Abstrak: Formaldehid merupakan bahan kimia yang mempunyai karakteristik mudah menguap dan mempunyai
efek jangka pendek, yakni dapat menyebabkan iritasi mata. Paparan formaldehid dalam kadar yang rendah dapat
menimbulkan iritasi mata pada manusia. Tujuan penelitian adalah mempelajari proses produksi, kadar formaldehid
udara dan iritasi mata pada pekerja di area produksi Pabrik Perekat Kayu di Surabaya. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dan dianalisis secara deskriptif. Variabel yang diteliti adalah
kadar formaldehid udara dan iritasi mata pada pekerja. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata kadar formaldehid di tiga
area produksi (produksi formalin, perekat cair, dan perekat bubuk) adalah sebesar 0,2102 ppm dan sebanyak 12,5%
responden mengalami iritasi mata dengan usia antara 26–35 tahun, masa kerja < 10 tahun, lama kerja 7 jam per hari,
tidak memakai alat pelindung diri kacamata pengaman (spectacles) dan mempunyai kebiasaan merokok. Pihak pabrik
telah menyediakan alat pelindung diri kacamata pengaman (spectacles), namun sebanyak 37,5% responden tidak
memakai alat pelindung diri tersebut saat bekerja. Oleh sebab itu perlu adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap
pemakaian alat pelindung diri khususnya kacamata pengaman (spectacles) agar pekerja lebih taat dalam penggunaan
alat pelindung diri tersebut dan iritasi mata pada pekerja dapat dihindari.
Kata kunci: Produksi formalin dan perekat kayu, formaldehid, iritasi mata
Abstract: Formaldehyde is a chemical substance that has volatile and short-term effect characteristics, which can cause
eye irritation. Exposure to formaldehyde in low levels can cause irritation to human eyes. The purpose of this research
was to study the production process, air formaldehyde levels and eye irritation at Wood Adhesive Factory workers in
Surabaya. This study was an observational study with cross sectional design and analyzed descriptively. The variables
studied were levels of formaldehyde in the air and eye irritation of workers. Results showed that the average levels of
formaldehyde in three areas of production (formalin, liquid adhesive, and powder adhesive production) was 0.2102
ppm and 12.5% of respondents experiencing eye irritation had age between 26-35 years, working period less than 10
years, length of work 7 hours per day, not wearing personal protective equipment safety glasses (spectacles) and had a
habit of smoking. The factory had provided personal protective equipment safety glasses (spectacles), but 37.5% of the
respondents did not wear personal protective equipment when they were working. Hence strict supervision regarding
the use of personal protective equipment is needed, especially safety glasses (spectacles) so that workers are more
obedient in wearing personal protective equipment and eye irritation to workers can be avoided.
191
192 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No. 2 Juli 2017: 191–199
perekat/lem tersebut mengandung formaldehid Tahun 2006, dapat diketahui bahwa sebanyak
yang cukup berbahaya dan dapat menyebabkan 46,7% responden mengalami keluhan iritasi mata,
kanker (Ulfah dkk, 2013). kulit dan saluran pernapasan atas dengan kadar
Formaldehid dapat dimanfaatkan sebagai formaldehid udara rata-rata pada enam toko
campuran dalam lem resin untuk perekat produk sebesar 0,08 mg/m3. Sensitivitas individu dalam
dari kayu. Bahan lain yang menghasilkan menerima paparan formaldehid berbeda, sehingga
formaldehid adalah asap rokok, pembakaran kayu, paparan formaldehid menimbulkan reaksi yang
minyak tanah, dan pembakaran gas alam. Sumber berbeda pula. Paparan akut formaldehid pada
lainnya adalah obat nyamuk bakar, penggunaan manusia dapat menyebabkan iritasi mata, hidung
bahan bakar kayu/batu bara, peralatan mebel dan tenggorokan, sedangkan paparan menahun
(kayu pres) dan Urea Formaldehyde Insulating (kronis) formaldehid pada manusia dapat
Foam (UFIF). Formaldehid tersebut merupakan menyebabkan kanker (Naria, 2004 dan Mukono,
bagian terbesar dari golongan bahan yang 2008).
mudah menguap (VOCs) dan dalam suhu kamar Telah disebutkan di atas bahwa terdapat
berbentuk gas. Efek formaldehid terhadap risiko bahaya di dalam tempat kerja, salah
kesehatan dapat berupa iritasi mata, hidung dan satunya adalah paparan formaldehid. Hal ini dapat
tenggorokan, kesukaran bernafas, kulit merah, menimbulkan kerugian bagi pekerja, yakni pekerja
asma dan reaksi alergi, dan penyebab kanker. dapat mengalami gangguan kesehatan dan jika
Untuk mencegah keracunan formaldehid, perlu tidak ada penanganan ataupun pencegahan,
dilakukan pengurangan penggunaan maupun maka gangguan kesehatan itu dapat mengurangi
pengurangan paparan, ruangan dengan produktivitas kerja sehingga membawa kerugian
ventilasi yang memadai dan menjaga suhu serta juga bagi perusahaan. Oleh sebab itu, penelitian
kelembapan ruangan (Mukono, 2008). ini dilakukan untuk mempelajari proses produksi
Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan perekat kayu, mempelajari kadar formaldehid
Transmigrasi Republik Indonesia (2011), udara di area produksi perekat kayu dan iritasi
kadar tertinggi formaldehid di tempat kerja mata pada pekerja di area produksi Pabrik Perekat
yang diperkenankan adalah sebesar 0,3 ppm. Kayu di Surabaya.
Paparan formaldehid dapat menyebabkan iritasi
jangka pendek dan efek kesehatan jangka
METODE PENELITIAN
panjang, seperti kanker. Rendahnya tingkat
paparan formaldehid dapat menyebabkan Penelitian ini merupakan penelitian
iritasi mata, hidung, tenggorokan, dan kulit. AS observasional dengan rancang bangun cross
Environmental Protection Agency sebelumnya sectional. Lokasi penelitian adalah area produksi
mengklasifikasikan formaldehid sebagai bahan (produksi formalin, perekat cair dan perekat
kimia yang memungkinkan dampak karsinogenik bubuk) Pabrik Perekat Kayu di Surabaya.
pada manusia (Chicagoland Division, 2011). Populasi penelitian merupakan pekerja di
Salah satu karakteristik formaldehid adalah ketiga area produksi, yakni sebanyak 51 orang.
baunya yang tajam dan baunya dapat tercium Sampel diambil dari populasi menggunakan
pada konsentrasi yang rendah, yakni 0,5 ppm. teknik purposive sampling, yakni sebesar 16
Formaldehid dapat masuk ke dalam tubuh orang (area produksi formalin sebanyak 4 orang,
manusia melalui inhalasi, ingesti dan kontak area produksi perekat cair sebanyak 8 orang
langsung. National Academy of Science (NAS) dan area produksi perekat bubuk sebanyak 4
melakukan penelitian pada tahun 1981 tentang orang). Sampel merupakan pekerja yang tidak
pemajanan formaldehid, dalam penelitian tersebut mempunyai riwayat alergi dan tidak sedang sakit
dapat diketahui bahwa kadar formaldehid udara akibat infeksi bakteri maupun virus.
sebesar 0,1–0,5 ppm dapat menyebabkan Bagian produksi formalin dan perekat cair
responden mengalami gejala iritasi pada mata mempunyai jam kerja selama 24 jam dengan
dan iritasi umum pada saluran pernapasan atas 3 shift (06.00–14.00, 14.00–22.00, 22.00–06.00),
(Naria, 2004). sedangkan bagian produksi perekat bubuk
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mempunyai jam kerja dari pukul 08.00–16.00.
oleh Pohan (2006) tentang pemajanan gas Pekerja di bagian produksi formalin dan perekat
formaldehid terhadap iritasi mata pada pekerja cair hanya bergiliran shift kerja dan tidak bergiliran
di toko tekstil kawasan Pasar Ikan Lama Medan kerja ke bagian produksi yang lain, sedangkan
M A Raharyaningsih dan R. Azizah, Kadar Formaldehid Udara dan Iritasi Mata pada Pekerja 193
pekerja pada bagian produksi perekat bubuk dengan air dan menghasilkan formalin 37% dalam
tidak bergiliran shift dan tidak bergiliran kerja bentuk cair.
ke bagian produksi lain. Pengambilan sampel Uap formaldehid dapat mencemari udara di
pekerja dilakukan pada shift 1 agar didapatkan area produksi formalin mengingat produk yang
pekerja yang bekerja pada ketiga bagian produksi dihasilkan adalah formalin yang mempunyai
tersebut. sifat mudah menguap. Uap formaldehid banyak
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terdapat dalam plant absorber. Uap tersebut
kadar formaldehid udara dan faktor individu berasal dari proses pemanasan methanol dan
yang meliputi umur, jenis kelamin, masa bekerja, reaksi kimia yang terjadi sebelumnya pada reaktor.
lama bekerja, pemakaian alat pelindung diri Jika plant absorber mengalami kebocoran, maka
dan kebiasaan merokok. Sedangkan variabel uap formaldehid dapat mencemari udara di area
terikatnya adalah iritasi mata. produksi tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian
Pengambilan sampel udara dilakukan di Lestari (2013), bahwa formaldehid yang dihasilkan
ketiga bagian produksi dengan masing-masing oleh kegiatan produksi di pabrik formalin berasal
satu titik pengambilan sampel. Pengambilan dari proses absorbsi dan pendinginan karena
sampel udara dilakukan oleh petugas sampling pada proses tersebut sebelumnya sudah terjadi
dari UPT K3 Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan proses pemanasan.
Kependudukan Propinsi Jawa Timur. Pengambilan Produk kedua dari pabrik ini adalah perekat
sampel udara dilakukan dengan menggunakan cair. Perekat cair ini dapat digolongkan menjadi 3
alat impinger dan mini pump yang selanjutnya jenis perekat, yakni Urea Formaldehyde Adhesive,
dianalisis menggunakan metode Chromotropic Melamine Formaldeyhde Adhesive, dan Phenol
acid. Hasil pengukuran kadar formaldehid udara Formaldehyde Adhesive. Bagan proses produksi
dinyatakan dalam satuan ppm (part per million). ketiga jenis produk dapat dilihat pada Gambar 2, 3
Pengambilan data terkait faktor individu dan 4, yakni mempunyai prinsip kerja yang sama,
dilakukan dengan metode wawancara. Iritasi yaitu mencampur bahan baku dengan proses
mata pada pekerja dinilai berdasarkan uji klinis pemanasan pada plant heater yang bertujuan
dokter umum dengan penilaian bahwa pekerja untuk mempercepat homogenisasi bahan baku
yang mengalami iritasi mata adalah pekerja dan selanjutnya dilakukan proses pendinginan.
yang mengalami gejala mata merah, mata perih, Namun yang berbeda dari ketiga jenis produk
epifora (mata berair), dan blefarospasme (mata tersebut adalah bahan baku utamanya. Produksi
berkedip secara berlebihan). Semua data yang Urea Formaldehyde Adhesive memakai bahan
telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif. baku utama berupa urea dan formalin, produksi
Penelitian ini telah lulus Ethical Clearance di Melamine Formaldeyhde Adhesive memakai
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas bahan baku utama berupa melamine dan formalin,
Airlangga dengan sertifikat nomor 588-KEPK.
2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika tentang pemajanan formaldehid pernah dilakukan
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, Kadar Tertinggi oleh National Academy of Science (NAS) pada
Diperkenankan (KTD) dari formaldehid di area tahun 1981. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
kerja sebesar 0,3 ppm, sehingga keberadaan bahwa kadar formaldehid sebesar 0,1–0,5 ppm
uap formaldehid di udara dalam area produksi dapat menimbulkan gejala pertama, yakni berupa
ini menjadi sumber paparan bagi pekerja terlebih iritasi pada mata dan saluran pernapasan atas
lagi jika melewati KTD pada peraturan tersebut. (Naria, 2004).
Formaldehid dapat menyebabkan iritasi pada Berdasarkan hasil penelitian yang telah
mata dan saluran pernapasan atas pada manusia dilakukan, dapat diketahui bahwa sebanyak
dalam kadar yang rendah, yakni sebesar 0,1–0,5 12,5% dari total responden mengalami iritasi mata
ppm. dengan gejala mata merah, mata perih, epifora
(mata berair), dan blefarospasme (mata berkedip
Iritasi Mata pada Pekerja di Area Produksi secara berlebihan). Keduanya merupakan pekerja
Pabrik Perekat Kayu di Surabaya pada bagian produksi perekat cair.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh Berdasarkan hasil pengukuran, dapat
responden dalam penelitian ini berjenis kelamin diketahui bahwa kadar formaldehid pada area
laki–laki dan lama bekerja selama 7 jam per hari. produksi perekat cair masih termasuk dalam
Mayoritas responden berumur 26–35 tahun, masa KTD, yakni sebesar 0,1918 ppm. Menurut Naria
bekerja kurang dari 10 tahun, telah memakai (2004), paparan formaldehid selama 5 jam per
alat pelindung diri berupa kacamata pengaman hari dalam kadar yang rendah yakni sebesar 0,042
(spectacles) dan tidak memiliki kebiasaan ppm dapat menimbulkan iritasi mata pada 2%
merokok. responden penelitian. Oleh sebab itu, paparan
Potensi timbulnya kejadian iritasi mata formaldehid meskipun dengan kadar yang rendah
pada pekerja dapat disebabkan oleh adanya dapat memunculkan efek iritasi mata.
formaldehid di udara lingkungan kerja. Penelitian
Tabel 1.
Tabulasi Silang Antara Variabel Faktor Individu dan Iritasi Mata pada Pekerja di Area Produksi Pabrik Perekat Kayu di
Surabaya
Jumlah responden yang berusia antara responden, sebagian besar responden jarang
26–35 tahun merupakan kelompok mayoritas, bekerja lembur sehingga rata-rata jam kerja
yakni dengan persentase sebesar 50%. Faktor responden tiap harinya adalah 7 jam. Dua
yang menyebabkan terjadinya hal tersebut adalah orang responden yang mengalami iritasi mata
adanya masa regenerasi sehingga banyak pekerja dalam penelitian ini merupakan pekerja di
generasi yang lebih muda menggantikan pekerja bagian produksi perekat cair. Kadar formaldehid
berusia lanjut. Responden yang mengalami udara pada area produksi perekat cair adalah
iritasi mata pada penelitian ini termasuk dalam sebesar 0,1918 ppm. Menurut ASHRAE, Nilai
kelompok usia 26–35 tahun, yakni sebanyak Ambang Batas (NAB) formaldehid udara untuk
12,5% dari total responden. Hal tersebut sejalan Indoor Air Quality yaitu sebesar 0,1 ppm untuk
dengan penelitian Kjaergaard dkk (1992), bahwa 8 jam kerja (rata–rata lama kerja) (Naria, 2004).
mata yang lebih sensitif terhadap paparan bahan Jika dibandingkan dengan NAB tersebut, maka
kimia yang bersifat iritan dimiliki oleh responden kadar formaldehid di area produksi perekat
yang berumur kurang dari 40 tahun. Namun hal cair tersebut telah melebihi NAB selama 8 jam,
tersebut tidak sesuai dengan penelitian Acosta sehingga dapat memungkinkan terjadinya
dkk (2006), bahwa sejalan dengan bertambahnya iritasi mata pada pekerja. NAB 0,1 ppm untuk
usia maka ambang batas konjungtiva terhadap 8 jam kerja menunjukkan bahwa dalam kadar
rangsangan mekanik dan kimia semakin tersebut merupakan konsentrasi rata-rata untuk
meningkat. Dibandingkan dengan laki-laki pada 8 jam kerja per hari dan 40 jam seminggu tanpa
usia yang sama, wanita premenopause lebih timbulnya gangguan kesehatan meskipun telah
sensitif terhadap rangsangan konjungtiva. terpapar berulang kali setiap hari. Hasil penelitian
Semua responden pada penelitian ini ini juga sejalan dengan Naria (2004), bahwa
berjenis kelamin laki-laki. Kondisi tersebut tidak paparan formaldehid selama 5 jam dengan kadar
dapat mendukung teori bahwa wanita memiliki formaldehid sebesar 0,042–0,250 ppm dapat
peluang 1,9 kali lebih besar mengalami iritasi menyebabkan iritasi mata pada 2% dari total
mata dibandingkan dengan pria (Godish dkk, responden.
2015). Namun penelitian ini sejalan dengan Pekerja yang mempunyai potensi terpapar
penelitian Acosta dkk (2006) yang menyatakan bahaya di lingkungan kerja perlu memakai
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara alat pelindung diri. Terhindarnya pekerja dari
rangsangan bahaya kimia terhadap jenis kelamin masuknya bahan kimia atau kontak langsung
dan sensitivitas mata. dengan bahan kimia di lingkungan kerja
Sama halnya dengan usia, masa bekerja merupakan tujuan pemakaian APD. Berdasarkan
responden mayoritas kurang dari 10 tahun karena hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pihak
usia dan masa bekerja berbanding lurus. Semakin pabrik telah menyediakan APD kacamata
tua usia seseorang maka masa kerjanya juga pengaman (spectacles) bagi seluruh pekerja di
semakin lama, begitu juga sebaliknya. Responden area produksi, namun sebanyak 37,5% responden
pada penelitian ini yang mengalami iritasi mata tidak memakai APD tersebut saat bekerja.
mempunyai masa kerja kurang dari 10 tahun, Sebanyak 12,5% responden dalam penelitian
yakni sebanyak 12,5%. Hal tersebut sesuai ini mengalami iritasi mata dan merupakan
dengan penelitian Pujiyanti (2004), bahwa tidak responden yang tidak memakai APD berupa
ada hubungan antara iritasi mata (konjungtivitis) kacamata pengaman (spectacles) saat bekerja.
dengan masa kerja. Selain itu, pajanan akut Hal tersebut sejalan dengan penelitian Pujiyanti
formaldehid dapat berdampak iritasi mata, (2004), bahwa pemakaian kacamata pelindung
sehingga untuk menyebabkan dampak iritasi dapat menghindari terjadinya iritasi mata
mata pada manusia tidak perlu pajanan menahun (konjungtivitis).
(Mukono, 2008). Perlindungan mata dari kemungkinan kontak
Lama kerja merupakan jumlah jam kerja bahaya karena percikan atau kemasukan debu,
responden saat bekerja dalam satu hari. Lama gas, uap, cairan korosif, partikel melayang
kerja juga dapat menggambarkan seberapa lama merupakan fungsi dari kacamata pengaman
paparan bahaya yang ada di tempat kerja tiap (Suma’mur, 1994). Menurut American Optometric
harinya. Terdapat 3 shift kerja dan kerja lembur Association (2016), bahwa perlindungan mata dari
pada bagian produksi di tempat penelitian ini. semua pekerjaan dengan bahan kimia yang dapat
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari menyebabkan penggunaan cedera mata (yaitu,
198 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No. 2 Juli 2017: 191–199