Anda di halaman 1dari 7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Seekor sapi dilaporkan oleh pemiliknya pada dokter hewan dengan keluhan
sudah dua hari sapi tidak mau makan. Sapi lebih cenderung senang rebahan di dasar
lantai kandang. Sapi juga terlihat dengan kondisi lethargi. Berdasarkan anamnesa dari
pemilik dokter hewan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan
untuk mengetahui kondisi fisiologis dari sapi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
temperature sapi kurang lebih 39,00C dimana suhu pada sapi tersebut berada pada
ambang atas suhu normal. Suhu sapi normal menurut Subronto (2008) diantara 37,9-
39,00C. Dengan inspeksi dapat dilihat bahwa beberapa kali sapi bernapas dengan
mulutnya dengan nafas yang dangkal dan frekuen. Inspeksi pada area hidung terlihat
hidung masih basah. Inspeksi pada area abdomen terlihat pada daerah fossa paralumbar
membesar. Kemudian pemeriksaan dilakukan juga dengan palpasi. Palpasi dilakukan
pada daerah flank atau fossa paralumbar sebelah kiri yang membesar. Terasa pada
rumen keras dimana rumen mengalami distensi. Saat ditekan akan terasa bahwa
abdomen terasa sangat tegang yang disebabkan penimbunan gas diatas ingesta yang
padat pada bagian rumennya sehingga menekan rongga abdomen untuk lebih
membesar. Kemudian dengan kepalan tangan ditekankan ke fossa paralumbalis, untuk
menghitung frekuensi pergerakan atau motilitas rumen dan tonus rumen. Pada sapi
menunjukan motilitas rumen dan tonus rumennya mengalami penurunan. Berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan fisik sapi didiagnosa mengalami impaksio rumen atau
rumen sarat.
Penyebab pada kasus sapi yang mengalami impaksio rumen ini yaitu sapi
terlalu banyak memakan konsentrat yang terlalu tinggi kandungan karbohidratnya dan
kurangnya pemberian air minum. Menurut Subronto (2008) penyebab lain dari
impaksio rumen yaitu pemberian pakan yang terlalu banyak serat kasar (jerami).
Rumen sarat atau impaksio rumen juga dapat terjadi sebagai lanjutan indigesti
sederhana atau indigesti simplek yang tidak segera dilakukan penangan atau juga
sebagai akibat terjadinya dehidrasi karena peningkatan suhu tubuh yang drastis pada
penyakit infeksi.

7
8

Retikulorumen merupakan organ pencernaan pada ruminansia yang memiliki


ekosistem bakteri anaeorb. Beberapa bakteri yang berperan adalah Bifidobacterium,
Butyrifibrio, Eubacterium, Lactobacillus, Prevotella, Ruminobacter, Selenomonas,
Streptococcus, Succinimonas,dan Succinivibrio. Mikroba dalam rumen melakukan
proses pencernaan melalui proses fermentasi, substrat akan dirubah menjadi asam
organic. Masuknya substrat dalam jumlah yang normal serta proses penyerapan yang
baik akan menciptakan pH rumen yang stabil yaitu berkisar 5,8-6,8. Hasil pencernaan
karbohidrat berupa asam lemak berantai pendek. Pergantian susunan pakan yaitu
adanya konsumsi karbohidrat yang mudah difermentasi secara berlebihan yaitu pada
saat pemberian pakan dari biji-bijian seperti gandum dan jagung sehingga dapat
menyebabkan kejadian asidosis rumen atau impaksio rumen.
Pakan yang dikonsumsi oleh ruminansia akan masuk kedalam rumen dan
melewati tahap fermentasi oleh bakteri. Bakteri pada rumen akan merespon adanya
peningkatan kandungan karbohidrat yang mudah dicerna dengan peningkatan
aktivitas. Adanya peningkatan aktivitas bakteri pada rumen menyebabkan
senyawa kimia yang dihasilkan juga meningkat seperti VFA (Volatile Fatty Acid) dan
asam laktat sehingga mampu menurunkan pH rumen normal (pH 5,8-6,8) menjadi
asam sekitar pH 4 (). Pada saat yang sama histamin juga diproduksi sebagai hasil
dekarboksilasi histidin. Meningkatnya asam laktat yang berlebihan mengakibatkan
kenaikan kadar asam di dalam darah, sehingga terjadi asidosis. Produksi histamin juga
akan diserap oleh darah hingga menyebabkan toksemia.
Pada pH yang rendah dinding rumen menjadi mudah mengalami lesi, yang
selanjutnya menyebabkan bakteri patogen masuk ke jaringan lain melalui aliran darah.
Dengan meningkatnya jumlah asam di dalam rumen, tekanan osmosis yang normalnya
sebesar 6-9 osm, meningkat menjadi 20-25 osm. Peningkatan ini menyebabkan
absorbsi air menjadi menurun akibatnya rumen menjadi sarat berisikan ingesta yang
kering. Selanjutnya karena penurunan aliran darah pada dinding rumen dan retikulum,
oleh karena meregangnya jaringan, tonusnya pun akan menurun dan sel akan
kekurangan nutrisi.
9

Gambar 3.1 Patomekanisme Impaksio Rumen


(Rumen Sarat/ Asidosis Rumen)
10

Dari laporan pemilik gejala klinis yang terlihat pada kasus di lapangan yaitu
nafsu makan sapi menurun, sapi dalam kondisi lethargi, sapi lebih banyak rebahan di
dasar lantai kandang karena sapi merasa tidak nyaman. Pada sapi juga terjadi abdomen
distensi yang disebabkan penimbunan gas diatas ingesta yang padat pada bagian
rumennya sehingga menekan rongga abdomen untuk lebih membesar. Membesarnya
rumen akan meningkatkan tekanan di dalam rongga perut dan rongga dada sehingga
menyebabkan sulit bernafas yang ditandai dengan pernafasan dada yang cepat dan
dangkal seperti yang ditunjukan pada kasus di lapangan, sapi lebih sering bernafas
melalui mulut dengan pernafasan yang dangkal dan frekuen. Animal Health Unit and
Agriculture Branch Yukon Government menyatakan bahwa apabila kondisi ini
berlanjut maka akan terjadi gangguan peredaran darah sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan warna mata yang semula memerah akan menjadi kebiruan yang
menandakan sapi mengalami kekurangan oksigen dan lama-lama berujung kematian.
Pada awal penyakit, dapat diberikan larutan magnesium sulfat atau sodium
sulfat 1-2 kali. Namun pada kasus yang ditemui dilapangan dokter hewan tidak
memberikan larutan magnesium sulfat atau sodium sulfat. Pada kasus dilapangan
dokter hewan memberikan terapi antibiotic yaitu injeksi antibiotik (oxytetracycline)
Medoxy-L® dengan dosis 4 ml/50 Kg BB. Menurut Subronto (2008) pemberian
antibiotic juga dapat diberikan secara oral, misalnya penisilin untuk mengurangi
jumlah Lactobacillus kemudian diulang 12 jam kemudian. Pemebrian antibiotik pada
kasus di lapangan juga dikombinasikan dengan analgesik, antipiretik dan
antispasmodik (Dipyrone dan Lidocaine) Sulpidon® dengan dosis 10 ml/200 Kg BB
secara intramuskular untuk mengurangi rasa sakit di abdomen dan mengurangi
kontraksi otot abdomen. Dipiron bekerja dengan cara menghambat prostaglandin yang
menyebabkan reaksi peradangan berupa rasa nyeri, pembengkakan, dan demam.
Sedangkan lidokain bekerja dengan menghalangi transmisi dari hantaran saraf melalui
hambatan pada kanal natrium. Ikatan lidokain dengan kanal natrium intraseluler akan
menghambat ion natrium untuk masuk ke dalam sel dan menghalangi terjadinya aksi
potensial membran saraf. Mekanisme tersebut memberikan efek analgesik dengan
11

menghambat transmisi sensasi nyeri pada serabut saraf (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, 2007).
Sebenarnya pemberian antihistamin juga perlu diberikan, seperti Delladryl®
sebanyak 10-15 ml untuk mencegah terjadinya toksemia sebagai akibat produksi
histamine dari proses dekarboksilasi histidin. Pada penderita yang mengalami dehidrasi
dilakukan penggantian cairan yang hilang, jumlahnya sesuai dengan derajat dehidrasi.
Untuk mengurangi asidosis dapat diberikan larutan sodium bikarbonat 2,5% sebanyak
500 ml secara intravena perlahan-lahan untuk menghindari alkaliemia, atau pemberian
soda roti 250 gram peroral 2 kali/hari (Subronto,2008). Apabila pertolongan dengan
terapi tidak memberikan efek yang baik maka pertolongan dengan cara operasi dapat
dilakukan sedini mungkin. Dalam banyak kejadian pertolongan secara operasi,
rumenotomi, merupakan pilihan terbaik untuk menyelamatkan pasien.
Rumenotomy merupakan tindakan bedah yang dilakukan untuk membuka
rumen dari ruminansia. Tujuan dari dibukanya rumen usus adalah untuk mengangkat
benda asing yang ada didalam rumen. Selain benda asing, tindakan bedah ini juga
dilakukan untuk mengatasi kembung atau bloat, impaksio (rumen sarat) dan juga untuk
mengatasi adanya traumatik pada lambung (rumen, retikulum, omasum ataupun
abomasum). Alat dan bahan yang digunakan antara lain scalpel untuk menginsisi
jaringan, gunting bedah untuk menggunting jaringan, klem arteri untuk mencegah
perdarahan, pinset anatomis dan chirurgis untuk menjepit jaringan, needle holder untuk
memegang jarum saat menjahit, spuit 3 cc, lidocain sebagai obat anastesi epidural,
tampon, shroud yaitu terbuat dari plastik dan diberi kawat dibagian tengahnya
digunakan untuk membantu mengeluarkan isi rumen sehingga tidak mengotori
lapangan operasi, dan NS.
Prosedur operasi yang dilakukan pertama kali yaitu tahapan preoperasi.
Tindakan preoperasi yang dilakukan meliputi persiapan alat operasi. Alat-alat bedah
yang telah bersih (dicuci dan dikeringkan) kemudian dimasukan kedalam bak
instrument setelah itu dibungkus dengan kain penutup. Dimasukan kedalam dry heat
untuk disteril selama kurang lebih 15 menit. Selanjutnya dilakukan persiapan hewan.
Sapi yang akan dibedah dipuasakan terlebih dahulu untuk mengurangi isi dalam rumen.
12

Membersihkan dinding abdomen bagian kiri dengan sabun dan air untuk mengangkat
kotoran dan debu sehingga tidak mengkontaminasi tempat operasi. Dilajutkan dengan
mencukur bulu di abdomen sebelah kiri dan daerah sekitarnya. Melakukan scrubbing,
sabun dan air. Kemudian membersihkan daerah yang akan disayat dengan alkohol
70%, setelah itu dioleskan povidone iodine ditempat yang akan diinsisi. Kemudian sapi
dianastesi secara epidural dan ditunggu hingga mengalami kelumpuhan sesaat pada
daerah caudal. Selain anastesi epidural juga diberikan anastesi lokal. Obat anastesi
yang digunakan adalah Lidocain. Untuk epidural diinjeksi diantara vertebrae lumbal
yang terakhir dan vetrtebrae sacralis yang pertama. Setelah itu, injeksi lidocaine pada
beberapa bagian dari lapangan operasi. Dilakukan injeksi pada tiap lapisan muskulus
dari abdomen hingga ke rumen.
Proses operasi pada sapi dilakukan dengan posisi sapi yang berdiri. Tahapan
pembedahan yaitu kulit diinsisi dengan gerakan yang halus tapi jelas. Tekanan yang
dilakukan pada pisau bedah harus cukup untuk memastikan kulit diinsisi dengan baik.
Dilakukan diseksi atau pemisahan subcutan dengan muskulus untuk melihat muskulus
pada abdomen yang melitang. Muskulus yang berbeda diinsisi satu per satu dari luar
ke dalam dan diklem dengan menggunakan arteri klem. Pada muskulus peritonium
yang terakhir, dilakukan insisi dengan hati-hati sehingga tidak melukai bagian dalam
dari rumen. Sayatan pada kulit dibuat cukup besar untuk mempermudah tangan
operator bedah masuk kedalam rongga abdomen. Jika kondisi rumen tidak penuh,
dinding rumen dan abdomen dengan sendirinya akan terpisah untuk mempermudah
eksplorasi dalam rongga abdomen.Prosedur Rumenotomy sendiri yaitu lipatan dari
rumen membesar dan harus dikecilkan untuk menghindari kontaminasi pada rongga
abdomen dengan isi rumen sehingga untuk mengecilkannya membutuhkan teknik
fiksasi. Setelah difiksasi, kemudian bagian dorsal rumen diinsisi longitudinal ke arah
ventral. Jika isi rumen penuh maka dikeluarkan dengan bantuan shroud. Lingkaran
shroud dimasukan kedalam rumen, dan keluarkan isi rumen. Pengeluaran isi rumen
tidak dilakukan semuanya. Maksimal 80% isi rumen dapat dikeluarkan.
Setelah dilakukan penanganan kmeudian sayatan pada rumen dijahit dengan
jahitan menerus menggunakan benang catgut chromic no. 2 atau 3. Jahitan pada daerah
13

insisi diirigasi dengan cairan NS. Fiksasi pada rumen dilepaskan dan semua benda-
benda kotor yang ada diangkat. Dilakukan pembersihan pada lapangan operasi sebelum
melakukan jahitan pada peritonium, muskulus dan kulit. Lapisan pertama pada
peritonium dan muskulus transversus abdominus dijahit menggunakan jahitan menerus
sederhana degan catgut no. 2 atau 3. Pada lapisan kedua, muskulus obliqus kemudian
dijahit dengan catgut atau silk. Dilakukan jahitan subcutan untuk menghilangkan
space. Kulit dijahit dengan jahitan terputus sederhana, dan menggunakan perban untuk
menutupi bagian luka. Tahapan selanjutnya yaitu postoperasi. Postoperasi dilakukan
dengan pemberian antibiotik limoxin dan dexamethasone. Pemberian air minum
sebaikya diberikan secara adlibitum. Pemberian makanan yang cukup dapat
mendukung proses penyembuhan luka.
Pencegahan dilakukan dengan memperhatikan pakan yang diberikan dan
kebersihan pakan. Sebab pakan yang mengandung serat kasar terlalu tinggi serta tidak
diimbangi cairan yang cukup akan memudahkan terjadinya impaksio. Jadi dianjurkan
untuk lebih sering memberikan air atau cairan kepada ternak. Dan menjaga agar pakan
tidak berjamur. Apabila proses dapat dikenali baru berlangsung 1-2 hari mungkin
rumen sarat dapat disembuhkan dengan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai