Anda di halaman 1dari 4

Palliative care secara islam (Sakaratul maut)

Definisi

Sakaratul maut adalah suatu kondisi di mana pasien menghadapi kematian, yang memiliki
berbagai hal dan berharap untuk mati.

Tanda Klien Menjelang Kematian

1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya dimulai pada


anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.

2. Gerak peristaltic usus menurun.

3.Tubuh klien lanjut usia tampak menggembung.

4. Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya.

5. Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan / kelabu.

6. Denyut nadi mulai tidak teratur.

7. Nafas mendengkur berbunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh adanya lender pada saluran
pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia.

8. Tekanan darah menurun.

9. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur)

Pemenuhan Kebutuhan Klien Menjelang Kematian

1. Kebutuan jasmaniah

Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda pada setiap orang. Tindakan yang
memungkinkan rasa nyaman bagi klien lanjut usia (mis: sering mengubah posisi tidur,
perawatan fisik, dan sebagainya).

2. Kebutuhan emosi

Untuk menggambarkan unggkapan sikap dan perasaan klien dalam menghadapi kematian.

a. Mungkin klien mengalami ketakutan yang hebat (ketakutan yang timbul akibat menyadari
bahwa dirinya bahwa dirinya tidak mampu mencegah kematian).

b. Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama mendampinginya. Misalnya, klien ingin
memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu dan kemudian hari. Bila pembicaraan
tersebut berkenaan, luangkan waktu sejenak. Ingat, tidak semua orang senang membicarakan
kematian.

c. Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien.

Peran Perawat dalam Mengahadapi Klien Pada saat Sakaratul Maut

1. Menaqilkan atau (menuntun) dengan syahadat

Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Talqinilah orang yang akan wafat di antara
kalian dengan, "Laa illaahaillallah". Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak
wafat, "Laaillaaha illallaah", maka ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan
mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya. Perawat muslim dalam mentalkinkan
kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien
akan melepaskan nafasnya yang terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan
husnul khatimah. Para ulama berpendapat, Apabila telah membimbing orang yang akan
meninggal dengan satu bacaan talqin maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara
dengan bacaan-bacaan atau materi pembicaraan lain.Setelah itu barulah diulang kembali, agar
bacaan"Laa ilahailallah" menjadi ucapan terakhir ketika menghadapi kematian. Para ulama
mengarahkan pada pentingnya menjenguk orang sakaratul maut, untuk
mengingatkan,mengasihi, menutup kedua matanya dan memberikan hak-haknya". (Syarhu An-
nawawi Ala Shahih Muslim: 6/458).

2. Hendaklah mendo'akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang


baik. Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam telah bersabda. Artinya : "Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit
atau orang yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik
karena para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan." Maka perawat harus berupaya
memberikan suport mental agar pasien merasayakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu
memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang
terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.

3.Berbaik Sangka kepada Allah

Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT,seperti di dalam hadits
Bukhari "Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah
SWT. Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita
karena Allah mengikuti perasangka umatnya

4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut


Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang
sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk
membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering
karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air
dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami
sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat
syahadat. (Al-Mughni :2/450 milik Ibnu Qudamah).

5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat

Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat.
Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw. hanya saja
dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal
tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat:

1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan


kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah
kiblat.

2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat.
Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar.
Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring
kearah manapun yang membuatnya selesai.

Sesaat Setelah Ajal Tiba

Setelah muhtadhir telah melalui kematiannya, seperti adanya tanda-tanda mengendurnya


telapak tangan dan kaki, cekungnya pelipis dan hidung yang tampak lemas, tindakan berikutnya
yang sunah dilalukan adalah:

1.Memejamkan kedua matanya

jika sampai terlambat hingga kedua matanya tidak bisa dipejamkan, maka cara memejamkannya
dengan menarik kedua lengan serta kedua ibu jari kakinya secara bersamaan, niscaya kedua
mata tersebut akan terpejam dengan sendirinya.

2. Mengikat rahangnya ke atas kepala dengan memakai kain yang agak lebar agar mulutnya
tidak terbuka.

3. Melemaskan sendi-sendi tulangnya dengan melipat tangan ke siku,lutut ke paha dan paha ke
perut. Setelah itu dibujurkan kembali, kemudian jar-jari tangannya dilemaskan. Jika agak
terlambat sehingga tubuhnya sudah kaku, maka sunah dilemaskan memakai minyak.
Hikmah dari pelemasan ini agar mempermudah proses pemandian dan pengkafanannya nanti.

4. Melepaskan pakaiannya secara perlahan.

Kemudian disedekapkan lalu mengganti pakaian tersebut dengan kain tipis, (izar misalnya) yang
ujungnya diselipkan di bawah kepala dan kedua kakinya (menutupi semua tubuh). Kecuali jika ia
sedang menunaikan ibadah ihram, maka kepalanya harus dibiarkan tetap terbuka

5. Meletakkan beban seberat 20 dirham ( 20gr x 2,75 gr= 54,300 gr) atausecukupnya di atas
perutnya dengan dibujurkan dan diikat agar perutnya tidak membesar.

6. Membebaskan segala tanggungan hutang atau lainnya. Dan jika tida mungkin dilakukan pada
saat itu, maka segeralah ahli warisnya malakukan qad Hawalah (pelimpahan tanggungan
hutang) dengan orang-orang yang bersangkutan. Dan sunah bagi mereka menerima tawaran
tersebut.

Sumber:

Kisyik, Abdul Hamid. 2000. Mati Menebus Dosa. Jakarta: Gema Insani Press.

Anda mungkin juga menyukai