Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SONIA LARASATI DATUN

NIM : G1C016043

KAJIAN PUSTAKA

1. Biji Bintaro (Carbera odollam)

Klasifikasi tanaman bintaro sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Sub Classis : Sympetalae 4

Ordo : Contortae / Apocynales

Familia : Apocynacea

Genus : Cerbera

Species : Cerbera manghas L

2. Komposisi Biji Bintaro

a. Komposisi Biji

Biji bintaro merupakan bagian yang paling beracun dibandingkan bagian


yang lainya. Kandungan kimia yang terkandung, yaitu steroid, triterpenoid,
saponin, dan alkaloid yang terdiri dari cerberine, serberosida, neriifolin, dan
thevetin. Senyawa alkaloid ini memiliki karakter toksik, repellent, dan antifeedant
pada serangga.

b. Komposisi Minyak

Pada biji bintaro mengandung senyawa aktif yaitu cerberin (alkaloid), tanin,
saponin, dan steroid. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak ini memiliki sifat
antibakteri, sitotoksik, dan sebagai
depresan sistem saraf pusat (Chopra et al., 1956; Ahmed, 2008; Rohimatun dan
Suriati, 2011). Dari beberapa kandungan pada biji bintaro terdapat beberapa
kandungan yang memiliki potensial untuk digunakan sebagai larvasida, yakni
alkaloid, tannin, saponin, dan steroid (Ghosh, 2012).

Kandungan cerberin merupakan golongan alkaloid atau glikosida dan


merupakan senyawa monoasetil neriifolin (Chang et al., 2000; Gaillard et al.,
2004). Cerberin memiliki potensi kardiotoksisitas pada manusia dengan
mengganggu detak jantung (Cheenpracha et al., 2004; Soesanthy dan Indriati,
2011). Kandungan cerberin ini dapat mengganggu aktivitas sistem sirkulasi
pada larva yang sering kali dianggap sebagai jantung dari larva dengan cara
menghambat saluran ion kalsium sehingga dapat menyebabkan kematian
(Tomlinson, 1986). Cerberin diduga berperan dalam mortalitas serangga uji
(Utami, 2010). Kandungan tannin dalam biji bintaro dapat menghambat proses
pencernaan makanan karena mengganggu penyerapan dengan mengikat protein
di saluran cerna sehingga pertumbuhan dan perkembangan terganggu karena
kurangnya nutrisi yang dibutuhkan terutama protein (Hagerman, 2002; Yudha,
2013). Hal ini terjadi karena tannin dapat menurunkan aktifitas enzim digestif
seperti protease dan amilase (Leinmuller et al., 1991; Goldstein dan Swain,
1965).

Kandungan saponin yang terdapat pada biji bintaro bersifat toksik pada
serangga, dapat menghambat aktivitas makan serangga (Utami, 2010). Aktivitas
makan dapat dihambat karena saponin menyebabkan penurunan enzim
pencernaan serta menghambat absorbsi makanan (Haditomo, 2010). Selain itu,
saponin dapat menyebabkan kutikula pada kulit larva hilang yang menyebabkan
larva kehilangan cairan (Kuddus, 2011). Saponin juga menggangu pertumbuhan
larva dengan cara menghambat pengelupasan eksoskeleton larva sehingga tidak
dapat berkembang ke fase selanjutnya (Chaieb, 2010).

Kandungan senyawa lainnya yang terkandung dalam biji bintaro adalah


steroid yang dapat menghambat proses pergantian kulit pada larva sehingga
menggangu perkembangannya. Hal ini

dikarenakan steroid mempunyai struktur yang mirip dengan hormon yang


berperan dalam pergantian kulit pada serangga (Yunita et al., 2009).
c. Komposisi Asam Lemak

Komposisi asam lemak minyak bintaro didominasi oleh kandungan asam


lemak seperti asam oleat, asam palmitat, dan asam linoleat. Asam lemak ini
adalah hasil hidrolisis enzim lipase yang ada di dalam biji bintaro. Saat biji
terkelupas, enzim akan bersinggungan dengan sel yang mengandung minyak di
dalam biji dan terjadi proses hidrolisis. Hidrolisis ini menghasilkan asam lemak
dan gliserol (Ketaren, 2005).

Kandungan asam lemak yang dominan pada minyak mentah bintaro


merupakan asam lemak jenuh berupa asam palmitat sebesar 19,68% dan asam
stearat sebesar 5,33%. Asam lemak tak jenuh berupa asam oleat 38,13%, asam
linoleat 14,19% dan asam linolenat (0,19%). Kandungan asam palmitat dan asam
oleat minyak mentah bintaro lebih tinggi dibandingkan minyak mentah jarak
pagar dan nyamplung. Kandungan asam lemak tak jenuh (oleat dan linoleat) yang
tinggi pada minyak bintaro menyebabkan viskositas minyak mentah bintaro juga
tinggi yaitu sebesar 6,63 cSt.

3. Penggunaan Biji Bintaro

Biji Bintaro dapat diolah menjadi biodiesel, yaitu bahan bakar pengganti bahan
bakar yang diolah dari fosil (BBM). Dengan memanfaat biji Bintaro sebagai sumber
energi terbarukan, maka menjamin tersedianya bahan pangan (food security) dan
membuka lapangan kerja baru sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan dan
kelaparan.

Sumber :

1. Hendra, W., Wibowo, S., Hastuti, N., dan Wibisino, H. S. 2016. Karakteristik
Biodiesel Biji Bintaro (Cerbera manghas L) dengan Proses Modifikasi. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan, 34(1), hal: 11-21.

2. https://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0012139_bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai