseorang
usia toddler. Karakteristik dari responden juga akan semakin matang. Dalam penelitian ini se-
ikut mempengaruhi terhadap hasil uji hipotesis bagian besar responden mempunyai umur 20-

163
Mujahidatul Musfiroh, Beny Lukmanawati Wisudaningtyas / KEMAS 9 (2) (2014) 157-166

35 tahun dan termasuk dalam golongan cukup akan menyebabkan perhatian orangtua kepada
umur atau umur matang sehingga lebih mudah anak semakin optimal. Namun, jumlah anak
dalam penerimaan informasi dalam suatu pe- yang sedikit juga mempengaruhi pengalaman
nyuluhan. Semakin bertambah umur akan se- ibu dalam memberikan toilet training. Ibu yang
makin berkembang pula daya tangkap dan pola memiliki anak < 2 akan memiliki keterbatasan
pikir seseorang, sehingga pengetahuan yang pengalaman dalam memberikan toilet training.
diperolehnya semakin membaik. Pengalaman seseorang terhadap suatu kejadian
Karakteristik berdasarkan tingkat pen- atau peristiwa dapat dijadikan sebagai sumber
didikan responden, sebagian besar mempu- pengetahuan untuk memperoleh suatu kebe-
nyai pendidikan SMP sejumlah 8 responden naran dari pengetahuan atau informasi dengan
(50,0%), SMA sejumlah 5 responden (31,2%) cara mengulang kembali pengetahuan yang
dan SD sejumlah 3 responden (18,8%). Per- diperoleh.
bedaan tingkat pendidikan dapat mempe- Selain karakteristik responden, hasil
ngaruhi ting-kat pengetahuan seseorang sete- penelitian juga dipengaruhi oleh keefektifan
lah diberikan penyuluhan. Tingkat pendidikan proses penyuluhan. Dalam penelitian ini, proses
akan mempengaruhi pikiran kritis seseorang, penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah
sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan dan menggunakan media slide serta alat bantu
seseorang maka pengetahuan akan semakin leaflet. Kelebihan penggunaan metode ceramah
baik. Semakin tinggi pendidikan seseorang dalam penyuluhan yaitu efektif digunakan
akan semakin mudah pula mereka menerima untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
informasi dan sehingga makin banyak pula maupun rendah, tempat pelaksanaan kegiatan
pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan dapat penyuluhan lebih terorganisir dan materi yang
mempengaruhi cara pandang seseorang ter- disampaikan sesuai dengan tujuan penyuluhan.
hadap informasi baru yang diterimanya, maka Metode ceramah dengan media slide akan me-
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat nimbulkan aktivitas audio visual pada peserta
pendidikan semakin mudah seseorang mene- penyuluhan, sehingga penyampaian informasi
rima informasi. menjadi lebih optimal. Penggunaan alat bantu
Berdasarkan karakteristik dari pekerjaan leaflet dalam kegiatan penyuluhan dapat mem-
responden, sebagian besar bekerja sebagai Ibu berikan informasi kepada peserta penyuluhan
Rumah Tangga (IRT) sejumlah 62,5%. Status secara berulang-ulang, sehingga informasi
pekerjaan ibu dapat berpengaruh terhadap yang diberikan pada saat penyuluhan diperoleh
kesempatan dan waktu yang digunakan untuk secara terus menerus dan berkesinambungan
meningkatkan pengetahuan. Ibu yang bekerja yaitu mendengar, melihat dan mengulang. Hal
sebagai Ibu Rumah Tangga akan memiliki lebih ini sesuai dengan pernyataan yang bahwa kegia-
banyak waktu untuk mengakses informasi tan penyuluhan melibatkan adanya aktivitas
melalui media elektronik (misalnya : televisi) mendengar, berbicara dan melihat sehingga
dan juga mengikuti kegiatan masyarakat seperti membuat penggunaan metode ceramah dengan
posyandu, PKK, dll. Pada saat perkumpulan media slide dan alat bantu leaflet lebih efektif.
ibu-ibu di posyandu akan terjadi komunikasi Penyuluhan merupakan kegiatan menganalisa
saling bertukar informasi dan pengalaman informasi bagi peserta penyuluhan dan infor-
antar ibu-ibu. Ibu yang berperan sebagai Ibu masi berperan dalam menunjang perubahan
rumah Tangga akan mempunyai lebih banyak perilaku seseorang. Informasi dapat diperoleh
waktu untuk mendapatkan informasi kesehatan melalui media cetak, elektronik, pendidikan/
sehingga akan lebih mudah dalam penerimaan penyuluhan dan buku- buku.
informasi baru yang sejenis. Penelitian sejenis pernah dilakukan
Karakteristik berdasarkan jumlah anak, dengan judul pengaruh penyuluhan imunisasi
sebagian besar ibu memiliki 1 anak yaitu se- terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap
jumlah 6 responden (37,5%). Jumlah anak yang ibu tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi
banyak mempengaruhi intensitas perhatian sebelum umur 1 tahun. Hasil penelitian terse-
orangtua, yaitu perhatian terhadap anak-anak but adalah ada pengaruh penyuluhan imunisasi
menjadi berkurang. Jumlah anak yang sedikit terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap

164
Mujahidatul Musfiroh, Beny Lukmanawati Wisudaningtyas / KEMAS 9 (2) (2014) 157-166

ibu tentang imunisasi dasar lengkap. Peneli- Tindakan penyuluhan memberikan ibu
tian yang berjudul pengaruh penyuluhan kelas tambahan informasi dan pengetahuan dan
prenatal plus terhadap pengetahuan dan sikap mempengaruhi ibu dalam bersikap yang lebih
ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Mam- baik dalam memberikan toilet training pada
boro kecamatan Palu Utara, Sulawesi Utara. anak usia toddler. Pengetahuan yang tinggi
Juga mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh mempengaruhi sikap dan perubahan perilaku.
penyuluhan kelas prenatal plus terhadap pe- Dalam membentuk sikap yang utuh terdapat
ngetahuan dan sikap ibu hamil. tiga komponen pokok, diantaranya adalah ke-
Hasil penelitian ini dan penelitian-pe- percayaan/ keyakinan, kehidupan emosional,
nelitian sebelumnya yang relevan, maka dapat dan kecenderungan untuk melakukan tinda-
dinyatakan bahwa terdapat pengaruh penyulu- kan (Hikmawati, 2011). Untuk mewujudkan
han terhadap sikap ibu dalam memberikan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlu-
toilet training pada anak usia toddler. kan faktor pendukung dan faktor pendorong.
Penyuluhan yang diberikan merupakan Pengetahuan yang benar dan tepat tentang toilet
usaha untuk meningkatkan pengetahuan ibu training harus dimiliki ibu, sehingga ibu dapat
mengenai toilet training. Selain pengetahuan menyiapkan dan memberikan toilet training
ibu, keberhasilan toilet training dipengaruhi oleh pada anak dengan baik. Kegagalan dalam toilet
kemampuan psikologis anak dalam melakukan training dapat berpengaruh terhadap perkem-
toilet training seperti : anak bersikap kooperatif bangan anak pada tahapan usia selanjutnya.
dalam pelaksanaan proses toilet training, anak Kegagalan toilet training dapat disebabkan
memiliki waktu antara 3-4 jam, anak buang air karena perlakuan atau aturan yang ketat dari
kecil dalam jumlah yang banyak, anak sudah orang tua kepada anak, sehingga dapat meng-
menunjukkan keinginan untuk buang air besar ganggu kepribadian anak dimana anak cenderung
dan buang air kecil dan waktu untuk buang air bersikap keras kepala dan kikir. Hal ini dapat
kecil maupun besar sudah dapat diperkirakan ditunjukkan oleh orang tua yang sering me-
(Warner, 2007). Kemampuan fisik anak dalam marahi anak pada saat buang air kecil maupun
melakukan toilet training, antara lain : anak besar atau melarang anak untuk buang air kecil
dapat duduk atau jongkok tenang kurang lebih maupun besar saat bepergian. Namun orang
2-5 menit, anak dapat berjalan dengan baik, tua yang bersikap lebih permisif atau santai
anak sudah dapat menaikkan dan menurunkan dalam memberikan toilet training maka anak
celana sendiri, anak merasakan tidak nyaman dapat mengalami kepribadian ekspresif di-
bila mengenakan popok sekali pakai yang basah mana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka
atau kotor, anak menunjukkan keinginan dan membuat gara-gara, emosional dan seenaknya
perhatian terhadap kebiasaan ke kamar mandi, dalam kegiatan sehari-hari. Sikap yang baik
anak dapat memberitahu bila ingin buang air ibu dalam memberikan toilet training yaitu ibu
kecil maupun besar, anak mampu menunjuk- mampu mengkombinasikan antara teknik lisan
kan sikap kemandirian, anak sudah memulai dan teknik modeling, serta bersikap kooperatif
proses imitasi atau meniru segala tindakan selama proses toilet training.
orang, kemampuan atau keterampilan anak
untuk mencontoh atau mengikuti orang tua Penutup
atau saudaranya dan anak tidak menolak serta
mampu bekerjasama saat orang tua mengajari Ada pengaruh penyuluhan terhadap
buang air (Warner, 2007). Kemampuan kognitif sikap ibu dalam memberikan toilet training
anak bila anak sudah mampu melakukan toilet pada anak usia toddler. Tindakan penyuluhan
training seperti dapat mengikuti dan menuruti dapat memberikan ibu tambahan informasi,
instruksi sederhana, memiliki bahasa sendiri pengetahuan dan mempengaruhi ibu dalam
seperti pipis untuk buang air kecil dan eek un- bersikap yang lebih baik dalam memberikan
tuk buang air besar, serta anak mengerti reaksi toilet training pada anak usia toddler. Ibu juga
tubuhnya bila ingin buang air kecil maupun mampu mengkombinasikan antara teknik lisan
buang air besar dan dapat memberitahukannya dan teknik modeling serta bersikap kooperatif.
bila ingin buang air (Warner, 2007).

165
Mujahidatul Musfiroh, Beny Lukmanawati Wisudaningtyas / KEMAS 9 (2) (2014) 157-166

Daftar Pustaka Keen, Deb. 2007. Toilet Training for Children with
Autism: The Effects of Video Modeling.
Alexandra, Vermandel. 2008. Toilet Training of Journal of Developmental and Physical Dis-
Healthy Young Toddlers: A Randomized abilities, 19(4): 291-303
Trial Between a Daytime Wetting Alarm and Klijn, Aart J. 2006. Home Uroflowmetry Biofeed-
Timed Potty Training. Journal of Develop- back in Behavioral Training for Dysfunc-
mental & Behavioral Pediatrics, 29(3): 191- tional Voiding in School-Age Children: A
196 Randomized Controlled Study. The Journal
of Urology, 175(6): 2263–2268
Barone, Joseph G. 2009. Later toilet training is as-
Kroeger, K. 2010. A parent training model for toilet
sociated with urge incontinence in children.
training children with autism. Journal of In-
Journal of Pediatric Urology, 5(6): 458–461
tellectual Disability Research, 54(6): 556–567
Carol, Joinson. 2009. A Prospective Study of Age at
Kurniawati, F. 2008. Enuresis. Buletin penelitian RSU
Initiation of Toilet Training and Subsequent
Dr.Soetomo, 89-95
Daytime Bladder Control in School-Age
Siti Z. 2012. Pendidikan Gizi dengan Media Booklet
Children. Journal of Developmental & Beha- terhadap Pengetahuan Gizi. Jurnal Kemas,
vioral Pediatrics, 30(5): 385-393 7(2): 127-133
Chung, Kyong-Mee. 2007. Modified Version of Az- Wald, Ellen R. 2009. Bowel Habits and Toilet Train-
rin and Foxx’s Rapid Toilet Training. Journal ing in a Diverse Population of Children. Jour-
of Developmental and Physical Disabilities, nal of Pediatric Gastroenterology & Nutrition,
19(5): 449-455 48(3): 294–298
Horn, Ivor B. 2006. Beliefs about the appropriate age Warner, P&Paula, K. 2007. Mengajari Anak Pergi ke
for initiating toilet training: Are there racial Toilet. Jakarta : Arcan
and socioeconomic differences?. The Journal Wawan. 2011. Pengetahuan, sikap dan perilaku ma-
of Pediatrics, 149(2): 165–168 nusia. Yogyakarta : Nuha Medika

166

Anda mungkin juga menyukai