Anda di halaman 1dari 9

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Dasar


(Volume 3 Tahun 2013)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE


TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR
IPS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SINGARAJA

Oleh
Ni Made Dwi Tresnayanti1, I Wayan Lasmawan2, A.A.I.N. Marhaeni3

Program studi Pendidikan Dasar Program Pasca Sarjana


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: dwi.tresnayanti@pasca.undiksha.ac.id, lasmawan@pasca.undiksha.ac.id,


marhaeni@pasca.undiksha.ac.id

abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Think Pair Square terhadap
motivasi berprestasi dan prestasi belajar IPS. Penelitian ini menggunakan eksperimen semu. Sebanyak
62 siswa kelas VII SMP Negeri 3 Singaraja dipilih sebagai sampel. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner motivasi berprestasi dan tes prestasi belajar IPS. Data dianalisis dengan menggunakan
analisis MANOVA (Multivariat Analysis of Variance). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat
perbedaan motivasi berprestasi secara signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran
Think Pair Square dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, (2) terdapat perbedaan
prestasi belajar IPS secara signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Think Pair
Square dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, (3) terdapat perbedaan motivasi
berprestasi dan prestasi belajar secara simultan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Think
Pair Square dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Kata kunci: Think Pair Square, Motivasi Berprestasi, Prestasi Belajar, IPS

Abstract

This research aims at investigating the effect of think pair share learning model on achievement
motivation and social study learning achievement. This research used quasi experiment. 62 seventh
grade students of SMP Negeri 3 Singaraja were chosen as the sample. The data were collected using
MANOVA (Multivariate Analysis of Variance). The results of the research show that: (1) there is
significant defference social studies achievement motivation between students following think pair share
learning model and those following conventional learning model, (2) there is significant defference social
studies learning achievement between students following think pair share learning model and those
following conventional learning model, (3) simultaneously, there are significant deffferences of
achievement motivation and learning achievement of social studies between students following think pair
share learning model and those following conventional model.

Keywords: think pair share, achievement motivation, learning achievement, social studies.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar
(Volume 3 Tahun 2013)

PENDAHULUAN desentralistik (Chamisijatin,2008). Daerah


Globalisasi merupakan menyebarkan memiliki peluang untuk menentukan
segala sesuatu secara cepat, ini kebijakan dalam penyelenggaraan
menyebabkan dunia mengecil cakupannya. pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan
Globalisasi sendiri diambil dari kata global kondisinya masing-masing. Implikasi dari
yang artinya universal. Menurut kebijakan desentralisasi itu diantaranya
Retnaningsih (1999) pengertian globalisasi berkaitan dengan kurikulum sebagai
belum mempunyai definisi tetap, globalisasi komponen penting dalam pendidikan.
hanya merujuk pada definisi kerja (working Desentralisasi kurikulum, terutama dalam
definition), artinya pengertian globalisasi kaitannya dengan pengembangan silabus
luas cakupannya tergantung bagaimana dan rencana pelaksanaan pembelajaran
pengguna menempatkannya. Globalisasi yang didukung oleh manajemen berbasis
juga mempengaruhi budaya bangsa dan sekolah, memungkinkan setiap sekolah
melahirkan budaya global. Rendahnya untuk merancang dan mengembangkan
tingkat pendidikan menyebabkan pembelajaran yang disesuaikan dengan
mudahnya kita terseret oleh arus globalisasi tuntutan kebutuhan siswa, keadaan
sehingga kita kehilangan identitas diri. sekolah, dan kondisi daerah masing-
Disinilah peran pendidikan yang masing. Hasil pengembangan kurikulum
seharusnya ditanamkan sejak dini agar yang didesentralisasikan adalah kurikulum
mampu membentuk kepribadian generasi yang dijadikan sebagai pedoman
muda. pelaksanaan pendidikan ditingkat satuan
Lasmawan (2010) menyatakan bahwa pendidikan yang bersangkutan.
peserta didik harus dipersiapkan dengan Kurikulum yang dikembangkan oleh
baik untuk menghadapi masa depan yang masing-masing satuan pendidikan dan
kian sulit maupun menjadi anggota dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan
masyarakat nantinya. Upaya penyiapan yang bersangkutan disebut Kurikulum
dapat dilakukan melalui pembekalan Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
pengetahuan atau berbagai macam Menurut Koyan (2007), kurikulum adalah
keterampilan. Pendidikan memegang seperangkat rencana mengenai tujuan, isi,
peranan penting karena pendidikan bahan pelajaran yang digunakan sebagai
merupakan wahana untuk meningkatkan pedoman penyelenggaraan kegiatan
dan mengembangkan kualitas sumber daya pembelajaran untuk mencapai tujuan
manusia. Sejalan dengan perkembangan pendidikan yang diharapkan.
dunia pendidikan yang semakin pesat, Penerapan KTSP diharapkan
menuntut lembaga pendidikan untuk menjadikan penyelenggara pendidikan
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu disetiap satuan pendidikan lebih mengenal
pengetahuan. Banyak perhatian khusus dan memahami kurikulum,
diarahkan kepada perkembangan dan pengembangkannya secara kreatif, serta
kemajuan pendidikan guna meningkatkan melaksanakannya di sekolah dengan penuh
mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu tanggung jawab. Acuan operasional dalam
cara yang dilakukan untuk meningkatkan penyusunan KTSP adalah (1) peningkatan
kualitas pendidikan adalah dengan iman dan takwa serta akhlak mulia, (2)
pembaharuan sistem pendidikan. peningkatan potensi, kecerdasan, dan
Pembaharuan sistem pendidikan sejalan motivasi berprestasi sesuai dengan tingkat
dengan diberlakukannya Undang-undang perkembangan dan kemampuan peserta
Nomor 32 Tahun 2003 tentang otonomi didik, (3) keragaman potensi dan
daerah, termasuk di dalamnya otonomi karakteristik daerah dan lingkungan, (4)
dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah tuntutan pembangunan daerah dan
satu bentuk otonomi dalam pendidikan nasional, (5) tuntutan dunia kerja, (6)
adalah adanya perubahan pengelolaan perkembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan dari sentralistik menjadi teknologi, dan seni, (7) agama, (8) dinamika
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar
(Volume 3 Tahun 2013)

perkembangan global, (9) persatuan memberikan pengetahuan kepada siswa


nasional dan nilai-nilai kebangsaan, (10) secara pasif. Akibatnya siswa kurang aktif
kondisi sosial budaya masyarakat dalam hal bertanya dan menjawab, karena
setempat, (11) kesetaraan jender, (12) kurangnya motivasi untuk belajar. Melihat
karakteristik satuan pendidikan (BSNP, kondisi demikian, maka perlu adanya
2007). alternatif pembelajaran yang berorientasi
Pendidikan Dasar merupakan pendidikan pada bagaimana siswa belajar menemukan
tahap awal dalam jenjang pendidikan. Di sendiri informasi, menghubungkan topik
sinilah akan dibangun konsep-konsep awal yang sudah dipelajari dan yang akan
tentang pengetahuan. Penanaman konsep dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
ini hendaknya dilakukan dengan tepat dan Siswa juga seharusnya berinteraksi multi
benar sehingga bisa menjadi dasar yang arah baik bersama guru maupun siswa
kuat untuk nantinya dikembangkan pada lainnya.
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu alternatif yang dapat
Seorang guru SMP sewajarnya memahami dilakukan oleh seorang guru guna
bahwa komponen anak merupakan menjawab permasalahan pembelajaran
komponen terpenting dalam proses tersebut serta untuk lebih mengaktifkan
pengajaran. Maka dari itu perlunya peran pembelajaran di kelas adalah dengan
pendidikan dalam membentuk kepribadian menerapkan pembelajaran Kooperatif
peserta didik dan membentuk pola pikir. Di dengan model Think Pair Square. Lie
SMP terdapat beberapa mata pelajaran (2007) menyatakan bahwa pembelajaran
yang dibelajarkan, salah satunya adalah Thing Pair Square merupakan model
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Menurut pembelajaran bertukar pasangan yang
Lasmawan (2010) IPS sebagai salah satu memberi siswa kesempatan untuk bekerja
komponen programatik di dalam kurikulum sama dangan orang lain dan suatu cara
sekolah, sesungguhnya diharapkan yang efektif untuk membuat variasi suasana
mendukung tercapainya tujuan Nasional. pola diskusi kelas. Model ini bisa digunakan
IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, dalam semua mata pelajaran. Dalam
konsep dan generalisasi yang berkaitan diskusi kelas membutuhkan pengaturan
dengan isu sosial. untuk mengendalikan kelas secara
Hidayati (2008) menyatakan bahwa keseluruhan, prosedur Think Pair Square
pendidikan IPS bertujuan untuk membina memberikan kesempatan siswa untuk lebih
peserta didik menjadi warga negara yang banyak berfikir dan saling merespon satu
baik, yang memiliki pengetahuan, sama lain.
keterampilan, dan memiliki kepedulian Pembelajaran kooperatif dengan model
sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi Think Pair Square terdiri dari tiga tahap.
masyarakat dan negara. Tahap yang pertama adalah berfikir (Think).
Pembelajaran IPS dirancang untuk Pada tahap ini guru mengajukan
mengembangkan pengetahuan, pertanyaan yang terkait dengan pelajaran
pemahaman dan kemampuan analisis dan siswa berfikir sendiri mengenai
siswa terhadap kondisi sosial masyarakat. jawaban tersebut. Waktu berfikir ditentukan
Tidak hanya berkaitan dengan oleh guru. Pada tahap selanjutnya siswa
penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berpasangan (pair) dengan temannya dan
dalam bentuk kecakapan, keterampilan, mendiskusikan mengenai jawaban masing-
sikap, pengertian, harga diri, watak dan masing. Sedangkan pada tahap terakhir,
penyesuaian diri. Dengan demikian, siswa berempat (square) yaitu guru
sekarang maupun dimasa yang akan meminta pasangan-pasangan tersebut
datang siswa dapat menghadapi perubahan untuk berdiskusi dengan pasangan lain
kehidupan di masyarakat. atau bekerja sama untuk mengungkapkan
Selama ini proses pembelajaran IPS di mengenai apa yang telah mereka
SMP kebanyakan masih mengunakan diskusikan. Dengan berdiskusi dan berfikir
paradigma yang lama dimana guru dengan teman, diharapkan siswa lebih bisa
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar
(Volume 3 Tahun 2013)

memahami konsep, menambah tertentu dalam suatu mata pelajaran. Bagi


pengetahuannya serta dapat menemukan seorang siswa belajar merupakan suatu
kemungkinan solusi dari permasalahan. kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang
Fatirul (2006) yang menyatakan bahwa siswa dalam pendidikan tergantung pada
Think Pair Square merupakan model proses belajar yang dialami oleh siswa
pembelajaran yang memberi kesempatan tersebut.
siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja Berdasarkan uraian di atas,
sama dengan orang lain. Think Pair Square dibutuhkan tindak lanjut melalui eksperimen
atau berpikir berempat membentuk pola mengenai pengaruh model Pembelajaran
diskusi kelas dan memberi kesempatan Think Pair Square terhadap Motivasi
siswa untuk berfikir, merespons dan saling Berprestasi dan Prestasi Belajar IPS Siswa
membantu dalam menyelesaikan tugas. kelas VII di SMP N 3 Singaraja Tahun
Pembelajaran Think Pair Square akan Ajaran 2012/2013.
memberikan dorongan untuk memahami
apa yang dipelajari dan menumbuhkan
keinginan siswa untuk berprestasi. Uno METODE PENELITIAN
(2006) menyatakan bahwa motivasi Penelitian ini merupakan penelitian
berprestasi menekankan akan pentingnya eksperimen. Penelitian ini melibatkan tiga
kebutuhan akan prestasi, karena orang variabel yaitu model pembelajaran Think
yang berhasil adalah orang yang dapat Pair Square sebagai variabel bebas,
menyelesaikan sesuatu. Peserta didik yang motivasi dan prestasi belajar sebagai
memiliki dorongan untuk mencapai variabel terikat. Populasi dalam penelitian
sasaran, selalu mau menerima nasihat dan ini berjumlah 305 siswa kelas VII SMP N 3
saran tentang cara meningkatkan prestasi Singaraja. Sebanyak 62 siswa dipilih
belajarnya. Motivasi berprestasi sebagai sebagai sampel. Sampel diambil tanpa
keinginan untuk menggerakkan dan adanya pengacakan individu, cara ini dipilih
menuntun seseorang dalam mencapai dengan mempertimbangkan sulitnya
tujuan yang ingin dicapai, membantu merubah kelas yang sudah terbentuk.
mengambil inisyatif dan bertindak efektif Sebelum diadakan pengambilan sampel,
dan bertahan menghadapi kegagalan terlebih dahulu dilakukan pengujian
Goleman (2003). kesetaraan kelas. Data dianalisis
Sejalan dengan Uno (2006) yang menggunakan bantuan SPSS 17.0 for
menyatakan bahwa motivasi berprestasi windows. Berdasarkan uji kesetaraan, kelas
menekankan akan pentingnya kebutuhan VII D dipilih sebagai kelas eksperimen dan
akan prestasi, karena orang yang berhasil kelas VII E sebagai kelas kontrol dengan
adalah orang yang dapat menyelesaikan nilai F = 0,824. Pengumpulan data dalam
sesuatu. Dapat dikatakan bahwa cara untuk penelitian ini dilakukan dengan kuesioner
berhasil dari sebuah persaingan adalah motivasi berprestasi dan tes prestasi
menetapkan suatu standar yang tinggi. belajar. Untuk memenuhi kualitas isinya,
Dengan menetapkan standar yang tinggi, terlebih dahulu dilakukan expert judgment
akan timbul suatu kompetisi dari dalam oleh dua orang pakar guna mendapatkan
peserta didik untuk mencapai tujuan yang kualitas instrumen yang baik.
menjadi targetnya. Semakin tinggi Hasil validitas isi kuesionar motivasi
keinginan siswa untuk berprestasi akan berprestasi adalah 1, sedangkan validitas
memiliki kecendrungan pada peningkatan isi tes prestasi belajar adalah 1 dan
prestasi belajarnya pula. reliabilitasnya 0,91. Perhitungan validitas
Motivasi berprestasi merupakan faktor dan realibilitas tes digunakan program
internal siswa yang berimplikasi terhadap Anates Versi 4.0.9. Data dalam penelitian
prestasi belajar. Sudarsana (2008) dianalisis secara bertahap, yaitu: deskripsi
memberikan batasan bahwa prestasi data, uji prasyarat, dan uji hipotesis.
belajar adalah penguasaan seseorang Uji normalitas data menggunakan SPSS-
terhadap pengetahuan atau keterampilan 17.0 for windows uji statistik Kolmonogov-
smirnov. Berdasarkan uji normalitas
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar
(Volume 3 Tahun 2013)

tersebut, diketahui bahwa semua data Deskripsi data dikelompokkan untuk


berdistribusi normal. Untuk pengujian menganalisis kecenderungan: (1) motivasi
homogenitas varians dilakukan dengan berprestasi yang mengikuti pembelajaran
menggunakan uji levene’s dengan bantuan dengan menggunakan model Think Pair
SPSS 17.0 for windows. Uji hipotesis Square. (2) prestasi belajar yang mengikuti
dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran dengan menggunakan model
MANOVA (Multivariat Analysis of Variance) Think Pair Square. (3) motivasi berprestasi
berbantuan SPSS 17.00 for windows pada yang mengikuti pembelajaran konvensional.
signifikasi 0,05. (4) prestasi belajar yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan sebagai
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berikut.

Tabel 1 Distribusi Data Kuesioner Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar IPS Siswa

Variabel A1Y1 A1Y2 A2Y1 A2Y2


Statistik
Mean 113,19 72,80 101,38 57,41
Median 114 73 101 57
Modus 122 73 105 57
Standar deviasi 12.30 7.96 9.13 8.26
Varians 151.36 63.42 83.44 68.32
Rentangan 56 38 44 43
Minimal 84 55 78 37
Maksimal 140 93 122 80

Mengacu pada tabel 1, tampak bahwa bahwa H0 ditolak dan hipotesis alternatif H1
rata-rata motivasi berprestasi yang yang menyatakan terdapat perbedaan
mengikuti model pembelajaran Think Pair motivasi berprestasi antara siswa yang
Square adalah 113,19 lebih tinggi mengikuti model Think Pair Square dan
dibandingkan siswa yang mengikuti siswa yang mengikuti model konvensional
pembelajaran konvensional dengan rata- pada mata pelajaran IPS kelas VII SMP N 3
rata 101,38. Sedangkan rata-rata prestasi Singaraja, diterima.
yang mengikuti model pembelajaran Think Temuan dalam penelitian ini sejalan
Pair Square adalah 72,80 lebih tinggi dengan penelitian Qomariah (2011) yang
dibandingkan siswa yang mengikuti melaksanakan penelitian mengenai
pembelajaran konvensional dengan rata- Efektivitas Pelatihan self-Management
rata 57,41. Dari data tersebut, selanjutnya untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi
dilakukan uji hipotesis dengan hasil sebagai Siswa kelas VII SMP Negeri 11 Malang.
berikut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Pertama, Berdasarkan hasil analisis Self-Management dapat meningkatkan
data, diperoleh hasil bahwa siswa yang motivasi berprestasi siswa dalam mata
mengikuti pembelajaran Think Pair Square pelajaran bahasa Inggris. Berdasarkan hasil
memiliki skor rata-rata motivasi berprestasi analisis data dan hasil penelitian yang
siswa sebesar 113,19, sedangkan siswa relevan, terbukti bahwa terdapat pengaruh
yang mengikuti pembelajaran konvensional Think Pair Square terhadap motivasi
memiliki skor rata-rata motivasi berprestasi berprestasi siswa.
siswa sebesar 101,38. Hasil perhitungan Motivasi berprestasi menekankan
MANOVA menunjukkan FAhitung lebih besar pentingnya kebutuhan akan prestasi. Siswa
dari Ftabel. Fhitung sebesar 18,403, ini berarti yang berhasil adalah siswa yang dapat
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar
(Volume 3 Tahun 2013)

menyelesaikan sesuatu dengan baik Keterlibatan peserta didik menciptakan


sehingga mampu mencapai sasarannya. suasana belajar yang lebih bermakna, serta
Guru diharapkan mampu membangkitkan proses pembelajaran Think Pair Square
motivasi berprestasi siswa dan tentunya sesuai dengan tujuan pendidikan IPS.
harapan yang paling utama adalah siswa IPS bertujuan agar peserta didik memiliki
mendapatkan prestasi belajar yang optimal kemampuan sebagai berikut. (1) mengenal
sesuai dengan kemampuannya. Untuk konsep-konsep yang berkaitan dengan
mencapai prestasi belajar tersebut tidak masyarakat dan lingkungannya. (2) memiliki
akan terlepas dari upaya yang dilakukan kemampuan dasar untuk berfikir logis dan
oleh guru dalam memberikan motivasi atau kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
dorongan kepada siswa agar dapat masalah dan keterampilan dalam
meningkatkan motivasinya. kehidupan social. (3) memiliki komitmen
Kedua, Berdasarkan hasil analisis data, dan kesadaran terhadap nilai-nilai social
diperoleh hasil bahwa siswa yang dan kemanusiaan. (4) memiliki kemampuan
mengikuti pembelajaran Think Pair Square berkomunikasi, bekerjasama, dan
memiliki skor rata-rata prestasi belajar berkompetisi dalam masyarakat majemuk,
siswa sebesar 72,80, sedangkan siswa ditingkat nasional dan global
yang mengikuti pembelajaran konvensional (Lasmawan,2010).
memiliki skor rata-rata prestasi belajar Think Pair Square konvensional tentu
siswa sebesar 57,41. Hasil perhitungan berbeda dengan pembelajaran
MANOVA menunjukkan FAhitung lebih besar konvensional. Pembelajaran konvensional
dari Ftabel. Fhitung sebesar 55,71, ini berarti merupakan pembelajaran yang bersifat
bahwa H0 ditolak dan hipotesis alternatif H1 tradisional yang didominasi oleh metode-
yang menyatakan “terdapat perbedaan metode ceramah bervariasi, sehingga
prestasi belajar antara siswa yang proses belajar lebih banyak didominasi oleh
mengikuti model Think Pair Square dan guru (Arka Yasa,2008). Mengacu pada hal
siswa yang mengikuti model konvensional tersebut, terdapat perbedaan proses
pada mata pelajaran IPS siswa kelas VII pembelajaran Think Pair Square dengan
SMP N 3 Singaraja, diterima. pembelajaran konvensional. Dengan
Temuan dalam penelitian ini sejalan adanya perbedaan pada proses
dengan penelitian Adnyana (2012) yang pembelajaran, maka sangat memungkinkan
melaksanakan penelitian mengenai jika prestasi belajar siswa yang mengikuti
pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap model pembelajaran Think Pair Square
prestasi belajar Fisika di SMP Negeri 2 lebih baik daripada prestasi belajar siswa
Nusa Penida tahun pelajaran 2011/2012. yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Ketiga, Berdasarkan hasil analisis
kooperatif group investigation memberikan MANOVA menunjukkan harga F untuk
prestasi belajar fisika lebih baik Pillae Trace, Wilk Lambda, Roy’s Largest
dibandingkan dengan model pembelajaran Roots sebesar 31,421, ini berarti lebih
kooperatif jigsaw dan model pembelajaran besar dari signifikansi 0,05 maka H0 ditolak
langsung. dan hipotesis alternatif H1 yang
Mengacu pada temuan dan hasil menyatakan terdapat perbedaan motivasi
penelitian yang relevan, terbukti bahwa berprestasi dan prestasi belajar secara
model pembelajaran Think Pair Square simultan antara siswa yang mengikuti
lebih efektif dibandingkan pembelajaran model pembelajaran Think Pair Square dan
konvensional. Ini tidak terlepas dari proses siswa yang mengikuti pembelajaran
pembelajaran di kelas. Pembelajaran IPS konvensional di kelas VII SMP N 3
yang terkesan hapalan, disajikan dengan Singaraja, diterima.
model yang melibatkan peserta didik secara Temuan pada penelitian ini sejalan
aktif. Think Pair Square memberikan dengan hasil penelitian Afriyanti (2011)
kesempatan siswa untuk berdiskusi yang meneliti tentang meningkatkan
mengenai ide-ide yang siswa miliki. pemahaman membaca siswa melalui Think
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar
(Volume 3 Tahun 2013)

Pair Square siswa kelas X di SMA Negeri I dan (9) lebih tangguh dalam mengerjakan
Gondang tahun akademik 2010/2011. Hasil tugas (Hanifah, 2008:47).
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan Pembelajaran IPS yang terkesan
siswa dalam membaca pemahaman membosankan mengharuskan guru untuk
meliputi: (1) para siswa bisa menganti model pembelajaran agar tidak
mengidentifikasi dan menangkap gagasan monoton. Ini berarti bahwa apabila mata
utama teks, (2) siswa dapat menentukan pelajaran IPS dibelajarkan dengan cara
informasi yang spesifik, baik yang implisit yang tepat maka materi akan lebih mudah
maupun yang eksplisit, (3) siswa dapat dipahami siswa. Think Pair Square adalah
menganalisis struktur umum dalam teks, (4) suatu model pembelajaran kooperatif yang
siswa dapat menemukan arti kata, (5) siswa memberi siswa waktu untuk berfikir dan
dapat menentukan acuan kata. merespon serta saling bantu satu sama
Dengan demikian, motivasi berprestasi lain. Model ini mampu menumbuhkan ide-
dan prestasi belajar yang mengikuti model ide siswa sehingga mampu merespon
pembelajaran Think Pair Square lebih baik pertanyaan yang diajukan. Pembelajaran
dibandingkan dengan motivasi berprestasi Kooperatif model Think Pair Square ini
dan prestasi belajar yang mengikuti relatif lebih sederhana dan mampu melatih
pembelajaran konvensional. Prestasi siswa untuk berani berpendapat serta
belajar dipengaruhi oleh faktor yang menghargai pendapat teman.
bersumber dari dalam diri siswa sebagai
individu berupa usaha untuk mencapai Penutup
keberhasilan dalam belajar. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
Motivasi berprestasi merupakan salah dan pembahasan hasil penelitian, maka
satu faktor yang berasal dari dalam diri dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak Pertama, terdapat perbedaan motivasi
mungkin siswa memiliki kemauan untuk berprestasi siswa yang mengikuti model
belajar. Oleh karena itu, membangkitkan Think Pair Square dengan rata-rata 113,19
motivasi merupakan salah satu tugas guru dibandingkan dengan siswa yang mengikuti
dalam setiap proses pembelajaran. model konvensional dengan rata-rata
Keberhasilan yang dicapai akan 101,38. Hasil perhitungan MANOVA
menimbulkan perasaan dan sikap positif menunjukkan FAhitung lebih besar dari Ftabel.
terhadap diri dan lingkungan, yang akhirnya Fhitung sebesar 18,403. Maka, motivasi
akan menyebabkan timbulnya keinginan berprestasi siswa yang mengikuti model
untuk mengerjakan tugas dengan sebaik- Think Pair Square lebih tinggi dibandingkan
baiknya. dengan siswa yang mengikuti model
Ini sejalan dengan ciri-ciri motivasi konvensional pada mata pelajaran IPS
berprestasi: (1) mempunyai rasa tanggung siswa kelas VII SMP N 3 Singaraja.
jawab pribadi yang besar, (2) Kedua, terdapat perbedaan prestasi
mempergunakan umpan balik yang lebih belajar siswa yang mengikuti model Think
efektif guna tercapainya prestasi, (3) dalam Pair Square dengan rata-rata 72,80
memilih suatu tugas selalu dibandingkan dengan siswa yang mengikuti
memperhitungkan dan mempertimbangkan model konvensional dengan rata-rata
resiko yang akan dihadapinya, (4) 57,41. Hasil perhitungan MANOVA
cenderung bertindak secara kreatif dan menunjukkan FAhitung lebih besar dari Ftabel.
inovatif terhadap permasalahan yang Fhitung sebesar 55,71. Maka, prestasi
dihadapi, (5) lebih mempunyai kepercayaan belajar siswa yang mengikuti model Think
diri dalam menghadapi tugas yang Pair Square lebih tinggi dibandingkan
berhubungan dengan prestasi, (6) dengan siswa yang mengikuti model
mempunyai sikap yang lebih berorientasi konvensional pada mata pelajaran IPS
kedepan, (7) tidak suka membuang-buang siswa kelas VII SMP N 3 Singaraja.
waktu, (8) dalam mencari teman lebih suka Ketiga, berdasarkan hasil analisis
memilih orang yang memiliki kemampuan, MANOVA menunjukkan harga F untuk
Pillae Trace, Wilk Lambda, Roy’s Largest
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar
(Volume 3 Tahun 2013)

Roots sebesar 31,421 maka terdapat akademik 2010/2011. Tesis. (tidak


perbedaan motivasi berprestasi dan diterbitkan). Fakultas Pendidikan
prestasi belajar secara simultan antara Universitas Sebelas Maret.
siswa yang mengikuti model pembelajaran
Arka Yasa, I Ketut. 2008. Pengembangan
think pair square dan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada mata Model Pembelajaran Kooperatif
pelajaran IPS kelas VII SMP N 3 singaraja. dengan Pendekatan Multikultur
Berdasarkan simpulan dan implikasi dalam Upaya Meningkatkan
penelitian yang telah dipaparkan, maka Kesadaran Multikulturalisme dan
dapat diajukan beberapa saran guna Hasil Belajar Siswa pada
peningkatan kualitas pembelajaran IPS Pembelajaran Pendidikan
sebagai berikut. Hasil penelitian
Kewarganegaraan (Studi
menunjukan bahwa motivasi berprestasi
siswa yang mengikuti model Think Pair Eksperimen Pada Para Siswa
Square lebih tinggi dibandingkan dengan SMP Negeri 1 Kuta Utara). Tesis
siswa yang mengikuti model konvensional (tidak diterbitkan). Program Pasca
pada mata pelajaran IPS siswa kelas VII Sarjana Undiksha.
SMP N 3 Singaraja. Maka dari itu, penting
diperkenalkan model pembelajaran ini agar BSNP. 2007. Panduan Penyusunan
terwujud proses pembelajaran yang Kurikulum Tingkat Satuan
menyenangkan sehingga mampu Pendidikan Jenjang pendidikan
meningkatkan keinginan siswa untuk
Dasar dan Menengah. Jakarta:
berprestasi.
Bagi guru, mengacu pada hasil BSNP.
penelitian terbukti bahwa prestasi belajar Chamistijatin, Lise. 2008. Pengembangan
siswa yang mengikuti model Think Pair Kurikulum SD. Dirjendikti:
Square lebih tinggi dibandingkan dengan Dirjendikti Depdiknas.
siswa yang mengikuti model konvensional Fatirul, Ahmad Noor. 2009. Cooperative
pada mata pelajaran IPS siswa kelas VII Learning. (tidak diterbitkan).
SMP N 3 Singaraja. Maka dari itu,
Program Doktor Teknologi
disarankan untuk menggunakan model
pembelajaran ini guna memberi inovasi Pembelajaran Universitas Negeri
dalam proses pembelajaran sehingga Malang.
mampu meningkatkan prestasi belajar IPS. Goleman. 2003. Kecerdasan Emosi untuk
Mencapai Puncak Prestasi.
Daftar Rujukan Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Adnyana, Sudina. 2012. Pengaruh
Hanifah. Noor. 2008. Kontribusi Kualitas
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran, Motivasi
terhadap Prestasi Belajar Fisika
Berprestasi dan Disiplin Belajar
di SMP Negeri 2 Nusa Penida
terhadap Prestasi Belajar Ujian
tahun pelajaran 2011/2012.
Nasional Mata Pelajaran Produktif
Jurnal Pendidikan dan
Kelompok Bisnis dan Managemen
Pengajaran. Singaraja:
Studi Pada Siswa Kelas III SMK
Universitas Pendidikan Ganesha.
Negeri 1 Gianyar Tahun Pelajaran
Afriyanti, Astika Lusiana. 2011.
2008-2009. Tesis (tidak
Meningkatkan Membaca
diterbitkan). Program Pasca
Pemahaman Siswa melalui Think
Sarjana UNDIKSHA.
Pair Square pada Siswa Kelas X
di SMA Negeri I Gondang tahun
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar
(Volume 3 Tahun 2013)

Hasibuan, 2007, Organisasi dan Motivasi Pasca Sarjana Universitas Negeri


Dasar Peningkatan Produktivitas. Malang.
Bandung: Bumi Aksara. Retnaningsih, Umi Oktyari. 1999. Perspektif
Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Global. Pekanbaru: Departemen
Pendidikan IPS SD. Jakarta: Pendidikan Nasional dan
Kebudayaan Direktorat Jendral
Direktorat Jendral Pendidikan
Pendidikan Tinggi Proyek
Tinggi Departemen Pendidikan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Nasional. Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi
Koyan, I Wayan. 2012. Telaah Kurikulum Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Tingkat Satuan Pendidikan Raja Grafindo Persada.
(KTSP) Jenjang Pendidikan Sudarsana. I Komang Gede. 2008.
Dasar. Singaraja: Program Pasca Eksperimentasi Pengelolaan
Sarjana Undiksha. Kelas dengan Gaya
Lasmawan, Wayan. 2010. Menelisik
Kepemimpinan Transformasional
Pendidikan IPS dalam Perspektif
Kontekstual-Empiris. Singaraja: dan pengaruhnya terhadap
Mediakom Indonesia Press Bali. Prestasi Belajar Matematika di SD
Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning 1 Bebandem. Tesis (tidak
Mempraktikan Cooperatif Learning diterbitkan). Singaraja: Program
di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Pasca Sarjana.
Grasindo. Uno, Hamzah. 2006. Teori Motivasi dan
Qomariyah, Nurul. 2011. Efektivitas Pengukurannya Analisis Dibidang
Pelatihan self-Management untuk Pendidikan. Gorontalo: Bumi
Aksara.
Meningkatkan Motivasi
Berprestasi Siswa kelas VII SMP
Negeri 11 Malang. Tesis (tidak
diterbitkan). Jakarta: Program

Anda mungkin juga menyukai