Anda di halaman 1dari 16

PENGUKURAN KONSENTRASI URANIUM DALAM SAMPEL

TANAH MENGGUNAKAN DETEKTOR JEJAK NUKLIR

Kelompok 2

Disusun oleh:

Ahmad Topan Maulana J3L118076


Farhan Ghanu Juanda J3L218170
Gilang Kusuma Putra J3L218190
Muhammad Fadhilah J3L118017
Ricky Suhaimi J3L118008

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia dan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
yang berjudul “Pengukuran Konsentrasi Uranium dalam Sampel tana
menggunakan Detektor Jejak Nuklir” dengan baik dan tepat waktu. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan, saran, bimbingan,
doa dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan
ini penulis dengan senang hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ika Rosmeliana, M.Si selaku dosen Institut Pertanian Bogor.
2. Armi Wulanawati, M.Si selaku dosen Institut Pertanian Bogor.
3. Zulaeha, S.Si selaku asisten dosen Institut Pertanian Bogor.
4. Indah, S.Si selaku asisten dosen Institut Pertanian Bogor.
5. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan dan
semangat baik secara moral maupun materi kepada penulis.
6. Teman-teman yang terus memberi semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif guna
memperbaiki kesalahan yang ada dalam makalah ini. Harapan penulis adalah
semoga makalah ini dapat menjadi sebuah informasi yang sangat bermanfaat bagi
masyarakat. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap semoga
gagasan pada makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4. Mnfaat penelitian ...................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2
2.1. Uranium .................................................................................................... 2
2.2. Tanah ........................................................................................................ 4
2.3. Detektor Jejak Nuklir ............................................................................... 6
3. METODE ......................................................................................................... 7
4. HASIL DAN PEMBAASAN ........................................................................ 10
5. PENUTUP ..................................................................................................... 11
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 11
5.2. Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

Gambar 1. Cawan ditutupi dengan detektor (CR-39) ............................................. 9


Gambar 2. Iradiasi detektor dan sampel oleh sumber neutron. ............................... 9
Gambar 3. Foto dari trek dari sempel tanah yang diamati dari salah satu lokasi .. 10
Gambar 4. Konsentrasi uranium dalam sampel tana ............................................. 11

iii
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah adalah bagian atas kerak bumi dan terbentuk sebagai akibat dari
deformasi batuan oleh proses fisikokimia yang kompleks, yang meliputi
pelapukan, dekomposisi dan pergerakan air, sehingga tanah adalah hasil dari
tindakan cuaca dan aktivitas manusia pada batuan kerak di bumi. Tanah secara
alami bersifat radioaktif, karena kandungan mineralnya. Radioaktivitas alami
dapat sangat bervariasi dari satu jenis tanah ke jenis lain (White 2013).
Radioaktivitas alami pada tanah dapat mengandung suatu unsur yang bersifat
radioaktif seperti unsur uranium, khususnya tanah yang terletak di sekitar pusat
penelitian nuklir di Tuwaitha yang mungkin saja banyak mengandung unsur
radioaktifnya seperti uranium. Uranium alami mencakup banyak isotop, tetapi
yang paling penting adalah tiga isotop 238U, 235U, 234U. Semua isotop uranium
bersifat radioaktif, seingga uranium beracun bagi manusia dan hewan karena dua
alasan dasar: sebagai logam berat, ia memiliki efek kimia beracun, dan sebagai
emitor alfa, ia juga memiliki efek radioaktif. Paparan uranium dan senyawanya
dapat menyebabkan efek kesehatan yang merugikan karena bahaya radiologis
yang disebabkan oleh penyerapan radiasi yang dipancarkan dari uranium dan
produk pembusukannya. Paparan radiasi dapat berasal dari sumber eksternal, area
yang terkontaminasi uranium dari proyektil yang meleset dari targetnya, atau
mengendapkan uranium oksida yang dilepaskan dari tangki yang rusak serta dari
sumber internal, seperti uranium yang diambil dengan menghirup aerosol serta
menelan makanan atau air yang terkontaminasi.
Permasalahan yang diakibatkan oleh pencemaran atau efek radiaoktif sangat
mengganggu kesehatan manusia. Sehingga, dapat diantisipasi dengan mengetahui
konsentrasi uranium yang terdapat pada suatu tanah. Konsentrasi unsur uranium
dapat ditentukan dengan menggunakan detektor jejak nuklir CR-39 dalam satuan
part per million (ppm). Batas konstrasi uranium dalam suatu lingkungan seperti
tanah menurut batas yang diizinkan sekitar 11,7 ppm. Seingga, jika suatu daerah
memiliki konsentrasi lebih dari 11,7 ppm maka daerah tersebut harus ditangani dengan
serius karena dampak unsur radioaktif sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

1.2. Rumusan Masalah

Dari permasalahan tersebut dapat dirumuskan, daera mana yang memiliki


kontaminasi uraniun tertinggi, dan apaka konsentrasi daera tersebut berada diatas
atau dibawa batas nilai konsentasi uranium yang diizinkan?

1
1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan mendeskripsikan daera yang memiliki kontaminasi


uranium tertinggi dan mendeskripsikan asil pengukuran konsentrasi uranium yang
diperole

1.4. Mnfaat penelitian

Manfaat yang didapat adala pembaca dapat memaami pentingnya pengukuran


konsentrasi uranium yang dapat merusak keseatan dan alat yang digunakan pada
percobaan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uranium

Sejarah Uranium
Kaca berwarna kuning, mengandung lebih dari 1% uranium oksida dan
telah ditemukan di Naples Itali dengan perkiraan tahun pembuatan 79 S.M.
Klaproth mengenali unsur asing dalam pitchblende dan berusaha mengisolasi
logam tersebut pada tahun 1789.Tampaknya uranium diisolasi pertama kali oleh
Peligot pada tahun 1841, yang mereduksi anhidrat klorida dengan kalium.

Keterangan Unsur
Simbol :U
Radius Atom : 1.38
Volume Atom : 12.5 cm3/mol
Massa Atom : 238.029
Titik Didih : 4407 K
Radius Kovalensi : 1.42
Struktur Kristal : Orthorombic
Massa Jenis : 18.95 g/cm3
Konduktivitas Listrik : 3.6 X 106 omh-1cm-1
Elektronegtivitas : 1.38
Konfigurasi Elektron : [Rn] 5f3 6d1 7s2
Formasi Entlpi : 15.48 kJ/mol
Konduktivitas panas : 27.6 Wm-1K-1
Potensial Ionisasi : 6.05 V

2
Titik Lebur : 1408 K
Bilangan Oksidasi : 6,5,4,3
Kapasitas Panas : 0.12 Jg-1K-1
Entalpi Penguapan : 422.58 kJ/mol

Sumber Uranium
Uranium, tidak selangka yang diduga, bahkan lebih berlimpah daripada
raksa, antimon, perak, atau kadmium dan sama berlimpahnya seperti molibden
atau arsen. Uranium terdapat dalam sejumlah mineral seperti pitchblende,
uraninit, karnotit, autunit, uranofan dan tobernit. Juga terdapat pada batuan fosfat,
lignit, pasir monazit, dan bisa diperoleh dari semua sumber komersial ini.
Departemen Energi Amerika Serikat membeli uranium dalam bentuk yang dapat
diterima yakni U3O8 pekat. Program insentif ini telah meningkatkan persediaan
uranium yang ada. Uranium dapat dibuat dengan mereduksi uuranium halida
dengan logam alkali atau alkali tanah atau dengan mereduksi uranium oksida
dengan kalsium, aluminum atau karbon pada suhu tinggi. Logam ini juga bisa
dihasilkan dari proses elektrolisis KUF5 atau UF4, yang dilarutkan dalam
campuran CaCl2 dan NaCl yang dicairkan. Uranium dengan kemurnian tinggi
dapat dibuat dengan penguraian termal senyawa uranium halida dengan filamen
panas.

Sifat-sifat Uranium
Uranium memiliki tiga bentuk kristal yaitu: alfa (688 °C), beta (776 °C),
dan gamma. Uranium termasuk logam berat, berwarna putih keperak-perakan,
bersifat piroforik (mudah meledak di udara dan hidrogen dapat menambah
intensitas nyala) dalam kondisi halus. Uranium lebih lunak dariada baja, dan
dalam kondisi yang sangat halus, uranium mudah terlarut dalam air dingin.
Mudah ditempa dan sedikit paramagnetik. Di udara, uranium terlapisi dengan
oksidanya. Asam juga dapat melarutkan logamnya, dan tidak terpengaruh sama
sekali oleh basa.

Isotop Uranium
Uranium memiliki 16 isotop, yang semuanya bersifat radioaktif. Uranium
di alam memiliki kandungan 238U sebanyak 99.28305%, 235U sebanyak 0.7110%,
dan 234U sebanyak 0.0054%. Hasil studi menunjukkan bahwa persentase berat
235
U dalam uranium alam bervariasi tergantung sumber mineral. DOE Amerika
Serikat telah menetapkan nilai 0.711% sebagai persentase 235U dalam uranium
alamiah. Uranium di alam memiliki radioaktif yang cukup untuk menghitamkan
lembar fotografi dalam waktu satu jam. Kebanyakan panas bumi diduga terkait
dengan keberadaan uranium dan thorium.
238
U dengan masa waktu paruh 4.51 x 109 tahun, telah digunakan untuk
memperkirakan usia batuan gunung api. Sumber uranium, sebagai unsur di alam

3
dengan nomor tertinggi, kecuali kemungkinan adanya neptunium atau plutonium
belum dapat diketahui. Diperkirakan bahwa uranium adalah produk hasil
peluruhan unsur dengan massa atom yang lebih tinggi, yang hanya ada satu kali di
bumi atau di alam semesta. Unsur asli ini bisa jadi merupakan hasil masa purba,
dikenal sebagai big bang (ledakan maha dahsyat pada permulaan awal alam
semesta) yang terjadi di bintang-bintang.

2.2. Tanah

Banyak batasan (defenisis) yang dibuat orang tentang tanah. Defenisi


yang dukemukan disini adalah merupakan kombinasi yang dibuat oleh Jooffe dan
Marbut yang termasuk dua ahli ilmu tanah yang berkebangsaan dari Amerika
Serikat. Tanah adalah Tubuh Alam (natural body) yang terbentuk dan
berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural froces) terhadap
bahan-bahan alam (natural material) di permukaan bumi.
Konsentrasi aktivitas radionuklida tanah adalah salah satu penentu utama
dari radiasi latar belakang alami. Struktur geografis vulkanik serta batuan yang
kaya akan fosfat, granit dan garam mengandung radionuklida alami seperti
uranium-238, thorium-232 dan kalium-40. Ketika batu hancur melalui proses
alami, radionuklida dibawa di tanah oleh hujan dan aliran. Selain sumber alam,
tanah radioaktivitas juga dipengaruhi oleh aktivitas buatan manusia (Taskin,
2009).
Secara umum tanah tersusun dari empat komponen utama, 25 % ruang
pori-pori (pore space) terdiri atas udara , 25 % ruang pori-pori (pore space)
terdiri atas air, 45 % Fase padat (bahan mineral), 5 % bahan Organik. Dalam
kondisi alam, Perbandingan antara udara dan air selalu berubah-ubah tergantung
pada iklim dan faktor lainnya (Hakim, 1986).
Tanah yang terbetuk dipermukaan bumi secara langsung atau tidak,
berkembang dari bahan mineral dan batuan-batuan. Melalui proses pelapukan,
baik secara fisik maupun kimia dibantu oleh pengaruh atmosfer, maka batu-
batuan berdisintegrasi dan terdisintegrasi menghasilkan bahan induk lepas dan
selanjutnya, dibawa pengaruh proses-proses pedogenetik berkembang menjadi
tanah (Hakim 1986), dan di ikuti oleh proses pencampuran bahan organik dan
bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan dari
bahan-bahan tanah dari bagian atas tanah ke bagian bawah dan berbagai proses
lain yang dapat menghasilkan horizon-horizon tanah (Hardjowigeno, 2007).
Ada lima Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembentukan Tanah Yaitu:
1) Iklim
Perkembangan profil tanah sangat dipengaruhi oleh iklim terutama curah
hujan dan temperatur. Kedua faktor ini menentukan reaksi-reaksi kimia dan sifat
fisik di dalam tanah. Secara tidak langsung, curah hujan mempengaruhi reaksi

4
tanah. Curah hujan yang tinggi terutama di daerah tropis dapat mencuci kation-
kation basa dari lapisan permukaan tanah (top soil) ke lapisan tanah yang lebih
dalam. Akibatnya, top soil lebih banyak didominasi oleh ion-ion Al dan H,
sehingga akibatnya pH tanah akan turun pada top soil sampai mencapai nilai 4,5
atau lebih kecil. Dalam suasana pH demikian masam, dekomposisi mikrobiologis
bahan organik tanah akan terbatas. Sisa-sisa tanaman yang ditambahkan ke dalam
tanah sangat lambat lapuk. Adanya curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah
tropik, menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan
pencucian berjalan cepat. Akibatnya banyak tanah di Indonesia telah mengalami
pelapukan lanjut, rendah kadar unsur hara, dan bereaksi masam. Di daerah-daerah
beriklim lebih kering seperti di Indonesia bagian timur, pencucian tidak berjalan
intensif sehingga tanahnya lebih tinggi kadar basa-basanya.

2) Organisme
Akumulasi bahan organik, siklus hara, dan pembentukan unsur tanah
sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme. Pengaruh organisme dalam proses
pembentukan tanah tidaklah kecil. Alkumulasi bahan organik, siklus unsure hara,
dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan
organisme dalam tanah. Unsur nitrogen, dapat diikat ke dalam tanah dari udara
oleh mikroorganisme baik yang hidup sendiri di dalam tanah maupun yang
bersimbiose dengan tanaman. Vegetasi yang tumbuh di atas tanah, dapat
merupakan penghalang untuk terjadinya erosi sehingga mengurangi jumlah tanah
yang hilang. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman juga
sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Jenis-jenis cemara, akan
memberikan kation kation logam seperti Ca, Mg, dan K yang rendah. Siklus unsur
hara di bawah tanaman-tanaman tersebut adalah rendah dibanding dengan
tanaman berdaun lebar yang banyak mengandung basa-basa. Akibatnya, tanah di
bawah pohon pinus biasanya lebih masam dari pada di bawah pohon jati.
Pencucian basa-basa, biasanya lebih intensif pada tanah-tanah di bawah pohon
pinus.

3) Bahan Induk
Susunan kimia dan mineral bahan induk sangat mempengaruhi intensitas
pelapukan dan sifat tanah Perkembangan suatu tanah akan tergantung pada jenis
bahan induk yang menentukan sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang dihasilkan.
Batuan beku yang bersifat masam, quartzose, dan stand stone biasanya melapuk
sangat lambat. Pelapukannya menghasilkan tanah-tanah berpasir kasar dengan
status basa yang rendah, didominasi oleh liat kaolinit, dan tanahnya tidak subur.
Sebaliknya, batuan beku yang berekasi basa dan batuan sedimen umumnya mudah
melapuk dan menghasilkan tekstur lebih halus dengan status basa tinggi,
didominbasi oleh liat montmorillonit, dan tanahnya umumnya subur. Bahan induk
batuan kapur murni (pure limestone) yang keras, biasanya menghasilkan tanah

5
yang berpasir dangkal (terra rossa). Sebaliknya, batuan kapur lembut yang tidak
murni (inpure soft limestones) menghasilkan solum yang agak dalam dan
bertekstur lebih halus.

4) Relief
Perbedaan tinggi atau bentuk wilayah atau bentang lahan.

5) Waktu
Banyaknya waktu untuk membentuk tanah berbeda-beda, tergantung struktur
batuan. Pada Gunung Krakatau letusan tahun 1983, membentuk horizon A setebal
25 cm selama 100 tahun (1883-1983) pada kondisi tidak terjadi erosi. Jika bagian
yang terjadi erosi Lapisan horizon A setebal 5 cm (Hardjowigeno, 2007).

2.3. Detektor Jejak Nuklir

Detektor jejak nuklir adalah teknik yang banyak digunakan di antara


berbagai metode yang dikenal untuk deteksi radiasi nuklir. Metode ini berutang
popularitasnya terutama karena kesederhanaan, efektivitas biaya dan kapasitas
untuk menyimpan catatan permanen. Meskipun mineral dan gelas telah diuji
sebagai detektor jejak nuklir, sensitivitas bahan plastik yang lebih tinggi terhadap
banyak partikel bermuatan dan kemudahan pengembangan dan evaluasi trek telah
membuat bahan plastik lebih populer sebagai detektor jejak nuklir (Mascarenhas,
2006). CR-39 (Polyallyl diglycol carbonate) adalah detektor jejak nuklir yang
umum digunakan. Detektor CR-39 banyak digunakan di berbagai cabang ilmu
seperti fisika nuklir, dosimeter radon, dan eksperimen radiobiologis (Al-Ubaidi
2015). Ditemukan pada tahun 1978 oleh Cartwright, Syirik dan Price.
Kepadatannya adalah 1,32 g.cm-3. Monomer mengandung dua grup Allyl yaitu
(CH2 = CH – CH2). Bentuk kimia untuk CR-39 dapat ditulis sebagai (C12H18O7)
yang memiliki struktur seagai berikut:

Detektor (CR-39) memiliki efisiensi tinggi untuk merekam trek dibandingkan


dengan detektor lain dan memiliki beberapa spesifikasi sebagai (Al-Baidhani,
2006) :

1) Optik transparan
2) Sangat sensitif terhadap radiasi
3) Sangat isotropik dan homogen

6
4) Tidak melakukan ikatan silang setelah kerusakan radiasi merusak ikatan
kimianya
5) Memiliki etsa kimia non-pelarut
6) Polimer ini tahan hampir untuk semua pelarut, dan terhadap pemanasan
Lemahnya hubungan karbon meningkatkan sensitivitas detektor terhadap
radiasi karena mudah pecah ketika terkena radiasi. Tingkat biaya terendah
dapat dideteksi dalam CR-39 (Al-Ubaidi, 2006)

3. METODE

Sampel tanah diambil dari lokasi yang berbeda di sekitar pusat penelitian
nuklir Al-Tuwaitha di irak, seperti yang di tunjukan pada table (2). Setelah
pengambilan sampel, sampel di bersihkan dan di oven untuk di keringkan pada
suhu 80°C dengan waktu 2 jam sampai berat constant didapatkan, sampel kering
di haluskan sampai jadi bubuk dan di letakkan pada alat mesh standar dengan
ukuran 75 µm. 0,5 gm sampel di tekan kedalam wadah berdiameter 1cm dan tebal
2 mm.

Tabel 1 Menujukan lokasi dan koordinat (GPS) dari sampel


No Kode Lokasi koordinat
1 S1 Taha mosque near 33°12'59.0"N
S2 square Salman 44°32'59.3"E
2 S3 Stores of the Center for 33°13'15.9"N
S4 Research AL-Tuwaitha 44°32'22.7"E
3 S5 Municipal Council from 33°13'12.3"N
S6 front of AL-Tuwaitha 44°31'31.3"E
N.R.C.
4 S7 Ibn Zahr hospital near 33°13'25.4"N
S8 AL-Tuwaitha Research Center 44°30'39.4"E
5 S9 Beginning AL-Tuwaitha 33°13'19.6"N
S10 N.R.C. 44°30'40.7"E
6 S11 End AL-Tuwaitha 33°12'14.3"N
S12 N.R.C. 44°29'42.3"E
7 S13 Towers high-pressure behind 33°10'55.7"N
S14 the ALTuwaitha 44°30'01.5"E
S15 N.R.C.
8 S16 An agricultural area near 33°10'40.6"N
S17 to the high-pressure 44°29'49.8"E
Towers
9 S18 Al Bustan near the end 33°12'05.3"N
S19 of the AL-Tuwaitha 44°29'39.4"E
S20 N.R.C.
10 S21 Department liquefaction 33°12'54.5"N
S22 water near AL-Tuwaitha 44°30'17.5"E

7
N.R.C.
11 S23 Near a large mound of 33°12'37.0"N
S24 dirt AL-Tuwaitha 44°30'36.2"E
S25 N.R.C.
S26

12 S27 Jabir Ibn Abdullah 33°12'37.0"N


Ansari neighborhood 44°30'36.2"E
S28
(farm A)
13 S29 Jabir Ibn Abdullah 33°11'50.5"N
S30 Ansari neighborhood 44°32'39.0"E
(farm B)
14 S31 Jabir Ibn Abdullah 33°11'43.8"N
S32 Ansari neighborhood 44°32'41.7"E
(farm C)
15 S33 Jabir Ibn Abdullah 33°11'39.9"N
S34 Ansari neighborhood 44°32'34.1"E
(farm D)
16 S35 Ishtar region near ALTuwaitha 33°11'32.9"N
S36 N.R.C. 44°31'49.3"E
17 S37 Al -Waredya region near AL- 33°11'16.3"N
Tuwaitha N.R.C. 44°32'22.5"E

*(N.R.C) = Nuclear Research Center

wadah yang telah ditutupi dengan detektor (CR-39) seperti yang ditunjukan pada
gambar (2) dan letakkan di piring lilin parafin pada jarak (5cm) dari sumber
neutron (241Am-9Be) seperti yang ditunjukkan Gambar. (3), dengan fluks (105
n.cm-2.s.-1) dan fluence neutron termal (6.048x1010 n.cm-2) selama (7 hari),
untuk mendapatkan fragmen fisi terinduksi sesuai dengan persamaan (1):
235
92U + 10n (Thermal)
→ 235 1
92U*→ f.f.+(2 → 3) 0n + Q (1)

Setelah iradiasi detektor trek CR-39 dan sampel, proses etsa ke detektor CR-39
dilakukan untuk menunjukkan trek fisi. Operasi ini untuk penggunaan larutan
natrium hidroksida NaOH sebagai larutan etsa, dengan normalitas (6,25N) dan
suhu (60oC) selama (3,5 jam). Setelah waktu etsa (3,5 jam), detektor diambil dari
larutan etsa dengan forsep dan dicuci dengan air suling dan kemudian
dikeringkan.

8
Gambar 1. Cawan ditutupi dengan detektor (CR-39)

Gambar 2. Iradiasi detektor dan sampel oleh sumber neutron.

Setelah proses etsa, dilanjutkan dengan proses pengamatan lintasan dengan


mikroskop optik: (Novel) dibuat di Cina: Ia mampu memberikan pembesaran oleh
objektif (4x, 10x, 40x dan 100x) dan dua eyepieces (10x) untuk mengukur jumlah
jejak nuklir. penghitungan jejak fragmen fisi nuklir dan alfa partikel di permukaan
detektor, kepadatan lintasan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
Nave
Tracks density (ρ) = (2)
A

Diketahui
Nave : Jumlah rata-rata dari lubang (trek)
A : Area tampilan bidang

Contoh dari foto trek yang diamati dengan sampel ditunjukkan pada Gambar (3).

9
Gambar 3. Foto dari trek dari sempel tanah yang diamati dari salah satu lokasi

Konsentrasi uranium dalam sampel tanah diukur dengan membandingkan antara


kepadatan lintasan yang terdaftar pada detektor sampel dan sampel geologi
standar sesuai dengan:

CX= Cs(ρx/ ρs)


Cx= ρx / slope

Diketahui
CX : konsentrasi uranium dalam sampel yang tidak diketahui (ppm).
Cs : konsentrasi uranium dalam sampel standar (ppm).
ρx : Trek densitas dari sampel yang tidak diketahui (tracks/mm2).
ρs : Trek densitas dari sampel standar (tracks/mm2).

Gambar (3) Menunjukkan hubungan antara konsentrasi uranium dan kerapatan


jejak dalam sampel standar tanah.

4. HASIL DAN PEMBAASAN

Penentuan konsentrasi uranium dengan detektor jejak nuklir dilakukan dengan


menggunakan sampel tanah dari daerah sekitar pusat penelitian di Tuwaitha.
Penentuan ini dilakukan untuk menentukan tingkat kontaminasi uranium dari
daerah-daerah tersebut. Penentuan konsentrasi uranium telah dihitung dengan
menggunakan teknik perhitungan jejak fragmen fisi nuklir dengan menggunkan
detektor jejak nuklir CR-39. Pemilihan daerah-daerah yang dilakukan didasarkan
pada beberapa faktor yaitu: karena daerah tersebut mengelilingi pusat nuklir di
Tuwaitha yang berisi beberapa reaktor nuklir dan karena pusat penelitian nuklir di

10
Tuwaitha dijarah oleh beberapa populasi selama perang di Irak yang
memungkinkan daerah disekitarnya terkontaminasi.

Gambar 4. Konsentrasi uranium dalam sampel tana

Hasil analisis data yang diperoleh dari daerah-daerah di sekitar pusat


penelitian nuklir di Tuwaitha yaitu di temukan konsentrasi uranium dalam sampel
tanah mulai dari (1,07 ± 0,46 ppm) dalam sampel tanah dengan kode (S 29), yang
terletak di daerah (lingkungan Jabir Ibnu Abdulla Ansari sampai (4.20 ± 0.50
ppm) dalam sampel tanah dengan kode (S 36), yang terletak di daerah isthar dekat
AL-Tuwaita N.R.C. Rata-rata yang tertimbang sama dengan (2.40 ± 0.22 ppm),
hasil tersebut berada dalam batas yang diizinkan yaitu 11,7 ppm (UNSCEAR
1993).

5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dampak radioaktif dari unsur uranium telah terbukti sangat berbaaya bagi
keseatan manusia sehingga sangat penting untuk mengetaui konsentrasi unsur
radioaktif di suatu lingkungan kususnya tanah. Dengan detektor jejak nuklir CR-
39 dan peritungan jejak fragmen fisi nuklir dapat diperoleh pengukuran
konsentrasi uranium pada tanah dengan satuan part per million (ppm) kususnya di
daerah sekitar pusat penelitian di Tuwaitha. Konsentrasi uranium tertinggi dalam
sampel tanah terdapat pada sampel tanah dengan kode sampel (S 36) yaitu daerah
Isthar dekat Al-Tuwaita N.R.C dengan konsentrasi sebesar (4.20 ± 0.50 ppm).
Konsentrasi di daerah tersebut masih dibawah nilai batas konsentasi uraniaum

11
yaitu 11,7 ppm, walaupun konsentrasi daerah tersebut masih dibawah batas
konsentrasi yang telah ditentukan. Namun, penduduk di daerah tersebut harus
berhati-hati karena penduduk di daerah tersebut paling rentan terkena dampak dari
radioaktif kususnya radioaktif dari unsur uranium.

5.2. Saran

Daearah-daerah yang terkontaminasi uranium meskipun dalam batas yang


diizinkan. Namun, tidak boleh diabaikan karena rasio uraniumnya realtif tinggi
yang dapat menggangu keseatan manusia. Sehingga disarankan untuk diproses
dengan segala cara agar konsentrasi uranium yang relatif tinggi dapat diturunkan
atau bahkan dihilangkan, khususnya daerah-daerah yang memiliki konsentrasi
uranium yang cukup tinggi seperti di daerah isthar dekat Al-Twaitha N.R.C.

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2017. Uranium: Sejarah, Sifat, dan Fungsi.


https://www.mastah.org/uranium-u-sejara-sifat-dan-fungsi [diunduh 2019
maret 29]

Hakim N., M. Y. Nyakta, A.M. Lubis, S.G Nugroho, M.R Saul, M.A Diha, G.B
Hong, H. Bailley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,
Lampung

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta


Kasifah. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. ResearcGate: 1-60
R. E. White, (2013), Principles and practice of soil science: the soil as a natural
resource. (John Wiley & Sons).
H. Taskin and et al. , (2009), "Radionuclide concentrations in soil and lifetime
cancer risk due to gamma radioactivity in Kirklareli Turkey", Journal of
environmental radioactivity, Vol.100(1), (49-53).
A. A. Mascarenhas and et al. , (2006), "New polymers for solid state nuclear track
detection", Radiation measurements, Vol.41(1), (23-30).
K. H. AL-Ubaidi, S. K. Nasri and Z. A. Saudany, (2015), "Natural Radionuclides
and Hazards in Water and Sediment Samples of Tigris River in Al-
Amara city - Maysan - Iraq", Advances in Physics Theories and
Applications, Vol.44 (117-122).
K. H. Al-Ubaidi, (2006), “Identification and Measurements of Natural and
Industrial Radioactive Pollutants in Environment of Baghdad City using

12
Gamma Spectrometry and Solid State Nuclear Track Detector CR-39
”,PhD Thesis, Ibn Al-Haitham College,Baghdad University , Iraq.
M. A. Al-Baidhani, (2006), “Determination of the Radioactivity in Soil and Water
in Baghdad, Karbala and Basrah Samples”,M. Sc Thesis, AL-Nahrain
University College of Science.
(UNSCEAR) United Nations Scientific Committee on the effect of Atomic
Radiation, (1993), “Sources, Effect, and Risks of Ionizing Radiation”,
(Report to the general Assembly with Scientific Annexes, United
Nation).

13

Anda mungkin juga menyukai