Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS KDP

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS DI RUANG
TERATAI RUMAH SAKIT TK. III BALADHIKA HUSADA JEMBER

OLEH:

Lelyani Bella Hadiastuti, S.Kep.


NIM 182311101100

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase KDP yang disusun oleh:

Nama : Lelyani Bella Hadiastuti, S.Kep.


NIM : 182311101100

telah diperiksa dan disahkan pada:


Hari :
Tanggal :

Jember, Maret 2019

FAKULTAS KEPERAWATAN
Mengetahui
PJ Program Profesi Ners, PJMK

Ns. Erti I. Dewi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J Ns. Ahmad Rifai, S.Kep.M.S
NIP 19811028 200604 2 002 NIP 19850207 201504 1 001
Menyetujui,
Wakil Dekan I

Ns. Wantiyah, S.Kep., M.Kep


NIP 19810712 200604 2 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:

Nama : Lelyani Bella Hadiastuti, S.Kep.


NIM : 182311101100
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
OKSIGENASI PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RUANG
TERATAI RUMAH SAKIT TK. III BALADHIKA HUSADA
JEMBER

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Jember, Maret 2019

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Ns. Dicky Endrian K., S.Kep., M.Kep Ns. Siesca, S.Kep.


NRP 760016846

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................... ....................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................... .........................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN............................iii
DAFTAR ISI..................................... .................................................................iv
LAPORAN PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Definisi Kebutuhan Oksigenasi .......................................................... 2
B. Tanda dan Gejala Gangguan Pemenuhan Oksigenasi
menurut Nanda ...................................................................................6
C. Patofisiologi dan Clinical Pathway ....................................................6
D. Penatalaksanaan Medis ......................................................................10
E. Penatalaksanaan Keperawatan ............................................................12
F. Penatalaksanaan berdasarkan evidence based in nursing ...................20
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KELOLAAN .....................................21
A. Pengkajian ..........................................................................................22
B. Analisa Keperawatan ..........................................................................38
C. Rumusan Diagnosa Keperawatan .......................................................39
D. Perencanaan/Nursing Care Plan .........................................................40
E. Implementasi Keperawatan ................................................................43
F. Catatan Perkembangan/Progres Note .................................................45
DAFTAR ISI ......................................................................................................46

iv
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN


DENGAN CA PARU DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT BHALADIKA
HUSADA TK.III JEMBER

OLEH:

Lelyani Bella Hadiastuti, S.Kep


NIM 182311101100

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER

2019

1
A. Definisi Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
1. Definisi
Hirarki Maslow menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai lima
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologi, keamanan, cinta, harga diri dan
aktualisasi diri yang kelimanya merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. (Hidayat,
2012). Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar yang
diperlukan manusia. Kebutuhan fisiologis ini salah satunya adalah
kebutuhan oksigenasi.
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dalam
mempertahankan hidup dan melakukan aktivitas berbagai organ atau sel.
Umumnya kerusakan otak terjadi jika seseorang tidak mendapatkan
oksigen dalam waktu kurang dari 4 menit, bahkan seseorang bisa
meninggal jika otak tidak mendapatkan oksigen yang dibutuhkan (Asmadi,
2008). Dalam keadaan normal manusia membutuhkan oksigen sekitar 300
cc dalam 24 jam atau sekitar 0,5 cc permenit. Respirasi merupakan
mekanisme yang berperan dalam mensuplai oksigen ke seluruh bagian
tubuh dan melakukan pertukaran dengan karbondioksida. Sistem tubuh
yang berperan yaitu, saluran pernapasan bagian atas, bawah, dan paru-paru
(Hidayat, 2012).
Oksigen merupakan gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel dalam tubuh.
Normalnya seseorang mendapatkan oksigen dengan cara menghirupnya
setiap kali bernapas (Tarwanto, 2006).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemenuhan oksigenasi menurut
Tarwanto (2006) diantaranya:
a. Patologi
1) Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkitis)

2
2) Infeksi, fibrosis kritis, influenza
3) Penyakit sistem saraf (Sindrom gullaine barre, sklerosis, multipel
miastania gravis)
4) Depresi Sistem Saraf Pusat/ trauma kepala
5) Cedera serebrovaskuler (stroke)
b. Maturasional
1) Bayi prematur karena kurangnya pembentukan surfuktan
2) Bayi dan balita yang diakibatkan karena risiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok
3) Anak usia sekolah dan remaja, karena risiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok dewasa muda dan pertengahan
4) Diet yang tidak sehat, kurangnya aktifitas, dan stres yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5) Dewasa tua diakibatkan karena danya proses penuaan yang
memingkinkan terjadinya arteri skerosis, elastisitas dan ekpansi
paru menurun.
c. Situasional
1) Mobilitas sekunder akibat pembedahan atau trauma
2) Nyeri, ketakutan, ansietas, dan keletihan
3) Kelembapan yang sangat tinggi atau sangat rendah
4) Menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respon inflamasi,
dan peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat rokok, dan
pernapasan mulut.
Tarwanto (2006) menjelaskan bahwa gangguan oksigenasi dapat disebabkan
oleh beberapa faktor:
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada Obstruksi
saluran pernafasan bagian atas
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen(O2)
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll

3
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit
kronis seperti TBC paru.
b. Faktor Perilaku
1) Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.
2) Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3) Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer dan koroner
4) Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi /Fe
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan
depresi pusat pernafasan.
5) Kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat

3. Masalah kebutuhan oksigenasi


Menurut Tarwanto (2006), masalah yang sering muncul pada pasien
dengan kebutuhan oksigenasi yaitu:
a. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi ketidakcukupan pemenuhan oksigen
dalam tubuh akibat defisiensi oksigen.

b. Perubahan Pola Nafas


1) Takipnea, frekuensi nafas lebih dari 24x/menit karena emboli paru
2) Bradipnea, frekuensi nafas abnormal ±10x/menit
3) Hiperventilasi, tubuh mengkompensasai metabolisme yang terlalu
tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Tanda gejala

4
hiperventilasi diantaranya : pusing, nyeri kepala, henti jantung,
koma, dan ketidakseimbangan elektrolit.
4) Kussmaul, pola nafas cepat dan dangkal

5) Hipoventilasi, upaya tubuh mengeluarkan karbondioksida dimana


jumlah oksigen yang memasuki alveoli tidak cukup. Hipoventilasi
dapat terjadi akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau
efek samping beberapa obat. Tanda gejalanya yaitu nafas pendek,
nyeri dada, sakit kepala ringan, pusing dan pengelihatan kabur
6) Dispnea, sesak dan berat saat bernapas
7) Ortopnea, kesulitan bernapas kecuali saat duduk atau berdiri
8) Stridor, suara nafas bising akibat penyempitan saluran pernapasan.
9) Cheyne stokes, bertambah dan berkurangnya ritme respirasi,
pernapasan dalam dan lambat yan diikuti periode apnea, gagal
jantung kongestif, dan overdosis obat yang terjadi dalam keadaan
fisiologis (orang yang berada pada ketinggian 12.000-15.000 kaki,
anak-anak yang sedang tidur, orang yang dengan sadar melakukan
hiperventilasi) dan keadaan patologis (akibat gagal jantung dan
pada pasien uraemi/kadar ureum darah lebih dari 40mg%).
10) Biot`s, nafas dangkal yang mungkin dijumpi pada orang sehat dan
pasien dengan gangguan sistem saraf pusat.
c. Obstruksi Jalan Nafas
Kondisi dimana seseorang dengan pernapasan yang mengalami
ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif yang

5
disebabkan oleh sekret kental atau berlebihan akibat infeksi,
imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
d. Gangguan Pertukaran Gas
Kondisi seseorang yang mengalami penurunan gas baik oksigen
maupun karbondioksida pada alveoli paru-paru dan sistem vaskular.

B. Tanda dan Gejala GanggaunPemenuhan Kebutuhan Oksigenasi menurut


NANDA
Tanda dan gejala akibat adanya gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
antara lain bradipnea, dispnea, orthopnea, takipnea, fase ekspirasi memanjang,
penggunaan otot bantu pernapasan, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan
tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit, pernapasan bibir, pernapasan
cuping hidung, pola napas abnormal (misal irama, frekuensi, kedalaman),
diaphoresis, gelisah, hiperkapnia, hipoksemia, hipoksia, iritabilitas, konfusi,
pH arteri abnormal, saat kepala bangun tidur, sianosis, somnolen, takikardia,
warna kulit abnormal (misal pucat, kehitaman), ketakutan, peningkatan
frekuensi jantung, peningkatan laju metabolisme, peningkatan PCO 2,
penurunan PO2, penurunan saturasi O2, batuk yang tidak efektif, sulit berbicara,
mata terbuka lebar, penurunan buryi npas, sputum dalam jumlah yang
berlebihan, terdapat suara napas tambahan (NANDA, 2018).

C. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Bronkus yang merupakan percabangan segmen paru-paru mengalami
trauma yang disebabkan oleh pengendapan bahan karsiogenik, hal ini
mengakibatkan perubahan epitel silia dan mukosa yang menipis atau bahkan
menghilang yang menyebabkan ulserasi bronkus. Ulserasi bronkus
mengakibatkan deskuamasi epitel dan peningkatan sekret. Deskuamasi epitel
mempengaruhi csel cadangan (reserved cell) basal mukosa bronkus untuk
hiperplasi, displasia, dan metaplasi.
Lesi perifer yang diakibatkan oleh metaplasi, hiperplasi dan displasi
menembus pleura dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta korpus vertebra.

6
Lesi sentral berasal dari cabang bronkus terbesar menyebabkan obstruksi dan
ulserasi bronkus yang diikuti supurasi dibagian distal. Gejala yang timbul
seperti batuk, hemoptysis, dispnea, demam, dan dingin. Wheezing unilateral
terdengar saat aulkultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan dapat
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, perikardium, otak, dan tulang rangka.

7
Bronkus

Trauma arus udara

(tar rokok, paparan industri)

Karsiogenik mengendap
di paru-paru

Perubahan epitel silia dan


mukosa (ulserasi bronkus)

Deskuamasi epitel Sekret meningkat

Sel cadangan (reserved cell) Sesak (Wheezing)


basal mukosa bronkus

Ketidakefektifan
Hiperplasi, bersihan jalan napas
metaplasi, displasi

Sel kanker

Intrapulmoner Intratorasik Ekstratorasik non- Ekstratorasik


ekstrapulmonar metastasik metastasik
Kanker lumen bronkus

proksimal distal

Disfungsi Bronkiektasis/aktelektasik O2 menurun


Neuromuskular

Gangguan Pertukaran Metabolisme menurun


Gas
Ketidakefektifan Pola
Cadangan energi
Napas
menurun

Pola napas abnormal (irama, Gangguan Ventilasi


frekuensi, kedalaman) Spontan

8
D. Penatalaksaan Medis
a. Sistem aliran rendah
Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi
udara ruangan. Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung
pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2
sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi
masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien
dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali
permenit (Harahap, 2005). Yang termasuk dalam sistem aliran rendah
yaitu kataeter nasal, kanula nasal, sungkup muka sederhana, sungkup
muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan kantong non
rebreathing

Penatalaksanaan Medis Aliran


Sistem Aliran Rendah
1. Kateter nasal 1-6 L/menit
2. Kanul nasal 1-6 L/menit
3. Sungkup muka 5-8 L/menit
4. Sungkup muka rebreathing 8-12 L/menit
5. Sungkup muka non-rebreathing 8-12 L/menit
Sistem Aliran Tinggi
1. Sungkup muka ventury 4-14L/menit

1) Kateter nasal

Gambar kateter nasal

Kecepatan aliran yang disarankan 1-6 L/menit. Keuntungan


pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara,
murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter

9
penghisap. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih
dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula
nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput
lendir nasofaring, aliran lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri
sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah
tersumbat (Harahap, 2005).
2) Kanul nasal

Gambar kanul nasal

Kecepatan aliran yang disarankan 1-6 L/menit. Keuntungan


Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas
makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien. Kerugian
tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai
O2berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena
kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lender (Harahap,
2005).
3) Sungkup muka

Gambar sungkup muka

10
Kecepatan aliran yang disarankan 5-8 L/menit. Keuntungan
konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan
sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi
aerosol. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang
dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah
(Harahap, 2005)
4) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan 8-12 L/menit. Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lender. Kerugian Tidak dapat memberikan
O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan
penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat (Harahap, 2005).
5) Sungkup muka dengan kantong non-rebreathing

Gambar sungkupmuka non-rebreathing

Kecepatan aliran yang disarankan 8-12 L/menit.


Keuntungan konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%,
tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugian kantong O2 bisa
terlipat (Harahap, 2005).

b. Sistem aliran tinggi


Suatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak
dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat
menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun contoh
teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prinsip

11
pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan
menuju ke sungkup kemudian dihimpit untuk mengatur suplai O2
sehingga tercipta tekanan negatif, akibat udara luar dapat diisap dan aliran
udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini ± 4–14
L/mnt dan konsentrasi 30 – 55% (Harahap, 2005).
 Keuntungan: Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan
petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas
terhadap FiO2, suhu dan kelembapan gas dapat dikontrol serta tidak
terjadi penumpukan CO2 (Harahap, 2005).
 Kerugian: Kerugian sistem ini hampir sama dengan sungkup muka
yang lain pada aliran rendah

E. Penatalaksanaa Keperawatan
a. Pengkajian
1) Pengkajian pasien Gangguan pulmonal
 Amati tanda distress pernafasan akut (payah, gelisah, tidak dapat
mengikuti percakapan dan pernafasan gaduh). Jika ditemukan,
segera lakukan pertolongan, jika tidak tanyakan riwayat
kesehatan/masalah kesehatan pada keluarga atau saat pasien sudah
tenang
 Riwayat kesehatan: keadaan sekarang (napas pendek, nyeri dada,
batuk, sputum), kesehatan dulu(gangguan kesehatan yang baru
dialami, cidera, dan pembedahan), kesehatan keluarga (anggota
keluarga ada yang terkena emfisema, asma, alergi, TBC), sistem
fisiologis (demam, menggigil, lemah, keringar dingin malam hari),
perkembangan(ibu dengan bayi prematur, usia lanjut saat naik
tangga, berbaring, flu lama), pola pemeliharaan kesehatan
(pekerjaan, obat yang tersedia di rumah, pola tidur istirahat, dan
stres), dan pola berhubungan dengan peran (Setiawati, 2017)

12
2) Pemeriksaan Fisik head to toe
 Inspeksi dada posterior dan anterior
1. Sianosis : sulit diidentifikasi pada pasien anemis, bisa terjadi
pada pasien polisitemik pada ekstriminitas. Sianosis perifer
terjadi pada ekstreminitas, ujung hidung, atau telinga. Sianosis
sentral terlihat pada bibir dan lidah.
2. Peningkatan diameter anteroposterior (AP) dada akibat
ekspansi maksimal paru pada penyakit obstruksi dan pasien
dengan kifosis.
3. Deforminitas dan jaringan parut dada untuk menentukan
penyebab distres paru
4. Postur pasien, berkaitan dengan posisi sering duduk dan
menyangga diri dengan tangan, menyangga dengan siku di
meja sebagai upaya untuk tetap menangkat klavikula untuk
memperluas ekspansi dada pada pasien penyakit paru
obstruktif.
5. Observasi posisi trakea
6. Observasi ekspansi dada, normalnya 3 inci expansi pada
inspirasi dan ekspirasi maksimal. Gerakan abdomen.
7. Efektivitas dan frekuensi, jumlah sputum, warna, dan
konsistensi batuk pasien.
 Palpasi dada posterior dan anterior
Palpasi pada dada dengan pasien menyebutkan “sembilan puluh
sembilan”, normalnya terasa vibrasi. Observasi adanya nyeri tekan.
 Perkusi dada posterior dan anterior
Bunyi normal resonan atau gaung perkusi. Pada pneumotoraks dan
emfisema suara hipersonan (seperti bunyi drum). Pasien dengan
pneunomia, efusi pleura, penebalan pleura atau lesi massa
terdengar pekak dan kempis.

13
 Auskultasi dada posterior dan anterior
1. Bunyi normal :
a. Napas vesikuler, pada perifer paru. Nada suara bersedir.
b. Napas bronkial, diatas trakea. Nada tinggi dekat telinga,
keras, termasuk saat penghentian antara inspirasi dan
ekspirasi.
c. Napas bronkovesikuler, pada kebanyakn area paru dekat
jalan napas utama.
2. Bunyi lain:
a. Cracles, bunyi jelas, terus menerus terbenntuk oleh jalan
napas kecil yang terbuka kembali atau tertutup selama akhir
inspirasi. Terjadi pada pneunomia, gagal jantung kongesif,
dan fibrosis pulmonalis
b. Mengi, adanya penyempitan jalan napas. Terjadi pada
pasien dengan asma, benda asing, mukos di jalan napas,
stenosis.
c. Friction rub, pada pasien penyakit pleural.
d. Ronkhi, napas tambahan bernada rendah

b. Diagnosis Keperawatan Sesuai Nanda (2018)


1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031) : ketidakmampuan
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas.
Berhubungan dengan : lingkungan (perokok, perokok pasif, terpajan
asap), obstruksi jalan napas (adanya jalan napas buatan, benda asing
dalam jalan napas, eksudat dalam alveoli, hiperplasia pada dinding
bronkus, mokus berlebih, penyakit paru obstruksi kronis, sekresi yang
tertahan, spasme jalan napas), dan fisiologis (asma, disfungsi
neuromuskular, infeksi, jalan napas alergik).
2) Ketidakefektifan pola nafas (00032): inspirasi dan/atau ekspirasi yang
tidak memberi ventilasi adekuat.

14
Berhubungan dengan: ansietas, cedera medula spinalis, deforminitas
dindng data, deforminitas tulang, disfungsi neuromuskolar, gangguan
muskoskeletal, ganggaun neurologis (EKG +, trauma kepala, gangguan
kejang), hiperventilasi, imaturasi neurologis, keletihan, keletihan otot
pernapasan, nyeri, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi
paru, sindrom hipoventilasi.
3) Gangguan pertukaran gas (00030): kelebihan atau defisit oksigenasi
dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar-kapiler.
Berhubungan dengan : ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dan
perubahan membran alveolar-kapiler.
4) Gangguan ventilasi spontan (00033): penurunan cadangan energi yang
mengakibatkan ketidakmampuan individu untuk mempertahankan
pernapasan yang adekuat untuk menyokong kehidupan. Faktor risiko
pada gangguan metabolisme dan keletihan otot pernapasan.

15
c. Nursing Plan
N
NO DX NOC NIC
O
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan Napas
bersihan jalan jam, klien dapat mencapai bersihan jalan napas yang 1) Buka jalan napas pasien
napas (00031) : efektif, dengan kriteria hasil: 2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
ketidakmampuan Respiratory Status: Airway patency 3) Identifikasi Pasien untuk perlunya pemasangan
membersihkan N Awa Tujuan alat jalan napas buatan
Indikator
sekresi atau o l 1 2 3 4 5 4) Keluarkan secret dengan suction
obstruksi dari 1. Pengeluaran 5) Auskultasi suara napas, catat bila ada suara napas
saluran napas sputum pada jalan tambahan
untuk napas 6) Monitor rata-rata respirasi setiap pergantian shift
mempertahankan 2. Irama napas sesuai dan setelah dilakuakan tidakan suction
bersihan jalan yang diharapkan b. Suksion Jalan Napas
napas. 3. Frekuensi 1) Auskultasi jalan napas sebelum dan sesudah
pernapasan sesuai suction
yang diharapkan 2) Informasikan keluarga tentang prosedur suction
Keterangan: 3) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
1. Keluhan ekstrim memfasilitasi suksion nasotrakheal
2. Keluhan berat 4) Hentikan suksion dan berikan oksigen bila Pasien
3. Keluhan sedang menunjukkan bradikardi peningkatan saturasi
4. Keluhan ringan oksigen
5. Tidak ada keluhan 5) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
6) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

16
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan Napas
pola nafas jam, klien dapat mencapai napas efektif, dengan kriteria 1) Buka jalan napas Pasien
(00032): hasil: 2) Posisikan Pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
inspirasi Respiratory Status: Ventilation 3) Identifikasi Pasien untuk perlunya pemasangan
dan/atau N Awa Tujuan alat jalan napas buatan
Indikator
ekspirasi yang o l 1 2 3 4 5 4) Keluarkan secret dengan suction
tidak memberi 1. Auskultasi suara 5) Auskultasi suara napas, catat bila ada suara napas
ventilasi adekuat napas sesuai tambahan
2. Bernapas mudah 6) Monitor penggunaan otot bantu pernapasan
3. Tidak didapatkan 7) Monitor rata-rata respirasi setiap pergantian shift
penggunaan otot dan setelah dilakuakan tidakan suction
tambahan b. Vital sign monitoring
Vital sign Status 1) Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
N Awa Tujuan 2) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
Indikator oksigenasi
o l 1 2 3 4 5
1. Tanda Tanda vital 3) Monitor vital sign
dalam rentang 4) Monitor pola nafas
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

17
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pertukaran gas jam kerusakan pertukaran gas pasien teratasi dengan 2) Pasang mayo bila perlu
(00030): kriteria hasil: 3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
kelebihan atau Respiratory Status : Gas exchange 4) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
defisit Keseimbangan asam Basa, Elektrolit 5) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
oksigenasi Respiratory Status : ventilation tambahan
dan/atau Vital Sign Status 6) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
eliminasi N Awa Tujuan keseimbangan.
Indikator
karbondioksida o l 1 2 3 4 5 7) Monitor respirasi dan status O2
pada membran 1. Mendemonstrasika 8) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
alveolar-kapiler n peningkatan penggunaan otot tambahan, retraksi otot
ventilasi dan supraclavicular dan intercostal
oksigenasi yang 9) Monitor suara nafas, seperti dengkur
adekuat 10) Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
2. Memelihara 11) Observasi sianosis khususnya membran mukosa
kebersihan paru
paru dan bebas
dari tanda tanda
distress pernafasan

18
3. Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
4. AGD dalam batas
normal
5. Status neurologis
dalam batas
normal
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

19
F. Penatalaksanaan berdasarkan evidence based practice in nursing
Terapi napas dalam merupakan terapi yang biasa digunakan pada pasien dengan
gangguan pernapasan maupun nyeri pada pasien kanker paru-paru. Teknik ini dapat
mneurunkan nyeri dengan merileksasikan ketegangan otot yang menunjang nyeri.
Teknik relaksasi ini terdiri dari napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama.
Pasien dapat memejamkan mata dan bernapas dengan perlahan dan nyaman.
(Smeltzer et al, 2010).
Selain itu, terapi napas dalam dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan
pada pasien kanker paru-paru dengan menggunakan kapasitas penuh paru-paru dan
bernapas perlahan dan dalam. Ada banyak metode dalam melakukan terapi napas
dalam, salah satunya dengan pasien bida menarik napas melalui hidung selama 5
detik, menahannya selama 2 detik, dan membuang napas melalui mulut perlahan
selama 5 detik diikuti dengan menenkan pusar ke arah tulang belakang (Michaels,
2016).

20
LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS DI RUANG
TERATAI RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA

OLEH :

Lelyani Bella Hadiastuti


NIM 182311101100

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019

21
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Lelyani Bella Hadiastuti


NIM : 182311101100
Tempat Pengkajian : Ruang Teratai 4
Tanggal : 8 Maret 2019

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S No. RM : 08 xx xx
Umur : 44 tahun Pekerjaan : Swasta
Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan
: Menikah
Agama : Katolik Tanggal MRS : 6 Maret 2019
pukul 16.35 WIB
Pendidikan : SMA Tanggal : 8 Maret 2019
Pengkajian pukul 20.00 WIB
Alamat : Sumbersari, Jember Sumber Informasi : Pasien, Istri dan Rekam
Medis
II. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik:
Tuberkulosis Paru

2. Keluhan Utama:
Sesak napas

3. Riwayat penyakit sekarang:


Awalnya pasien merasa sesak dan berat badan menurun drastis, pasien lalu ke
puskesmas dan diperoleh hasil suspek TB paru. Pasien dirujuk ke RS Paru dan
mendapatkan menanganan selama 1 bulan dan didiagnosis TB Paru. Pasien
diperbolehkan pulang dan dirujuk ke RS DKT untuk menjalani pengobatan rawat
jalan. Saat di poli RS DKT, pasien merasa mual dan badan lemah sehingga dirujuk
ke ruang Teratai untuk rawat inap. Pada saat pengkajian, pasien terlihat lemah,
napas cepat dan pendek, terpasang oksigen melalui nasal kanul dan infus di tangan
sebelah kanan. Pasien mengatakan penyakitnya kambuh dan masih sering batuk
± 2 tahun terakhir.

22
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Hipertensi, Typoid pada saat pasien berumur 21 tahun, dan Tuberkulosis
pada ±1 tahun yang lalu

b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):


Pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan,
obat ataupun plester.

c. Imunisasi:
Pasien mengatakan sudah lupa mendapat imunisasi apa saja.

d. Kebiasaan/pola hidup/life style:


Pasien merupakan perokok aktif namun berhenti sejak 1,5 tahun yang lalu.
Pasien dulu masih sering berolahraga bulu tangkis seminggu sekali, namun
sejak sakit pasien hanya bisa jalan santai pada pagi hari di daerah rumahnya
untuk mendapatkan udara segar, pasien suka mengkonsumsi kopi dan makanan
yang asin.

e. Obat-obat yang digunakan:


Pasien lupa pernah minum obat apa saja. Pasien hanya tahu bahwa itu adalah
obat untuk TBC yang dideritanya.

5. Riwayat penyakit keluarga: hipertensi.


Genogram:

Keterangan:
= laki-laki

= perempuan

= pasien

= meninggal

= tinggal serumah

= hubungan darah

23
Pasien tinggal dengan istri, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun dan seorang
anak perempuan berusia 9 tahun. Bapak pasien meninggal karena sudah tua.
Keluarga pasien mempunyai riwayat hipertensi.

III. Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


Pasien mengatakan sehat adalah saat dimana bisa beraktivitas sehari-hari. Jika ada
anggota keluarga yang sakit dibawa ke pelayanan kesehatan.
Interpretasi :persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan baik.

2. Pola nutrisi/ metabolik


ABCD Sebelum Sakit Saat Di Rumah Sakit
Antropometry BB : 80 kg BB : 53 kg
TB : 170 cm TB : 170 cm
BBI : 63 kg BBI : 63 kg
IMT : 27,68 IMT : 18,34
Interpretasi : pasien mengalami penurunan berat badan saat
sakit. IMT dalam kategori normal karena berada di rentang
18-25.
Biomedical Sign Tidak terkaji Darah Lengkap:
LED :-
Hb : 17,5/dl
Leukosit : 10.400/ul
Diff : -/-/-/51/9/40
PCV : 51%
Trombosit: 304.000/ul
Eritrosit : 5,99 juta/ul
MCV : 85,2
MCH : 29,2 gr/dl
MCHC : 34,2 gr/dl
RDW : 14,7 %
LFT:
SGOT : 64,9 U/L
SGPT : 49,1 U/L
RFT:
Urea : 18,6 mg/dl
Creatinin : 0,77 mg/dl
Bilirubin D : 0,38 mg/dl

24
Bilirubin T : 0,78 mg/dl
BTA Pagi : negatif
Interpretasi : PCV, eritrosit, SGOT, SGPT, bilirubin D
pasien lebih tinggi dari normal.
Clinical Sign Tidak terkaji Kulit pasien berwarna sawo matang
dan lembab, rambut tipis persebaran
merata, kuku berwarna putih dan
sedikit kotor, membran mukosa
lembab, tidak ada masalah pada
neurologis pasien, turgor < 1 detik.
Interpretasi : tidak ditemukan masalah dalam clinical sign
pasien
Diet Pattern Frekuensi = 3-4x Frekuensi = 2-3x perhari (mengganti
sehari lauk jika tidak sesuai)
Tidak terkaji Energi = 1400 kkal
Protein = 40 gr
Lemak = 64 gr
Karbo = 250 gr
Diet = BK RSRL
Interpretasi : nafsu makan pasien berkurang.

3. Pola eliminasi:
Eliminasi Sebelum Sakit Saat Di Rumah Sakit
BAK
- Frekuensi 4-6 x sehari 3-5 x sehari
- Jumlah ±1.400 ml/hari ±1.272 ml/hari
- Warna Kuning jernih Kuning
- Bau Khas urin Khas urin
- Karakter Normal cair Normal cair
- Berat Jenis Tidak terkaji Tidak terkaji
- Alat Bantu Tidak ada Tiang infus
- Kemandirian Mandiri Dibantu istri
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
- Lain Tidak ada Tidak ada
BAB
- Frekuensi 1-2x sehari 1x sehari
- Jumlah ±200 ml ±100 ml
- Warna Coklat/Kuning tua Kuning tua
- Bau Khas feses Khas feses
Padat lunak Padat lunak

25
- Karakter Tidak ada Tiang infus
- Alat Bantu Mandiri Dibantu istri
- Kemandirian Tidak ada Tidak ada
- Lain

Balance Cairan:
Input Cairan = 750+1.500+ 43+265= 2.558 ml
1. Air (makan dan minum) = 750 ml/hari
2. Infus = 1.500 ml/hari
3. Obat = 43 ml
4. Air metabolisme = 5 ml/kgB/hari = 5x53 =265 ml/hari
Output Cairan = 1.272+795+100 = 2.167
1. Urine = 1/kgBB/jam= 1x53x24= 1.272
2. IWL = 15xBB = 15x53= 795
3. BAB = 100
Balance cairan = input –output
= 2.558 – 2.167
= 391
Interpretasi : balance cairan berlebih namum dalam rentang normal

4. Pola aktivitas & latihan


Sebelum sakit : pasien bekerja setiap harinya, keseharian pasien lebih
banyak digunakan untuk bekerja. Pasien berolahraga 1x seminggu.
Saat di rumah sakit : pasien hanya berbaring dan duduk di bed, dan hanya
berjalan untuk pergi ke kamar mandi
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket : 0 = tergantung total
1 = dibantu alat dan petugas
2 = dibantu petugas/keluarga
3 = dibantu alat
4 = mandiri

26
Status Oksigenasi :
Pasien merasa sesak saat bernapas. Mampu bernapas spontan, RR=30
kali/menit, pasien menggunakan otot bantu pernafasan.
Fungsi kardiovaskuler :
Irama jantung : reguler
Nyeri dada : nyeri saat bangun tidur
Bunyi jantung : normal
CRT : < 2 detik
Edema : tidak ada edema
JVP : tidak ditemukan gangguan.
Akral : hangat
TD = 130/90 mmHg, nadi 103x/menit.
Terapi oksigen : Pasien mendapatkan terapi oksigen binasal dan nebulizer
Interpretasi : untuk beberapa aktifitas pasien dibantu dengan tongkat infus, selain
itu pasien normal. Pasien mengalami gangguan status oksigenasi.

5. Pola tidur & istirahat


Istirahat dan Tidur Sebelum sakit Saat di Rumah Sakit
Durasi 6-7 jam/hari 2-3 jam/hari
Gangguan Tidur Tidak ada Pasien sering terbangun
karena sesak
Keadaan Bangun Tidur Segar Lemas
Lain-lain - -
Interpretasi : pola tidur dan istirahat pasien terganggu.

6. Pola kognitif & perceptual


Fungsi Kognitif dan Memori :Pasien mengatakan bahwa dia masih bisa mengingat
kejadian waktu dulu. Pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
perawat dengan baik. penggunaan bahasa pasien baik. pasien dapat
menceritakan awal gejala yang dialami. Pengambilan keputusan diambil
bersama dengan istri.
Fungsi dan keadaan indera : Pasien mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan
indranya. Indra penglihatan, pendengaran, peraba, pengecap dan penciuman
dalam kondisi baik. pasien dapat mendengar dengan baik saat pertanyaan
diajukan.
Interpretasi : pola kognitif dan perseptual pasien baik.

7. Pola Persepsi
Gambaran diri : pasien mengatakan tidak suka saat pasien merasa lemah. Pasien
merasa bahwa dia tidak bisa mandiri saat sakit.

27
Identitas diri : pasien mengatakan bahwa seharusnya dia dapat bekerja mencari
nafkah keluarga karena pasien merupakan kepala keluarga.
Harga diri : pasien mengatakan bahwa dirinya akan sembuh dan mempunyai harga
diri yang baik.
Ideal Diri : pasien harus segera sembuh dan kembali beraktifitas seperti awal.
Peran Diri : pasien sebagai seorang ayah dan suami yang sangat menyayangi anak
dan istrinya.
Interpretasi : pola persepsi diri pasien sedikit terganggu.

8. Pola seksualitas & reproduksi


Pola seksualitas : Pasien memiliki jenis kelamin laki-laki, mempunyai
seorang istri dan menikah sejak 14 tahun lalu.
Fungsi reproduksi : Pasien mempunyai seorang anak laki-laki berumur 11
tahun dan anak perempuan berusia 9 tahun.

9. Pola peran & hubungan


Keluarga mengatakan pasien sebagai sosok suami dan ayah yang bijaksana dalam
menghadapi permasalahan kehidupan. Hubungan dengan istri dan anak harmonis.
Pasien paling dekat dengan istrinya.
Interpretasi : hubungan pasien dengan keluarga baik.

10. Pola manajemen koping-stress


Pasien mengatakna bahwa apabila memiliki suatu masalah akan menceritakan
kepada istrinya dan menyerahkan diri kepada Tuhan.
Interpretasi : Mekanisme koping pasien baik.

11. System nilai & keyakinan


Pasien beragama katolik, dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan.
Interpretasi : Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien baik.

IV. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum:
Pasien terlihat lemah, GCS E4V5M6, compos mentis. Mukosa lembab, pasien
kesulitan bernapas.
Tanda vital:
- Tekanan Darah : 130/90 mm/Hg
- Nadi : 103 X/mnt
- RR : 30 X/mnt
- Suhu : 36,3 C
Saturasi Oksigen : 97%

28
Interpretasi : keadaan pasien lemah

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


1. Kepala
Inspeksi :
 Kepala bentuk simetris, warna rambut hitam, rambut sedikit kotor,
penyebaran kurang merata.
 wajah simetris, bentuk wajah bulat, tidak ada hiperpigmentasi, tidak
terdapat lesi.
Palpasi :
 tidak ada benjolan kepala, nyeri tekan (-)
 wajah tidak ada nyeri tekan
 tidak ada benjolan dan lesi
2. Mata
Inspeksi : sklera tidak ikterik, bola mata simetris, tidak juling, kinjungtiva
normal, reaksi pupil kanan dan kiri baik, ada reflek cahaya, pasien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, terdapat sedikit lingkaran hitam
dibawah kelopak mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
3. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat serumen, tidak menggunakan alat bantu
dengar, pasien dapat merepson dengan baik setiap pertanyaan
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada secret yang keluar dari hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
5. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, gigi utuh, terdapat karies gigi, beberapa
berwarna kuning.
6. Leher
Inspeksi : simetris, tidak terdapat lesi ataupun luka, tidak terdapat benjolan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, letak trakea simetris, vena jugularis terasa.
7. Dada
 Jantung
Inspeksi :bentuk simetris, tidak ada benjolan, ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 4-5
Perkusi : posisi jantung normal
Auskultasi : suara lub-dub.

29
 Paru
Inspeksi :pasien bernapas cepat dan dangkal, menggunakan otot bantu
pernapasan, pasien telihat kesulitan mengambil napas, pasien batuk.
Palpasi : pergerakan nafas kanan dan kiri +/+ simetris, ekspansi paru baik, nyeri
tekan di kuadran 1 (hipokondrium dekstra, lumbal dekstra)
Perkusi : sonor
Auskultasi: suara nafas vesikuler.
8. Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, tidak ada asites, umbilikus berada di tengah, persebaran
rambut merata, tidak ada bekas luka, spidernevi (-)
Auskultasi : Bising usus 9 kali/menit
Perkusi : bunyi timpani
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
9. Urogenital
Pasien menolak untuk dikaji
10. Ekstremitas
Inspeksi :bentuk dan panjang kaki dan tangan normal. Ekstreminitas atas dan
bawah terkoordinasi dengan baik, tidak ada lesi/luka.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
11. Kulit dan kuku
warna kulit sawo matang, kuku sedikit kotor, turgor kulit baik, akral sedikit
hangat.
12. Keadaan lokal
Pasien berapas cepat dan pendek, RR 30x/menit, pasien terpasang oksigen, pasien
terlihat lemah dan sering batuk.

V. Terapi

6-9 Maret 2019


1. Infus Nacl 1500 ml/24 jam 7 tpm
2. Neurobion 1x 1 ml drip
3. Injeksi Cefoperazone 2x 1 gr (5 ml) IV
4. Injeksi Ondansetron 2x 8 mg x 4 ml IV
5. Injeksi Omeprazole 2x 40 mg x 10 ml IV
6. Injeksi Metylprednisolone 2x 62,5 mg x 1 ml IV
7. Furosemide 1x 10 gr x 2 ml IV
8. Nebulizer combivent 3x 3,5 mg x 2,5 ml Uap
9. Nebulizer fulmicort 2x 0,5 mg x 2 ml Uap

30
Deskripsi Terapi

FARMAKO DINAMIK DAN INDIKASI DAN IMPLIKASI


NO JENIS TERAPI DOSIS RUTE EFEK SAMPING
FARMAKO KINETIK KONTRA INDIKASI KEPERAWATAN

1 Infus NaCl Bersama klorida mempertahankan 1500ml/ IV Indikasi: Mual muntah, diare, Memenuhi
volume dan osmolaritas darah, 24 jam Kehilangan banyak darah, kedut otot, radang kebutuhan cairan
mengatur muatan listrik di 7 tpm kadar natrium rendah, saluran pencernaan, pasien
neuromuscular junction dan kalium rendah, iritasi mata
mempengaruhi asam-basa. magnesium rendah,
Kepekaan neuromuskular kalsium rendah
(Neuromusculer excitability), Kontraindikasi:
sintesis protein dan kolagen, Ibu hamil, rencana hamil,
proses enzimatik dalam produksi menyusui, alergi terkait
energi sel. Bersama natrium dan kandungan cairan
kalsium memelihara irama
jantung. Bagian dari sistem dapat
tubuh untuk mengatur asam-basa
2 Neurobion Cara kerja Neurobion ini yaitu 1x 1 ml Drip Indikasi: Gatal kulit, ruam Untuk mengurangi
dengan memeetabolisme perawatan Anemia, gatal, kegelisahan, nyeri
karbohidrat sehingga Masalah mental, kesulitan menelan,
mempertahankan pertumbuhan Gangguan neurologis, batuk.
normal. memproduksi antibodi dan Kekurangan vitamin b12,
hemoglobin dengan menjaga Kelainan saraf, Kejang
tingkat gula darah dalam kisaran dan kondisi lainnya
normal. mengobati kekurangan Kontraindikasi:
vitamin b12 Penyakit Leber, Reaksi
alergi, hipersensitivitas

31
3 Cefoperazon Bekerja terhadap organisme yang 2x1 gr IV Indikasi: Batuk, sesak napas, digunakan untuk
sensitif pada tahap pembelahan Infeksi saluran demam, menggigil, menangani infeksi
aktif dengan cara menghambat pernapasan atas dan badan terasa lemah, karena bakteri.
biosintesis mukopeptida pada bawah,Peritonitis, dan lelah, mual, urine
dinding sel. Sulbactam tidak cholecystis, cholangitis, berwarna gelap, nyeri
memiliki aktivitas antibakteri yang dan infeksi intraabdomen buang air besar,
bermanfaat, kecuali terhadap lainnya, Infeksi kulit dan jantung berdebar,
Neisseria dan Acinetobacter spp. jaringan lunak nyeri punggung
Namun studi biokimia Kontraindikasi:
menggunakan sistem cell-free pasien yang alergi
bacterial menunjukkan bahwa obat terhadap penicillin,
ini merupakan irreversible cefoperazone, sulbactam,
inhibitor β-lactamase paling atau sefalosporin lainnya
penting yang dihasilkan oleh
organisme yang resisten terrhadap
antibiotika β-lactam.
4 Ondansetron Mekanisme kerja obat ini 2 x8 mg IV Indikasi: Sakit kepala, Pengobatan sesuai
sebenarnya belum diketahui x 2ml Penatalaksanaan mual dan konstipasi, rasa panas gejala yang muncul
dengan pasti. Meskipun demikian muntah karena pada kepala dan
yang saat ini sudah diketahui kemoterapi dan epigastrum,
adalah bahwa Ondansetron bekerja radioterapi atau mengantuk, diare
sebagai antagonis selektif dan pembedahan
bersifat kompetitif pada reseptor Kontraindikasi:
5HT3, dengan cara menghambat Ondansetron
aktivasi aferen-aferen vagal kontraindikasi pada
sehingga menekan terjadinya pasien yang pernah
refleks muntah. mengalami
Setelah pemberian per oral, hipersensitivitas terhadap
Ondansetron yang diberikan obat ini dan kombinasi
dengan dosis 8 mg akan diserap dengan apomorphin

32
dengan cepat dan konsentrasi karena dapat
maksimum (30 ng / ml) dalam menimbulkan hipotensi
plasma dicapai dalam waktu 1,5 dan penurunan kesadaran
jam. Konsentrasi yang sama dapat
dicapai dalam 10 menit dengan
pemberian Ondansetron 4 mg i.v.
Bioavalibilitas oral absolut
Ondansetron sekitar 60%. Kondisi
sistemik yang setara juga dapat
dicapai melalui pemberian secara
i.m atau i.v. Waktu paruhnya
sekitar 3 jam.
Volume distribusi dalam keadaan
statis sekitar 140 L. Ondansetron
yang berikatan dengan protein
plasma sekitar 70 – 76%.
Ondansetron dimetabolisme sanagt
baik di sistem sirkulasi, sehingga
hanya kurang dari 5 % saja yang
terdeteksi di urine
5 Omeprazole Omeprazole yang masuk ke dalam 2x IV Indikasi: mual, muntah, diare, Pengobatan sesuai
tubuh merupakan bentuk obat 40mg x Ulkus lambung, ulkus sakit kepala, pusing, gejala yang muncul
yang tidak aktif. Obat ini 10 ml duodenum, GERD, nyeri abdomen, serta
kemudian akan diaktifkan melalui sindrom Zolinger-ellison, rasa kembung. Efek
proses protonasi dalam suasana Esofagus erosif samping yang lebih
asam di lambung. Bentuk aktif Kontraindikasi: jarang terjadi berupa
tersebut kemudian akan secara Kontraindikasi sakit punggung,
ireversibel berikatan dengan omeprazole jika terjadi lemas, serta bercak
H+/K+-ATPase dalam sel parietal reaksi alergi terhadap kemerahan pada
lambung. Hal ini akan obat. Pada neonatus, kulit. Omeprazole

33
mengaktifkan sistein pada pompa manfaat dan keamanan juga dapat
asam di lambung sehingga terjadi omeprazole tidak menyebabkan efek
penekanan sekresi asam lambung, diketahui sehingga samping yang lebih
baik basal maupun terstimulasi. omeprazole maupun serius berupa kolitis
penghambat pompa akibat
proton lainnya sebaiknya infeksi Clostridium
tidak diberikan pada difficile,
neonatus. hipomagnesemia,
serta nefritis
interstitial akut
6 Nebul combiivert Obat ini memiliki kandungan 3x Uap Indikasi: Sakit kepala, pusing, mengatasi penyakit
albuterol atau salbutamol sulfat 3,5mg x Bronkospasme PPOK, mual, mulut kering, saluran pernapasan
dan ipratropium bromida. 2,5 ml sesak napas, asma akut tremor, gejala pilek,
Memiliki cara kerja dengan Kontraindikasi: bersin, hidung
membuka saluran udara ke paru- ibu hamil dan menyusui, tersumbat, batuk dan
paru serta melakukan relaksasi kardiomiopati, obstruksi sakit tenggorokan
atau mengendurkan otot-otot pada hipertrofi, takiaritmia,
saluran napas riwayat alergi derivat
atropin.
7 Nebul Fulmicort ada dosis yang direkomendasikan 2x Uap Indikasi: Kandidiasis mengatasi penyakit
memiliki efek anti-inflamasi di 0,5mg x Asma bronkial, COPD orofaringeal, iritasi saluran pernapasan
bronkus, mengurangi keparahan 2 ml Kontraindikasi: selaput lendir faring,
gejala dan eksaserbasi asma Anak-anak usia < 6 bulan, batuk, suara serak,
dengan efek samping yang lebih penderita hipersensitif mulut kering,
sedikit, daripada dengan obat Angioedema, sakit
kortikosteroid sistemik. kepala, hives,
Mengurangi keparahan edema bronkospasme
mukosa bronkus, produksi lendir,
Sputum dan saluran napas
hyperresponsiveness. Ditoleransi

34
selama jangka panjang
pengobatan, Tidak memiliki
aktivitas mineralokortikoid.
8 Metylprednisolone Methylprednisolone menghambat 2x 62,5 IV Indikasi: penggunaan jangka Pengobatan sesuai
kaskade respon imun awal dalam mg x 1 antiinflamasi atau panjang, dapat terjadi gejala yang muncul
respon inflamasi serta menginisiasi ml imunosupresan, efek samping supresi
resolusi dari proses inflamasi tatalaksana status adrenal
tersebut. Farmakologi asmatikus, reaksi
methylprednisolone adalah sebagai penolakan pada
agonis reseptor hormon transplantasi organ, dan
kortikosteroid dari golongan kondisi alergi.
glukokortikoid sintetik Kontraindikasi:
riwayat hipersensitivitas
terhadap obat ini atau
komponennya, serta pada
pasien dengan infeksi
fungal sistemik
9 Furosemide Farmakodinamik furosemide 1x 10 gr IV Indikasi: memengaruhi Pengobatan sesuai
terjadi pada segmen tebal pars x 2 ml Pada edema paru akut, komposisi cairan gejala yang muncul
asendens lengkung henle furosemide diberikan tubuh. Selain itu,
secara intravena dengan furosemide juga
dosis 40 mg bolus pelan interaksi dengan
1-2 menit. Apabila tidak berbagai obat.
ada respon adekuat, dapat
diulangi dalam 1 jam,
dapat ditingkatkan hingga

35
80 mg bolus pelan 1-2
menit
Kontraindikasi:
Pemberian furosemide
kontraindikasi pada
kondisi hipersensitifitas
terhadap furosemide, dan
anuria

36
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium

Hasil
Nilai normal (rujukan)
(hari/tanggal)
Jenis
No Rabu, 6 Kamis, 7
pemeriksaan
nilai Satuan Maret 2019 Maret 2019
20.00 WIB 13.30 WIB
1 Darah Lengkap -
- LED L0-15 mm/jam -
- Hb 12,4-17,7 /ul 17,5
- Leukosit 4000-11.000 gr/dl 10.400
- Diff 1-3/0-1/2-4/45- - -/-/-/51/9/40
65/30-45/2-6
- PCV 38-42 % 51
- Trombosit 150.000-450.000 /ul 304.000
- Eritrosit 4,5-5,5 juta/ul 5,99
- MCV 80-100 fi 85,2
- MCH 26-36 gr/dl 29,2
- MCHC 32-37 gr/dl 34,2
- RDW 12-15 % 14,7
2 LFT -
- SGOT 0-37 u/L 64,9
- SGPT 0-42 u/L 49,1

3 RFT -
- Urea 10-50 mg/dl 18,6
- Creatinin 0,7-1,2 mg/dl 0,77
4 Bilirubin D <0,25 mg/dl 0,38 -
5 Bilirubin T <1,20 mg/dl 0,78 -
6 BTA Pagi negatif - negatif
Jumat, 8 Maret 2019
Pengambil Data.

Lelyani Bella Hadiastuti


NIM 182311101100

37
ANALISA DATA

Tanggal/Jam : Jumat, 8 Maret 2019/21.00 WIB


Paraf
No Data Penunjang Etiologi Masalah dan
Nama

1 DS :
Pasien mengatakan sesak napas sejak
± 2 tahun terakhir dan meningkat sejak Ketidakefektifan
2 hari yang lalu (kambuhan), pasien bersihan jalan
susah mengeluarkan dahak, pasien napas Ketidakefektifan
merupakan perokok aktif tetapi telah bersihan jalan
berhenti sejak sakit. Spasme jalan napas
napas
DO :
Pasien terpasang oksigen nasal kanul Perubahn frekuensi
TD : 130/90 mmHg napas
N : 103x/menit
RR : 30x/menit
2 DS: Gangguan pola
Pasien mengatakan susah untuk tidur tidur
namun tidak tahu apa penyebabnya
DO: Susah tidur
Pasien tampak lelah dan lemas saat
Mengganggu Gangguan pola
bangun, terdapat sedikit lingkaran
kenyamanan tidur
hitam di bawah kelopak mata, ruangan
terang, dan suhu ruang panas. Lingkungan kurang
mendukung
(pencahayaan,
suhu, kelembapan)

3 DS:
Pasien mengatakan semakin sesak Intoleransi aktivitas
saat berjalan ke kamar mandi
DO: Lemas
Intoleransi
RR : 30x/menit aktivitas
N : 103x/menit Ketidakseimbangan
Pasien terlihat sedikit kepayahan saat antara suplai dan
akan ke kamar mandi sehingga kebutuhan oksigen
dibantu istri

38
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal Tanggal
No Diagnosa Keterangan
perumusan pencapaian

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas Jumat, 8 Minggu, 10 Ketidakefektifan


berhubungan dengan lingkungan Maret 2019 Maret 2019 bersihan jalan
(perokok aktif) ditandai dengan Pasien napas (00031)
mengatakan sesak napas sejak ± 2 tahun
terakhir dan meningkat sejak 2 hari yang
lalu (kambuhan), pasien susah
mengeluarkan dahak, pasien merupakan
perokok aktif tetapi telah berhenti sejak
sakit, Pasien terpasang oksigen nasal
kanul, TD : 130/90 mmHg, N :
103x/menit, RR : 30x/menit
2 Gangguan pola tidur berhubungan Jumat, 8 Minggu, 9 Gangguan pola
dengan halangan lingkungan ditandai Maret 2019 Maret 2019 tidur (000198)
dengan pasien mengatakan susah untuk
tidur namun tidak tahu apa penyebabnya,
Pasien tampak lelah dan lemas saat
bangun, terdapat sedikit lingkaran hitam
di bawah kelopak mata, ruangan terang,
dan suhu ruang panas.
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Jumat, 8 Minggu, 9 Intoleransi
ketidakseimbangan antara suplai dan Maret 2019 Maret 2019 Aktivitas
kebutuhan oksigen ditandai dengan (00092)
pasien mengatakan semakin sesak saat
berjalan ke kamar mandi, RR :
30x/menit, N= 103x/menit, pasien
terlihat sedikit kepayahan saat akan ke
kamar mandi sehingga dibantu istri.

39
PERENCANAAN KEPERAWATAN

HARI/ PARAF
NO TGL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI DAN
JAM NAMA
1. Jumat Ketidakefektifan bersihan Tujuan: Manajemen Jalan Napas (3140)
/8 jalan napas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kebutuhan penggunaan
Maret/ dengan lingkungan selama 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan alat bantu pernapasan
21.00 (perokok aktif) ditandai napas menjadi terkontrol. 2. Monitor status pernapasan
WIB dengan Pasien mengatakan Kriteria Hasil: 3. Posisikan untuk meringankan sesak
sesak napas sejak ± 2 tahun Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Napas napas
terakhir dan meningkat Skor 4. Posisikan pasien untuk
sejak 2 hari yang lalu Skor yang memaksimalkan ventilasi
Indikator
(kambuhan), pasien susah saat ini ingin 5. Pengunaan nasal kanul
mengeluarkan dahak, dicapai 6. Ajarkan pasien cara batuk efektif
pasien merupakan perokok Frekuensi
2 4
aktif tetapi telah berhenti pernapasan Monitor Pernapasan (3350)
sejak sakit, Pasien Irama pernapasan 3 4 7. Monitor kecepatan, irama,
terpasang oksigen nasal Dispnea saat istirahat 2 4 kedalaman, dan kesulitasn
kanul, TD : 130/90 mmHg, Dispnea saat pernapasan
N : 103x/menit, RR : 2 4 8. Monitor suara napas tambahan
aktivitas ringan
30x/menit. Batuk 2 4 9. Monitor kemampuan batuk efektif
Keterangan: pasien
1. Deviasi berat dari kisaran normal 10. monitor keluhan sesak napas pasien
2. Deviasi cukup berat dari kisaran 11. Berikan bantuan terapi napaas
normal nebulizer
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal

40
2 Jumat Gangguan pola tidur Tujuan: Manajemen Lingkungan : Kenyamanan
/8 berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan (6482)
Maret/ halangan lingkungan selama 2 x 24 jam diharapkan gangguan tidur 1. Hindari gangguan yang tidak perlu
21.00 ditandai dengan pasien pada pasien berkurang. dan berikan waktu untuk istirahat
WIB mengatakan susah untuk Kriteria Hasil: 2. Pertimbangkan sumber-sumber
tidur namun tidak tahu apa Tidur (0004) ketidaknyaman
penyebabnya, Pasien Skor 3. Berikan atau singkirkan selimut
tampak lelah dan lemas Skor yang untuk meningkatkan kenyamanan
Indikator
saat bangun, terdapat saat ini ingin 4. Sesuaikan pencahayaan
sedikit lingkaran hitam di dicapai 5. Posisikan pasien untuk
bawah kelopak mata, Jam tidur 2 4 memfasilitasi kenyamanan
ruangan terang, dan suhu Pola tidur 2 4 Peningkatan Tidur (5100)
ruang panas. Kualitas tidur 2 5 6. Tentukan pola tidur pasien
Perasaan segar 7. Perkirakan tidur atau siklus bangun
2 4 pasien dalam perawatan
setelah tidur
Kesulitan memulai 8. Monitor jam tidur, pola tidur dan
2 4 kondisi fisik pasien
tidur
Keterangan: 9. Anjurkan keluarga untuk memantau
1. Sangat terganggu pola tidur pasien
2. Banyak terganggu 10. Terapkan langkah-langkah
3. Cukup terganggu kenyamanan seperti pijat,
4. Sedikit terganggu pemberian posisi dan sentuhan
5. Tidak terganggu afektif
11. Diskusikan kepada pasien dan
keluarga mengenai teknik untuk
mempercepat tidur
3 Jumat Intoleransi aktivitas Tujuan: Terapi Oksigen (3320)
/8 berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor aliran oksigen
Maret/ ketidakseimbangan antara selama 2 x 24 jam diharapkan intoleransi 2. Periksa alat pengiriman oksigen
suplai dan kebutuhan aktivitas berkurang secara berkala untuk memastikan

41
21.00 oksigen ditandai dengan Kriteria Hasil: bahwa tetap pada konsentrasi yang
WIB pasien mengatakan Toleransi terhadap aktivitas (0005) disarankan
semakin sesak saat berjalan Skor 3. Monitor efektivitas terapi oksigen
ke kamar mandi, RR : Skor yang 4. Monitor kemampuan pasien untuk
Indikator
30x/menit,N =103x/menit, saat ini ingin mentoleril pengangkatan oksigen
pasien terlihat sedikit dicapai 5. Monitor peralatan oksigen untuk
kepayahan saat akan ke Frekuensi nadi ketika memastikan bahwa lata tersebut
3 5
kamar mandi sehingga beraktivitas tidak mengganggu pasien
dibantu istri. Frekuensi 6. Berikan oksigen tambahan seperti
pernapasan ketika 2 4 yang diperintahkan
beraktivitas 7. Konsultasikan dengan tenaga
Kemudahan bernapas kesehatan lain mengenai
2 4 penggunaan oksigen tambahan
saat beraktivitas
Tekanan darah 3 5 selama kegiatan dan/atau tidur
Kecepatan berjalan 3 5 8. Atur dan ajarkan pasien mengenai
Keterangan: penggunaan perangkat oksigen
1. Sangat terganggu yang memudahkan mobilitas
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

42
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. PARAF
TGL/
NO Dx IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF (HASIL/RESPON) DAN
JAM
KEP NAMA
1 I 8/3/2019

22.00 1. Identifikasi kebutuhan penggunaan alat bantu 1. Pasien membutuhkan alat bantu pernapasan
pernapasan
2. RR pasien 30x/menit, nafas cepat dan pendek
22.05 2. Monitor status pernapasan
3. Posisikan untuk meringankan sesak napas 3. RR pasien 30x/menit, napas cepat dan pendek
22.08
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 4. RR pasien 30x/menit, napas cepat dan pendek
22.10
5. Pengunaan nasal kanul 5. RR pasien 28x/menit, napas cepat dan pendek
22.12
6. Ajarkan pasien cara batuk efektif 6. Pasien bisa mempraktikkan cara batuk efektif
22.20 7. Monitor kecepatan, kedalaman, dan kesulitasn 7. RR pasien 28x/menit, napas pendek dan cepat,
pernapasan sesak
22.23 8. Monitor suara napas tambahan
8. Tidak ada suara napas tambahan
22.25 9. Monitor kemampuan batuk efektif pasien
10. monitor keluhan sesak napas pasien 9. Pasien bisa mempraktikan cara batuk efektif
22.37
11. Berikan bantuan terapi napas nebulizer 10. Sesak napas tetap
22.30
11. Pasien belum dapat mengeluarkan dahak
2 I 9/3/2019

15.30 1. Identifikasi kebutuhan penggunaan alat bantu 1. Pasien membutuhkan alat bantu pernapasan
pernapasan
2. RR pasien 25x/menit, nafas cepat dan pendek
15.35 2. Monitor status pernapasan
3. Posisikan untuk meringankan sesak napas mendekati normal
15.38
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. RR pasien 25x/menit, napas cepat dan pendek
15.40
5. Pengunaan nasal kanul mendekati normal
15.42

43
15.50 6. Monitor kecepatan, kedalaman, dan kesulitasn 4. RR pasien 25x/menit, napas cepat dan pendek
pernapasan mendekati normal
15.53 7. Monitor kemampuan batuk efektif pasien 5. RR pasien 23x/menit, napas cepat dan pendek
15.55 8. monitor keluhan sesak napas pasien
mendekati normal, pasien sudah mulai sering
16.00 9. Berikan bantuan terapi napas nebulizer
bisa bernapas lega tanpa nasal kanul
6. RR pasien 23x/menit, napas pendek dan cepat,
sesak berkurang
7. Pasien bisa mempraktikan cara batuk efektif
8. Sesak napas berkurang
9. Pasien dapat mengeluarkan dahak
3 I 10/3/2019

08.00 1. Identifikasi kebutuhan penggunaan alat bantu 1. Pasien membutuhkan alat bantu pernapasan
pernapasan
2. RR pasien 22x/menit, nafas normal
08.05 2. Monitor status pernapasan
3. Ajarkan pasien cara batuk efektif 3. Pasien bisa mempraktikkan cara batuk efektif
08.08
08.20 4. Monitor kecepatan, kedalaman, dan kesulitasn 4. RR pasien 22x/menit, napas normal
08.23 pernapasan 5. Pasien bisa mempraktikan cara batuk efektif
08.30 5. Monitor kemampuan batuk efektif pasien 6. Pasien mampu bernapas normal, pasien
08.33 6. monitor keluhan sesak napas pasien mengatakan bahwa sudah tidak sesak napas
lagi

44
CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI

PARAF
TGL/ No. Dx
NO EVALUASI SUMATIF DAN
JAM KEP
NAMA
1 Jumat, I S : Pasien mengatakan sesak berkurang setelah
8/ dipasang oksigen
23.40 WIB O : pasien lemah, napas pendek dan dangkal,
tepasang oksigen nasal kanul.
TD : 130/90 mmHg
N : 96x/menit
RR : 29x/menit
S : 36,3 oC
A : Ketidakefektifan bersihan jalan napas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,5,7,9,10,11
2 Sabtu, I S : Pasien mengatakan sesak berkurang setelah
9/ dipasang oksigen
14.15 WIB O : pasien terlihat lemah, napas pendek dan
dangkal, terpasang oksigen nasal kanul.
TD : 140/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 26x/menit
S : 36,5 oC
A : Ketidakefektifan bersihan jalan napas belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,6,7,8
3 Minggu, I S : Pasien mengatakan sudah tidak sesak lagi
10/ dan sering melepas oksigen nasal kanulsaat
09.00 WIB sudah tidak merasa sesak.
O : pasien bernapas dengan normal dan mampu
mobilisasi mandiri.
TD : 130/80 mmHg
N : 82x/menit
RR : 23x/menit
S : 36,7 oC
A : Ketidakefektian bersihan jalan napas teratasi
P : Hentikan intervensi

45
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Harahap. 2005. Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal Keperwatan


Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU.
Hidayat, A. A. A. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Michaels, Carol. 2016. The importance of exercise in lung cancer treatment.
Translational lung cancer research. 5(3): 235-238
Nanda International 2018. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:
EGC.

NIC. 2015. Nursing Interventions Classification(NIC) 6th edition. Jakarta :


ELSEVIER
NOC. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th edition. Jakarta :
ELSEVIER
Setiawati, Santun. 2017. Panduan Praktis Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta :
Trans Info Medika
Smeltzer, S., Bare, G., Hinkle, J., dan Cheever, K. 2010. Brunner and Suddart
textbook of medical surgical nursing. Philadelphia : Lippincot Williams
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika

46

Anda mungkin juga menyukai