Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status
sosial, umur, dan jenis kelamin. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa tak luput
dari serangan kanker. Begitu pula dengan pria maupun wanita dapat terserang
penyakit yang peling banyak ditakuti ini. Namun, dari kenyataan yang ada, kaum
wanita yang paling banyak terkena kanker. Tidak sedikit dari mereka yang divonis
terkena kanker merasa tidak lagi punya masa depan. Penyakit ini sebenarnya
timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal serta pola makan dan pola hidup
yang tidak sehat, meskipun bisa diketahui kanker bisa diturunkan oleh orang tua
kepada anaknya. Kaum wanita cukup rentan terhadap serangan kanker, terutama
organ vital seperti payudara, dan organ reproduksi seperti rahim, indung telur, dan
vagina. Bagi wanita, penyakit ini menjadi isu yang menakutkan.
Seperti yang kita ketahui, bahwa sistem reprosuksi wanita dibagi menjadi
dua yaitu organ kelamin luar dan organ kelamin dalam. Organ kelamin luar
berfungsi sebagai jelan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai
pelindung alat kelamin dalam dari infeksi. Saluran kelamin wanita merupakan
lubang yang berhubungan dengan dunia luar sehingga mikroorganisme penyebab
penyakit masuk dengan mudah dan menginfeksi kandungan. Pada umumnya,
mikroorganisme masuk melalui hubungan seksual.

Organ kelamin luar disebut juga vulva, dibatasi oleh labium mayora yang
identik dengan kantong buah zakar (scrotum) pada lelaki yang mengandung
kelenjar keringat dan kelenjar minyak (sebacea). Setelah usia puber, labium
mayora akan ditumbuhi rambut dan labium minor yang tepat berada sebelah
dalam labium mayora mengelilingi lubang vagina dan lubang urethra. Lubang
vagina, disebut introitus, berbentuk setengah lingkaran. Pada belakang iroithrus
disebut forset. Jika ada rangsangan seksual,saluran kecil pada bagian samping
iroithrus akan mengeluarkan cairan lendir yang dihasilkan oleh kelenjar
Bartholini. Urethra berada di bagian depan vagina dan merupakan saluran tempat
keluarnya air seni dari kandung kemih.
Serviks merupakan bagian bawah rahim yang membuka kea rah lubang
vagina. Bagian korpus rahim biasanya membengkok ke depan. Selama masa
produktif seorang perempuan, panjang korpus rahim biasanya dua kali panjang
leher rahim. Serviks merupakan saluran yang memungkinkan sperma laki-laki
msuk kedalam dan darah menstruasi keluar. Saluran serviks menjadi sempit
selama masa ovulasi dan kehamilan sehingga sperma tidak bisa lewat san janin
yang sudah tertanam di dalam rongga rahim tidak bisa keluar. Tetapi selama
proses persalinan, saluran meregang sehingga bayi bisa melewati serviks. Saluran
serviks dilapisi kelenjar yang menghasilkan lendir. Selaput lendir tebal, sehingga
tidak bisa dilewati sperma kecuali sesaat menjelang masa pelepasan telur dari
indung telur (Ovulasi). Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga
sperma bisa menembusnya dan terjadilah pembuahan. Selain itu, pada saat
ovulasi, kelenjar penghasil lendir diserviks menyimpan sperma yang hidup selama
beberapa hari.

Kanker serviks sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian
kaum wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju maupun Negara
berkembang seperti Indonesia. Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000
kasus baru kanker serviks dan tiga perempatnya terjadi di negara yang
berkembang. Data yang berhasil dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia menunjukkan, bahwa angka kejadian kanker di Indonesia sampai saat
ini diperkirakan setiap tahun muncul sekitar 200.000 kasus baru di mana jenis
terbesar dari kanker tersebut adalah kanker serviks (Susanto, 1998). Berdasarkan
hasil studi pendahuluan di Perjan Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung,
pada tahun 2004 kanker rahim menduduki urutan pertama kanker pada sistem
reproduksi wanita dengan jumlah 360 kasus.

Kanker memiliki dampak fisik, psikologis serta dampak sosial. Dampak


fisik ini bisa berupa kecacatan atau penurunan fungsi salah satu anggota tubuh
yang diamputasi atau dioperasi, rasa nyeri, kerontokan rambut, bahkan mungkin
terjadi perubahan penampilan fisik sebagai efek samping dari pengobatan yang
dijalani penderita. Sedangkan dampak psikologis yang mungkin muncul bisa
merupakan reaksi psikologis terhadap diagnosis kanker yang harus dihadapinya,
rangkaian terapi atau pengobatan yang dijalani penderita dan “kondisi fisiknya
yang baru”. Dapat pula diperkirakan akan terjadi perubahan dalam kehidupan
sosial pada penderita.

Oleh karena itu, dari penjelasan diatas kita perlu mengetahui lebih lanjut
dari berbagai informasi tentang kanker serviks sehingga kita bisa melakukan
pencegahan agar tidak terkena kanker serviks yang merupakan salah satu penyakit
yang bisa berakibat kematian.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa faktor resiko kanker serviks ?
1.2.2 Apa Faktor Resiko Kanker serviks ?
1.2.3 Apa Tanda Dan Gejala Kanker Serviks ?
1.2.4 Stadium Karsinoma Serviks ?
1.2.5 Bagaimana Pengobatan Kanker Serviks ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memberikan pengetahuan mengenai Faktor Resiko Kanker
Serviks
1.3.2 Untuk memberikan informasi tentang Gejala Kanker Serviks
1.3.3 Untuk memberikan informasi tentang Stadium Kanker Seviks
Secara Klinik
1.3.4 Untuk memberikan informasi tentang Pengobatan Kanker Serviks
1.3.5 Untuk memberikan informasi tentang Pencegahan kanker serviks
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kanker Serviks


Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Selsel
kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan
kematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan
salah satu jenis kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks adalah kanker paling umum pada sistem reproduksi wanita
(Monahan & Neighbors, 1998). Kanker serviks terjadi ketika sel pada serviks
mulai tumbuh tidak terkontrol dan kemudian dapat menyerang jaringan terdekat
atau menyebar ke seluruh tubuh. Secara histologis terdapat dua tipe utama kanker
serviks, yaitu karsinoma skuamosa dan adenokarsinoma. Karsinoma skuamosa
terdiri dari 80-95% kanker dan terjadi lebih sering pada usia lanjut. Sisa dari kasus
yang ada adalah adenokarsinoma yang terjadi lebih sering pada wanita usia muda
dan cenderung akan menjadi kanker yang agresif (berkembang dengan sangat
cepat) (Gale & Charette, 1995).
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyebab kematian
akibat kanker yang terbesar bagi wanita di negara-negara berkembang. Secara
global terdapat 600.000 kasus baru dan 300.000 kematian setiap tahunnya, yang
hampir 80% terjadi di negara berkembang. Fakta-fakta tersebut membuat kanker
leher rahim menempati posisi kedua kanker terbanyak pada perempuan di dunia,
dan menempati urutan pertama di negara berkembang. Saat ini, kanker leher
rahim menjadi kanker terbanyak pada wanita Indonesia yaitu sekitar 34% dari
seluruh kanker pada perempuan dan sekarang 48 juta perempuan Indonesia dalam
risiko mendapat kanker leher rahim. Kanker leher rahim adalah kanker yang
terjadi pada area leher rahim yaitu bagian rahim yang menghubungkan rahim
bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata kejadian kanker leher rahim adalah 52
tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak 2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60
– 64 tahun.
Ada pula yang menyebutkan bahwa Kanker servik yang biasanya dikenal
dengan kanker mulut rahim adalah suatu penyakit kanker yang terjadi pada
system reproduksi wanita tepatnya pada mulut rahim. Mulut rahim terletak pada
bagian bawah uterus yang menghubungkan bagian atas vagina dengan uterus.
Panjangnya sekitar 2 inci. Saat melahirkan akan terjadi dilatasi (pelebaran) mulut
rahim sehingga bayi dari uterus dapat lewat menuju vagina.
Menurut Lina Mardiana dalam bukunya yang berjudul (Kanker pada
Wanita) disebutkan bahwa kanker leher/mulut rahim (serviks) adalah kanker yang
menyerang bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke vagina (liang
senggama). Kanker ini umumnya tidak tampak, tetapi dapat dirasakan oleh
penderitanya. Tahap awal munculnya kanker rahim dimulai dengan terjadinya
mutasi sel secara bertahap, tetapi progresif dan akhirnya berkembang menjadi
karsinoma. Kanker leher/mulut rahim dapat menyebar melalui pembuluh darah,
pembuluh limfa, atau langsung ke organ vital lain seperti parametrium, korpus
uterus, vagina, kandung kencing, dan rektum. Hingga saat ini kanker leher/mulut
rahim masih menempati urutan pertama penyakit yang paling banyak menyerang
wanita di Indonesia. Sementara di dunia, penderita kanker ini terbanyak kedua
setelah kanker payudara.

2.2 Faktor Resiko Kanker Serviks


Leher/mulut rahim terletak di dalam vagina dan merupakan pintu masuk
ke dalam rahim. Para ahli menyebutkan bahwa selama masih ada leher/mulut
rahim maka selama itu pula ada kemungkinan terkena kanker serviks. Seperti
halnya jenis kanker lain, penyebab kanker ini juga belum diketahui secara pasti.
Namun, berdasarkan hasil analisis para ahli menyebutkan bahwa faktor resiko
pemicu timbulnya kanker serviks adalah sebagai berikut:

1) Leher rahim terserang bekteri atau jamur sehingga terjadi infeksi


dalam waktu lama. Akibatnya, terjadi kerusakan sel sehingga sangat
besar kemungkinan terbentuk kanker. Jika hal itu terjadi, meskipun
tidak memiliki bakat kanker yang diturunkan dari keluarga
terdahulunya, wanita tersebut tetap beresiko terserang kanker rahim.
2) Wanita pernah atau sering melakukan hubungan seksual umur antara
20-30 tahun.
3) Wanita melakukan hubungan seksual dibawah umur 18 tahun.
4) Wanita pekerja seksual.
5) Wanita suka berganti-ganti pasangan.
6) Wanita memiliki riwayat menderita penyakit menular seks, terutama
Virus Human Papillomavirus (HPV).
7) Wanita terlalu banyak melahirkan anak.
8) Wanita perokok berat.
Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker leher rahim
jenis karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko meningkat 2 kali dengan
risiko tertinggi didapatkan pada orang yang merokok dalam jangka
waktu lama dengan intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak)
9) Ras
Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat
sebanyak 2 kali dari Amerika Hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-
amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga Amerika.
Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi
10) Faktor seksual dan reproduksi
Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan
dengan peningkatan risiko kanker leher rahim 2 kali dibandingkan
wanita yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.
Kanker leher rahim juga berkaitan dengan jumlah partner seksual.
Semakin banyak partner seksual maka semakin meningkat risiko
kanker leher rahim. Peningkatan paritas (jumlah kehamilan) juga
merupakan faktor risiko kanker leher rahim.
11) Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau
lebih) meningkatkan risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali.
Penggunaan metode kontrasepsi barrier (penghalang), terutama yang
menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan
penurunan angka kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan
karena penurunan paparan terhadap agen penyebab infeksi.
12) Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)
Pada wanita imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) seperti
transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat)
pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas
menjadi ganas).
13) Stress
Stress menghambat kemampuan kita untuk menghadapi penyakit, dan
selalu disebut berhubungan dengan kanker. Ini terjadi karena ketika
kita dalam keadaan stress, ketahanan tubuh kita menurun dan sel-sel
lebih rentan terhadap penyakit seperti penyakit kanker leher rahim
tersebut.

1.4 Tanda Dan Gejala


Tidak seperti kanker payudara, kanker serviks adalah kanker yang tidak
menimbulkan adanya benjolan. Namun, kanker ini bisa dirasakan keberadaannya
oleh penderita. Kemungkinan terserang kanker serviks dapat dipelajari dari gejala-
gejala sebagai berikut:
1) Keluar cairan encer dari vagina atau biasa disebut keputihan. Bahkan
pada stadium lanjut cairan tersebut berwarna kuning kemerahan dengan
bau sangat menyengat.
2) Sering timbul rasa gatal yang berlebihan di bagian dalam vagina.
Bahkan terkadang timbul koreng di bagian dalam vagina.
3) Sering timbul rasa nyeri dibagian bawah perut.
4) Sering terjadi perdarahan setelah melakukan hubungan seksual.
5) Sering terjadi perdarahan setelah memasuki masa menopause.
6) Munculnya kemerahan dan ruam pada vagina.

2.5 Stadium Karsinoma Serviks


Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :
 Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak
terdapat bukti invasi.
 Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks.
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus
uteri.
 Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah
rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel
tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
 Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologik menunjukkan invasi serviks uteri.
 Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga
mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para
servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
 Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium
masih bebas dari infiltrate tumor.
 TahapIIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi
belum sampai pada dinding panggul.
 Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau
telah meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit
nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding panggul.
Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat
oleh tumor.
 Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal
vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
 Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding
panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada tingkatan klinik I dan II,
tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
 Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan
secara histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar paanggul
atau ketempat - tempat yang jauh.
 Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
 Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
( Dr Imam Rasjidi, 2010 )

1.5 Pengobatan Kanker Serviks


Pada umumnya, kanker leher rahim berhasil diobati, apalagi bila
ditemukan secara dini.
1) Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear adalah salah satu cara pemeriksaan sel leher
rahim yang dapat mengetahui perubahan perkembangan sel leher
rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.
Pemeriksaan sel leher rahim dengan cara ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 40-an. Dengan adanya teknik pemeriksaan
ini, angka kematian karena kanker rahim turun sampai 75 %.
2) Operasi
Pada prinsipnya, operasi sebagai pengobatan kanker leher rahim
dilakukan apabila kanker belum menyebar. Bila tumor masih berada di
dalam jaringan serviks dan ukurannya masih < 3 mm, maka dilakukan
operasi ekstrafacial histerektomi. Biasanya, operasi ini resiko kambuh
dan penyebaran ke kelenjar getah bening adalah < 1%
3) Pengobatan dengan zat kimia (Khemoterapi)
Kemoterapi adalah suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk
membunuh sel kanker. Obat ini menyasar sel kanker dengan cara
merusak dan menghambat factor-faktor pertumbuhan sel. Pada
beberapa jenis obat kemoterapi yang konvensional efek obat kemo
tidak hanya berakibat pada sel kanker saja tapi juga pada sel yang
sehat. Sehingga sering kali muncul efek samping pasca pemberian
kemoterapi, contohnya adalah kebotakan, mual dan muntah. Obat
kemoterapi biasanya diberikan melalui intravena (IV) atau per oral.
Sebenarnya terdapat rute lain lagi yang bisa digunakan namun untuk
kanker serviks pemberiannya lebih umum dengan intravena atau
mulut.
Beberapa jenis kemoterapi yang biasanya digunakan pada pengobatan
kanker serviks adalah:

 Carboplatin
 Cisplatin
 Paclitaxel
 Fluorouracil (5FU)
 Cyclophosphamide
 Docetaxel
 Ifosfamide
 Gemcitabine

4) Vaksin HPV
Vaksin HPV saat ini sudah digunakan untuk mencegah kanker
leher rahim dan kutil kelamin karena HPV. Vaksin tersebut bekerja
dengan cara melindungi dari 4 tipe HPV yang paling sering
menyebabkan penyakit, yaitu tipe 6, 11, 16, dan 18, tipe yang
menyebabkan 70% kanker leher rahim dan 90% kutil kelamin. Vaksin
tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and Drugs Administration (FDA)
pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 –
26 tahun.
Vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam periode 6 bulan yaitu
pemberian awal, 2, dan 6 bulan berikutnya. Belum diketahui
keefektifannya pada wanita yang hanya menerima 1 atau 2 dosis saja.
Karena ini sangat penting diberikan 3 dosis penuh untuk para wanita.
Keefektifan vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5
tahun, seberapa lama vaksin ini dapat memberikan efek perlindungan
masih belum jelas. Sebaiknya vaksin diberikan sebelum kontak seksual
pertama atau sebelum wanita terekspos dengan HPV. Hal ini
disebabkan karena vaksin mencegah penyakit pada wanita yang belum
terkena satu atau beberapa tipe HPV yang dapat dilindungi oleh
vaksin. Vaksin ini tidak bekerja terlalu efektif pada wanita yang sudah
memiliki virus HPV di dalam tubuhnya sebelum menerima vaksin.
Efek samping paling umum adanya nyeri ketika disuntikkan. Vaksin
ini belum direkomendasikan pada wanita hamil karena masih sedikit
informasi mengenai keamananya pada wanita hamil. Vaksin HPV ini
hanya bersifat melindungi dari paparan yang belum terjadi, dan bukan
untuk mengobati. Skrining tetap diperlukan setelah memperoleh vaksin
HPV karena vaksin tidak melindungi untuk semua tipe HPV.
5) Terapi Radiasi Kanker Serviks
Terapi radiasi menggunakan energy tinggi seperti sinar-x untuk
menurunkan ukuran tumor atau membunuh sel kanker. Jenis
pengobatan ini dapat digunakan secara internal dengan material
radioaktif yang ditanam dalam bentuk implant dan dimasukkan pada
uterus atau secara eksternal dengan menggunakan mesin terapi radiasi.

2.8 Pencegahan Kanker Serviks


a) Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah
penularan penyakit infeksi menular.
b) Menghindari rokok
c) Tidak melakukan hubungan seksual dibawah umur 18 tahun.
d) Tidak melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan.
e) Vaksin HPV
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker serviks dapat menyerang seluruh wanita, namun dengan
menghindari faktor resiko penyakit ini dapat diminimalkan angka kejadiannya.
Penggunaan vaksin HPV juag termasuk upaya pencegahan terjadinya kanker
serviks.

3.1 Saran
Masih perlu dilakukan upaya untuk mencegah kanker serviks seperti
pemberian vaksin HPV oleh pemerintah secara gratis seperti di Negara maju.
Penulis berharap makalah ini juga dapat bermanfaat bagi seluruh wanita, terutama
di Indonesia tentang pengetahuan kanker serrviks.

Anda mungkin juga menyukai