OLEH:
(H1A116816)
Sebelum sidang Pleno, Mahkamah Konstitusi dapat membentuk panel hakim yang
anggotanya sekurang-kurangnya terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim untuk
memeriksa berkas perkara yang hasilnya dibahas dalam sidang pleno (rapat permusyawaratan).
2. Setting Persidangan
Dalam persidangan Mahkamah Konstitusi, posisi panitera ada di depan majelis hakim.
Dengan mencatat semua hal-hal yang terungkap dipersidangan dan merekam proses persidangan
melalui audio record.
Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim konstitusi wajib memanggil para pihak yang
berperkara untuk memberikan keterangan yang dibutuhkan dan/atau meminta keterangan tertulis
kepada lembaga negara yang terkait dengan permohonan. Lembaga negara dapat diminta
keterangan tertulis dengan tenggang waktu maksimal 7 (tujuh) hari sejak diminta harus telah
terpenuhi. Dalam hal ini lembaga negara wajib menyampaikan penjelasannya dalam jangka
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permintaan hakim konstitusi diterima.
5. Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksaan pendahuluan dilakukan sebelum memeriksa pokok perkara untuk
mengadakan pemeriksaan kelengkapan dan kejelasan materi permohonan, dimana pemeriksaan
dilakukan untuk memberi nasihat kepada pemohon untuk melengkapi dan/atau memperbaiki
permohonan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari.
B. Pembuktian Persidangan
Dalam proses peradilan, pembuktian merupakan hal yang penting karena amat
menentukan bagi keberhasilan pihak-pihak yang berperkara. Menag atau kalahnya para pihak
yang berperkara ditentukan dalam tahap pembuktian. Pembuktian merupakan landasan bagi
hakim dalam memutus perkara yang diperiksa yang bertujuan mencari atau menemukan
kebenaran peristiwa yang digunakan sebagai dasar putusan hakim yang mempunyai akibat
hukum.
Dengan demikian sistem pembuktian hukum acara Mahkamah Konstitusi menganut ajaran
pembuktian bebas (vrije bewijsleer), yaitu hakim Mahkamah Konstitusi memiliki kebebasan atau
kewenangan dalam memberikan penilaian terhadap kekuatan masing-masing alat bukti. Alat
bukti yang diajukan para pihak dinilai hakim konstitusi persesuainnya antara alat bukti yang satu
dengan alat bukti yang lain. Namun hakim konstitusi mempunyai batas-batas tertentu misalnya
sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti serta penyebutan alat-alat bukti secara limitatif.
Dalam hukum acara Mahkamah Konstitusi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 36 ayat
(1) alat bukti terdiri atas:
2. Keterangan saksi.
3. Keterangan ahli.
5. Petunjuk.
6. Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan
secara elektronik dengan optik atau yang serupa dengan itu.
Surat atau tulisan adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang bisa
dimengerti dan mengandung suatu pikiran tertentu. Dengan demikian segala sesuatu yang tidak
memuat tanda-tanda bacaan, tetapi tidak bisa dimengerti tidak tidaklah termasuk dalam
pengertian alat bukti tulisan.
Surat dikenal ada dua macam yaitu akta otentik yang dibuat dihadapan atau dibuat oleh pejabat
yang berwenang surat menurut peraturan perundang-undangan, dan akta di bawah tangan yang
dibuat pihak-pihak tidak dihadapan atau tidak dibuat oleh pejabat yang berwenang berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
2. Keterangan Saksi
Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti apabila keterangan itu ia alami, didengar dan
dilihat sendiri. Dugaan, pendapat, anggapan atau keterangan yang diperoleh dari orang lain tidak
disebut keterangan saksi.
Dalam Pasal 38 UU Mahkamah Konstitusi dinyatakan bahwa para pihak, saksi dan ahli wajib
hadir memenuhi panggilan Mahkamah Konstitusi. Panggilan Mahkamah Konstitusi harus suah
diterima oleh yang dipanggil dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari
persidangan. Bagi para pihak yang merupakan lembaga negara dapat diwakili oleh pejabat yang
ditunjuk atau kuasanya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Saksi yang dipanggil bila
jika tidak hadir tanpa alasan yang sah meskipun sudah dipanggil secara patut menurut hukum,
Mahkamah Konstitusi dapat meminta bantuan kepolisian untuk menghadirkan saksi tersebut
secar paksa.
Dalam hal permohonan pengujian UU terhadap UUD 1945, dalam praktik saksi dan ahli
dihadirkan oleh oleh pemohon, namun Mahkamah Konstitusi yang tetap punya peran dalam
menghadirkan saksi dan ahli sebagai konsekuensi asas hukum acara Mahkamah Konstitusi
hakim mencari kebenaran materil dan bersifat aktif.
3. Keterangan Ahli
Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam persidangan
tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya. Atas permintaan kedua
belah pihak atau salah satu pihak atau karena jabatannya hakim ketua sidang dapat menunjuk
seseorang atau beberapa orang ahli.
Keterangan ahli disebut saksi ahli yang umumnya hakim menggunakan keterangannya untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang sesuatu yang hanya dimiliki oleh ahli
tertentu.
Para pihak dalam hal ini adalah pemohon dan termohon. Pemohon dan termohon dapat beracara
sendiri secara langsung di persidangan, tetapi jika menghendaki, dapat diwakilkan kepada
kuasanya.
Keterangan para pihak merupakan salah satu alat bukti yang penting dalam rangka memberikan
kejelasan tentang peristiwa atau duduk perkara sebenarnya. Para pihaklah yang berperkara
sehingga para pihaklah yang mengetahui secara detail dan mendalam tentang bagaimana
sesungguhnya duduk perkaranya, yang akan sangat membantu hakim dalam mengkonstatir atau
menetapkan peristiwa konkretnya.
5. Petunjuk
Petunjuk adalah alat bukti yang diperoleh dari alat bukti lain dari keterangan saksi, surat, dan
barang bukti. Alat bukti petunjuk sesuai dengan Pasal 37 UU Mahkamah Konstitusi yang
menyebutkan bahwa Mahkamah Konstitusi menilai alat-alat bukti yang diajukan ke persidangan
dengan memperhatikan persesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat bukti yang lain.