Kompem 163-168
Kompem 163-168
Kesenjangan efek yang ditimbulkan oleh kekeliruan cara-cara komunikasi selama ini,
menurut Rogers dan Adhikarya (1978) dapat diperkecil bila strategi komunikasi
pembangunan dirumuskan sedemikian rupa, mencakup prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Penggunaan pesan yang dirancang khusus (tailored messages) untuk khalayak yang
spesifik. Misalnya, bila hendak menjangkau khalayak miskin pada perumusan pesan,
tingkat bahasa, gaya penyajian, dan sebagainya, disusun sedemikian rupa agar dapat
dimengerti dan serasi dengan kondisi mereka.
2. Pendekatan ceiling effect yaitu dengan mengkomunikasikan pesan-pesan yang bagi
golongan yang tidak dituju, katakanlah golongan atas, merupakan “redundansi” (tidak
lagi begitu berguna karena sudah dilampaui mereka) atau kecil manfaatnya, namun
tetap berguna bagi golongan khalayak yang hendak dijangkau. Dengan cara ini,
dimaksudkan agar golongan khalayak yang benar-benar berkepentingan tersebut
mempunyai kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya, dan dengan demikian
diharapkan dapat mempersempit jarak efek komunikasi yang telah disinggung di atas
tadi.
3. Penggunaan pendekatan narrow casting atau melokalisasi penyampaian pesan bagi
kepentingan khalayak. Lokalisasi disini berarti disesuaikan penyampaian informasi
yang dimaksud dengan situasi kesempatan dimana khalayak berada.
4. Pemanfaaatan penggunaan saluran tradisional, yaitu berbagai bentuk pertunjukan
rakyat (kearifan lokal) sebagai sarana penyampaian pesan pembanguanan.
5. Pelibatan elit-elit lokal, yaitu menggunakan tokoh masyarakat untuk membantu
mengkomunikasikan pesan pembangunan.
6. Pelibatan kelompok internal agen of chance, yaitu menggunakan lembaga didalam
khalayak sasaran itu sendiri untuk menyampaikan pesan.
7. Penggunaan prinsip partisipasi, melibatkan khalayak sasaran sebagai “ pelaku
pembangunan ”.
Menurut AED (1985), ada empat strategi komunikasi pembangunan yang telah
digunakan selama ini, yaitu :
Strategi Berdasar Media : Para komunikator yang menggunakan strategi ini biasanya
mengelompokkan kegiatan mereka di sekitar medium tertentu yang mereka sukai. Strategi ini
memang merupakan teknik yang paling mudah, paling populer, dan tentunya yang paling
kurang efektif. Strategi media disini secara tipikal memulai rencananya dengan
mempertanyakan : “ apa yang dapat saya lakukan dengan menggunakan radio? ”,
“ bagaimana caranya agar saya dapat menggunkan televisi untuk menyampaikan pesan saya? ”
sejumlah penelitian diarahkan pada strategi media tertentu telah dilakukan untuk mengetahui
“ media manakah yang terbaik? Termurah? Dan lainnya.”
Strategi desain instruksional : menggunakan strategi ini pada umumnya adalah para
pendidik. Mereka memfokuskan strateginya pada pembelajaran individu-individu yang dituju
sebagai suatu sasaran yang fundamental. Strategi kelompok ini, mendasarkan diri pada teori-
teori belajar formal, dan berfokus pada pendekatan sistem untuk pengembangan bahan-bahan
belajar.
Strategi Pemasaran : strategi ini tumbuh sebagai suatu strategi komunikasi yang
sifatnya paling langsung dan terasa biasa. “ kalau anda dapat menjual pasta gigi, mengapa
tidak dapat menjual kesehatan, pertanian, dan keluarga berencana? ” itulah prinsip social
marketing yang menjadi pegangan strategi ini.
Arus penerangan bukan saja mengalir dari atas ke bawah, tetapi juga dari bawah ke
atas dalam bentuk umpan balik. Untuk itu kegiatan-kegiatan komunikasi sosial dan
pembangunan yang bersifat timbal balik harus dikembangkan antara pemerintah dan
masyarakat, antara masyarakat dan pemerintah, dan antara golongan-golongan alam
masyarakat sendiri.
Uraian Hagen (1962) dan McClelland (1961) dapat dilihat sebagai pembahasan
pembangunan dengan pendekatan psikologis interaksional. Karenanya hampir seluruh hal
yang mereka kemukakan mengandung aspek-aspek komunikasi. Keduanya menonjolkan
makna fundamental dan personalitas (kepribadian) para anggota suatu masyarakat bagi suatu
sistem sosial.
Salah satu butir yang kuat relevansinya dengan peranan komunikasi dalam
pembangunan menurut Frey adalah penekanan yang diberikan pada analisis yang lebih
mendalam pada masalah efek komunikasi. Ada dua pertanda yang mencerminkan hal tersebut,
yaitu :
1. Perhatian terhadap proses internal yang terjadi pada saat suatu pesan dasar diterima –
suatu proses intrapsikis yang terjadi dalam diri seseorang (within-self communication).
2. Bahwa sementara ongkos modernisasi boleh jadi demikian besarnya, namun sampai
tingkat tertentu dapat diatasi melalui sistem komunikasi.
Baik Hagen maupun McClelland, menekankan pula gema rasional yang dapat
ditanamkan dengan komunikasi pembangunan tertentu. Hagen mengingatkan kita tentang
effect developmental dari suatu pesan yang dikomunikasikan tidak semata-mata kepada
khalayak yang dituju sejak semula saja, tetapi juga melalui mereka, kepada khalayak yang
berikutnya secara bergantian beberapa kali giliran.