Anda di halaman 1dari 12

ILMU NEGARA

Nama/NIM : Luthfi Novianto Syuhada / E0014240

Kelas :A

Tugas : UKD I Meresume teori-teori asal mula negara


TEORI-TEORI ASAL MULA NEGARA

A. Jaman Yunani Kuno


(Socrates, Plato, Aristoteles, Epicurus)

B. Jaman Romawi Kuno


(Polybius, Cicero)

C. Jaman Abad Pertengahan


(Augustinus, Thomas Aquinas, Marsilius)

D. Jaman Renaissance
(Niccolo Machiavelli, Thomas Morus,)

E. Kaum Monarkomaken
(Hotman, Brutus, Buchanan, Mariana, Bellarmin, Suarez, Milton, Johannes
Althusius)

F. Jaman Berkembangnya Hukum Alam


1. Teori Hukum Alam Abad ke 17 (Grotius, Thomas Hobbes, Benedictus de Spinosa,
John Locke)
2. Teori Hukum Alam Abad ke 18 (Frederik yang agung, Montesquieu, J.J.
Rousseau, Immanuel Kant)

G. Jaman Berkembangnya Teori Kekuatan (Kekuasaan)


(F. Oppenheimer, Karl Marx, H.J. Laski, Leon Duguit)

H. Teori Positivisme
(Hans Kelsen)

I. Teori Modern
(Kranenberg, Logemann)

A.) Jaman Yunani Kuno

1. Socrates. Meninggal pada tahun 399 SM

Menurut Socrates negara bukanlah semata-mata merupakan suatu


keharusan yang bersifat obyektif, yang asal mulanya berpangkal pada pekerti
manusia. Sedangkan tugas negara adalah menciptakan hukum, yang harus
dilakukan oleh para pemimpin, atau para penguasa yang dipilih secara
seksama oleh rakyat.

2. Plato. (tahun 429-347 SM)

Menurut Plato negara itu ada atau terbentuk karena adanya kebutuhan
dan keinginan manusia yang beraneka macam, yang menyebabkan mereka
harus bekerja-sama, untuk memenuhi kebutuhan mereka. Karena masing-
masing orang itu secara sendiri-sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhannya.
Karena itu sesuai dengan kecakapan mereka masing-masing, tiap-tiap orang
itu mempunyai tugas sendiri-sendiri dan bekerja sama untuk memenuhi
kepentingan mereka bersama. Kesatuan mereka inilah kemudian yang
dinamakan masyarakat atau negara.

3. Aristoteles. (tahun 384-322 SM)

Menurut Aristoteles negara terjadi karena penggabungan keluarga-


keluarga menjadi suatu kelompok yang lebih besar, kelompok itu bergabung
lagi hingga menjadi desa. Dan desa ini bergabung lagi, demikian seterusnya
hingga timbul negara, yang sifatnya masih merupakan kota atau polis. Desa
yang sesuai kodratnya adalah desa yang bersifat genealogis, yaitu desa yang
berdasarkan keturunan.

4. Epicurus. (tahun 342-271 SM)

Negara menurut Epicurus itu adalah merupakan hasil daripada


perbuatan manusia, yang diciptakan untuk menyelenggarakan kepentingan
anggota-anggotanya. Masyarakat tidak merupakan realita dan tidak
mempunyai dasar kehidupan sendiri. Manusialah sebagai individu, dan
sebagai anggota masyarakat, yang mempunyai dasar-dasar kehidupan yang
mandiri, dan yang merupakan realita. Jadi menurut Epicurus yang hidup ini
adalah individunya , yang merupakan keutuhan itu adalah individunya
sedangkan negara adalah buatan daripada individu-individu tersebut, jadi sama
dengan benda mati, dan merupakan suatu mekanisme.

B.) Jaman Romawi Kuno

1. Polybius
Menurut Polybius bentuk negara atau pemerintahan yang satu
sebenarnya merupakan akibat daripada bentuk negara yang lain,yang telah
langsung mendahuluinya. Dan bentuk negara yang terakhir itu merupakan
sebab daripada bentuk negara yang berikutnya, demikian seterusnya sehingga
siklus itu dapat berulang-ulang kembali.

Gambar Siklus Polybius


2. Cicero (tahun 106- 43 SM)

Negara menurut Cicero merupakan suatu keharusan , dan yang


harus didasarkan atas ratio manusia. Ajaran Cicero ini sebetulnya meniru dan
disesuaikan dengan yang dengan ajaran kaum stoa. Pengertian ratio disini
yang dimaksud Cicero adalah ratio yang murni, yaitu yang didasarkan atau
menurut hukum kodrat. Jadi tidak seperti ajaran Epicurus yang menganggap
bahwa negara itu adalah hasil daripada perbuatan manusia, dan fungsinya
hanya sebagai alat saja daripada manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

C.) Jaman Abad Pertengahan

1. Augustinus (tahun 354 – 430)

Menurut Augustinus, yang ajarannya sangat bersifat Teokratis


dikatakan bahwa kedudukan gereja yang dipimpin oleh Paus itu lebih tinggi
daripada negara yang dipimpin oleh seorang raja. Mengapa demikian ?
dalam hubungan ini dikatakan oleh Augustinus bahwa adanya negara di
dunia itu merupakan suatu kejelekan, tetapi adanya itu merupakan suatu
keharusan. Yang penting itu adalah terciptanya suatu negara seperti yang
diangan-angankan atau dicita-citakan oleh agama, yaitu Kerajaan Tuhan.
Maka dari itu sebenarnya negara yang ada di dunia ini hanya merupakan
suatu organisasi yang mempunyai tugas untuk memusnahkan perintang-
perintang agama dan musuh-musuh gereja. Jadi disini nampak dengan jelas
bahwa negara mempunyai kedudukan atau kekuasaan yang lebih rendah dan
ada di bawah gereja. Negara sifatnya hanyalah sebagai alat daripada gereja
untuk membasmi musuh-musuh gereja.

2. Thomas Aquinas (tahun 1225-1274)

Menurut Thomas Aquinas, tujuan negara itu adalah tujuan


manusia, apakah tujuan manusia itu ? , tujuan manusia itu adalah untuk
mencapai kemuliaan abadi. Yaitu kemuliaan abadi dalam waktu setelah
manusia itu mati. Jadi bukan kemuliaan abadi yang bersifat keduniawian.
Kemuliaan abadi ini hanya bisa dicapai dengan tuntutan gereja. Lalu apa
tugas negara disini ?, tugas negara dalam hal ini adalah memberikan
kesempatan bagi manusia untuk memenuhi tuntutan dari gereja agar dapat
dilaksanakan, yang demikian ini maka negara itu harus memberikan
keamanan dan kedamaian agar masing-masing orang itu dapat menjalankan
tugasnya sesuai dengan bakatnya dalam suasana ketentraman.

3. Marsilius (tahun 1270 – 1340)

Menurut Marsilius terbentuknya negara itu tidaklah semata-mata


karena kehendak tuhan, atau karena kodrat Tuhan, melainkan negara itu
terjadi karena perjanjian daripada orang-orang, yang ingin
menyelenggarakan perdamaian. Sikap Marsilius bersama rekannya William
Occam yang hidup pada tahun 1280 – 1317. Dengan demikian sikap mereka
adalah bahwa hal-hal yang bersifat khusus itu bernilai tinggi sementara hal-
hal yang bersifat umum itu hanya merupakan abstraksi pikiran saja. Bagi
mereka negara itu dianggap sebagai kekuasaan sedunia, diganti oleh negara
sebagai pusat kekuasaan yang tetap, yang berdiri sendiri, yang terlepas dari
hubungan dengan suatu kekuasaan yang lebih tinggi, seperti gereja. Sikap
mereka yang demikian ini timbul sebagai akibat daripada adanya
perselisihan antara kaisar Louis Bavaria dengan Paus Johannes ke XXII.

D.) Jaman Renaissance

1. Niccolo Machiavelli (tahun 1469 – 1527)

Ajaran dan pikiran-pikiran Niccolo Machiavelli tentang negara dan


hukum ditulis dalam bukunya yang sangat terkenal yang diberi nama Il Principe
artinya Sang Raja atau Buku Pelajaran untuk Raja. Buku ini menjadi pedoman
bagi para raja dalam menjalankan pemerintahannya, agar raja dapat memegang
dan menjalankan pemerintahan dengan baik. Ia menunjukkan dengan terang dan
tegas pemisahan antara azas-azas kesusilaan dengan azas-azas kenegaraan, yang
berarti bahwa orang dalam lapangan ilmu kenegaraan tidak perlu menghiraukan
atau memperhatikan azas-azas kesusilaan.

2. Thomas Morus (tahun 1478 – 1535)

Apabila pemikiran tentang negara dan hukum pada jaman renaissance


telah diungkap oleh seorang sarjana besar Italia yang bernama Niccolo
Machiavelli, maka di inggris pada tahun 1516, jadi beberapa tahun setelah
terbitnya buku Il Principe dari Niccolo Machiavelli, Thomas Morus menerbitkan
sebuah buku karangannya yang sebetulnya tidak ada sangkut pautnya dengan
pemikiran masalah negara dan hukum, karena buku tersebut bersifat roman
kenegaraan , yaitu De optimo rei publicae statu deque nova insula Utopia ;
tentang susunan pemerintahan yang paling baik dan tentang pulau yang tidak
dikenal. Meskipun buku Utopia dari Thomas Morus itu bersifat roman
kenegaraan, tetapi seperti halnya dalam buku-buku roman kenegaraan lainnya
disitu terdapat keanehan. Yaitu bahwa orang yang sifatnya dibuat-buat dan hanya
khayalan belaka telah menggambarkan dengan jelas dan gamblang serta dengan
berani suatu susunan masyarakat negara yang sempurna, dan didalamnya itu
sudah mengandung suatu kritikan yang tajam terhadap negara yang ada.

E.) Kaum Monarkomaken

1. Hotman

Pada tahun 1573 menerbitkan buku karangannya yang diberi nama Pranco
Gallia. Dasar-dasar yang dipergunakan oleh Hotman untuk menentang
absolutisme bukanlah dasar-dasar ajaran agama, melainkan dasar-dasar sejarah.
Jadinya ia bukanlah seorang monarkomaken yang sebenarnya, meskipun orang-
orang selalu menggolongkannya ke dalam pengertian itu.

2. Brutus

Buku karangan monarkomaken sesungguhnya pertama-tama terbit pada


tahun 1579, nama bukunya Vindiciae contra Tyrannos, (Alat-alat hukum melawan
Tyranni). Pengarangnya bersembunyi dibalik nama Brutus. Buku itu adalah
merupakan salah satu tinjauan yang prinsipiel tentang perlawanan terhadap raja-
raja yang mempunyai kekuasaan absolut.

3. Buchanan (tahun 1603- 1625)

Nama lengkapnya George Buchanan. Ia adalah seorang Skot. Pada tahun


1579 ia menerbitkan bukunya De Jure regni apud Scotos ( Tentang kekuasaan raja
pada bangsa Skot ). Buchanan hidup pada tahun 1506 – 1582. Ia adalah seorang
pendidik, antara lain mendidik James, yang kemudian menjadi raja di Skotlandia dan
Inggris.
Buchanan adalah seorang humanist. Pertama-tama ia mencari perbedaan
antara raja dengan tyran. Raja itu adalah orang yang memegang pemerintahan, yang
memperoleh kekuasaannya itu dengan bantuan rakyat, dan yang melaksanakan
pemerintahannya atas dasar keadilan. Jika tidak demikian, ia adalah seorang tyran.
Dan ia boleh dibunuh tanpa hukuman.

4. Mariana

Nama lengkapnya Juan de Mariana. Ia adalah seorang sarjana dari spanyol.


Pada tahun 1599 ia menerbitkan bukunya yang berjudul De Rege ac Regis Institutione
( Tentang hal raja dan kedudukannya ). Buku ini ditujukan khusus untuk raja Philip III
yang memerintah di Spanyol. Ajarannya banyak persamaannya dengan Buchanan,
terutama mengenai batas-batas kekuasaan raja, dan pembunuhan Tyran.

5. Bellarmin (tahun 1542- 1621)

Bellarmin adalah seorang kardinal, filsafat negaranya bersifat


Controversialis, karena sikap James yang membela pendirian tentang kedaulatan
Tuhan, yang kemudian mendapat perlawanan dari kaum Jesuit dengan kedaulatan
rakyatnya. Bellarmin berpendapat bahwa sungguhpun monarki absolut adalah
merupakan bentuk pemerintahan yang paling baik dalam teori, akan tetapi karena
kekurangan-kekurangan akhlak manusia telah menyebabkan prakteknya berlainan
sekali.

6. Suarez (tahun 1548 – 1617)

Nama lengkapnya Francesco Suarez, menurutnya negara adalah gabungan


daripada orang-orang yang merupakan suatu kesatuan karena perbuatan yang berdasar
kemauan atau karena persetujuan umum. Keseluruhan sosial itu mempunyai tujuan
umum dan merupakan kesatuan moril yang merupakan kekuasaan mengatur.

7. Milton

Nama lengkapnya John Milton. Ia adalah seorang penyair yang termasyhur.


Ketika hidupnya ia mengalami masa pembunuhan raja Charles I. Dan karena
pembelaannya ia menjadi terkenal.
8. Johannes Althusius (tahun 1568 – 1638)

Menurut Johannes Althusius tentang terjadinya negara Althusius banyak


persamaannya dengan Aristoteles, yaitu bahwa negara adalah merupakan kesatuan
keluarga-keluarga dalam bentuknya yang tertinggi yang mempunyai tujuan beraneka
macam, dengan secara berangsur-angsur kesatuan itu berkembang dan akhirnya
mencapai bentuknya sebagai negara.

F.) Jaman Berkembangnya Hukum Alam

a. Teori Hukum Alam abad ke 17

1. Grotius (tahun 1583 – 1645)

Menurut Grotius negara itu adanya karena diselenggarakannya suatu perjanjian.


Karena manusia itu makhluk sosial, karena itu selalu ada hasrat untuk hidup bermasyarakat
dan yang penting ialah karena manusia itu memiliki rasio. Karena faktor inilah manusia lalu
hidup bermasyarakat, untuk mencapai tujuannya yaitu ketertiban dan keamanan umum. Dan
tugas diserahkan kepada seorang raja dalam suatu perjanjian.

2. Thomas Hobbes (tahun 1588 – 1679)

Menurut Thomas Hobbes adanya negara itu karena manusia menghendaki


supaya di antara mereka itu ada perdamaian, tidak hanya ada permusuhan saja. Untuk
mengadakan perdamaian ini mereka mengadakan suatu perjanjian, yang disebut
perjanjian masyarakat. Untuk membentuk masyarakat dan selanjutnya negara. Dimana
setiap orang di negara itu dapat bekerja untuk memiliki sesuatu dan tidak selalu terancam
jiwanya.

3. Benedictus de Spinoza (tahun 1632 – 1677)

Menurut Spinoza adanya negara karena dalam keadaan alamiah manusia itu
memang hidup dengan segala hawa nafsunya, tetapi hal ini tidak memberikan kepuasan,
karena sebagai makhluk sosial, manusia itu ingin hidup dengan damai, aman, tenteram
dan tanpa ketakutan. Untuk mencapai tujuan inlah maka manusia membentuk negara.

4. John Locke (tahun 1632 – 1704)


Menurut John Locke dalam keadaan alam bebas atau alamiah manusia itu telah
mempunyai hak-hak alamiah, yaitu:
1. Hak akan hidup
2. Hak akan kebebasan atau kemerdekaan
3. Hak akan milik atau memiliki sesuatu
Jadi menurut John Locke manusia sejak lahir telah memiliki hak-hak kodrat atau
hak-hak azasi manusia, maka untuk untuk menjamin terlaksananya hak-hak manusia
tadi, manusia mengadakan perjanjian masyarakat dan selanjutnya negara. Dalam
perjanjian itu orang-orang memberikan hak alamiahnya kepada masyarakat, namun
tidak sepenuhnya. Mayarakat ini kemudian menunjuk seorang penguasa, dan kepada
penguasa ini kemudian diberikan wewenang untuk menjaga dan menjamin hak-hak
azasi manusia tadi.

b.) Teori Hukum Alam abad 18

1. Frederik Yang Agung (tahun 1712 – 1786)

Frederik Yang agung adalah raja Prusia, ia merupakan penentang ajaran


Machiavelli, maka ajarannya dalam banyak hal bersifat menentang dan membantah ajaran
Niccolo Machiavelli, ajarannya itu ditulis dalam buku berjudul Antimachiavelli, pertentangan
jiwa atau pikiran ini terjadi dikarenakan perbedaan jaman atau keadaan yang dialami. Di
Italia telah terjadi kemerosotan akhlak serta perpecahan dan kekacauan berbeda dengan
kondisi di istana Prusia yang kehidupannya sangat soleh dan teratur.

2. Montesquieu (tahun 1688 – 1755)

Montesquieu membagi kekuasaan menjadi tiga, dan yang masing-masing kekuasaan


itu dilaksanakan oleh badan yang berdiri sendiri. Yaitu :

1. Kekuasaan membuat undang-undang (legislatif)

2.Kekuasaan melaksanakan pemerintahan (eksekutif)

3. Kekuasaan kehakiman (judikatif)

Pendapat Montesquieu di atas kemudian terkenal dengan sebutan trias-politika,


dengan ajaran itu Montesquieu berpendapat bahwa tidak dimungkinkannya dilaksanakan
pemerintahan yang bersifat absolutisme.

3. Jean Jacques Rousseau (tahun 1712 – 1778)

Menurut Rousseau tentang asal mula negara adalah yakni dalam keadaan alam
bebas manusia memerlukan jaminan atas keselamatan jiwa miliknya. Maka mereka lalu
mengadakan perjanjian masyarakat. Hal yang pokok dari perjanjian masyarakat ini adalah
menemukan suatu bentuk kesatuan yang membela, melindungi kekuasaan bersama
disamping pribadi sehingga karena itu semuanya dapat bersatu, akan tetapi meskipun
demikian setiap orang masih mematuhi dirinya sendiri, sehingga orang tetap merdeka dan
bebas seperti sedia kala.

4. Immanuel Kant (tahun 1724 – 1804)

Menurut Immanuel Kant negara itu adalah suatu keharusan, adanya negara karena
negara harus menjamin terlaksananya kepentingan umum di dalam keadaan hukum. Jadi
negara harus menjamin warga negara bebas di dalam hukum, bebas yang dimaksud disini
bukan semaunya atau sewenang-wenang, tapi dalam pengertian bebas sesuai dengan
aturan hukum.

G.) Jaman Berkembangnya Teori Kekuatan (Kekuasaan)

1. F. Oppenheimer

Menurut Oppenheimer negara itu merupakan alat dari golongan yang kuat untuk
melaksanakan tertib masyarakat, yang oleh golongan kuat tadi dilaksanakan kepada golongan
yang lemah dengan tujuan untuk menyusun dan membela golongan kuat tadi, terhadap orang-
orang baik dari dalam maupun luar, terutama dalam sistem ekonomi.

2. Karl Marx

Menurut Karl Marx negara itu merupakan penjelmaan dari pertentangan-


pertentangan ekonomi. Negara dipergunakan sebagai alat oleh mereka yang kuat untuk
menindas yang lemah, yang dimaksud kuat disini ialah mereka yang memiliki alat produksi.
Negara akan lenyap dengan sendirinya menurut Karl Marx jika dalam masyarakat itu tidak
ada perbedaan-perbedaan dan pertentangan ekonomi.

3. H.J. Laski

Menurut Harold J. Laski negara itu merupakan alat pemaksa atau Dwang
Organizatie, untuk melaksanakan sistem produksi yang stabil, dan pelaksanaan produksi ini
semata-mata hanya menguntungkan golongan yang kuat atau yang berkuasa.

4. Leon Duguit

Menurut Leon Duguit orang-orang yang paling kuat memaksakan kemauannya


kepada orang-orang yang dianggapnya lemah. Orang-orang yang paling kuat dapat
memperoleh kekuasaan dan memerintah disebabkan karena beberapa faktor. Faktor itu antara
lain karena mereka unggul di lapangan : fisik, ekonomi, agama, kecerdasan dan sebagainya.
Bahkan nanti dalam negara modern, politik sangat menentukan.

H.) Teori Positivisme

1. Hans Kelsen

Menurut Hans Kelsen bahwa Ilmu Negara harus menarik diri dari pemikiran
prinsipiil dari tiap-tiap percobaan untuk menerangkan negara serta bentuk-bentuknya secara
kausal atau sebab musabab yang bersifat abstrak. Dan mengalihkan pembicaraannya secara
yuridis murni. Maka dari itu tiap-tiap negara hanya dapat dipelajari dan dipahami dari sistem
hukumnya itu sendiri.

I.) Teori Modern

1. Prof. Mr. R. Kranenburg

Menurut Kranenburg negara itu diciptakan oleh sekelompok orang yang disebut
bangsa, jadi menurut Kranenburg harus ada sekelompok orang terlebih dahulu yang
mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi dengan tujuan untuk memelihara
kepentingan dari kelompok tersebut.

2. Logemann

Menurut Logemann negara itu pada hakikatnya adalah suatu organisasi


kekuasaan yang menyatukan atau mengikat masyarakatnya yang disebut bangsa.

SUMBER:
Soehino, 1998, ILMU NEGARA, Yogyakarta: Liberty

Anda mungkin juga menyukai