OLEH :
Kelompok 7
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
I. PENDAHULUAN
Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua. Ini
merupakan proses normal yang terjadi seumur hidup kita. Setelah itu bilirubin menuju ke
usus dan ginjal lalu keseluruh tubuh. Jika terlalu banyak bilirubin yang dilepaskan ke
seluruh tubuh bayi maka itu menyebabkan warna kuning yang disebut hiperbilirubin.
Hiperbilirubinemia merupakan peninggian kadar bilirubin darah yang melampaui 1 mg/dl.
Jika kadar mencapai lebih dari 2 mg/dl, maka bilirubin berdifusi ke dalam jaringan.
Bilirubin dalam jaringan tsb akan berubah warna menjadi kuning, disebut ikterus
(jaundice). (Wilma, 2016)
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian
neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan
bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi
kurang bulan. Ikterus merupakan salah satu penyakit yang berkaitan dengan sistem imun.
Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan
gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus
harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama
kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.
Bilirubin direk yaitu bilirubin yang ditranspor ke liver berupa bilirubin direk yaitu
bilirubin yang melekat pada albumin. Bilirubin direk yang terikat pada albumin tidak larut
dalam air, karenanya tidak didapati di urin. Nilai normal bilirubin direk adalah 0,1-0,4 g/dt.
Dalam liver bilirubin direk akan dilepas dari ikatannya dengan albumin dan akan berikatan
dengan asam glukuronat membentuk bilirubin indirek. Semua bilirubin indirek ini akan
dikumpulkan dalam empedu dan dalam keadaan normal tidak ada dalam plasma darah.
Adanya bilirubin indirek dalam plasma darah menunjukkan adanya keadaan tidak normal.
Karena bilirubin indirek larut dalam air maka bilirubin bisa didapati di dalam urin. Adanya
bilirubin di dalam win disebut bilirubinuria, hal ini selalu patotogis. (Wilma, 2016)
Bilirubin indirek yang ada dalam empedu di usus akan dipecah oleh bakteri usus
menjadi sterkobilinogen sebagian kecil sterkobilinogen akan diserap kembali oleh usus
masuk ke dalam darah dan diekskresi kembali melalui empedu, namun ada yang tetap
dalam plasma dan terbawa ke ginjal diekskresi ke dalam urin berupa urobilinogen dan
urobilin. Jadi, urobilin dan urobilinogen dalam keadaan normal bisa didapati di urin.
Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam usus akan diubah menjadi
sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja berwarna cokelat. Tinja yang
warnanya pucat kemungkinan ada obstruksi empedu. Zat-zat pada cairan empedu yang
berwarna adalah, bitirubin, urobilin, sterkobilin, sedangkan yang tidak berwarna adalah
urobilinogen, sterkobilinogen. (Wilma, 2016)
Pemeriksaan bilirubin total merupakan pengukuran jumlah total bilirubin dalam
darah, meliputi bilirubin tak terkonjugasi dan terkonjugasi. Bilirubin dibentuk dari
pemecahan haem pada sistem retikuloendotelial. Bilirubin akan terikat dengan albumin dan
bersikulasi di dalam darah, kemudian dikonjugasi dan disekresi oleh hati. Bilirubin
terkonjugasi bersifat larut dalam air, sehingga dapat ditemukan di dalam urin. Sementara,
bilirubin tak terkonjugasi tidak dapat larut di dalam air. (Rifqa Nuzuel. 2012.)
Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi
eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfusi, atau
eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan
kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin
indirek. Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk
0,1 – 0,4 mg/dl (). (Rifqa Nuzuel. 2012)
2. Bilirubin Total
Tabung Absorbansi Kadar bilirubin interpretasi
Tabung I (blanko) 0,001
Tabung II (standar) 0,335
Tabung III (control) 1,0 mg/dl Range 0,92-1,32
mg/dl
Tabung IV (sampel 0,8 mg/dl Normal
mahasiswa)
Tabung V (sampel rs) 1,2 mg/dl Normal
V. PEMBAHASAN
Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning yang merupakan produk utama dari hasil
perombakan heme dari hemoglobin yang terjadi akibat perombakan sel darah merah oleh
sel retikuloendotel. Selain sebagai hasil pemecahan eritrosit, juga di hasilkan dari
perombakan zat-zat lain. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan melalui
cairan empedu. Tingkat kelebihan nya dalam darah (hiperbilirubinemia) dapat
mengindikasikan kerusakan hati. Tingkat bilirubin normal adalah di bawah 1.3mg. Tata
laksana hiperbilirubinemia bertujuan untuk mencegah agar kadar bilirubin indirek dalam
darah tidak mencapai kadar yang neurotoksik. Tata laksana terkini, meliputi pemberian air
susu ibu (ASI), fototerapi, dan tranfusi tukar. Penggunaan fototerapi sebagai salah satu
terapi hiperbilirubinemia telah dimulai sejak tahun 1950 dan efektif dalam menurunkan
insiden kerusakan otak (kern ikterus) akibat hiperbilirubinemia. Keuntungan fototerapi,
antara lain, tidak invasif, efektif, tidak mahal, dan mudah digunakan. Fototerapi
mengurangi hiperbilirubinemia melalui proses fotoisomerisasi dan isomerisasi structural.
(Surya Dewi, Kardana, & Suarta, 2017)
Kadar bilirubin adalah kadar bilirubin total darah, yaitu bilirubin terkonjugasi dan
bilirubin tidak terkonjugasi. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau
spektrofotometri yang mengukur intensitas warna azobilirubin. Satuan yang digunakan
mg/dL (skala ratio). Fototerapi adalah terapi sinar yang dilakukan untuk mengubah bentuk
isomer bilirubin sehingga dapat larut dalam air (skala nominal). Usia pascanatal adalah
usia dari bayi dilahirkan hingga mengalami kuning, dinyatakan dalam satuan hari (skala
ordinal). Pada praktikum pemeriksaan bilirubin total dan direct menggunakan 2 sampel,
sampel I berasal dari mahasiswa atas nama Ni Luh Made Andriyani (Perempuan/19 Tahun)
didapatkan hasil bilirubin total 0,8 mg/dL (normal) dan bilirubin direct 2,4 mg/dL (diatas
range normal). Pada sampel II menggunakan serum pasien rumah sakit didapatkan hasil
bilirubin total 1,2 mg/dL (normal) dan bilirubin direct 5,3 mg/dL (diatas range normal).
(Surya Dewi et al., 2017)
Bilirubin disebutkan memiliki peran sebagai biomarker yang potensial dan target
terapi pada nefropati diabetic. Bilirubin yang rendah akan berdampak pada rendahnya efek
anti oksidan lipofilik dan beresiko meningkatkan oksidasi lipoprotein salah satunya adalah
Lp(a). Peningkatan kadar lipoprotein a menunjukkan kerusakan fungsi ginjal lebih cepat
dalam 2 tahun yang di nilai dengan kreatinin serum dan perhitungan glomeruli filtration
rate (GFR). (Faradilla, Siregar, & Dalimunthe, 2018)