Penyuluhan Kanker Serviks
Penyuluhan Kanker Serviks
PENDAHULUAN
Organ kelamin luar disebut juga vulva, dibatasi oleh labium mayora yang
identik dengan kantong buah zakar (scrotum) pada lelaki yang mengandung
kelenjar keringat dan kelenjar minyak (sebacea). Setelah usia puber, labium
mayora akan ditumbuhi rambut dan labium minor yang tepat berada sebelah
dalam labium mayora mengelilingi lubang vagina dan lubang urethra. Lubang
vagina, disebut introitus, berbentuk setengah lingkaran. Pada belakang iroithrus
disebut forset. Jika ada rangsangan seksual,saluran kecil pada bagian samping
iroithrus akan mengeluarkan cairan lendir yang dihasilkan oleh kelenjar
Bartholini. Urethra berada di bagian depan vagina dan merupakan saluran tempat
keluarnya air seni dari kandung kemih.
Serviks merupakan bagian bawah rahim yang membuka kea rah lubang
vagina. Bagian korpus rahim biasanya membengkok ke depan. Selama masa
produktif seorang perempuan, panjang korpus rahim biasanya dua kali panjang
leher rahim. Serviks merupakan saluran yang memungkinkan sperma laki-laki
msuk kedalam dan darah menstruasi keluar. Saluran serviks menjadi sempit
selama masa ovulasi dan kehamilan sehingga sperma tidak bisa lewat san janin
yang sudah tertanam di dalam rongga rahim tidak bisa keluar. Tetapi selama
proses persalinan, saluran meregang sehingga bayi bisa melewati serviks. Saluran
serviks dilapisi kelenjar yang menghasilkan lendir. Selaput lendir tebal, sehingga
tidak bisa dilewati sperma kecuali sesaat menjelang masa pelepasan telur dari
indung telur (Ovulasi). Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga
sperma bisa menembusnya dan terjadilah pembuahan. Selain itu, pada saat
ovulasi, kelenjar penghasil lendir diserviks menyimpan sperma yang hidup selama
beberapa hari.
Kanker serviks sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian
kaum wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju maupun Negara
berkembang seperti Indonesia. Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000
kasus baru kanker serviks dan tiga perempatnya terjadi di negara yang
berkembang. Data yang berhasil dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia menunjukkan, bahwa angka kejadian kanker di Indonesia sampai saat
ini diperkirakan setiap tahun muncul sekitar 200.000 kasus baru di mana jenis
terbesar dari kanker tersebut adalah kanker serviks (Susanto, 1998). Berdasarkan
hasil studi pendahuluan di Perjan Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung,
pada tahun 2004 kanker rahim menduduki urutan pertama kanker pada sistem
reproduksi wanita dengan jumlah 360 kasus.
Oleh karena itu, dari penjelasan diatas kita perlu mengetahui lebih lanjut
dari berbagai informasi tentang kanker serviks sehingga kita bisa melakukan
pencegahan agar tidak terkena kanker serviks yang merupakan salah satu penyakit
yang bisa berakibat kematian.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memberikan pengetahuan mengenai Faktor Resiko Kanker
Serviks
1.3.2 Untuk memberikan informasi tentang Gejala Kanker Serviks
1.3.3 Untuk memberikan informasi tentang Stadium Kanker Seviks
Secara Klinik
1.3.4 Untuk memberikan informasi tentang Pengobatan Kanker Serviks
1.3.5 Untuk memberikan informasi tentang Pencegahan kanker serviks
BAB II
PEMBAHASAN
Carboplatin
Cisplatin
Paclitaxel
Fluorouracil (5FU)
Cyclophosphamide
Docetaxel
Ifosfamide
Gemcitabine
4) Vaksin HPV
Vaksin HPV saat ini sudah digunakan untuk mencegah kanker
leher rahim dan kutil kelamin karena HPV. Vaksin tersebut bekerja
dengan cara melindungi dari 4 tipe HPV yang paling sering
menyebabkan penyakit, yaitu tipe 6, 11, 16, dan 18, tipe yang
menyebabkan 70% kanker leher rahim dan 90% kutil kelamin. Vaksin
tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and Drugs Administration (FDA)
pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 –
26 tahun.
Vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam periode 6 bulan yaitu
pemberian awal, 2, dan 6 bulan berikutnya. Belum diketahui
keefektifannya pada wanita yang hanya menerima 1 atau 2 dosis saja.
Karena ini sangat penting diberikan 3 dosis penuh untuk para wanita.
Keefektifan vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5
tahun, seberapa lama vaksin ini dapat memberikan efek perlindungan
masih belum jelas. Sebaiknya vaksin diberikan sebelum kontak seksual
pertama atau sebelum wanita terekspos dengan HPV. Hal ini
disebabkan karena vaksin mencegah penyakit pada wanita yang belum
terkena satu atau beberapa tipe HPV yang dapat dilindungi oleh
vaksin. Vaksin ini tidak bekerja terlalu efektif pada wanita yang sudah
memiliki virus HPV di dalam tubuhnya sebelum menerima vaksin.
Efek samping paling umum adanya nyeri ketika disuntikkan. Vaksin
ini belum direkomendasikan pada wanita hamil karena masih sedikit
informasi mengenai keamananya pada wanita hamil. Vaksin HPV ini
hanya bersifat melindungi dari paparan yang belum terjadi, dan bukan
untuk mengobati. Skrining tetap diperlukan setelah memperoleh vaksin
HPV karena vaksin tidak melindungi untuk semua tipe HPV.
5) Terapi Radiasi Kanker Serviks
Terapi radiasi menggunakan energy tinggi seperti sinar-x untuk
menurunkan ukuran tumor atau membunuh sel kanker. Jenis
pengobatan ini dapat digunakan secara internal dengan material
radioaktif yang ditanam dalam bentuk implant dan dimasukkan pada
uterus atau secara eksternal dengan menggunakan mesin terapi radiasi.
3.1 Kesimpulan
Kanker serviks dapat menyerang seluruh wanita, namun dengan
menghindari faktor resiko penyakit ini dapat diminimalkan angka kejadiannya.
Penggunaan vaksin HPV juag termasuk upaya pencegahan terjadinya kanker
serviks.
3.1 Saran
Masih perlu dilakukan upaya untuk mencegah kanker serviks seperti
pemberian vaksin HPV oleh pemerintah secara gratis seperti di Negara maju.
Penulis berharap makalah ini juga dapat bermanfaat bagi seluruh wanita, terutama
di Indonesia tentang pengetahuan kanker serrviks.