Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008

merupakan topik pembicaraan yang sangat menarik di hampir seluruh media

massa di dunia. Krisis ekonomi tersebut disebabkan oleh macetnya kredit properti

(subprime mortgage) yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR). Efek

beruntun (dominos effect) dari macetnya kredit tersebut membuat beberapa

perusahaan keuangan besar di Amerika dan juga di beberapa negara mengalami

kebangkrutan (Thobarry, 2009). Di Indonesia sendiri, dampak negatif yang

muncul akibat krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat pada saat itu yaitu

jatuhnya harga saham-saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia yang

tergabung dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG sempat

mengalami penurunan yang sangat tajam hingga mencapai ambang batas toleransi

penurunan indeks dalam satu hari yaitu hampir 10% (Hidayat, 2011). Penurunan

drastis tersebut membuat pemerintah pada saat itu mengambil tindakan dengan

melakukan suspend atau penghentian perdagangan sementara dengan tujuan

melindungi investor hingga kondisi normal.

Beberapa tahun berselang sejak krisis ekonomi yang melanda Amerika

Serikat, kembali terjadi krisis ekonomi dan kali ini melanda kawasan Uni Eropa.

Krisis ekonomi Eropa ini melanda hampir seluruh negara-negara Eropa pengguna

mata uang Euro. Krisis berawal dari kredit macet di Yunani yang kemudian

berdampak luas bagi negara-negara Eropa lain (Kusumawardhana, 2013).

Walaupun dampak dari krisis ekonomi Eropa terhadap Indonesia dirasakan tidak

terlalu signifikan, namun tetap membuat IHSG bergerak sangat fluktuatif

merespons perkembangan penanganan krisis ekonomi yang terjadi di Eropa

sepanjang tahuan 2013 hingga pertengahan 2014. Kesimpulannya, krisis ekonomi

yang terjadi di Amerika Serikat dan di kawasan Uni Eropa sangat menentukan

kondisi dan stabilitas ekonomi global, termasuk Indonesia.

Ada dua pengaruh langsung krisis finansial global terhadap Indonesia,


yaitu yang pertama terkait dengan keadaan bursa saham Indonesia dimana

kepemilikan asing masih sangat mendominasi dengan porsi ± 60% kepemilikan

saham di Bursa Efek Indonesia dan hal ini mengakibatkan bursa saham Indonesia

sangat rentan (fragile) terhadap isu global (Haryogo, 2013). Fenomena ini terjadi

akibat globalisasi yang membuat Indonesia harus ikut sebagai anggota World

Trade Organization (WTO) dimana organisasi tersebut kemudian membuka bursa

saham bagi investor asing untuk berinvestasi di seluruh dunia dan salah satu

tujuan investasi mereka adalah Indonesia. Oleh karena itu, perubahan di satu

bursa secara langsung maupun tidak akan ditransmisikan ke bursa negara lain,

dalam hal ini bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang lebih kecil

(Noer, 2000). Pengaruh langsung krisis finansial global terhadap Indonesia yang

kedua yaitu dibidang perdagangan ekspor-impor. Amerika Serikat, Eropa dan

Jepang merupakan negara tujuan ekspor bagi produk-produk Indonesia. Sehingga,

dengan menurunnya kinerja ekonomi di negara-negara tersebut, maka akan

berdampak kepada kegiatan ekspor-impor Indonesia.

Apabila kita mengingat kembali krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia

pada tahun 1997, maka akan menunjukkan pula hubungan antara kondisi makro

ekonomi terhadap kinerja saham, dimana dengan melemahnya nilai tukar rupiah

sabagai salah satu indikator kondisi makro ekonomi Indonesia, kemudian

berdampak sangat besar terhadap pasar modal di Indonesia pada waktu itu.

Melalui contoh kasus di atas dan dengan masih meningkatnya pertumbuhan

ekonomi dunia, maka perkembangan pasar modal di Indonesia selalu menarik

untuk dikaji.

Pasar modal telah menjadi salah satu instrumen ekonomi yang cukup

penting dan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pasar modal juga dapat

menjadi indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta menunjang ekonomi

negara tersebut (Ang, 1997). Saat ini pasar modal berperan sangat penting bagi

perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu

fungsi yang pertama sebagai sarana pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi

perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor


(Husnan, 2004). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk

ekspansi pengembangan usaha, penambahan modal kerja dan lain-lain. Fungsi

yang kedua yaitu pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi

pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksadana dan instrumen

keuangan lainnya. Dengan demikian masyarakat dapat menempatkan dana yang

dimiliki sesuai dengan karakteristik keuntungan dan resiko dari masing-masing

instrumen keuangan.

Salah satu faktor penting yang menjadi penilaian dalam melihat

kesuksesan perekonomian suatu negara adalah pasar modal negara tersebut.

Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan negara maju lainnya mempunyai pasar

modal yang sangat likuid, efisien, dan terpercaya yang membuat tidak hanya

perusahaan-perusahaan domestik saja yang mencatatkan sahamnya di bursa, tapi

juga perusahaan-perusahaan internasional ikut mencatatkan sahamnya pada bursa

di negara maju tersebut (Noer, 2010).

Harga instrumen keuangan di pasar modal yaitu saham, obligasi, dan juga

derivatif di bursa selalu berfluktuasi, adakalanya meningkat namun dapat pula

menurun, tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Fluktuasi harga

tersebut yang menjadikan pasar modal menjadi menarik dan banyak diminati bagi

beberapa investor untuk melakukan investasi (Amin, 2012). Untuk kalangan

investor yang memiliki kelebihan dana dan berminat melakukan investasi, pasar

modal menjadi sebagai salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

menghasilkan tingkat keuntungan yang optimal.

Investasi adalah kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak

langsung dengan harapan pemilik modal (investor) di masa depan akan

mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut (Samsul,

2008). Investasi dapat juga diartikan sebagai konsumsi yang ditunda sementara

waktu untuk dikonsumsi lebih besar di masa mendatang (Myers, 2000). Investasi

di pasar modal merupakan salah satu pilihan untuk berinvestasi oleh investor, baik 4

itu investor individual maupun perusahaan (korporasi). Investor dapat melakukan

investasi pada dua kelompok besar, yaitu investasi riil dan investasi finansial.
Investasi riil seperti pada properti, pabrik, dan barang tidak bergerak lainnya.

Sementara investasi finansial merupakan investasi pada barang tidak berwujud,

tetapi merupakan kepemilikan atas barang tidak bergerak seperti obligasi, saham,

derivatif, reksadana, deposito, dan sebagainya. Masing-masing aset finansial

mempunyai resiko yang berbeda.

Investasi pada aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan

investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung

aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara

yang lain. Sementara investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham

dari perusahaan lain. investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva

keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal

(capital market) atau pasar turunan (derivative market).

Investor yang menempatkan investasinya di pasar modal akan selalu

mencari informasi seputar pergerakan harga saham, obligasi dan indeks harga

saham. Informasi tersebut merupakan informasi yang sangat penting karena

dengan mengetahui posisi indeks, maka investor dapat memperkirakan apa yang

sebaiknya dilakukan terhadap saham-saham yang dimiliki, apakah akan menjual,

membeli atau menahan saham tersebut. Informasi tentang posisi perkembangan

harga saham dan indeks dapat ditemukan pada surat kabar, radio, televisi dan

internet. Pergerakan harga saham dan indeks harus terus dipantau oleh investor

untuk mengamankan investasinya, terutama bagi para investor langsung (direct

investor). Untuk investor yang mempercayakan investasinya pada perusahaan

sekuritas melalui manajer investasinya dalam mengelola investasi, maka

pemantauan dapat dilakukan dalam batas yang lebih fleksibel dibandingkan

dengan investor langsung.

Sebelum melakukan investasi di pasar modal, para investor harus

mengetahui terlebih dahulu salah satu informasi penting yaitu informasi mengenai

Indeks Harga Saham. Indeks Harga Saham adalah suatu indikator yang

menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren

pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat sedang
aktif atau lesu.

Di Indonesia, investor yang berminat untuk berinvestasi di pasar modal

dapat berinvestasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia

merupakan penggabungan dari Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada

tanggal 1 Desember 2007. Penggabungan ini dilakukan demi efisiensi dan

efektivitas operasional dan transaksi. Untuk memberikan informasi yang lebih

lengkap bagi investor tentang perkembangan bursa, BEI menyebarkan data

pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator

pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini, BEI

mempunyai beberapa macam indeks saham (www.idx.co.id).

Salah satu indeks yang selalu diperhatikan oleh investor ketika

berinvestasi di Bursa Efek Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG). Hal ini disebabkan karena indeks ini berisi atas seluruh saham yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu, melalui pergerakan Indeks 6

Harga Saham Gabungan investor dapat melihat kondisi pasar apakah sedang

bergairah atau lesu. Perbedaan kondisi pasar tentu memerlukan strategi yang

berbeda dari investor dalam berinvestasi.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi salah satu indikator

utama yang mencerminkan kinerja pasar modal di Indonesia. IHSG juga

mencerminkan keadaan pasar modal di Indonesia apakah sedang mengalami

peningkatan (bullish) ataukah sedang mengalami penurunan (bearish) karena

IHSG mencatatkan pergerakan saham dari semua sekuritas yang tercatat di Bursa

Efek Indonesia (Manurung, 2009). Pergerakan IHSG menjadi perhatian bagi

semua investor di Bursa Efek Indonesia, sebab pergerakan IHSG akan

mempengaruhi sikap para investor, apakah membeli, menahan atau menjual

sahamnya. Selain itu kenaikan dan penurunan IHSG dapat menjadi sebuah ukuran

atas persepsi pasar terhadap keadaan ekonomi Indonesia.

Gambar 1.1 : Pergerakan IHSG selama 10 tahun terakhir

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama 10 tahun terakhir juga

menunjukkan perkembangan yang “luar biasa” dimana IHSG telah mengalami


pertumbuhan sebesar ± 600% atau kurang lebih ± 60% setiap tahunnya. Besarnya

tingkat return yang diberikan, menjadikan investasi di pasar modal sebagai

pilihan utama investor. Dengan semakin banyaknya investor yang tertarik untuk

berinvestasi di pasar modal Indonesia, membuat informasi mengenai pergerakan

IHSG dan hal-hal yang mempengaruhinya menjadi sangat penting dan bernilai.

Ada 2 (dua) dasar informasi mengenai pasar modal yang selalu digunakan dalam

menganalisa faktor yang mempengaruhi pasar modal, yaitu informasi fundamental

dan informasi teknikal (Ang, 1997). Informasi fundamental meliputi kondisi

makro ekonomi, kestabilan politik, pergerakan nilai tukar mata uang, tingkat suku

bunga dan kondisi ekonomi global maupun regional, sementara informasi teknikal

berupa paparan data historis dan juga proyeksi masa depan mengenai pergerakan

indeks suatu saham (Blanchard, 2006).

Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi indeks saham yang termasuk sebagai informasi fundamental yaitu

antara lain keadaan ekonomi global maupun regional, kestabilan politik suatu

negara, kestabilan nilai tukar mata uang, tingkat suku bunga suatu negara, indeks

global, indeks regional dan lain-lain (Blanchard, 2006). Dalam hal ini, faktor

faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan dibagi menjadi dua, yaitu Faktor Internal
dan Faktor Eksternal. Faktor internal muncul dari dalam negeri akibat dari perubahan nilai tukar
mata uang (Kurs Rupiah/Dollar Amerika

Serikat) dan perubahan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate), sementara

faktor eksternal muncul dari luar negeri yang tercermin melalui pengaruh indeks

global dan regional terhadap IHSG.

Pengaruh nilai tukar mata uang atau kurs Rupiah terhadap IHSG sangat

jelas terlihat ketika terjadi krisis ekonomi di Amerika Serikat. Krisis tersebut

mengakibatkan likuiditas di Amerika sangat rendah sehingga membuat banyak

investor Amerika mengembalikan investasinya kembali kedalam negeri. Hal ini

menyebabkan arus keluar mata uang dollar Amerika Serikat di berbagai negara

(termasuk di Indonesia) sangat tinggi dan ini membuat jatuhnya nilai tukar

Rupiah terhadap Dollar hingga menembus level Rp. 10.000,- per Dollar.

Penurunan nilai tukar Rupiah tersebut kemudian diikuti pula oleh jatuhnya harga
harga saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia yang tergabung dalam

IHSG. Penurunan indeks pada masa itu sempat mencapai ambang batas yaitu

mencapai hampir 10% dalam sehari sehingga menyebabkan perdagangan di Bursa

dihentikan (suspend).

Tingkat suku bunga di Indonesia dikendalikan secara langsung oleh Bank

Indonesia melalui BI Rate yang merupakan suku bunga kebijakan dan

mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan

diumumkan kepada publik (www.bi.go.id). BI Rate merupakan respons terhadap

tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan.

Perubahan BI Rate sendiri secara langsung maupun tidak langsung dapat memicu

pergerakan pasar saham di Indonesia. Penurunan BI Rate akan memicu penurunan

tingkat suku bunga kredit dan suku bunga deposito. Bagi para investor, dengan

penurunan tingkat suku bunga deposito maka tingkat keuntungan yang diperoleh

dari investasi di deposito akan berkurang. Selain itu, dengan penurunan suku

bunga kredit membuat biaya modal (capital cost) untuk kegiatan usaha akan

menjadi kecil. Hal ini dapat mempermudah perusahaan untuk memperoleh

tambahan modal dengan biaya yang murah untuk meningkatkan produktivitasnya.

Perekonomian Indonesia sendiri saat ini sudah semakin terintegrasi dalam

perekonomian global. Perekonomian Indonesia terbuka dari sisi neraca

pembayaran mulai dari perdagangan, arus modal masuk (capital inflow), arus

modal keluar (capital outflow), dan kegiatan Pemerintah melalui penarikan dan

pembayaran utang luar negeri. Amerika Serikat dan Jepang adalah negara tujuan

ekspor non migas terbesar Indonesia (Mansyur, 2002). Perubahan keadaan

perekonomian di negara tersebut akan memberikan pengaruh baik langsung

maupun tidak langsung kepada Indonesia. Untuk kawasan Asia Tenggara,

Singapura dinilai memiliki pengaruh yang cukup signifikan bagi perekonomian

Indonesia. Bursa saham Singapura adalah bursa saham terdekat yang paling besar

pengaruhnya terhadap bursa saham Indonesia.

Indeks Dow Jones merupakan indeks pasar saham tertua di Amerika

Serikat dan merupakan representasi atau cerminan dari kinerja industri paling
penting di Amerika Serikat. Perusahaan yang tercatat di dalam indeks Dow Jones

pada umumnya merupakan perusahaan multinasional. Kegiatan operasional

perusahaan-perusahaan tersebut tersebar di seluruh dunia. Perusahaan seperti

Coca-Cola, ExxonMobil, Citigroup, Procter & Gamble adalah beberapa contoh

perusahaan yang sahamnya tercatat di dalam Indeks Dow Jones dan beroperasi di

Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut pada umumnya beroperasi secara

10

langsung di Indonesia dan memiliki Kantor Cabang atau Kantor Perwakilan.

Apabila Indeks Dow Jones bergerak naik, makan menandakan kinerja

perekonomian Amerika Serikat secara umum juga baik. Dengan kondisi

perekonomian yang baik, maka akan menggerakkan perekonomian Indonesia

melalui kegiatan perusahaan-perusahaan dari Amerika Serikat yang beroperasi di

Indonesia, melalui kegiatan ekspor-impor antara Amerika Serikat dengan

Indonesia yang diikuti oleh aliran modal masuk baik melalui investasi langsung

maupun melalui pasar modal (Sunariyah, 2011). Aliran modal masuk tersebut

yang kemudian akan mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.

Indeks Nikkei 225 merupakan Indeks yang menjadi representasi atau

cerminan dari perekonomian Jepang pada khususnya dan Asia pada umumnya.

Perhitungan dan pembentukan Indeks Nikkei 225 telah dilakukan sejak 1950 dan

indeks ini juga merupakan indeks yang paling sering digunakan di Jepang sebagai

tolok ukur kinerja bursa saham di Jepang. Perusahaan yang sahamnya tercatat di

dalam Indeks Nikkei 225 juga sebagian besar merupakan perusahaan

multinasional yang juga beroperasi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut

antara lain Mitsubishi Corp., Honda Motor Corp., Nikon Corp., Nissan Corp., dan

masih banyak lagi. Melalui perusahaan-perusahaan tersebut dan kegiatan

perekonomian antara Indonesia dengan Jepang membuat perekonomian Indonesia

terpengaruhi oleh perekonomian Jepang secara langsung maupun tidak langsung,

begitu juga juga dengan pasar modal Indonesia yang juga terpengaruhi oleh pasar

modal Jepang.

11

Indeks Strait Times merupakan indeks yang menjadi representasi atau


cerminan dari perekonomian Singapura pada khususnya dan Asia Tenggara pada

umumnya. Indeks Strait Times digunakan untuk mendata dan memonitor secara

harian perubahan dari kinerja perusahaan-perusahaan terbesar di Singapura.

Perusahaan-perusahaan yang sahamnya tercatat di dalam Indeks Strait Times

merupakan perusahaan-perusahaan yang sebagian besar telah beroperasi di

Indonesia, yaitu antara lain DBS Group Holding, Oversea-Chinese Banking

Corporation, CapitaLand, dan Singapore Airlines. Besarnya kapitalisasi pasar dari

perusahaan-perusahaan yang tercatat pada Indeks Strait Times, membuat Indeks

Strait Times menjadi indikator utama kondisi pasar saham di Singapura.

Telah diuraikan di atas bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

dipengaruhi oleh Faktor Internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam

negeri, dan Faktor Eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar negeri.

Faktor Internal yang mempengaruhi IHSG yaitu perubahan nilai tukar mata uang

(Kurs Rupiah/Dollar Amerika Serikat) dan tingkat suku bunga acuan yaitu BI

Rate yang ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter di Indonesia.

Faktor Eksternal yang mempengaruhi IHSG yaitu Indeks Dow Jones, Indeks

Nikkei 225 dan Indeks Strait Times. Indeks Dow Jones menjadi cerminan dari

kondisi perekonomian Amerika Serikat pada khususnya, dan cerminan dari

kondisi perekonomian dunia pada umumnya. Indeks Nikkei 225 menjadi

cerminan dari kondisi perekonomian Jepang pada khususnya dan Asia pada

umumnya. Sementara Indeks Strait Times menjadi cerminan perekonomian

Singapura pada khususnya dan Asia Tenggara pada umumnya.

12

Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui

bagaimana pengaruh Faktor Internal dan Eksternal tersebut terhadap IHSG.

Diantaranya adalah penelitian Ardian Agung (2010) dan H.M. Chababib (2011)

yang menunjukkan hasil bahwa perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar

Amerika Serikat dan perubahan BI Rate berpengaruh signifikan terhadap

pergerakan IHSG. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Achmad Ath

Thobarry (2009), Ni Gusti Putu Wirawati (2013) dan Adit Tia Nugraha (2013)

menunjukkan hasil bahwa BI Rate tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.


Penelitian yang dilakukan oleh Yohanes Jhony Kurniawan (2013) dan Ardy

Haryogo (2013) menunjukkan hasil bahwa pergerakan Kurs Rupiah terhadap

Dollar Amerika Serikat tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Hal ini

bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan hasil yang

sebaliknya..

IHSG sampai hari ini masih mengacu pada pergerakan bursa global

maupun regional. Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Mansyur (2002)

menyatakan bahwa bagi investor yang akan melakukan transaksi investasi

portofolio di Bursa Efek Indonesia, sebaiknya memperhatikan kondisi bursa

saham global dan juga regional. Indeks Dow Jones sebagai cerminan dari kondisi

bursa saham global memiliki pengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham

Gabungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian yang

dilakukan oleh Budi Sutanto (2013), Ika Wulandari (2013), dan Ardy Haryogo

menunjukkan hasil bahwa Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan positif

terhadap IHSG, sementara penelitian yang dilakukan oleh Sari Yuni Kemala

13

(2012) hasilnya menunjukkan bahwa Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan

negatif terhadap pergerakan IHSG.

Selain bursa global, bursa regional juga memiliki pengaruh terhadap

pergerakan IHSG. Penelitian yang dilakukan oleh Tita Detiana (2009) dan

Alkhairani (2012) menunjukkan hasil bahwa Indeks Nikkei 225 berpengaruh

siginifikan negatif terhadap IHSG, sementara Ardian Agung (2010) menyatakan

bahwa Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan positif terhadap IHSG.

Beberapa penelitian mengenai pengaruh Indeks Nikkei 225 terhadap IHSG yang

dilakukan oleh Taufik Hidayat (2011), Fakhry Reza (2011) dan Yohanes Jhony

Kurniawan (2013) menunjukkan hasil bahwa Indeks Nikkei tidak berpengaruh

terhadap pergerakan IHSG. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

penelitian sebelumnya.

Sebagai bursa saham paling besar dan terdekat dengan Indonesia, bursa

Singapura juga memiliki pengaruh terhadap pergerakan IHSG. Penelitian yang

dilakukan oleh Hilya Laila (2014), Alkhairani (2012) dan Shevanda Febrilia
Tamara (2013) menunjukkan hasil bahwa Indeks Strait Times berpengaruh

signifikan positif terhadap IHSG. Sementara Nurul Hidayah (2012) berpendapat

bahwa Indeks Strait Times berpengaruh signifikan, namun dengan arah negatif

terhadap IHSG.

Berdasarkan latar belakang dan research gap dari penelitian terdahulu di

atas, maka penelitian ini akan menganalisa pengaruh Faktor Internal yang diwakili

oleh pergerakan tingkat suku bunga BI Rate dan perubahan nilai tukar mata uang

yaitu Kurs Rupiah/Dollar Amerika Serikat terhadap pergerakan Indeks Harga 14

Saham Gabungan dan menganalisa pengaruh Faktor Eksternal yang diwakili oleh

Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Strait Times terhadap

pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan pada tahun 2007 – 2014. Seperti yang

sudah dipaparkan di atas, pemilihan IHSG karena IHSG merupakan cerminan dari

kinerja pasar modal Indonesia. Pemilihan Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225

dan Indeks Strait Times sebagai Faktor Eksternal yang mempengaruhi IHSG

karena masing-masing indeks tersebut merupakan gambaran/cerminan dari kinerja

pasar modal global dan regional. Pergerakan Kurs Rupiah/Dollar Amerika Serikat

dan suku bunga BI Rate dipilih sebagai Faktor Internal yang mempengaruhi IHSG

karena keduanya merupakan indikator makro perekonomian Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Investasi di pasar modal hingga saat ini masih menjadi pilihan utama para

investor dikarenakan tingginya return yang diberikan. Namun, tingginya return

juga diimbangi dengan resiko yang tinggi pula. Resiko berinvestasi di pasar modal

akan dapat diminimalisir apabila investor sudah memiliki informasi yang lengkap

mengenai arah perkembangan pasar modal dan harga saham. Informasi terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham dan pasar modal

menjadi semakin bernilai, ditandai dengan banyaknya penelitian yang mencoba

memberikan hasil yang paling sesuai.

Berdasarkan latar belakang di atas, dijelaskan bahwa Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) sebagai cerminan dari kondisi pasar modal dan juga

15
perekonomian Indonesia, diperngaruhi oleh 2 (dua) faktor utama yaitu Faktor Internal dan Faktor
Eksternal. Faktor Internal diwakili oleh pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
dan pengaruh tingkat suku bunga

BI Rate terhadap IHSG. Sementara Faktor Eksternal diwakili oleh pengaruh

indeks global dan regional yaitu Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225 dan Indeks

Strait Times terhadap IHSG.

Dari paparan tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Apakah Faktor Internal yaitu perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat dan
tingkat suku bunga BI Rate berpengaruh terhadap

pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan?

2. Apakah Faktor Eksternal yaitu Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Strait Times
berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham

Gabungan?

1.3. Tujuan Penelitian

Dengan semakin berharganya informasi mengenai fakto-faktor yang

mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, maka penelitian ini

bertujuan untuk :

1. Menguji pengaruh Faktor Internal yaitu perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
Serikat dan tingkat suku bunga BI Rate terhadap

pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan

16

2. Menguji pengaruh Faktor Eksternal yaitu Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Strait
Times terhadap pergerakan Indeks Harga

Saham Gabungan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk :

1. Manfaat Empiris :

Secara empiris bagi akademisi dalam memperluas khazanah penelitian di

bidang keuangan di Indonesia, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu

masukan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pergerakan

Indeks Harga Saham Gabungan.

2. Manfaat Praktis :
a. Bagi pelaku bisnis dan praktisi keuangan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi yang menarik dan menjadi salah

satu masukan dalam mempertimbangkan keputusan investasi.

b. Bagi para pembuat kebijakan (pemerintah), hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
akan pemahaman dari faktor-faktor yang

mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ayam Petelur
    Ayam Petelur
    Dokumen11 halaman
    Ayam Petelur
    Nichole Bams
    Belum ada peringkat
  • Apra
    Apra
    Dokumen10 halaman
    Apra
    Nichole Bams
    Belum ada peringkat
  • PKN
    PKN
    Dokumen6 halaman
    PKN
    Nichole Bams
    Belum ada peringkat
  • Laporan Bio Fotosintesis
    Laporan Bio Fotosintesis
    Dokumen5 halaman
    Laporan Bio Fotosintesis
    Nichole Bams
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen33 halaman
    A
    Nichole Bams
    Belum ada peringkat