Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

SUBTITUSI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI


EKSTRAK ANDALIMAN(Zanthoxylum acanthopodium
DC) DAN SENYAWA ANTIMIKROBA DARI
GAMBIR (Uncaria) TERHADAP SIFAT FISIK,
MEKANIS DAN STABILITAS KEMASAN EDIBLE
FILM

Tri Pena Las Dame Sinaga


05031281621072

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penggunaan kemasan dalam produk pangan memiliki peran penting dalam
keamanan pangan untuk sampai ketangan konsumen. Umumnya pengemasan
yang sekarang ini digunakan oleh industri makanan adalah kemasan sintetik
seperti plastik. Masyarakat dan industri makanan memilih kemasan plastik ini
karena harganya yang murah, mudah didapat, kuat dan ringan. Namun, bahan
pengemas berbahan dasar plastik ini mempunyai kekurangan antara lain sulit
diurai sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Selain itu kemungkinan
bahan pangan terkontaminasi dari zat-zat berbahaya yang terkandung didalam
kemasan sangat besar. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap masalah kesehatan dan lingkungan menyebabkan tingginya keinginan
untuk mengembangkan kemasan yang mudah didegradasi serta aman terhadap
lingkungan dan mampu menjamin keamanan serta kualitas pangan.
Edible film merupakan salah satu alternative kemasan yang dapat
diaplikasikan pada bahan pangan karena sifatnya yang mudah diuraikan kembali
oleh mikroorganisme secara alami menjadi bahan yang ramah lingkungan
(biodegradable). Selain ramah lingkungan, pengembangan edible film pada
kemasan dapat memberikan kualitas produk yang lebih baik terbuat dari bahan
alami yang tidak beracun sehingga aman untuk langsung dimakan tanpa
menimbulkan gangguan bagi tubuh manusia dan kecil kemungkinan terkena
kontaminasi pada makanan. Menurut (Widyastuti et al, 2017) edible film adalah
lapisan tipis dan kontinyu yang terbuat dari bahan bahan yang dapat dimakan
yang dapat melapisi komponen makanan (coating) atau diletakkan diantara
komponen makanan (film) yang berfungsi sebagai barrier terhadap transfer massa
(misalnya kelembaban, oksigen, lipid, cahaya dan zat terlarut). Komponen utama
dalam penyusunan edible film ada tiga kelompok yaitu hidrokoloid, lipida dan
komposit (Setiani, 2013). Penelitian mengenai pelapisan produk pangan dengan
edible coating/film telah banyak dilakukan dan terbukti dapat memperpanjang
umur masa simpan, melindungi produk dari kerusakan serta memperbaiki kualitas
dari produk. Materi polimer untuk pembuatan edible coating/film yang paling
potensial dan sudah banyak diteliti adalah berbasis pati-patian.
Pati merupakan salah satu jenis polisakarida yang tersedia melimpah
dialam, bersifat mudah terurai (biodegradable), mudah diperoleh dan harganya
yang terjangkau. Sifat-sifat pati juga mendukung penggunaanya sebagai bahan
dalam pembuatan edible film karena dapat membentuk film yang cukup kuat.
Namun, edible film dari pati mempunyai kelemahan, yaitu resistensinya terhadap
air rendah dan sifat penghalang terhadap uap air juga rendah karena sifat
hidrofilik pati dapat mempengaruhi stabilitas dan sifat mekanisnya (Winarti et al,
2012). Rendahnya stabilitas pada edible film mengakibatkan kemasan tidak
mampu menahan uap air dan mikroba yang masuk sehingga memperpendek umur
simpan produk makanan. Untuk meningkatkan karakteristik fisik maupun
fungsional dari edible pati, maka perlu dilakukan penambahan biopolimer atau
bahan lain untuk memberikan fungsi edible film sebagai pengemas yang
mengandung berbagai food aditif seperti antimikroba dan antioksidan sehingga
menambah keunggulan dari kemasan edibe film yang mampu menghambat proses
oksidasi dan pertumbuhan mikroba yang dapat merusak produk pangan yang akan
dikemas (Santoso et al, 2005).
Penelitian mengenai edible film antimikroba telah banyak dilakukan dan
telah lama terbukti dapat melindungi dan mengawetkan makanan. Selain itu,
penelitian lain juga menyebutkan bahwa bahan antimikroba pada edible film juga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri berlebih dalam mulut. Penggunaan bahan
antimikroba alami pada pembuatan edible film meningkat sejalan dengan
kecenderungan masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat. Peningkatan nilai
guna dari zat yang bersifat antimikroba alami ini berfungsi untuk menghindari
potensi bahaya dari bahan sintesis. Ada beberapa jenis bahan antimikroba yang
dapat digunakan dalam kemasan edible film antara lain biopolimer yang tersedia
dialam seperti katekin yang terkandung dalam gambir yamg memiliki sifat
antimikrobia yang tinggi dimana dengan konsentrasi dn pH tertentu (Santoso et al,
2016). Penambahan food aditif lain seperti antioksidan ke dalam kemasan edible
film akan menambah nilai fungsional dari kemasan karena antioksidan adalah
salah satu bahan aditif yang dapat melindungi bahan pangan dari kerusakan
karena terjadinya reaksi okidasi lemak atau minyak. Antioksidan juga dapat
memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan cara melindungi bahan
pangan terhadap deteriorisasi yang disebabkan oleh oksidasi seperti ketengikan,
perubahan warna dan hilangnya nilai nutrisi (Widyastuti et al, 2017). Berdasarkan
teori ini penelitian dilakukan dengan menambahkan biopolimer antioksidan ke
dalam edible film yang nantinya akan dicampur dengan biopolymer antimikroba
katekin yang telah terbukti menghambat pertumbuhan mikroba pada produk
pangan. Antioksidan yang akan ditambahkan berasal dari ekstrak andaliman yang
diketahui memiliki senyawa antioksidan yang tinggi. Menurut penelitian
(Suryanto et al, 2005), buah andaliman memiliki sumber antioksidan alami yang
lebih tinggi dari α-tokoferol dan senyawa oleorosin pada andaliman menunjukkan
aktivitas relative hampir sama dengan BHT. Andaliman memiliki potensi sebagai
bahan polimer antioksidan yang kuat ditambahkan pada kemasan edible film.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
dapat diidentifikasi adalah :
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi food aditif antimikrobia dari gambir
terhadap sifat fisik dan mekanis edible film yang dihasilkan.
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi food aditif antioksidan dari andaliman
terhadap sifat fisik dan mekanis edible film yang dihasilkan.
3. Berapakah konsentrasi dari ekstrak andaliman yang ditambahkan agar
menghasilkan fungsi antioksidan yang optimum pada edible film.
4. Bagaimana stabilitas edible film setelah ditambahkan antimikrobia dari
gambir dan antioksidan dari andaliman.
5. Bagaimana fungsi biopolymer food aditif yang ditambahkan ke dalam
edible film terhadap sifat antibakteri dan antioksidan edible film yang
dihasilkan.

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan kosentrasi terbaik ekstrak andaliman yang ditambahkan
kedalam kemasan edible film agar menghasilkan edible film yamg
memiliki fungsi antioksidan.
2. Menghasilkan edible film yang memiliki sifat fisik, mekanis dan stabilitas
yang baik serta mengandung fungsi tambahan sebagai food aditif.
3. Mengetahui efektifitas ekstrak andaliman dan katekin pada gambir sebagai
antioksidan dan antimikrobia film.
4. Membuktikan bahwa kemasan edible film dengan penambahan ekstrak
andaliman dapat menghambat oksidasi yang terjadi pada produk pangan
dan dapat memperpanjang umur simpan.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Mengurangi penggunaan kemasan makanan yang bersifat non-
biodegradable.
2. Penambahan antioksidan pada edible film yang dihasilkan akan mampu
menjaga produk dari kerusakan oksidasi.
3. Menghasilkan produk kemasan antioksidan dan antimikrobia film dengan
sifat fisik dan mekanis yang sesuai sebagai bahan pengemas makanan.
4. Memberikan alternative lain dalam pembuatan edible film kaya
antioksidan.
5. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan ekstrak
andaliman sebagai antioxsidant film.

1.5. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian adalah perbandingan konsentrasi antara ekstrak
andaliman, biopolymer katekin serta hidrokoloid pati akan mempengaruhi
karakteristik fisik, mekanis serta stabilitas kemasan film yang dihasilkan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Edible Film


2.1.1. Pengertian Edible Film
Edible film merupakan lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi
makanan (coating), atau diletakkan di antara komponen yang berfungsi sebagai
penahan terhadap transfer massa seperti kadar air,oksigen, lemak, dan cahaya atau
berfungsi sebagai pembawa bahan tambahan pangan. Edible film dalam beberapa
kasus dengan sifat mekanik yang baik dapat menggantikan pengemas sintetik.
Meskipun edible film tidak ditujukan untuk mengganti secara total pengemas
sintetis, tetapi edible film memiliki potensi untuk mengurangi pengemasan dan
membatasi perpindahan uap air, aroma, dan lemak antara komponen makanan.
Potensi tersebut tidak dimiliki oleh pengemas sintetis (Jacoeb et al, 2014). Edible
film yang terbuat dari hidrokoloid merupakan barrier yang baik terhadap transfer
oksigen, karbondioksida, dan lemak, serta memiliki karakteristik mekanik yang
baik sehingga sangat baik digunakan untuk memperbaiki struktur film agar tidak
mudah hancur. Penggunaan lipid sebagai bahan pembentuk film secara sendiri
sangat terbatas karena film yang terbentuk umumnya tidak kuat. Hidrokoloid
termasuk ke dalam protein dan polisakarida. Edible film yang dibuat dari
polisakarida (karbohidrat), protein, dan lipid memiliki banyak keunggulan seperti
biodegradable, dapat dimakan, biocompatible, penampilan yang estetis, dan
kemampuannya sebagai penghalang (barrier) terhadap oksigen dan tekanan fisik
selama transportasi dan penyimpanan. Edible film berbahan dasar polisakarida
berperan sebagai membran permeabel yang selektif terhadap pertukaran gas O2
dan CO sehingga dapat menurunkan tingkat respirasi (Winarti et al, 2012).

2.1.2. Bahan Pembuat Edible Film


Komponen penyusun edible film mempengaruhi secara langsung bentuk
morfologi maupun karakteristik pengemas yang dihasilkan. Komponen utama
penyusun edible film dikelompokkan menjadi tiga, yaitu hidrokoloid, lipida dan
komposit. Bahan-bahan tambahan yang sering dijumpai dalam pembuatan edible
film adalah antimikroba, antioksidan, flavor dan pewarna. Komponen yang cukup
besar peranannya dalam pembuatan edible film adalah plasticizer yang berguna
untuk mengatasi sifat rapuh film yang disebabkan oleh kekuatan intermolekular
ekstensif. Edible film yang terbuat dari hidrokoloid memiliki beberapa kelebihan,
yaitu melindungi produk terhadap oksigen maupun karbondioksida dan lipid,
serta memiliki sifat mekanis yang diinginkan, selain itu meningkatkan kesatuan
struktural produk, sedangkan kekurangannya yaitu bungkus dari karbohidrat
kurang bagus untuk mengatur migrasi uap air. Lipida yang umum digunakan
dalam pembuatan edible film adalah lilin/wax, gliserol, dan asam lemak. Film
yang berasal dari lipida dimanfaatkan sebagai penghambat uap air.Komposit film
adalah bahan yang didasarkan pada campuran hidrokoloid dan lipida. Aplikasi
dari komposit film dapat berupa lapisan bilayer, dimana satu lapisan merupakan
hidrokoloid dan satu lapisan lain berupa lipid, atau dapat juga berupa gabungan
lipida dan hidrokoloid dalam satu kesatuan film (Rusli et al, 2017).

2.1.3. Parameter Mutu Edible film


Sifat-sifat fisik yang digunakan sebagai parameter mutu edible film adalah
ketebalan film dan densitas film. Karakteristik mekanik yang diukur dan diamati
dari sebuah film kemasan termasuk antimicrobial film adalah kuat tarik (tensile
strength), kuat tusuk (puncture srength), persen pemanjangan (elongation to
break) dan elastisitas (elastic modulus/young modulus). Parameter-parameter
tersebut dapat menjelaskan bagaimana karakteristik mekanik dari bahan film yang
berkaitan dengan struktur kimianya. Karakteristik mekanik menunjukkan indikasi
integrasi film pada kondisi tekanan (stress) yang terjadi selama proses
pembentukan film tersebut (Rusli et al, 2017).
2.1.3.1. Kuat Tarik
Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah
film. Parameter ini menggambarkan gaya maksimum yang terjadi pada film
selama pengukuran berlangsung. Pengukuran kuat tarik menggunakan alat tensile
strength. Hasil pengukuran ini berhubungan erat dengan jumlah plasticizer yang
ditambahkan pada proses pembuatan film. Penambahan plasticizer lebih dari
jumlah tertentu akan menghasilkan film dengan kuat tarik yang lebih rendah.
2.1.3.2. Modulus Young
Modulus young (E) menjelaskan elastisitas kekakuan, atau
kecenderungan suatu benda untuk berubah sepanjang suatu sumbu ketika gaya
yang berlawanan diberikan sepanjang sumbu tersebut. Hal ini dijelaskan sebagai
perbandingan tegangan tekan terhadap tegangan tarik.
2.1.3.3. Uji sensitifitas Edible Film
Uji sentifitas edible film merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan mikroba terhadap zat antimikroba dan antioksidan serta untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antimikroba dan antioksidan
Metode Uji sensitivitas edible film adalah metode untuk mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan antimikroba serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat terjadinya oksidasi pada produk
makanan serta mematikan mikroba pada konsentrasi yang rendah.

2.1.4. Sifat Fisikokimia dan Mekanis Edible Film


Aplikasi edible film sangat bergantung pada sifat dan karakteristik yang
dimilikinya. Edible film harus memenuhi beberapa kriteria agar dapat digunakan
sebagai bahan pelapis pada produk makanan. Kriteria-kriteria tersebut meliputi
sifat penghambatan terhadap uap air, gas, cahaya dan aroma, sifat optisnya
(misalnya transparansi) dan sifat mekanisnya.
2.1.4.1. Sifat Fisikokimia

2.2. Pati
Pati merupakan salah satu jenis polisakarida yang banyak terdapat pada
tanaman, merupakan polimer dari satuan α-D-glukosa (anhidroglukosa) dengan
rumus empiris(C6H10O5)n. Satuan dasar pati adalah anhidroglukosa, pengikatan
satuan glukosa satu sama lain berakibat kehilangan satu molekul air yang semula
terikat dalam bentuk gugus hidroksil. Pati disusun oleh dua satuan polimer utama
yaitu amilosa dan amilopektin. Molekul amilosa merupakan polimer dari unit-unit
glukosa dengan bentuk ikatan α-1,4-glikosidik, berbentuk rantai lurus, tidak
bercabang atau mempunyai struktur heliks yang terdiri dari 200-2000 satuan
anhidroglukosa sedangkan amilopektin merupakan polimer unit-unit glukosa
dengan ikatan α-1,4- glikosidik pada rantai lurus dan ikatan α-1,6-glikosidik pada
percabangan, terdiri dari 10.000-100.000 hidroglukosa. Pati merupakan salah satu
jenis polisakarida yang tersedia melimpah di alam, bersifat mudah terurai
(biodegradable), mudah diperoleh, dan murah. Sifat-sifat pati juga sesuai untuk
bahan edible film karena dapat membentuk film yang cukup kuat. Namun, edible
film berbasis pati mempunyai kelemahan, yaitu resistensinya terhadap air rendah
dan sifat penghalang terhadap uap air juga rendah karena sifat hidrofilik pati dapat
memengaruhi stabilitas dan sifat mekanisnya. Rendahnya stabilitas film akan
memperpendek daya simpan sehingga kurang optimal karena uap air dan mikroba
yang masuk melalui film akan merusak bahan pangan (Winarti et al, 2012).

2.3. Antioksidan
Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda,
memperlambat, dan mencegah terjadinya proses oksidasi pada lipida.
Penambahan antioksidan ke dalam makanan yang mengandung lipida dapat
meminimalkan ketengikan, mencegah pembentukan produk oksidasi yang bersifat
toksik, mempertahankan kualitas nutrisidan meningkatkan umur simpan. Sumber-
sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia)
dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami).Antioksidan
adalah salah satu bahan aditif yang dapat melindungi bahan pangan dari
kerusakan karena terjadinya reaksi okidasi lemak atau minyak. Antioksidan juga
dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan cara melindungi bahan
pangan terhadap deteriorisasi yang disebabkan oleh oksidasi seperti ketengikan,
perubahan warna dan hilangnya nilai nutrisi (Huri dan Fitri, 2014).

2.4. Andaliman
Buah andaliman memiliki aktivitas anti inflamasi dan juga telah aktivitas
antiradikal ekstrak etanol buah andaliman konsentrasi 200 ppm yang
menunjukkan daya inhibisi sebesar 61,81%. Buah andaliman digunakan untuk
mengobati pencernaan, asma, bronchitis, menghilangkan rasa sakit, penyakit
jantung, penyakit mulut gigi dan tenggorokan, serta mengobati diare. Kulit akar
dan daun digunakan untuk mengobati sakit perut, sakit gigi, batuk, dan penyakit
kelamin, rematik dan sakit pinggang. Zanthoxylum memiliki beberapa aktivitas
biologis seperti larvasida, anti-inflamasi, antioksidan, antibiotic, obat cacing,
antivirus, anti jamur. Buah andaliman mengandung senyawa aromatik dengan rasa
pedas dan getir yang khas, serta hangat. Jika dimakan meninggalkan efek
menggetarkan alat pengecap, menyebabkan lidah terasa kebal dan dapat
meningkatkan nafsu makan. Senyawa yang telah diidentifikasi dari Zanthoxylum
adalah alkaloid dan terpenoid, serta kumarin dan flavonoid (Tersiska et al, 2003).
Andaliman yang dimaserasi secara remaserasi selama 24 jam menggunakan
pelarut heksana, aseton, dan etanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi pada
ekstrak etanol dengan hasil pada penambahan ekstrak etanol 1000 ppm aktivitas
antioksidan lebih besar dibandingkan dengan 1000 ppm α-tokoferol. Ekstrak
andaliman yng diperoleh dari maserasi bertingkat menggunakan pelarut heksana,
etil asetat, dan metanol dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada
pangan (Winarti et al, 2018)

2.5. Gambir
Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria
gambir(Hunter) Roxb. Termasuk Famili Rubiaceae dan komoditas perkebunan
rakyat. Ekstrak gambir mengandung katekin sebagai komponen utama serta
beberapa komponen lain seperti asam kateku tanat, kuersetin, kateku merah,
gambir flouresin, lemak dan lilin. Berdasarkan penelitian beberapa produk gambir
yang diolah masyarakat dari berbagai daerah sentra produksi gambir di Indonesia,
diperoleh kandungan katekin bervariasi dari 35 % sampai dengan 95% .
Kandungan katekin merupakan salah satu parameter mutu gambir yang terdapat
dalam SNI 03- 13391-2000 dan menjadi penentu utama dari mutu gambir. Hal ini
disebabkan karena katekin mempunyai nilai ekonomi yang tinggi yaitu memiliki
potensi sebagai bahan baku pada berbagai industri. Kegunaan gambir secara
tradisional adalah sebagai pelengkap makan sirih dan obat-obatan, sedangkan
secara modern gambir digunakan sebagai bahan baku pada industri farmasi dan
makanan (Andarsuryani et al, 2014).
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian,Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian dan di Laboratorium Bioproses Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Indralaya pada bulan Maret 2019
sampai dengan Mei 2019.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Hotplate
stirrer, Magnetic stirrer, neraca analitik, FG/SPAG 01/2650 Texture Analyser,
termometer, water bath, centrifuge, saringan, kertas saring, kompor, pengaduk,
oven, spatula, stopwatch, timbangan, beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, pipet
volume, bolt pipet, cetakan pelat kaca, lakban, gunting dan preparat.
3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu andaliman, tepung
tapioka Rose Band (pati singkong), ekstrak gambir, agent Dimetyl Sulfoksida,
gliserol, desikator, aquades, nutrient agar, Escherichia coli.

3.3. Cara Kerja


Pati dilarutkan dalam akuades dengan konsentrasi 4% dengan magnetic stirrer
dan dipanaskan di atas hot plate stirrer pada suhu (6070)°C selama 20 menit.
Karagenan konsentrasi 2%; 2,5% dan 3% dilarutkan dalam akuades, diaduk
dengan magnetic stirrer dan dipanaskan di atas hot plate hingga suhu mencapai
80°C. Larutan karagenan kemudian dicampurkan dengan larutan pati pada suhu
(70-80)°C, hingga homogen. Gliserol 1% dan 1,5% dimasukkan ke dalam larutan
tersebut. Larutan edible film kemudian dituang pada plat kaca sesuai ukuran. Film
pada plat kaca dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C selama 5-6 jam (Jacoeb et
al, 2014).
3.3.1. Pembuatan Ekstrak Daun Andaliman
Pengeringan simplisia : daun andaliman dibersihkan, dan dikeringkan
anginkan,lalu dihaluskan dengan blender. Pembuatan ekstrak andaliman : serbuk
daun andaliman dimaserasi dengan etanol 96% selama ± 1 malam. Hasil maserasi
dan simplisia diperkolasi sampai didapat cairan bening. Hasil perkolasi
dipekatkan dengan evaporator sampai diperoleh ekstrak yang pekat. Pembuatan
sediaan suspensi : mengingat ekstrak andaliman digunakan sebagian tidak larut
dalam air, maka untuk mendapatkan campuran yang homogeny digunakan suatu
suspending agent Dimetyl Sulfoksida (DMSO) sebanyak 1,0% atau 1ml dalam 100
ml akuades (Batubara et al, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Andarsuryani., Yohanes, A., I Wayan., Khaswar. 2014., Prediksi Kandungan


Katekin Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) Dengan Spektroskopi Nir., Jurnal
Teknologi Industri Pertanian., 24 (1) : 43- 52.

Batubara, M. S., Emita,S., Masitta, T. 2017., Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol


Daun Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium Dc.) Terhadap Gambaran
Morfologi Ovarium Mencit (Mus Musculus L.) Strain Ddw., KLOROFIL., 1
(1): 5-10.

Huri, D., dan Fitri, C. 2014., Pengaruh Konsentrasi Gliserol Dan Ekstrak Ampas
Kulit Apel Terhadap Karakteristik Fisik Dan Kimia Edible Film., Jurnal
Pangan dan Agroindustri., 2 (4): 29-40.

Jacoeb, A., Roni Nugraha., Siluh, P. 2014., Pembuatan Edible Film dari Pati
Buah Lindur dengan Penambahan Glisero dan Karagenan., JPHPI., 17 (1):
14- 22.

Rusli, A., Metusalach., Salengke., Mulyati, M.T. 2017., Karakterisasi Edible Film
Karagenan dengan Pemlastis Gliserol., Jurnal Institut Pertanian Bogor., 20
(2): 219-231.

Santoso, B., Antaria, M., Gatot, P., Rindit, P. 2016., Perbaikan Sifat Fisik, Kimia,
dan Antibakteri Edible Film Berbasis Pati Ganyong., Jurnal Agritech., 36
(4): 379-386.

Santoso, B., Gatot, P., Rahmad, H.P. 2005., Sifat Fisik Dan Kimia Edible
Filmberantioksidan dan Aplikasinya sebagai Pengemas Primer Lempok
Durian., Jurnal Agribisnis dan Industri Pertanian., 6 (1): 77-82.

Setiani, W., Tety Sudiarti., Lena, R. 2013., Preparasi dan Karakterisasi Edible
Film dari Poliblend Pati Sukun-Kitosan., Valensi., 3 (2): 100-109.

Suryanto, E., Sri Raharjo., Hardjono, S., Tranggono. 2005., Aktivitas Antioksidan
dan Stabilitas Ekstrak Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC)
Terhadap Panas, Cahaya Fluoresen dan Ultravioet., Makalah Penelitian., 25
(2): 63-69.

Tensiska, C. Hanny Wijaya., Nuri.A. 2003., Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah


Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium Dc) Dalam Beberapa Sistem
Pangan X Dan Kestabilan Aktivitasnya Terhadap Kondisi Suhu Dan Ph.,
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 14 (1): 29-40.

Widyastuti, E., Endaruji, S., Susy Yunita., Irwan, N. 2017., Pengaruh


Penambahan Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Laju Transmisi Uap Air Edible
Film Umbi Ganyong (Canna Edulis Ker.) Dan Aloe Vera L., Seminar
Nasional BAPPEDA., 33 (2): 239-244.

Winarti,C., Miskiyah., Widaningrum. 2012., Teknologi Produksi dan Aplikasi


Pengemas Edible Antimikroba Berbasis Pati., Jurnal Litbang Pertanian., 31
(3): 85-93.

Anda mungkin juga menyukai