Anda di halaman 1dari 13

PORTOFOLIO IV

KASUS PSIKIATRI

Gangguan Anxietas Menyeluruh

Disusun sebagai syarat kelengkapan program dokter internship


oleh :
dr. Ayu Hutami Syarif

Pendamping:
dr. Hadjerah S Amry, M.Kes

RSUD I Lagaligo
PROVINSI SULAWESI SELATAN
2018
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Nama peserta : dr. Ayu Hutami Syarif


Dengan judul/topik : Gangguan Anxietas Menyeluruh
Nama pendamping : dr. Hadjerah S Amry, M. Kes
Nama wahana : RSUD I Lagaligo, Sulawesi Selatan

No Nama Peserta Presentasi No Tanda Tangan

1 dr Sudarman Arung Tiku 1

2 dr Citra Lady Angga Dewi 2

3 dr Ayu Hutami Syarif 3

4 dr Aryan Permata Putri 4

5 5
dr Citra Lady Angga Dewi
6 dr Kelik Ismi 6

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

(dr. Hadjerah S Amry, M.Kes)

BORANG PORTOFOLIO I
No. ID dan Nama Peserta : dr. Ayu Hutami Syarif
No. ID dan Nama Wahana : RSUD I lagaligo
Topik : Gangguan Anxietas Menyeluruh
Tanggal (kasus) : 19 Februari 2018 Presentan : dr. Ayu Hutami Syarif
Tanggal presentasi : 1 April 2018 Pendamping : dr. Hadjerah S Amry,
M.Kes
Tempat presentasi : Aula Mini RSUD I Lagaligo
Obyektif presentasi :
Keilmuan  Keterampilan Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus Bayi Anak  Remaja Dewasa Lansia  Bumil
 Deskripsi/anamnesia :
Seorang laki-laki umur 22 tahun datang ke UGD dengan sering merasa jantungnya
berdebar-debar dan berkeringat berlebih yang dialami sejak 6 bulan terakhir dan
memberat 2 bulan ini. Pasien juga mengeluh sering merasa gelisah dan disertai
nyeri di bagian ulu hati dan kadang merasa sesak. Saat ini pasien tidak
bekerja.pasien pernah kuliah di Palopo selama 2 semester namun berhenti karena
alasan ekonomi. Akan tetapi 2 bulan terakhir ini pasien sering merasa gusar dan
gelisah. Pasien awalnya merasa gelisah akan nasib ekonomi keluarganya. Pasien
sering terbangun tengah malam dan sulit tidur lagi. BAK: lancar, BAB: konsistensi
biasa

 Tujuan : Menegakkan diagnosis dan memberikan pengobatan sesuai etiologi dan


riwayat penyakit, menurunkan morbiditas serta mencegah komplikasi
penyakit.
Bahan bahasan :  Kasus  Tinjauan Pustaka  Riset  Audit
Cara membahas :  Diskusi  Presentasi dan diskusi  E-mail  Pos
Data pasien : Nama : Tn R No. Registrasi : 128529
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Seorang laki-laki umur 22 tahun datang ke UGD dengan sering merasa
jantungnya berdebar-debar dan berkeringat berlebih yang dialami sejak 6 bulan
terakhir dan memberat 2 bulan ini. Pasien juga mengeluh sering merasa gelisah dan
disertai nyeri di bagian ulu hati dan kadang merasa sesak. Saat ini pasien tidak
bekerja.pasien pernah kuliah di Palopo selama 2 semester namun berhenti karena
alasan ekonomi. Akan tetapi 2 bulan terakhir ini pasien sering merasa gusar dan
gelisah. Pasien awalnya merasa gelisah akan nasib ekonomi keluarganya. Pasien
sering terbangun tengah malam dan sulit tidur lagi. BAK: lancar, BAB: konsistensi
biasa
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
o Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

3. Riwayat Psikososial:
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : belum bekerja
Perkawinan : belum menikah
Kebiasaan :-
4. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya.
5. Riwayat Asupan Makanan :
Makanan biasa
Daftar Pustaka :
1. Mansjoer, A., dkk. Gangguan kecemasan. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
Ketiga. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2000 : 207-9.
2. Panggabean, L. Pengembangan kesehatan perkotaan ditinjau dari aspek
psikososial. (makalah). Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat Departemen
Kesehatan RI. 2003.
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui definisi, etiologi & manifestasi klinis Gangguan Anxietas Menyeluruh
2. Menegakan diagnosis Gangguan Anxietas Menyeluruh
3. Mengetahui tatalaksana Gangguan Anxietas Menyeluruh
4. Mengetahui pencegahan & komplikasi Gangguan Anxietas Menyeluruh
5. Edukasi kepada pasien tentang Gangguan Anxietas Menyeluruh

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subyektif :
Seorang laki-laki umur 22 tahun datang ke UGD dengan sering merasa jantungnya
berdebar-debar dan berkeringat berlebih yang dialami sejak 6 bulan terakhir dan
memberat 2 bulan ini. Pasien juga mengeluh sering merasa gelisah dan disertai nyeri
di bagian ulu hati dan kadang merasa sesak. Saat ini pasien tidak bekerja.pasien
pernah kuliah di Palopo selama 2 semester namun berhenti karena lasan ekonomi.
Akan tetapi 2 bulan terakhir ini pasien sering merasa gusar dan gelisah. Pasien
awalnya merasa gelisah akan nasib ekonomi keluarganya. Pasien sering terbangun
tengah malam dan sulit tidur lagi. BAK: lancar, BAB: konsistensi biasa

2. Obyektif :
Keadaan Umum : Tampak Sakit sedang, lemah
Tanda-Tanda Vital
Kesadaran : Compos mentis
o TD : 110/70 mmHg
o N : 124 kali/menit, regular, kuat angkat
o P : 24 kali/menit, tipe thoracoabdominal, simetris kiri=kanan.
o S : 36,6°C (axilla)
Status Generalis
Kepala :
o Telinga : Otore (-), perdarahan (-)
o Mata : Anemis (-), sklera tidak ikterus, .
o Hidung : Rinorhea (-), epistaksis (-)
o Bibir : Tidak tampak sianosis, bibir kering(-).
Leher :
o Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak massa tumor.
o Palpasi : Pembesaran KGB (-), Nyeri tekan (-), kaku kuduk (-)
Thorax :
o Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri=kanan,
o Palpasi : Krepitasi (-)
o Perkusi : Sonor. Batas paru hepar ICS V kanan.
o Auskultasi : Vesikuler. BT: Wh-/-, Rh-/-
Jantung
o Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
o Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
o Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal.
o Auskultasi : Bunyi jantung I/II dalam batas normal, bising (-)
Status lokalis (Abdomen)
o Inspeksi : datar, ikut gerak napas,
o Auskultasi : Peristaltik (+) menurun
o Palpasi : nyeri tekan(-)
massa tumor (-), Lien tidak teraba. Hepar tidak teraba.
o Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-).
Vertebra
o Inspeksi : Alignment tulang baik, tidak tampak massa tumor. warna kulit sama
dengan sekitarnya.
o Palpasi : tidak teraba massa tumor.
Ekstremitas : udem (-)
Status Mentalis:
Penampilan : tampak seorang wanita memakai baju kain polos berwarna abu abu
dan rok berwarna hitam, memakai jilbab bermotif bunga abu
abu, tampak sesuai umur, cukup rapi.
Kontak : (+) mata, verbal.
Psikomotor : cukup tenang.
Verbalisasi : menjawab bila ditanya, intonasi biasa.
Afek : wajar
Ggn. Persepsi : tidak ada
Ggn. Isi Pikir : observasi.

Pemeriksaan Laboratorium:

DARAH RUTIN HASIL NILAI RUJUKAN


RBC 5.170.000 4.500-5.500 x 103

WBC 8.570 4,0-10,0 x 103


HB 13.3 12,0 – 16,0 x 103
TROMBOSIT 378.000 150-400 x103

Gangguan Anxietas/Kecemasan Menyeluruh.


DEFENISI GANGGUAN CEMAS
Menurut Sadock dan Virginia (2007) gangguan cemas adalah keadaan seseorang
menalami perasaan gelisah atau cemas dengan aktivitas sistem syaraf otonom dalam
berespon terhadap suatu ancaman tertentu.
Selain itu menurut Miraz, L (2010) gangguan cemas merupakan keadaan yang
ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan keluhan somatik yang
diperlihatkan dengan hiperaktivitas sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang
tidak spesifik yang sering ditemukan dan seringkali merupakan suatu emosi yang normal.
Gangguan cemas dan ketakutan sering disalahartikan. Ketakutan biasanya timbul
akibat adanya ancaman yang spesifik, sedangkan gangguan cemas timbul akibat adanya
ancaman yang belum jelas. Perasaan tidak berdaya dan tidak adekuat dapat terjadi, disertai
perasaan terasing dan tidak aman. Intensitas perasaan ini dapat ringan atau berat dan kadang
bisa menimbulkan kepanikan (Sadock dan Virginia, 2007).
TEORI
Teori gangguan cemas dibedakan menjadi dua ( Sadock dan Virginia) yaitu :
a. Teori Psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal , yang mwnadarkan ego untuk
mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri misal dengan
menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan
keseimbangan psikologis tanpa adanya gejala cemas. Jika represi tidak berhasil
sebagai suatu pertahanan, maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain, misalnya
konversi, rgresi.
b. Teori Perilaku
Teori ini mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu respon terhadap stimuli
lingkungan keluarga.
c. Teori Eksistensial
Suatu konsep dan teori , bahwa bial seorang sadar akan adanya kehampaan yang
menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan
tentang kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari.
Kecemasan adalah respons seseorang terhadapa kemampuan eksistensi tersebut.
B) Teori Biologis
a. Sistem Saraf Otonom
Stimuli sistem saraf otonom menimbulkan gejala gejala tertentu, seperti
takikardi, nyeri kepala, diare dan sebagainya.
b. Neurotransmitter
Tiga neurotransmitter yang berperan dalam gangguan cemas yaitu :
norepinefrin, serotonin dan gammma-aminobutyric acid.
c. Penelitian Genetika
Menurut hasil penelitian genetika, hampir sebagian besar penderita
gangguan panik memiliki paling sedikit satu saudara yang juga menderita gangguan
tersebut.
ETIOLOGI
Menurut Mighwar (2006), secara psikologis, gangguan cemas merupakan pikiran-
pikiran negatif yang dialami seseorang yang semakin lama semakin kuat. Hal ini terjadi
akibat :
a. Kurangnya pengetahuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pertumbuhan
dan perkembagan lingkungan sosial
b. Kurangnya dukungan dari orang tua, teman sebaya atau lingkungan masayarakat
sekitar.
c. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan berbagai tekanan yang ada.
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Menurut Stuart dan Sundeen ( 2000 ) faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan
cemas dibedakan dalam beberapa hal :
a. Usia
b. Status kesehatan
c. Nila-nilai budaya
d. Pendidikan
e. Mekanisme defensi
f. Dukungan sosial
g. Tahap perkembangan
h. Pengalaman masa lalu
i. Pengetahuan
KLASIFIKASI
Menurut Sadock dan Virginia (2007), klasifikasi gangguan cemas dibedakan
menjadi :
a. Gangguan Panikua kriteria gangguan panik : gngguan pankik tanpa agoraphobia
dan gangguan panik dengan agoraphobia kedua gangguan panik ini harus ada
Gambaran klinis :
 Serangan panik pertama seringkali spontan
 Ketakutan berlebihan
 Tidak mampu menjelaskan sumber ketakutannya
 Bingung, sulit konsentrasi
 Takikardi, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat
Pedoman Diagnostik Agoraphobia :
 Kecemasan berada di suatu tempat
 Menghidar (fobia sosial)
Pedoman Diagnostik Gangguan Panik :
 Sekurangnya satu serangan diikuti satu atau lebih
 Gangguan panik bisa dengan agoraphobia atau tanpa agoraphobia
b. Gangguan Fobia
Fobia adalah ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran secara
sadar terhadap objek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. Ada dua jenis fobia, yaitu
fobia spesifik, fobia sosial.
Pedoma Diagnostik :
 Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan
c. Gangguan Obsesif Kompulsif
Obsesif adalah pikiran , perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan
tidak dikehendaki.
Pedoman Diagnosis :
 Pikiran, impuls, yang berulang
 Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.
d. Gangguan Stres Pasca Trauma
Trauma bisa berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan,
kecelakaan.uma terdiri dari :
 Pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran
 Penumpukan responsivitas pada penderita tersebut
Pedoman Diagnostik Stres Pascatrauma :
a. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik
b. Keadaan traumatik secara menetap dialami kembali
c. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma
d. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
e. Reaksi Stres Akut
Gangguan sementara yang cukup parah, terjadi pada seseorang tanpa adanya
gangguan jiwa lain muncul respons terhadap stres fisik mental dan biasanya
menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat berupa pengalam
traumatik yang luar biasa.
Pedomann Diagnostik :
a. Gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah
b. Gejala-gejalanya dapat mengilang dengan cepat (beberapa jam)
f. Gangguan Anxietas Menyelutuh
Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap aktivitas atau
peristiwa tertenstu , yang berlangsung hampir setiap hari, selama 6 bulan atau lebih.
Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan
menetap (bertahan lama). Gejala yang menonjol sangat bervariasi, tetapi keluhan
tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa
ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan epigastrik.
Pedoman Diagnostik : gejala- gejala ini baisanya mencakup hal-hal berikut :
kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, over aktivitas otonomik.
g. Gangguan campuran anxietas dann depresi
Kategori campuran harus digunakan bilamana terdapat gejala anxietas
maupun depresi, di mana masing-masing tidak menunjukkan raangkaian gejala yang
cukup berat untuk mengakkan diagnosis tersendiri.
Gejala Umum Gangguan Kecemasan
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi
masing-masing individu, beberapa simtomp yang muncul tidaklah sama. Kadang
beberapa diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu,
lainnya sangat mengganggu.

Terapi gangguan kecemasan


Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan
penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama
mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan
mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan:
1. Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan
kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap
terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan
simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat
dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian
ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan
memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern
lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang
daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk
mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri
kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self
seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran.
Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk
memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang
sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan
menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan
bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan
mereka mulai muncul ke permukaan.
3. Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati
gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, Valium dan Xanax
(alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi
dapat mengakibatkan depensi fisik. Obat antidepresi mempunyai efek
antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi
4. Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak
dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk
membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi
penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam
pendekatan belajar, diantaranya:
a. Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan
setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas
terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan
untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada
penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang
agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya
adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan
tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk
menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat
bertahan lama.
b. Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.
biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c. Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut
dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety
untuk menghadapinya sendiri.
d. Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif,
terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-
kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme
melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik
adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif
berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang
dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu
pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan
kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu
mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu
mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif
adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari
pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar
menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik
kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang
mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan
stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif
dan gangguan panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada
pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu
menghadapi sendiri situasi tersebut.
PENANGANAN GANGGUAN CEMAS
a. Non Farmakologi, Freund, Sigmund (2002)
1. Pendekatan-pendekatan psikologis
a. Pendekatan-pendekatan psikodinamika
b. Pendekatan-pendekatan humanistik
c. Pendekatan-pendekatan biologis
d. Pendekatan-pendekatan belajar
2. Penerapan pola hidup sehat
b. Farmakologi, Departemen Kesehatan R.I (1993)
1. Antiansietas
a. Golongan Benzodiazepin
b. Buspiron
2. Antidepresi
Golongan Serotonin Norepinephrin Reuptake Inhibitors (SNRI)

1. Implementasi
Pengobatan:
1. IVFD RL 20 tpm
2. Ranitidin 50mg/12 jam/iv
3. Edukasi pasien
4. Alprazolam 0,5 mg 0-1/2-1/2

Anda mungkin juga menyukai