Materi Keseluruhan Di Slide MSI
Materi Keseluruhan Di Slide MSI
‘Ulumadalah jamak dariAl-‘alim yang berarti ilmu, maka ‘ulum berarti ilmu-ilmu. Sedangkan
kataAl-Qur’an, secara harfiah, berasal dari kata qara’a yang berarti membaca atau
mengumpulkan. Kedua makna ini mempunyai maksud yang sama; membaca berarti juga
mengumpulkan, sebab orang yang membaca bekerja mengumpulkan ide-ide atau gagasan
yang terdapat dalam sesuatu yang ia baca. Maka perintah membaca dalam Al-Qur’an, seperti
yang terdapat di awal Surah Al-‘Alaq, bermakna bahwa Allah menyuruh umat Islam
mengumpulkan ide-ide atau gagasan yang terdapat di alam raya atau dimana saja, dengan
tujuan agar si pembaca melalui gagasan, bukti atau ide yang terkumpul dalam pikirannya itu,
memperoleh suatu kesimpulan bahwa segala yang ada ini diatur oleh Allah.
Secara terminologi, Al-Qur’an berarti “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, sampai kepada kita secara mutawatir. Dimulai
dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Nas, dan dinilai ibadah (berpahala)
1. Pengertian Tafsir
Istilah tafsir merujuk kepada Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 33 ( Tidaklah orang-orang kafir
itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil melainkan kami datangkan kepadamu
suatu yang benar, dan penjelasan yang terbaik ).
Macam Tafsir
Dalam hal ini makalah hanya mengulas secara singkat tentang macam tafsir ini, jenis tafsir
dapat di bagi menjadi dua :
Tafsir riwayat sering juga disebut dengan istilah tafsir naql atau tafsir ma'tsur. Cara
penafsiran jenis ini bisa dengan menafsirkan ayat al-Quran dengan ayat al-Quran lain yang
sesuai, maupun menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan nash dari as-Sunnah. Karena salah
satu fungsi as-Sunnah adalah menafsirkan al-Quran.
QS Al-Maidah (5): 1:
يا أيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود أحلت لكم بهيمة األنعام إال ما يتلى عليكم غير محلي الصيد وأنتم حرم إن هللا يحكم ما
يريد
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.
Penggalan ayat Illa Maa Yutlaa ‘alaikum dijelaskan oleh Allah dalam firman QS. Al-Maidah
(5): 3):
…حرمت عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل لغير هللا به..
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) dan yang
disembelih atas nama selain Allah… Demkian juga FirmanNya:
Kedua : Tafsir dirayah
Tafsir dirayah disebut juga tafsir bi ra'yi. Tafsir dirayah adalah dengan cara ijtihad yang
didasarkan pada dalil-dalil yang shahih, kaidah yang murni dan tepat. Tafsir dirayah bukanlah
menafsirkan al-Quran berdasarkan kata hati atau kehendak semata, karena hal itu dilarang
berdasarkan sabda Nabi:
"Siapa saja yang berdusta atas namaku secara sengaja niscaya ia harus bersedia menempatkan
dirinya di neraka. Dan siapa saja yang menafsirkn al-Quran dengan ra'yunya maka hedaknya
ia bersedia menempatkan diri di neraka." (HR. Turmudzi dari Ibnu Abbas)
"Siapa yang menafsirkan al-Quran dengan ra'yunya kebetulan tepat, niscaya ia telah
melakukan kesalahan" (HR. Abi Dawud dari Jundab).
Ra'yu yang dimaksudkan oleh dua hadits di atas adalah hawa nafsu. Hadits-hadits di atas
melarang seseorang menafsirkan al-Quran tanpa ilmu atau sekehendak hatinya tanpa
mengetahui dasar-dasar bahasa dan syariat seperti nahwu, sharaf, balaghah, ushul fikih, dan
lain sebagainya. Dengan demikian, tafsir dirayah ialah tafsir yang sesuai dengan tujuan
syara', jauh dari kejahilan dan kesesatan, sejalan dengan kaidah-kaidah bahasa Arab serta
berpegang pada uslub-uslubnya dalam memahami teks al-Quran.
Artinya; "barangsipa yang buta (hati) di (dunia) ini, niscayaiaakanbuta pula di akhirat dan
lebih sesat jalannya". (QS. Al-Isra': 72) Orang tidak paham akan berpendapat bahwa setiap
orang yang buta akan mengalami nasib celaka, rugi, dan masuk neraka. Padahal yang
dimaksudkan buta disini bukanlah buta mata, melainkan buta hati berdasarkan firman Allah
'Azzawajalla yang berbunyi:
فَ ِإنَّهَا الَ تَ ْع َمى اْالَ ْبصَار َولَ ِك ْن ت َ ْع َمى اْلقل ْوب الَّتِ ْي فِي الصد ْو ِر
Artinya :sesungguhnya mereka bukanlah buta mata, tetapi buta hati yang dalam dada ". (QS
al-Haj:46).
Corak-corak tafsir
Corak Sastra Bahasa: munculnya corak ini diakibatkan banyaknya orang non-
Arab yang memeluk Islam serta akibat kelemahan orang-orang Arab sendiri di
bidang sastra sehingga dirasakan perlu untuk menjelaskan kepada mereka tentang
keistimewaan dan kedalaman arti kandungan Al-Qur'an di bidang ini.
Corak Filsafat dan Teologi : corak ini muncul karena adanya penerjemahan kitab-
kitab filsafat yang memengaruhi beberapa pihak serta masuknya penganut agama-agama
lain ke dalam Islam yang pada akhirnya menimbulkan pendapat yang dikemukakan
dalam tafsir mereka.
Corak Penafsiran Ilmiah: akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka
muncul usaha-usaha penafsiran Al-Qur'ansejalan dengan perkembangan ilmu yang
terjadi.
Corak Fikih: akibat perkembangan ilmu fiqih dan terbentuknya madzhab-mahzab fikih
maka masing-masing golongan berusaha membuktikan kebenaran pendapatnya
berdasarkan penafsiran-penafsiran mereka terhadap ayat-ayat hukum.
Corak Tasawuf : akibat munculnya gerakan-gerakan sufi maka muncul pula tafsir-tafsir
yang dilakukan oleh para sufi yang bercorak tasawuf.
Corak Sastra Budaya Kemasyarakatan: corak ini dimulai pada masa Syaikh
Muhammad Abduh yang menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat-ayat Al-Qur'an yang
berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, usaha-usaha untuk menanggulangi
masalah-masalah mereka berdasarkan petunjuk ayat-ayat, dengan mengemukakan
petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti dan enak didengar.
2. Pengertian Tajwid
Tajwīd ( )تجويدsecara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau
bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” (تجويدا-يجود
ّ -جود
ّ )dalam bahasa
Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan
memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam
kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya.
Dalam ilmu tajwid juga dikenal ada 9 hukum bacaan yang isinya menjelaskan bagian-
bagian tanda baca dan cara melafazkannya atau pengucapannya, antara lain :
Contoh : ayat diatas merupakan surat Al-Quran ( QS: Al-Baqarah ayat 145 ), huruf
yang diberi warna (merah : izhar halqi), (hijau : idgham), ( biru : ikhfa haqiqi), ( ungu :
iqlab).
1. Izhar Halqi
Izhar halqi bila bertemu dengan huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya
harus “jelas” Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf Halqi (tenggorokan) seperti:
alif/hamzah()ء, ha’ ()ح, kha’ ()خ, ‘ain ()ع, ghain ()غ, dan ha’ ()ه. Izhar Halqi yang artinya
dibaca jelas.
2. Idgham
Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim ()م, nun ()ن, wau ()و, dan ya’ ()ي,
maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.
3. Idgham Bilaghunnah
Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra’ ( )رdan lam ()ل, maka ia harus
dibaca lebur tanpa dengung.
Pengecualian
Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan
dalam satu kata, seperti ٌ قِ ْن َوان, اَد ْنيَا, ٌب ْنيَان, dan ٌص ْن َوان,
ِ maka nun mati atau tanwin tersebut dibaca
jelas.
4. Iqlab
Hukum ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ ()ب. Dalam bacaan
ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim ()م.
5. Ikhfa’ haqiqi
Jika nan mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta’()ت, tha’ ()ث, jim ()ج, dal ()د,
dzal ()ذ, zai ()ز, sin ()س, syin ()ش, sod ()ص, dhod ()ض, tho ()ط, zho ()ظ, fa’ ()ف, qof ()ق, dan
kaf ()ك, maka ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)
Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum lainnya dalam mempelajari dan membaca
Al-Quran yakni Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dengan huruf
mim mati ( )مyang bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu.
Contoh
bacaan diatas diambil dari (QS: Al-Mu’minun :55-59) yang diberi tanda warna (biru :
ikhfa syafawi), ( merah : idgham mimi), (hijau : izhar syafawi).
Apabila mim mati ( ) ْمbertemu dengan ba ()ب, maka cara membacanya harus dibunyikan
samar-samar di bibir dan dibaca didengungkan.
ٌ س
Contoh: (ط ِ )و َك ْلبهم بَا
َ (ٍَارة ِ )فَاحْ كم بَ ْي َنهم( )تَ ْر ِم
َ يهم ِب ِحج
Apabila mim mati ( ) ْمbertemu dengan mim ()م, maka cara membacanya adalah seperti
menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi disebut
juga idgham mislain atau mutamasilain.
Apabila mim mati ( ) ْمbertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim ( ) ْمdan
ba ()ب, maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.
Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajib al-ghunnah ( )هنغلا ﺐجاوyang
bermakna bahwa pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan
bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun
yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (ّ مdan ّ)ن.
Alif lam ma’rifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal atau awal dari kata yang
bermakna nama atau isim. Terdapat dua jenis alif lam ma’rifah yaitu qamariah dan syamsiah.
- Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah()ء,
ba’ ()ب, jim ()ج, ha’ ()ح, kha’ ()خ, ‘ain ()ع, ghain ()غ, fa’ ()ف, qaf ()ق, kaf ()ك, mim ()م,
wau()و, ha’ ( )هdan ya’ ()ي. Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-
qamar( )رمقلاyang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah
dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.
- Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta’ ()ت, tha’ ()ث,
dal ()د, dzal ()ذ, ra’ ()ر, zai ()ز, sin ()س, syin ()ش, sod ()ص, dhod ()ض, tho ()ط, zho ()ظ,
lam ( )لdan nun ()ن. Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab ( )الﺸمسيهyang artinya
adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan
dileburkan kepada huruf setelahnya.
E. Hukum idgham
Idgham ( )ماغدإadalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf
ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara
meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham:
- Idgham mutamathilain ( – إدغام متماﺛلينyang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang
sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum
adalah wajib diidghamkan. Contoh: ْقَد دَخَلوا.
- Idgham mutaqaribain ( – إدغام متقاربينyang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan
makhrajnya hampir sama, seperti ba’ bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha’ bertemu dzal.
Contoh: ْنَخْلقڪم
- Idgham mutajanisain ( – إدغام متجانسينyang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang
sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta’ dan tha, lam dan ra’ serta dzal dan zha.
Contoh: ﱢبَرل ق
F. Hukum mad
Mad yang artinya yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid dan ahli
bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu
dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far’i. Terdapat tiga huruf
mad yaitu alif, wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang
pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.
G. Hukum ra’
Hukum ra’ adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra’ dalam bacaan. Terdapat tiga
cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.
Contoh: اَنبﱢَر
2. Setiap ra’ yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas
atau fathah.
Contoh: ضرَالاَو
ْ
3. Ra’ berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ٱرْجِعوْا
4. Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra’ tadi
berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: ادَصْرِم
* Bacaan ra’ yang ditipiskan adalah apabila:
Contoh: ٌرْيَخ
3. Ra’ mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa
dengan huruf isti’la’.
Contoh: َنوَعْرِف
* Bacaan ra’ yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra’ yang berbaris
mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf
isti’la’.
Contoh: قْرِف
Isti’la’ ()ﺀ لعتسا: terdapat tujuh huruf yaitu kha’ ()خ, sod ()ص, dhad ()ض, tha ()ط, qaf ()ق, dan
zha ()ظ.
H. Qalqalah
Qalqalah ( )هلقلقadalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik
atau memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf ()ق, tha ()ط, ba’ ()ب, jim ()ج, dan dal ()د.
Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:
- Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris
matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
- Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf
atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak
diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh: ٍ عَلَﻖ,ِٱلْﻔَلَﻖ
I. Waqaf ()وقف
Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah
menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas
dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
- ( ّمتﺂtaamm) – waqaf sempurna – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan
yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak
mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau
ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya
- ( كافkaaf) – waqaf memadai – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan
secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut
masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya
- ( حسنHasan) – waqaf baik – yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi
makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya
- ( قبيﺢQabiih) – waqaf buruk – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak
sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari
karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang
lain.
1. Tanda mim ( ) مـdisebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat
sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah
kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( ) م,
memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan
maksudnya;
3.tanda jim ( ) جadalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun
diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
7. tanda qaf ( ) قmerupakan singkatan dari “Qiila alayhil waqf” yang bermakna “telah
dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya”, maka dari itu lebih baik meneruskan
bacaan walaupun boleh diwaqafkan
8. tanda sad-lam ( ل (صmerupakan singkatan dari “Qad yuushalu” yang bermakna “kadang
kala boleh diwasalkan”, maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh
diwasalkan
9. tanda Qif ( ) فيقbermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda
tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa
berhenti
10. tanda sin ( ) سatau tanda Saktah ( ) سﮑتهmenandakan berhenti seketika tanpa mengambil
napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru
untuk meneruskan bacaan
11. tanda Waqfah ( ) هﻔقوbermaksud sama seperti waqaf saktah ( ) هتﮑس, namun harus
berhenti lebih lama tanpa mengambil napas
12. tanda Laa ( ) الbermaksud “Jangan berhenti!”. Tanda ini muncul kadang-kala pada
penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak
dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh
berhenti atau tidak
13. tanda kaf ( ) كmerupakan singkatan dari “Kadzaalik” yang bermakna “serupa”. Dengan
kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul
14. tanda bertitik tiga ( … …) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta’anuq
(Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara
membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada
tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.
Ilmu MawatinAn-Nuzul,
yaitu ilmu yang menerangkan tempat-tempat turunnya ayat. Yaitu ilmu yang menerangkan
tempat-tempat turunnya ayat, masanya, awal dan akhirnya. Kitab yang membahas ilmu ini
banyak. (Diantaranya ialah al-Itqan, tulisan al-Suyuthi)
IlmuQira’ah,
yaitu ilmu yang menerangkan tentang macam-macam bacaan Al-Qur’an, mana yang shahih dan tidak
shahih. Yaitu ilmu yang menerangkan rupa-rupa Qira'at (bacaan al-Qur'an yang diterima dari
Rasulullah SAW). (Seindah-indah kitab untuk mempelajari ilmu ini ialah kitab al-Nasyr Fi
Qira'at al-Asyr, tulisan Ibnu Jazary)