Anda di halaman 1dari 5

D.

Prinsip-prinsip Komunikasi Pembangunan

Kesenjangan efek yang ditimbulkan oleh kekeliruan cara-cara komunikasi selama ini,
menurut Rogers dan Adhikarya (1978) dapat diperkecil bila strategi komunikasi
pembangunan dirumuskan sedemikian rupa, mencakup prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Penggunaan pesan yang dirancang khusus (tailored messages) untuk khalayak yang
spesifik. Misalnya, bila hendak menjangkau khalayak miskin pada perumusan pesan,
tingkat bahasa, gaya penyajian, dan sebagainya, disusun sedemikian rupa agar dapat
dimengerti dan serasi dengan kondisi mereka.
2. Pendekatan ceiling effect yaitu dengan mengkomunikasikan pesan-pesan yang bagi
golongan yang tidak dituju, katakanlah golongan atas, merupakan “redundansi” (tidak
lagi begitu berguna karena sudah dilampaui mereka) atau kecil manfaatnya, namun
tetap berguna bagi golongan khalayak yang hendak dijangkau. Dengan cara ini,
dimaksudkan agar golongan khalayak yang benar-benar berkepentingan tersebut
mempunyai kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya, dan dengan demikian
diharapkan dapat mempersempit jarak efek komunikasi yang telah disinggung di atas
tadi.
3. Penggunaan pendekatan narrow casting atau melokalisasi penyampaian pesan bagi
kepentingan khalayak. Lokalisasi disini berarti disesuaikan penyampaian informasi
yang dimaksud dengan situasi kesempatan dimana khalayak berada.
4. Pemanfaaatan penggunaan saluran tradisional, yaitu berbagai bentuk pertunjukan
rakyat (kearifan lokal) sebagai sarana penyampaian pesan pembanguanan.
5. Pelibatan elit-elit lokal, yaitu menggunakan tokoh masyarakat untuk membantu
mengkomunikasikan pesan pembangunan.
6. Pelibatan kelompok internal agen of chance, yaitu menggunakan lembaga didalam
khalayak sasaran itu sendiri untuk menyampaikan pesan.
7. Penggunaan prinsip partisipasi, melibatkan khalayak sasaran sebagai “ pelaku
pembangunan ”.

E. Strategi Komunikasi Pembangunan

Menurut AED (1985), ada empat strategi komunikasi pembangunan yang telah
digunakan selama ini, yaitu :

1. Strategi-strategi berdasarkan media (media-based strategies);


2. Strategi-strategi desain intruksional;
3. Strategi-strategi partisipatori;
4. Strategi-strategi pemasaran.

Masing-masing strategi mencerminkan suatu rangkaian prioritas tententu mengenai


bagaimana menggunakan komunikasi untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan pembangunan.
Kategori ini sendiri tidak dimaksudkan dalam arti yang kaku, karena dalam kenyataannya
tidak sedikit program komuikasi pembangunan yang merupakan gabungan dari beberapa
strategi.

Strategi Berdasar Media : Para komunikator yang menggunakan strategi ini biasanya
mengelompokkan kegiatan mereka di sekitar medium tertentu yang mereka sukai. Strategi ini
memang merupakan teknik yang paling mudah, paling populer, dan tentunya yang paling
kurang efektif. Strategi media disini secara tipikal memulai rencananya dengan
mempertanyakan : “ apa yang dapat saya lakukan dengan menggunakan radio? ”,
“ bagaimana caranya agar saya dapat menggunkan televisi untuk menyampaikan pesan saya? ”
sejumlah penelitian diarahkan pada strategi media tertentu telah dilakukan untuk mengetahui
“ media manakah yang terbaik? Termurah? Dan lainnya.”

Strategi desain instruksional : menggunakan strategi ini pada umumnya adalah para
pendidik. Mereka memfokuskan strateginya pada pembelajaran individu-individu yang dituju
sebagai suatu sasaran yang fundamental. Strategi kelompok ini, mendasarkan diri pada teori-
teori belajar formal, dan berfokus pada pendekatan sistem untuk pengembangan bahan-bahan
belajar.

Para desainer instruksional merupakan orang-orang yang berorientasi pada rencana


dan sistem (plan and system oriented). Mereka pertama-tama melakukan identifikasi
mengenai :

1. Kriteria yang hendak dicapai,


2. Kriteria keberhasilan,
3. Parsitipan,
4. Sumber-sumber (resources),
5. Pendekatan yang digunakan, dan
6. Waktu.
Sebagai faktor-faktor yang ditimbang, dianalisis, distrukturkan dan dikodifikasi dalam
suatu petunjuk rencana. Secara tipikal kegiatan mereka dapat digolongkan kedalam tiga
tahapan yang luas dan saling berkaitan, yakni : tahap-tahap perencanaan, implementasi dan
evaluasi.

Strategi Partisipasi : dalam strategi partisipasi ini, prinsip-prinsip penting dalam


mengorganisasi kegiatan adalah kerja sama komunitas dan pertumbuhan pribadi (community
participation and personal growth). Yang dipentingkan dalam strategi ini bukan pada berapa
banyak informasi yang dipelajaro seseorang melalui program komunikasi pembangunan,
tetapi lebih pada pengalaman keikutsertaan sebagai seseorang yang sederajat (equal) dalam
berbagai pengetahuan dan keterampilan.

Strategi Pemasaran : strategi ini tumbuh sebagai suatu strategi komunikasi yang
sifatnya paling langsung dan terasa biasa. “ kalau anda dapat menjual pasta gigi, mengapa
tidak dapat menjual kesehatan, pertanian, dan keluarga berencana? ” itulah prinsip social
marketing yang menjadi pegangan strategi ini.

F. Fungsi Komuikasi Pembangunan

Komunikasi pembangunan bersifat timbal balik dan mementingkan adanya dialog


antara kedua belah pihak yang memberikan penerangan atau yang menyampaikan pesan
dengan pihak yang menerima pesan/penerangan, dan antara khalayak sendiri. Dengan
demikian, maka komunikasi sosial dan komunikasi dilaksanakan secara bebas, terbuka,
terarag, jujur, dan bertanggung jawab. Keberhasilannya sangat bergantung dari adanya iklim
yang diliputi rasa saling percaya mempercayai antara pemerintah dan masyarakat dan adanya
iktikad baik atas dasar kepentingan nasional.

Arus penerangan bukan saja mengalir dari atas ke bawah, tetapi juga dari bawah ke
atas dalam bentuk umpan balik. Untuk itu kegiatan-kegiatan komunikasi sosial dan
pembangunan yang bersifat timbal balik harus dikembangkan antara pemerintah dan
masyarakat, antara masyarakat dan pemerintah, dan antara golongan-golongan alam
masyarakat sendiri.

Hadebro (1979) mengidentifikasi tiga aspek komunikasi dan pembangunan yang


berkaitan dengan tingkat analisisnya, yaitu :
1. Pendekatan yang berfokus pada pembangunan suatu bangsa, dan bagaimana media
komunikasi dapat menyumbang dalam upaya tersebut. Di sini, politik dan fungsi-
fungsi media massa dalam pengertian yang umum merupakan objek studi, sekaligus
masalah-masalah yang menyangkut struktur organisasional dan pemilikan, serta
kontrol terhadap media. Untuk studi-studi jenis ini sekarang digunakan istilah
kebijakan komunikasi, dan merupakan pendekatan yang paling luas dan bersifat
general ( umum ).
2. Pendekatan yang juga dimaksudkan untuk memahami peranan media massa dalam
pembangunan nasional, namun jauh lebih spesifik. Menurut pendekatan ini, media
dilihat sebagai pendidik atau guru, dan idenya adalah bagaimana media massa dapat
dimanfaatkan untuk mengajarkan kepada masyarakat bermacam keterampilan, dan
dalam kondisi tertentu memengaruhi sikap mental dan perilaku mereka. Persoalan
utama dalam studi jenis ini adalah bagaimana media dapat dipakai secara paling
efisien, untuk mengajarkan pengetahuan tertentu bagi masyarakat suatu bangsa.
3. Pendekatan yang berorientasi kepada perubahan yang terjadi pada suatu komunitas
lokal atau desa. Konsentrasinya adalah pada memperkenalkan ide-ide baru, produk
dan cara-cara baru, dan penyebarannya disuatu desa atau wilayah. Studi jenis ini
mendalami bagaimana aktivitas komunikasi dapat dipakai untuk mempromosikan
penerimaan yang luas akan ide-ide dan pruduk baru.

Kebanyakan teori-teori pembangunan selama ini, ternyata dikembangkan dalam


tradisi teori pertumbuhan ekonomi, yaitu berisi gambaran mengenai proses perubahan
ekonomi yang telah berlangsung di negara-negara maju. Titik tolak teori-teori tersebut
bermula dari membedakan fakor-faktor dasar produksi yng sudah tersohor itu, yakni : tanah,
modal, dan tenaga kerja.

Kecilnya perhatian pemikiran ekonomi terhadap komunikasi dalam pembahasan


mereka mengenai pembangunan, disesalkan oleh Frey (1973). Menurut pengamatannya,
memang benar diawal ulasan para ahli ekonomi ada terselip satu atau dua paragraf sekedar
sebagai “hiasan bibir” mengenai pentingnya nilai-nilai, faktor manusia, institusi sosial yang
melingkungi, dan seterusnya.

Bahkan pada beberapa kasus, pembahasan mengenai komunikasi dalam rangka


pembangunan tampak justru ditempatkan sebagai sambungan dari uraian tentang transportasi.
Walaupun perspektif seperti itu diterima oleh para ekonom, fokus mereka pada umumnya
terbatas hanya pada masalah nilai-nilai, struktur politik, dan demografi.

Sangat jarang pembahasan yang secara eksplisit mencantumkan tentang komunikasi.


Padahal menurut Frey, jika diamati dengan teliti sebenarnya banyak fase dari pertumbuhan
ekonomi menurut teori-teori pembanguan tersebut yang merupakan tempat komunikasi
memainkan peranan penting. Bahkan sebenarnua peranan itu bersifat laten. Frey mengajukan
contoh mengenai sistem harga (pricing system) yang dapat dilihat sebagai suatu sistem
komunikasi yang terspesialisasikan dan vital, yang idealnya menyediakan informasi yang
esensial bagi perhitungan yang rasional, dan untuk perencanaan, buat para pembuat
keputusan ekonomi di semua tingkatan.

Uraian Hagen (1962) dan McClelland (1961) dapat dilihat sebagai pembahasan
pembangunan dengan pendekatan psikologis interaksional. Karenanya hampir seluruh hal
yang mereka kemukakan mengandung aspek-aspek komunikasi. Keduanya menonjolkan
makna fundamental dan personalitas (kepribadian) para anggota suatu masyarakat bagi suatu
sistem sosial.

Salah satu butir yang kuat relevansinya dengan peranan komunikasi dalam
pembangunan menurut Frey adalah penekanan yang diberikan pada analisis yang lebih
mendalam pada masalah efek komunikasi. Ada dua pertanda yang mencerminkan hal tersebut,
yaitu :

1. Perhatian terhadap proses internal yang terjadi pada saat suatu pesan dasar diterima –
suatu proses intrapsikis yang terjadi dalam diri seseorang (within-self communication).
2. Bahwa sementara ongkos modernisasi boleh jadi demikian besarnya, namun sampai
tingkat tertentu dapat diatasi melalui sistem komunikasi.

Baik Hagen maupun McClelland, menekankan pula gema rasional yang dapat
ditanamkan dengan komunikasi pembangunan tertentu. Hagen mengingatkan kita tentang
effect developmental dari suatu pesan yang dikomunikasikan tidak semata-mata kepada
khalayak yang dituju sejak semula saja, tetapi juga melalui mereka, kepada khalayak yang
berikutnya secara bergantian beberapa kali giliran.

Anda mungkin juga menyukai