Definisi
Sakaratul maut adalah suatu kondisi di mana pasien menghadapi kematian, yang memiliki
berbagai hal dan berharap untuk mati.
4. Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya.
7. Nafas mendengkur berbunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh adanya lender pada saluran
pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
1. Kebutuan jasmaniah
Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda pada setiap orang. Tindakan yang
memungkinkan rasa nyaman bagi klien lanjut usia (mis: sering mengubah posisi tidur,
perawatan fisik, dan sebagainya).
2. Kebutuhan emosi
Untuk menggambarkan unggkapan sikap dan perasaan klien dalam menghadapi kematian.
a. Mungkin klien mengalami ketakutan yang hebat (ketakutan yang timbul akibat menyadari
bahwa dirinya bahwa dirinya tidak mampu mencegah kematian).
b. Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama mendampinginya. Misalnya, klien ingin
memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu dan kemudian hari. Bila pembicaraan
tersebut berkenaan, luangkan waktu sejenak. Ingat, tidak semua orang senang membicarakan
kematian.
Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Talqinilah orang yang akan wafat di antara
kalian dengan, "Laa illaahaillallah". Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak
wafat, "Laaillaaha illallaah", maka ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan
mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya. Perawat muslim dalam mentalkinkan
kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien
akan melepaskan nafasnya yang terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan
husnul khatimah. Para ulama berpendapat, Apabila telah membimbing orang yang akan
meninggal dengan satu bacaan talqin maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara
dengan bacaan-bacaan atau materi pembicaraan lain.Setelah itu barulah diulang kembali, agar
bacaan"Laa ilahailallah" menjadi ucapan terakhir ketika menghadapi kematian. Para ulama
mengarahkan pada pentingnya menjenguk orang sakaratul maut, untuk
mengingatkan,mengasihi, menutup kedua matanya dan memberikan hak-haknya". (Syarhu An-
nawawi Ala Shahih Muslim: 6/458).
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT,seperti di dalam hadits
Bukhari "Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah
SWT. Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita
karena Allah mengikuti perasangka umatnya
Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat.
Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw. hanya saja
dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal
tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat:
2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat.
Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar.
Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring
kearah manapun yang membuatnya selesai.
jika sampai terlambat hingga kedua matanya tidak bisa dipejamkan, maka cara memejamkannya
dengan menarik kedua lengan serta kedua ibu jari kakinya secara bersamaan, niscaya kedua
mata tersebut akan terpejam dengan sendirinya.
2. Mengikat rahangnya ke atas kepala dengan memakai kain yang agak lebar agar mulutnya
tidak terbuka.
3. Melemaskan sendi-sendi tulangnya dengan melipat tangan ke siku,lutut ke paha dan paha ke
perut. Setelah itu dibujurkan kembali, kemudian jar-jari tangannya dilemaskan. Jika agak
terlambat sehingga tubuhnya sudah kaku, maka sunah dilemaskan memakai minyak.
Hikmah dari pelemasan ini agar mempermudah proses pemandian dan pengkafanannya nanti.
Kemudian disedekapkan lalu mengganti pakaian tersebut dengan kain tipis, (izar misalnya) yang
ujungnya diselipkan di bawah kepala dan kedua kakinya (menutupi semua tubuh). Kecuali jika ia
sedang menunaikan ibadah ihram, maka kepalanya harus dibiarkan tetap terbuka
5. Meletakkan beban seberat 20 dirham ( 20gr x 2,75 gr= 54,300 gr) atausecukupnya di atas
perutnya dengan dibujurkan dan diikat agar perutnya tidak membesar.
6. Membebaskan segala tanggungan hutang atau lainnya. Dan jika tida mungkin dilakukan pada
saat itu, maka segeralah ahli warisnya malakukan qad Hawalah (pelimpahan tanggungan
hutang) dengan orang-orang yang bersangkutan. Dan sunah bagi mereka menerima tawaran
tersebut.
Sumber:
Kisyik, Abdul Hamid. 2000. Mati Menebus Dosa. Jakarta: Gema Insani Press.