Anda di halaman 1dari 11

Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA YANG DIBUAT OLEH NOTARIS


SELAKU PEJABAT UMUM MENURUT HUKUM ACARA PERDATA DI
INDONESIA

Dedy Pramono
Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jalan Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
dy.pramono@gmail.com

Abstrak
Melalui akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin
kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa.
Dalam proses penyelesaian sengketa tersebut, akta otentik yang merupakan alat bukti
tertulis terkuat dan terpenuh memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara
secara murah dan cepat. Dalam pengertian yuridis, pembuktian hanya diperlukan dalam
suatu perkara dimuka Pengadilan, baik itu perkara perdata maupun pidana, dengan
demikian, bila tidak ada sengketa, maka pembuktian tersebut tidak perlu dilakukan.
Dalam penelitian ini penulis akan membahas permasalahan mengenai, Bagaimana
tanggung jawab notaris sebagai Pejabat Umum terhadap akta notaris sebagai alat bukti
yang dianggap tidak sah atau cacat hukum? Dimana tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Bagaimana tanggung jawab notaris sebagai Pejabat Umum terhadap akta
notaris sebagai alat bukti yang dianggap tidak sah atau cacat hukum. Dalam penulisan
penelitian ini, dipergunakan pendekatan Yuridis Normatif, yaitu dititik beratkan kepada
penelitian kepustakaan yang menguraikan data sekunder yaitu bahan hukum primer
berupa peraturan perundang-undangan, bahan hukum sekunder seperti buku-buku
maupun karya ilmiah yang ditulis oleh para ahli hukum dan berkaitan dengan topik
penelitian serta bahan hukum tertier berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus
Bahasa Hukum. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pada masalah yang
berhubungan kekuatan pembuktian akta, fungsi dan peranannya. Penelitian ini,
bertujuan untuk menyelidiki, membahas, menguraikan dan menyajikan masalah yang
berkaitan dengan kekuatan pembuktian akta Notaris.

Kata Kunci: Pembuktian, Akta, Notaris

Abstract
Through authentic act which clearly specify the rights and obligations, ensure legal certainty, and
at the same time is also expected to avoid disputes. In the process of settlement of the dispute,
which is the authentic deeds written evidence gives the strongest and most tangible contribution to
the settlement cheaply and quickly. In a juridical sense, evidence is only necessary in a case
upfront Court, both civil and criminal cases, therefore, when there is no dispute, then such
evidence is not necessary. In this study the authors will address issues, how the responsibility of
the notary as Public Officials of the notarial deed as evidence held to be invalid or flawed law?
Where the purpose of this research is to know how responsibilities of a notary as Public Officials of
the notarial deed as evidence held to be invalid or flawed. In writing this study, used normative
juridical approach, which put emphasis to the research literature that describes secondary data,
primary legal materials in the form of legislation, secondary legal materials such as books and
scientific papers written by legal experts and related to the topic research and tertiary legal
materials in the form of Indonesian Dictionary and Dictionary of law. The scope of this research is
on issues relating strength of evidence deed, function and role. This study aims to investigate,
discuss, describe and present issues related to the strength of evidence notarial deed.

Keywords: Evidence, Deeds, Notary

Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015 248


Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia

Pendahuluan Melalui akta otentik yang menentukan


Menurut ketentuan Pasal 1 ayat 1 secara jelas hak dan kewajiban, menjamin
Undang-Undang No. 30 tahun 2004, Notaris kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan
adalah pejabat umum yang berwenang untuk pula dapat dihindari terjadinya sengketa.
membuat akta otentik dan kewenangan lainnya Dalam proses penyelesaian sengketa tersebut,
sebagaimana dimaksud dalam Undang- akta otentik yang merupakan alat bukti tertulis
Undang tersebut. Dalam Pasal 1 ayat 7 terkuat dan terpenuh memberi sumbangan
ditegaskan bahwa, akta Notaris adalah akta nyata bagi penyelesaian perkara secara murah
otentik yang dibuat oleh atau dihadapan dan cepat.
Notaris menurut bentuk dan tata cara yang Dalam pengertian yuridis, pembuktian
ditetapkan dalam Undang-Undang ini. hanya diperlukan dalam suatu perkara dimuka
Pembuatan akta otentik ada yang Pengadilan, baik itu perkara perdata maupun
diharuskan oleh peraturan perundang- pidana, dengan demikian, bila tidak ada
undangan dalam rangka menciptakan sengketa, maka pembuktian tersebut tidak
kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. perlu dilakukan.
Selain akta otentik yang dibuat oleh atau Pembuktian perkara adalah untuk
dihadapan Notaris, bukan saja karena menentukan hubungan hukum yang
diharuskan oleh peraturan perundang- sebenarnya terhadap pihak-pihak yang
undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh berperkara. Pembuktian dilakukan tidak saja
pihak yang berkepentingan untuk memastikan terhadap peristiwa-peristiwa atau kejadian-
hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, kejadian saja, melainkan juga terhadap adanya
ketertiban dan perlindungan hukum bagi pihak sesuatu hak juga dapat dibuktikan. Pada
yang berkepentingan sekaligus bagi dasarnya hanya hal-hal yang menjadi
masyarakat secara keseluruhan. perselisihan saja yang perlu dibuktikan.
Akta otentik pada hakekatnya memuat Menurut Pasal 1867 Kitab Undang-
kebenaran formal sesuai dengan apa yang Undang Hukum Perdata, Akta dapat berupa
diberitahukan para pihak kepada Notaris. Akta Otentik atau Akta di bawah tangan.
Notaris mempunyai kewajiban untuk Kedua akta tersebut, merupakan alat bukti
memasukkan bahwa yang termuat dalam akta tertulis, akan tetapi terdapat perbedaan
Notaris, sungguh-sungguh telah dimengerti diantara keduanya, yaitu pada kekuatan
dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu pembuktiannya.
dengan cara membacakannya sehingga menjadi Perbedaan kekuatan pembuktian antara
jelas isi akta Notaris, serta memberikan akses surat bukan akta dengan kekuatan pembuktian
informasi, termasuk akses terhadap peraturan akta itu, ditegaskan pula oleh Retnowulan
perundang-undangan yang terkait bagi para Soetantio, yang menyatakan bahwa:
pihak penandatangan akta, dengan demikian “Berbeda dengan surat biasa, sehelai
para pihak dapat menentukan dengan bebas akta dibuat dengan sengaja untuk dijadikan
dan menyetujui isi akta Notaris yang akan bukti. Belumlah tentu bahwa akta itu, pada
ditandatanganinya. suatu waktu akan dipergunakan sebagai bukti
Lebih lanjut dijelaskan pula di dalam dipersidangan, akan tetapi suatu akta
penjelasan Undang-Undang No. 30 tahun 2004 merupakan bukti bahwa suatu kejadian hukum
tersebut bahwa, akta otentik sebagai alat bukti telah dilakukan, dan akta adalah buktinya”.
terkuat dan terpenuh mempunyai peranan (Retnowulan, 1989)
penting dalam setiap hubungan hukum dalam Melihat pengertian dan uraian-uraian
kehidupan masyarakat. Dalam berbagai tersebut diatas, dapat dipahami betapa
hubungan bisnis, kegiatan dibidang perbankan, pentingnya peranan akta otentik sebagai alat
pertanahan, kegiatan social dan lain-lain, bukti tertulis yang dibuat oleh dan atau
kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa dihadapan pejabat umum yang berwenang ,
akta otentik makin meningkat sejalan dengan yang dalam hal ini adalah Notaris dan pejabat
berkembangnya tuntutan akan kepastian lainnya yang ditunjuk oleh undang-undang.
hukum dalam berbagai hubungan ekonomi dan Dengan demikian, tugas pokok dari
sosial, baik pada tingkat nasional, regional Notaris adalah membuat akta otentik yang
maupun global.
Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015 249
Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia

mempunyai kekuatan hukum dan dapat atas hak yang dimilikinya dipengadilan. Oleh
dipakai sebagai alat bukti tertulis bagi mereka sebab itu pembuktian ini merupakan bagian
yang membuatnya. Namun dalam prakteknya yang sangat penting dalam pemeriksaan
para pihak yang telah melakukan perbuatan perkara dipengadilan.
hukum itu tetap dapat bersengketa mengenai Hakim dilarang untuk memutuskan
isi dari akta Notaris tersebut. perkara hanya dengan berpedoman kepada
Dalam penelitian ini penulis oleh keyakinannya, sebab keputusan yang diambil
karenanya akan membahas permasalahan tanpa alat-alat bukti lainnya akan dapat
mengenai, Bagaimana tanggung jawab notaris menimbulkan keputusan yang sewenang-
sebagai Pejabat Umum terhadap akta notaris wenang, karena keyakinan hakim itu dapat
sebagai alat bukti yang dianggap tidak sah atau bersifat sangat subjektif. Untuk itu Prof. R.
cacat hukum? Dimana tujuan penelitian ini Subekti menyatakan bahwa; “membuktikan
adalah untuk mengetahui Bagaimana tanggung adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran
jawab notaris sebagai Pejabat Umum terhadap dalil atau dalil-dalil dalam suatu
akta notaris sebagai alat bukti yang dianggap persengketaan”. Hukum pembuktian itu
tidak sah atau cacat hukum. sendiri adalah; “suatu rangkaian peraturan tata
Dalam penulisan penelitian ini, tertib yang harus diindahkan dalam
dipergunakan pendekatan Yuridis Normatif, melangsungkan pertarungan dimuka hakim,
yaitu dititik beratkan kepada penelitian antara kedua belah pihak yang sedang mencari
kepustakaan yang menguraikan data sekunder keadilan”. (Subekti, 1975)
yaitu bahan hukum primer berupa peraturan Pengertian pembuktian dalam arti
perundang-undangan, bahan hukum sekunder yuridis menurut Riduan Syahrani adalah;
seperti buku-buku maupun karya ilmiah yang “penyajian alat-alat bukti yang sah menurut
ditulis oleh para ahli hukum dan berkaitan hukum kepada hakim yang memeriksa suatu
dengan topik penelitian serta bahan hukum perkara guna memberikan suatu kepastian
tertier berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia tentang kebenaran peristiwa yang dibuktikan”
dan Kamus Bahasa Hukum. (Riduan,1988). Bambang Waluyo memberikan
Ruang lingkup dalam penelitian ini pengertian pembuktian sebagai; “suatu proses
adalah pada masalah yang berhubungan bagaimana alat-alat bukti tersebut
kekuatan pembuktian akta, fungsi dan dipergunakan, diajukan ataupun
peranannya. Penelitian ini, bertujuan untuk dipertahankan, sesuai hukum acara yang
menyelidiki, membahas, menguraikan dan berlaku” (Bambang,1996). Disamping uraian-
menyajikan masalah yang berkaitan dengan uraian diatas, pembuktian juga berarti
kekuatan pembuktian akta Notaris. menjelaskan (menyatakan) kedudukan hukum
yang sebenarnya berdasarkan keyakinan hakim
Pembahasan kepada dalil-dalil yang dikemukakan para
Pembuktian pihak yang bersengketa (Teguh,1992).
Dalam proses pemeriksaan di Sesungguhnya mengenai pengertian
Pengadilan, sebelum ditarik suatu kesimpulan pembuktian itu sendiri tidak ada suatu definisi
akhir yang dimuat dalam keputusan, maka khusus didalam peraturan perundang-
pengadilan harus berpedoman pada aturan- undangan, akan tetapi dari ketentuan Pasal 163
aturan pembuktian yang disebut hukum HIR atau Pasal 283 RBG, dapatlah diambil
pembuktian. Oleh karena itu hakim tidak boleh suatu pengertian umum mengenai apa yang
hanya berpedoman kepada keyakinan saja, dimaksud dengan pembuktian, sebagaimana
melainkan harus pula bersandar kepada dalil- dikemukakan oleh Retno Wulan Sutantio,
dalil yang dikemukakan oleh para pihak yang yaitu, “Pembuktian adalah suatu cara untuk
bersengketa yang merupakan alat bukti. meyakinkan Hakim akan kebenaran dalil-dalil
Hukum pembuktian diperlukan demi yang menjadi dasar gugat, atau dalil-dalil yang
terciptanya kepastian hukum disamping itu dipergunakan untuk menyanggah tentang
hukum pembuktian juga diperlukan untuk kebenaran dalil-dalil yang telah dikemukakan
mencegah timbulnya perbuatan main hakim oleh pihak lawan” (Sutantio, 1989). Dengan
sendiri diantara pihak yang saling berperkara, kata lain pembuktian itu adalah suatu cara
khususnya dalam mempertahankan kebenaran untuk menegaskan sesuatu hak atau untuk

Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015 250


Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia

membantah hak orang lain atau pengakuan surat yang diperbuat demikian oleh atau
pihak lain di depan pengadilan dalam suatu dihadapan pegawai umum yang berkuasa
perkara perdata. untuk membuatnya, menjadi bukti yang cukup
Aturan-aturan yang tercakup dalam bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya dan
hukum pembuktian dimaksudkan untuk sekalian orang yang mendapat hak darinya,
digunakan dalam memeriksa sengketa untuk tentang segala hal yang disebut dalam surat itu
mencapai suatu putusan akhir baik dalam dan juga tentang yang ada dalam surat itu
hukum acara perdata maupun hukum acara sebagai pemberitahuan saja, dalam hal terakhir
pidana, namun sayangnya hukum pembuktian ini hanya jika yang diberitahukan itu
yang termasuk dalam Hukum Acara Perdata berhubungan langsung dengan perihal pada
hingga saat ini belum diatur dalam satu surat akta itu”.
undang-undang tersendiri, sehingga kaedah- Sedangkan menurut Pasal 1868 Kitab
kaedah hukum acara perdata disamping diatur Undang-Undang Hukum Perdata, yang
dalam Reglement Indonesia yang diperbaharui dimaksud dengan akta otentik adalah, “Suatu
(RiB) sebagai pembaharuan dari Rechtsreglement akta otentik, adalah suatu akta yang didalam
Buitengewesten (Rbg) yang berlaku untuk bentuk yang ditentukan oleh undang-undang,
daerah-daerah seberang, selain jawa dan dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai
madura yang diatur dengan Hetherziene umum yang berkuasa untuk itu ditempat
Indonesisch Reglement (HIR), terdapat pula dimana akta itu dibuatnya”. Lebih lanjut
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menurut rumusan Pasal 1870 Kitab Undang-
(BW). Undang Hukum Perdata, “suatu akta otentik
Ketentuan mengenai hukum memberikan kepada para pihak yang
pembuktian dalam KUH Perdata diatur dalam membuatnya suatu bukti yang sempurna
Buku ke empat, Pasal 1865 sampai dengan tentang apa yang dimuat didalamnya”.
Pasal 1945 KUHPerdata. Hukum pembuktian Dengan adanya rumusan itu, maka
yang diatur dalam KUHPerdata tersebut hakim tidak perlu lagi menguji kebenarannya
adalah mengenai hukum pembuktian Materil, atau dengan kata lain, akta otentik mempunyai
yaitu tentang alat-alat bukti tertentu serta kekuatan pembuktian yang sempurna secara
kekuatan pembuktiannya, sedangkan hukum lahiriah baik formal maupun materiil. Bagi
pembuktian yang diatur dalam RIB, selain hakim akta dibawah tangan merupakan alat
mengatur mengenai hukum pembuktian bukti bebas sebagaimana ditentukan dalam
materiil, juga diatur mengenai hukum Pasal 1881 ayat 2 Kitab Undang-Undang
pembuktian formil, yaitu tentang tata cara Hukum Perdata, artinya hakim bebas untuk
mengadakan pembuktian dimuka persidangan menentukan apakah alat bukti tersebut dapat
(Sudikno, 1988) diterima atau tidak, sebab akta dibawah tangan
Didalam suatu perkara perdata, bukti tidak memiliki kekuatan pembuktian seperti
tulisan adalah merupakan alat bukti yang halnya akta otentik. Suatu akta dibawah tangan
utama, karena dalam lalu lintas keperdataan akan memiliki kekuatan pembuktian formal
sering orang dengan sengaja menyediakan dan materiil, apabila kedua belah pihak dalam
suatu bukti yang dapat dipakai kalau timbul akta telah mengakui kebenarannya.
suatu perselisihan, dan bukti yang disediakan Menurut rumusan Pasal 1876 Kitab
tadi lazimnya berupa tulisan. Undang-Undang Hukum Perdata, orang yang
Sebagai contoh adalah seseorang yang tandatangannya tercantum dalam akta
memberikan sejumlah uang atau suatu barang, dibawah tangan wajib secara tegas untuk
baru merasa aman kalau kepadanya diberikan mengakui atau membantah tandatangannya,
suatu tanda terima. Orang yang memberikan sedangkan ahli waris atau orang yang
tanda terima itu harus mengerti, bahwa tulisan mendapatkan hak dari akta tersebut, cukup
itu dikemudian hari dapat dipergunakan menerangkan bahwa ia tidak mengenal tulisan
terhadap dirinya sebagai bukti bahwa ia benar dan tanda tangan dari orang yang mereka
sudah menerima uang atau barang itu. wakili.
Pasal 165 HIR, memuat definisi Dengan adanya rumusan seperti itu,
mengenai apa yang dimaksud dengan akta maka dapat dikatakan bahwa keistimewaan
otentik, yaitu, “Surat (akta) yang sah, ialah dari suatu akta otentik terletak pada kekuatan

Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015 251


Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia

pembuktiannya. Suatu akta otentik memiliki Nomor 3 tahun 1860 yang telah diganti dengan
kekuatan pembuktian sedemikian rupa yang Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang
dianggap melekat pada akta itu sendiri. Suatu Jabatan Notaris, pejabat umum yang dimaksud
akta otentik memiliki kekuatan mengikat dan adalah Notaris.
sempurna. Dari ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang-
Akta otentik merupakan suatu bukti Undang Nomor 30 tahun 2004 yang
yang mengikat dalam arti apa yang tertulis menyatakan bahwa Notaris adalah pejabat
dalam akta haruslah dianggap benar dan umum yang berwenang untuk membuat akta
dipercaya oleh hakim. Akta otentik juga otentik, maka dapat disimpulkan bahwa tugas
memberikan suatu bukti yang sempurna utama dari seorang Notaris itu adalah
karena tidak memerlukan suatu penambahan membuat akta otentik.
alat bukti lainnya, sebagaimana halnya dengan Berbeda dengan rumusan Pasal 1
saksi. Dengan kata lain, akta otentik memiliki Peraturan Jabatan Notaris, yang menyatakan
kekuatan pembuktian secara lahiriah, formal dengan tegas bahwa Notaris adalah pejabat
dan materiil, dan membedakannya dengan akta umum satu-satunya yang berwenang untuk
dibawah tangan. Suatu akta otentik dapat membuat akta, maka Pasal 1 Undang-Undang
membuktikan secara sah dan kuat adanya Nomor 30 tahun 2004 tidak menyebutkan
hubungan hukum diantara para pihak yang dengan tegas bahwa Notaris adalah pejabat
membuatnya sehingga terciptalah kepastian umum satu-satunya yang berwenang untuk
hukum (rechtszekerheid).(Subekti,1995) membuat akta otentik.
Dari ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang- Penggunaan perkataan “uitslitend”
Undang Nomor 30 tahun 2004 yang (satu-satunya) dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan
menyatakan bahwa Notaris adalah pejabat Notaris dimaksudkan untuk memberikan
umum yang berwenang untuk membuat akta penegasan, bahwa notaris adalah satu-satunya
otentik, maka dapat disimpulkan bahwa tugas yang mempunyai wewenang umum itu, tidak
utama dari seorang Notaris itu adalah turut pejabat lainnya. Semua pejabat lainnya
membuat akta otentik. hanya mempunyai wewenang “tertentu”,
Berbeda dengan rumusan Pasal 1 artinya wewenang mereka tidak meliputi lebih
Peraturan Jabatan Notaris, yang menyatakan jauh dari pada pembuatan akta otentik yang
dengan tegas bahwa Notaris adalah pejabat secara tegas ditugaskan kepada mereka oleh
umum satu-satunya yang berwenang untuk undang-undang. (Lumban, 1992)
membuat akta, maka Pasal 1 Undang-Undang Dengan demikian hanya kepada notaris
Nomor 30 tahun 2004 tidak menyebutkan pembuat undang-undang memberikan
dengan tegas bahwa Notaris adalah pejabat wewenang untuk membuat akta otentik,
umum satu-satunya yang berwenang untuk sedangkan terhadap pejabat umum lainnya,
membuat akta otentik. kewenangan mereka dibatasi oleh undang-
Dengan demikian hanya kepada notaris undang yang hanya untuk akta otentik tertentu
pembuat undang-undang memberikan saja.
wewenang untuk membuat akta otentik, Dari rumusan Pasal 1 Undang-Undang
sedangkan terhadap pejabat umum lainnya, Nomor 30 tahun 2004 dapat diketahui bahwa
kewenangan mereka dibatasi oleh undang- pembuat undang-undang memberikan
undang yang hanya untuk akta otentik tertentu wewenang yang bersifat umum kepada notaris,
saja. namun disamping itu kewenangan notaris itu
juga dibatasi yaitu hanya dapat mebuat akta
Bentuk Dan Fungsi Akta Notaris Sebagai Alat otentik apabila dikehendaki atau diminta oleh
Bukti. para pihak yang berkepentingan, artinya
Menurut rumusan Pasal 1868 Kitab notaris tidaklah berwenang untuk membuat
Undang-Undang Hukum perdata, untuk akta secara jabatan. Hal itu dapat diketahui dari
membuat suatu akta otentik harus dilakukan rumusan pasal 15 ayat 1 Undang-Undang
oleh pejabat umum yang berwenang untuk Jabatan Notaris, yang menentukan mengenai
membuat akta otentik. Sebagai pelaksanaan kewenangan notaris.
dari ketentuan Pasal 1868 itu, maka menurut
Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris Staatblad

Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015 252


Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia

Dengan demikian akta-akta otentik yang dapat ditunjuk oleh undang-undang. Suatu akta yang
dipergunakan sebagai alat bukti dapat dibagi dibuat oleh notaris dapat berupa akta yang
atas: menuangkan (relaas) atau uraian secara otentik
a. Akta yang harus dibuat dihadapan notaris, tentang suatu keadaan yang dilihat, disaksikan
seperti penderian Perseroan Terbatas, Akta oleh notaris sendiri dalam menjalankan
Hibah, akta fidusia, akta yayasan dan jabatannya. Akta yang memuat kesaksian
sebagainya. notaris tentang apa yang dilihat, disaksikan
b. Akta yang wewenangnya ada pada notaris serta dialami sendiri oleh notaris dalam
maupun pejabat-pejabat lain; kedudukannya sebagai pejabat umum,
1. akta pengakuan anak luar kawin, dinamakan sebagai akta yang dibuat oleh
boleh dengan akta notaris, boleh pula notaris.
dengan akta yang dibuat oleh pegawai Sedangkan yang dimaksud dengan akta
catatan sipil. partij atau akta para pihak adalah suatu akta
2. penawaran pembayaran utang secara otentik yang dibuat dihadapan pegawai umum
tunai kepada yang berpiutang dapat (pejabat umum), yang berisikan keterangan
dilakukan dengan akta notaris bahwa para pihak telah mengadakan suatu
maupun dengan akta juru sita. perjanjian dan meminta pegawai umum
Permohonan demikian dilakukan bila (pejabat umum) itu menyatakannya dalam
yang berpiutang tidak ada ditempat, suatu akta. Akta notaris dapat juga memuat
sedangkan waktu pembayaran telah keterangan mengenai sesuatu hal yang terjadi
jatuh tempo. atau uraian mengenai suatu perbuatan yang
3. protes non akseptasi dan protes non dilakukan para pihak dihadapan notaris. Akta
pembayaran. dalam bentuk ini, biasanya para pihak datang
c. Akta yang hanya dapat dibuat oleh pejabat dan dengan sengaja memberikan keterangan
lainnya bukan notaris, akta kawin, akta atau melakukan suatu perbuatan hukum agar
kelahiran, akta perceraian, akta izin kawin, di konstatir oleh notaris dalam suatu akta
akta kematian. (Kohar,1984) otentik. Akta yang memuat keterangan para
pihak ini disebut dengan, akta yang dibuat
Suatu akta, menurut rumusan Pasal dihadapan notaris.
1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Dalam akta pejabat tersebut termasuk di
untuk mendapatkan otentisitas sebagai akta dalammnya antara lain Berita Acara Rapat
otentik, haruslah memenuhi beberapa Pemegang Saham dan akta pencatatan budel.
persyaratan, yaitu: Sedangkan yang termasuk dalam akta para
a. akta dibuat oleh atau dihadapan seorang pihak antara lain adalah, akta tentang
pejabat umum; perjanjian hibah, jual beli, pemberian kuasa dan
b. akta harus dibuat dalam bentuk yang lain sebagainya. Dalam akta para pihak
ditentukan oleh undang-undang; dicantumkan secara otentik keterangan-
c. Pejabat umum itu harus mempunyai keterangan dari orang-orang yang bertindak
wewenang membuat akta. sebagai pihak dalam akta, disamping
keterangan dari notaris bahwa mereka telah
Lebih lanjut didalam rumusan Pasal menyatakan kehendaknya sebagaimana
1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tercantum dalam akta.
ditentukan bahwa, akta otentik tersebut Sebagai suatu akta otentik, akta notaris
dibedakan pula antara akta pejabat dan akta memiliki fungsi seperti akta-akta lainnya. Hal
para pihak. Dengan demikian, terdapat dua itu antara lain dapat diketahui dari pendapat
macam bentuk akta notaris, yaitu: Sudikno Mertokusumo yang menyatakan
a. akta yang dibuat oleh notaris atau yang bahwa, suatu akta dapat berfungsi sebagai
dinamakan akta relaas atau akta pejabat, fungsi formil (formalitas causa) dan juga dapat
b. akta yang dibuat dihadapan notaris atau berfungsi sebagai alat bukti (probationis causa),
dinamakan akta para pihak atau akta partij. yaitu:
Maksud dengan akta relaas atau akta 1. Fungsi Formil(Formalitas Causa).
pejabat, adalah suatu akta otentik yang dibuat Akta memiliki fungsi formil, berarti adalah
oleh pegawai umum (pejabat umum) yang untuk lengkap atau sempurnannya (bukan

Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015 253


Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia

untuk sahnya) suatu perbuatan hukum, yang disebutkan dalam akta mengakui
harus dibuatkan suatu akta. Para pihak kebenaran tanda tangan miliknya.
yang melakukan suatu perbuatan hukum Akta otentik membuktikan sendiri
harus membuatnya dalam bentuk tertulis, keabsahannya. Hal itu mengandung arti bahwa
baik akta otentik maupun akta dibawah suatu akta yang memenuhi syarat dan memiliki
tangan agar menjadi sempurna. bentuk seperti akta otentik, maka akta tersebut
2. Fungsi Alat Bukti (Probationis Causa). berlaku dan dianggap seperti aslinya (acta
sejak semula para pihak dengan sengaja publika probant seseipsa) sampai ada pembuktian
membuat akta (otentik ataupun dibawah sebaliknya.
tangan) untuk suatu pembuktian Dengan kekuatan pembuktian lahiriah
dikemudian hari. Sifat tertulis suatu akta otentik, maka persoalan pembuktiannya
perjanjian tidaklah membuat sahnya hanyalah mengenai keaslian tanda tangan
perjanjian, akan tetapi agar akta dapat pejabat dalam akta. Menurut Pasal 138 RiB/164
dipergunakan oleh mereka sebagai alat RDS (Pasal 148 KUHPerdata), pembuktian
bukti bila timbul perselisihan dikemudian sebaliknya oleh pihak lawan hanya
hari. (Sudikno, 1988) diperkenankan dengan memakai surat, saksi-
saksi dan ahli.
Selain akta otentik, dikenal pula akta Kekuatan pembuktian lahiriah suatu
yang dibuat bawah tangan. Kedua akta tersebut akta otentik merupakan pembuktian yang
menurut hukum acara perdata merupakan lengkap, berlaku terhadap setiap orang dan
bukti tertulis, namun mempunyai kekuatan tidak terbatas kepada para pihak saja. Sebagai
pembuktian yang berbeda. Perbedaan terbesar alat bukti. Keistimewaan akta otentik (akta
antara akta otentik dengan akta dibawah pejabat maupun akta para pihak) terletak pada
tangan adalah: kekuatan pembuktian lahiriahnya.
a. akta otentik mempunyai tanggal yang Akta notaris bentuk lahiriah yang
pasti, sedangkan mengenai kepastian sempurna, berlaku dan mengikat terhadap
tanggal akta dibawah tangan tidak selalu setiap orang sebagai suatu akta otentik, oleh
demikian. karena ia dibuat dan ditanda tangani oleh
b. Grosse dari akta otentik dalam beberapa pejabat negara yang berwenang untuk itu.
hal mempunyai kekuatan eksekutorial
seperti putusan hakim, sedang akta yang b. Kekuatan Pembuktian Formal.
dibuat dibawah tangan tidak pernah Akta otentik yang memiliki kekuatan
mempunyai kekuatan eksekutorial. pembuktian formal berarti terjaminnya
c. Kemungkinan hilangnya akta yang dibuat kebenaran dan kepastian tanggal akta,
dibawah tangan lebih besar dibandingkan kebenaran tanda tangan yang terdapat dalam
akta otentik. (Lumban, 1992) akta, indentitas dari orang-orang yang hadir
(comparaten) dan juga tempat dimana akta itu
Akta otentik sebagaimana halnya juga dibuat.
dengan akta notaris, pada dasarnya memiliki Dengan tidak mengurangi pembuktian
tiga kekuatan pembuktian, yaitu kekuatan sebaliknya, maka pembuktian formal akta
pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian otentik merupakan pembuktian lengkap,
formil dan kekuatan pembuktian materiil. dimana kekuatan pembuktian akta pejabat
maupun akta para pihak adalah sama, artinya
a. Kekuatan Pembuktian Lahiriah. adalah bahwa keterangan pejabat yang
Kekuatan pembuktian lahiriah, artinya terdapat dalam kedua golongan akta maupun
adalah kemampuan dari akta itu sendiri untuk keterangan para pihak dalam akta tersebut
membuktikan dirinya sebagai akta otentik. memiliki kekuatan pembuktian formal dan
Menurur Pasal 1875 Kitab Undang-Undang berlaku terhadap setiap orang.
Hukum Perdata, kekuatan pembuktian lahiriah
itu tidak ada pada akta dibawah tangan. Akta c. Kekuatan Pembuktian Material.
dibawah tangan hanya berlaku sah terhadap Kekuatan pembuktian material akta
siapa akta itu dipergunakan, apabila pihak otentik merupakan suatu kepastian bahwa para
pihak tidak hanya sekedar menghadap dan

Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015 254


Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia

menerangkan kepada notaris akan tetapi juga membuktikan bahwa kerugian itu timbul
membuktian bahwa mereka juga telah karena kesalahan dan atau kelalaian dari
melakukan seperti apa yang tercantum dalam notaris ternyata cukup sulit, apalagi untuk
materi akta. membuktikan bahwa kesalahan itu adalah
Kekuatan pembuktian akta notaris merupakan kesengajaan (dolus). Pada
menurut Pasal 1870, 1871 dan Pasal 1875 hakekatnya jarang terjadi seorang notaris
KUHPerdata memberikan pembuktian yang benar-benar sengaja dan juga dengan
sempurna dan mengikat tentang kebenaran direncanakan terlebih dahulu melakukan
yang terdapat dalam akta bagi para pihak yang tindakan untuk merugikan para pihak dalam
bersangkutan, ahli waris serta penerima hak, akta yang dibuatnya.
dengan pengecualian bilamana yang tercantum Dalam hal untuk membuktikan adanya
dalam akta hanya sekedar penuturan belaka kesalahan (culpa) yang dapat dipertanggung
atau tidak memiliki hubungan langsung jawabkan oleh notaris, haruslah dianut
dengan akta. pandangan bahwa bukanlah keadaan subjektif
Dengan uraian-uraian diatas, dapat dari notaris yang bersangkutan untuk
disimpulkan bahwa akta notaris sebagai akta membuktikan sampai seberapa jauh tanggung
otentik memiliki sifat dan kekuatan jawabnya, melainkan berdasarkan
pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian pertimbangan objektif. Seorang notaris yang
formal serta kekuatan pembuktian materiil. normal dan baik, seharusnya dapat mengetahui
Akta notaris memiliki kekuatan pembuktian akibat yang tidak dikehendaki dalam
yang sempurna, kecuali dapat dibuktian bahwa pembuatan aktanya. Jika jawabannya adalah
akta itu palsu. Oleh sebab itu jika dipergunakan benar mengetahui akibatnya, maka terdapat
sebagai alat bukti di pengadilan, maka hakim unsur kesalahan dan jika tidak maka notaris
harus menerima akta notaris sebagai suatu alat bersangkutan tidak dapat dipersalahkan.
bukti yang sempurna. Namun demikian terlepas dari
perdebatan mengenai dasar hukum yang dapat
Tanggung Jawab Notaris Atas Akta yang dipergunakan untuk menuntut tanggung jawab
Dibuatnya notaris, para ahli sepakat bahwa notaris harus
Dalam sengketa di pengadilan bertanggung jawab atas akta yang dibuat oleh
seringkali para pihak yang bertikai melibatkan dan atau dihadapannya, dengan pembayaran
notaris dalam sengketa itu dengan alasan, denda ataupun segala biaya- biaya, ganti rugi
bahwa yang menjadi objek sengketa tersebut dan bunga pada diri kliennya untuk
aktanya telah dibuat oleh atau dihadapan pelanggaran yang telah dilakukan.
notaris. Menurut Peraturan Jabatan Notaris,
Mengenai tanggung jawab notaris pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 24 jo
menurut Pasal 60 Peratutan Jabatan Notaris Pasal 28 itu terhadap Notaris dapat dikenakan
atas akta yang dibuat meliputi beberapa hal, denda, dan akta yang dibuatnya hanya
yaitu: mempunyai kekuatan seperti akta dibawah
1. didalam hal-hal yang secara tegas tangan. Pasal 28 ayat 1 Peraturan Jabatan
ditentukan oleh PJN; Notaris menyatakan bahwa: “Notaris harus
2. jika suatu akta karena tidak memenuhi membacakan akta itu kepada para penghadap
syarat-syarat mengenai bentuk (gebrek in de dan para saksi”. Sedangkan Pasal 28 ayat 6
vorm) dibatalkan dimuka pengadilan atau tersebut menentukan bahwa, “Dalam hal
hanya dapat dianggap berlaku sebagai akta pelanggaran terhadap satu atau lebih ketentuan
yang dibuat dibawah tangan; dalam pasal ini, akta itu hanya mempunyai
3. dalam segala hal, dimana menurut kekuatan seperti akta yang dibuat dibawah
ketentuan-ketentuan dalam pasal 1365, tangan, apabila itu ditandatangani oleh para
1368, dan 1367 KUHPerdata terdapat penghadap.”
kewajiban untuk membayar ganti Dari ketentuan Pasal 28 tersebut diatas,
kerugian. dapat diketahui bahwa setiap akta notaris,
sebelum ditandatangani, harus dibacakan
Pada umumnya untuk membuktikan terlebih dahulu dalam keseluruhannya kepada
adanya kerugian tidaklah sulit, namun untuk para penghadap dan para saksi, baik itu akta

Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015 255


Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia

partij maupun akta relaas. Pembacaaan ini dimuka pengadilan atau dianggap hanya
merupakan bagian dari “Verlijden” (pembacaan dapat berlaku sebagai akta yang dibuat
dan penandatanganan) dari akta. Pasal 28 ayat dibawah tangan.
6 menentukan bahwa, pelanggaran terhadap 3. Dalam segala hal dimana menurut
ketentuan dalam ayat 1 diatas, akan ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1365,
mengakibatkan akta itu mempunyai kekuatan Pasal 1366 dan Pasal 1367 Kitab Undang-
seperti akta dibawah tangan. Dalam kasus Undang Hukum Perdata, terdapat
diatas, sesuai dengan putusan Mahkamah kewajiban untuk membayar ganti
Agung, yang terjadi adalah pelanggaran kerugian.
terhadap ketentuan Pasal 28 Peraturan Jabatan
Notaris, sehingga dengan demikian akta itu Melihat kasus tersebut diatas, maka
tidak batal demi hukum, melainkan hanya suatu akta yang merupakan akta otentik (akta
menjadi sama dengan akta dibawah tangan, Notaris) yang mempunyai kekuatan bukti yang
dengan demikian untuk pembatalannya harus sempurna, dapat menjadi tidak berarti sebagai
dimintakan melalui keputusan pengadilan. alat bukti dalam suatu perkara perdata, bila
Terhadap pelangggaran yang dilakukan dalam pembuatannya dilakukan tidak sesuai
oleh notaris dalam kasus tersebut dan di dengan kaedah-kaedah hukum yang berlaku
hubungkan dengan undang-undang jabatan dan bertentangan dengan Peraturan Jabatan
notaris, maka dapat dinyatakan notaris tersebut Notaris. Notaris sebagai pejabat umum yang
melanggar ketentuan Pasal 16 ayat 1 huruf l berwenang untuk membuat akta otentik, dapat
dimana notaris wajib membacakan akta dituntut pula oleh para pihak jika akta yang
dihadapan penghadap dengan dihadiri paling dibuatnya itu telah mengakibatkan kerugian
sedikit dua orang saksi dan ditandatangani terhadap pihak tersebut. Misalnya dalam kasus
pada saat itu juga oleh penghadap, saksi dan tersebut diatas, pihak Penggugat dapat saja
notaris. Pembacaan akta tidak wajib dilakukan mengajukan pertanggung jawaban dan
jika penghadap menghendakinya. Hal ini tuntutan terhadap Notaris yang bersangkutan,
disebabkan penghadap telah membaca sendiri, karena dia dianggap telah lalai dalam
mengetahui dan memahami materi isi akta menjalankan tugas jabatannya sebagai Notaris.
yang dibuat, dengan ketentuan hal tersebut
dinyatakan dalam penutup akta serta pada Kesimpulan
setiap halaman minuta akta di paraf oleh Kekuatan pembuktian akta notaris
penghadap, saksi dan notaris. sebagai alat bukti adalah kekuatan pembuktian
Menurut ketentuan Pasal 16 ayat 8 yang sempurna, karena keistimewaan dari
undang-undang jabatan notaris terhadap suatu akta otentik terletak pada kekuatan
pelanggaran yang dilakukan oleh notaris pembuktiannya. Suatu akta otentik
tersebut berakibat terhadap akta yang memberikan para pihak beserta ahli warisnya
dibuatnya, dimana akta yang bersangkutan atau orang-orang yang mendapat hak darinya
hanaya mempunyai kekuatan pembuktian suatu bukti yang sempurna. Suatu akta otentik
sebagai akta di bawah tangan. memiliki kekuatan pembuktian sedemikian
Apabila dihubungkan dengan ketentuan rupa yang dianggap melekat pada akta itu
Pasal 60 Peraturan Jabatan Notaris, maka sendiri, artinya akta otentik merupakan suatu
terhadap notaris yang bersangkutan dapat bukti yang mengikat karena apa yang tertulis
dimintakan pertanggung-jawaban berupa ganti dalam akta itu harus dianggap benar adanya
kerugian untuk membayar biaya dan bunga, dan dipercaya oleh hakim.
karena akibat kelalaiannya akta itu hanya Disamping itu akta otentik juga
dianggap sebagai akta dibawah tangan. memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna
Notaris, menurut Pasal 60 Peraturan Jabatan karena tidak memerlukan penambahan alat
Notaris, bertanggung jawab terhadap akta-akta bukti lainnya dengan kata lain akta otentik
yang dibuatnya, dalam hal: memiliki kekuatan pembuktian secara lahiriah,
1. Di dalam hal-hal yang secara tegas Formal dan materiil. Akta notaris sebagai akta
ditentukan oleh Peraturan Jabatan Notaris. otentik memiliki kekuatan pembuktian lahiriah,
2. Jika suatu akta karena tidak memenuhi formal dan materiil, bila akta notaris dibuat
syarat-syarat mengenai bentuk, dibatalkan menurut ketentuan yang berlaku, maka akta itu

Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015 256


Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia

akan mengikat terhadap para piahk sebagai notaris yang bersangkutan, melainkan harus
akta otentik dan termasuk didalamnya dilihat dari sudut objektif. Seorang notaris
pengadilan yang harus menerima akta notaris tentu dapat mengetahui akibat dari akta yang
sebagai alat bukti yang sempurna. dibuatnya.
Akibat hukum terhadap akta notaris Notaris haruslah bertanggung jawab
yang dijadikan sebagai alat bukti namun atas akta yang dibuat oleh dan atau
dianggap tidak sah atau cacat hukum adalah dihadapannya dengan ancaman terhadap
Akta notaris yang kehilangan otensitasnya, kesalahan yang dilakukan oleh notaris dalam
hanya akan berguna sebagai alat bukti pembuatan akta tersebut, kepadanya dapat
permulaan dalam tulisan seperti halnya akta dituntut pembayaran denda ataupun segala
dibawah tangan. Hakim tidak lagi terikat untuk biaya-biaya yang telah dikeluarkan, ganti rugi
menilai akta notaris yang dianggap cacat itu dan bunga untuk pelanggaran yang telah
sebagai suatu bukti yang mengikat dan dilakukannya.
sempurna sebagaimana harusnya suatu akta Notaris sebagai pejabat umum
otentik, akibatnya maka akta itu dapat mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
dibatalkan oleh hakim atau batal demi hukum. membuat akta yang baik dan benar
Hal itu tergantung dari terpenuhinya syarat sebagaimana telah ditentukan oleh Peraturan
sahnya perjanjian atau tidak. Dimana dalam hal Perundang-undangan yang berlaku, untuk
syarat subjektif yang terdiri dari syarat menghindari tuntutan dari kliennya maupun
kesepakatan dan syarat kecakapan tidak pihak lain yang dirugikan oleh akta yang
terpenuhi maka terhadap perjanjian yang telah dibuat oleh notaris tersebut.
dibuat tersebut dapat dimintakan pembatalan Akta Notaris adalah akta otentik yang
di pengadilan. Sedangkan dalam hal syarat mempunyai kekuatan pembuktian sempurna,
objektif yang terdiri dari syarat suatu sebab oleh karena itu setiap notaris dalam
tertentu dan syarat suatu sebab yang halal menjalankan jabatan hendaknya selalu hati-hati
tidak terpenuhi maka terhadap perjanjian dan selalu menyadari akibat yang dapat
tersebut batal demi hukum. ditimbulkan atas setiap akta yang dibuatnya.
Tanggung jawab notaris sebagai pejabat Selama menjalankan jabatannya sebagai
umum terhadap akta yang dibuatnya adalah notaris, sebaiknya notaris harus memahami
bahwa seorang notaris secara moril harus dan mendalami mengenai peraturan
bertanggung jawab atas akta yang dibuatnya perundang-undangan yang berlaku dengan
oleh karena ia dipercaya untuk menyusun dan baik, sehingga dapat meminimalisir kesalahan
merumuskan keinginan para pihak di dalam yang dapat dilakukannya dalam menjalankan
akta. Bentuk akta tersebut dapat dipertanggung jabatannya.
jawabkan secara hukum dan tidak
bertentangan dengan undang-undang, Daftar Pustaka.
kesusilaan dan ketertiban umum atau akta Adnan, Muhamad. (1985). Ilmu Pengetahuan
notaris itu dapat disebut palsu dan batal demi Notariat. Bandung: Sinar Baru.
hukum.
Untuk membuktikan adanya kerugian Adnan, Muhamad. (1985). Asal Usul Dan Sejarah
yang dialami oleh para pihak tidaklah sulit, Akta Notarial. Bandung: Sinar Baru.
namun untuk membuktikan bahwa kerugian
yang diderita sebagai akibat pelanggaran atau Anshoruddin. (2004). Hukum Pembuktian,
kelalaian notaris ternyata cukup sulit, terlebih Menurut Hukum Acara Islam Dan Hukum
lagi dalam hal membuktikan bahwa perbuatan Positif (Cet.1). Yogyakarta: Pustaka
atau kelalaian itu disebabkan kesalahan yang Pelajar.
dapat diminta pertanggung jawabannya
kepada notaris, baik karena kesengajaan Kansil, (2001). C.S.T & Christine S.T. Kansil.
ataupun karena kelalaian. Kamus Istilah aneka Hukum (Cet. 2).
Dalam membuktikan adanya kesalahan Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
yang dilakukan oleh Notaris sehingga dapat
diminta pertanggung jawaban dari notaris,
tidak dapat dilihat dari keadaan subjektif

Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015 257


Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia

Kastini, Sri. (1995). Kumpulan Peraturan Tentang


Jabatan Notaris di Indonesia. Medan: USU Sutantio, Retnowulan & Iskandar
Press. Oeripkartawinata. (1989). Hukum Acara
Perdata Dalam Teori dan Praktek.
Lumban Tobing, G.H.S, Peraturan Jabatan Bandung: Mandar Maju.
Notaris, Jakarta: Erlangga 1992.
Staatblad No. 44 Tahun 1941. Herzien Inlandsch
Mertokusumo, Sudikno. (1988). Hukum Acara Reglement (Reglemen Indonesia Yang
Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty. Diperbaharui). Indonesia.

Nico. (2004). Tanggungjawab Notaris Selaku Staatblad No. 227 Tahun 1927. Rechtsreglement
Pejabat Umum. Yogyakarta: Center for Bitengewesten (Reglemen Daerah
Decumentation and Studies of Business Seberang). Indonesia.
Law.
Staadblad No. 3 Tahun 1860. Reglement Op Het
Notodisoerjo, R. Soegondo. (1993). Hukum Notaris-Ambt In Indonesia. Indonesia.
Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan.
Jakarta: Grafindo Persada. UU No. 30 Tahun 2004 LN No. 117 Tahun 2004,
TLN No. 4432. Undang Undang Tentang
Samudra, Teguh. (1992). Hukum Pembuktian Jabatan Notaris. Indonesia.
Dalam Acara Perdata. Bandung: Alumni.
Varia Peradialan. (2000, April). Status Akta
Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji. (2001). Notaris Pengakuan Hutang. Majalah
Penelitian Hukum Normatif (Cet. 6). Hukum, XV (175).
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Waluyo, Bambang. (1996). Sistem Pembuktian
Subekti. (1995). Hukum Pembuktian Jakarta: Dalam Peradilan Indonesia. Jakarta: Sinar
Pradnya Paramitha. Grafika.

Subekti. (2001). Hukum Perjanjian (Cet. 12). (1968). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Jakarta: Intermasa. (Burgerlijk Wetboek) (diterjemahkan oleh
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio) (Ed.
Subekti. (1992). Pokok-Pokok Hukum Perdata. Revisi, Cet. 28). Jakarta: Pradnya
Jakarta: Intermas. Paramita.

Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015 258

Anda mungkin juga menyukai