Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rasa percaya diri dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa
mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya (Hakim, 2009).
Seorang psikolog terkenal Maslow (1970) mengatakan bahwa percaya diri
merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang
akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri
akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan
menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk
menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-
bandingkan dirinya dengan orang lain.
Rasa percaya diri seorang anak akan mempengaruhi semua aspek kehidupannya,
mulai dari teman-teman yang dia pilih, prestasi akademisnya di sekolah, jenis pekerjaan
yang dia dapat, bahkan sampai ke masalah teman hidup yang akan dia pilih. Rasa percaya
diri merupakan modal dasar untuk menghadapi hidup dan mencapai kesuksesan.
Kesuksesan seseorang dalam hidup ternyata tidak cukup hanya ditentukan oleh
kecerdasan intelektual saja. Atau dengan kata lain orang yang cerdas secara intelektual
belum menjaminnya untuk dapat menghadapi segala tantang dan persoalan serta dinamika
kehidupan yang sangat kompleks.
Howard Gardner (2011) menawarkan apa yang dinamakannya multiple intelligences
(kecerdasan majemuk). Ia mengkritik cara mengukur kecerdasan seseorang hanya dari segi
intelektual saja. Ia mengemukakan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh beberapa
kecerdasan. Dalam bukunya Frame of Mind : The theory of multiple intelligences
menyebutkan ada delapan jenis kecerdasan yakni kecerdasan linguistik, matematis-logis,
spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.

Konsep kecerdasan majemuk merupakan suatu konsep yang inspiratif dan menantang untuk
menjadi kajian teoretik ataupun implementasi emprik dalam dunia pendidikan dan
pengajaran.
1
Pada dasarnya setiap siswa memiliki karakteristik potensi dan kecerdasan sendiri.
Potensi tinggal menjadi potensi, tidak akan bermanfaat apabila tidak dikembangkan. Potensi
siswa yang sudah dikembangkan dan sudah menjadi kemampuan untuk menghadapi
persoalan hidup, itulah yang disebut dengan kecerdasan.
Dalam dunia pendidikan sekarang khususnya di Indonesia, penerapan kurikulum
Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah dilaksanakan dalam
waktu beberapa tahun terakhir. Dengan penerapan kurikulum ini diharapkan dapat
menghasilkan lulusan yang mampu mengimplementasikan pengetahuan, keterampilan dan
sikapnya dalam pelbagai aspek kehidupan. Untuk mengimplementasikan seluruh
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam kehidupan maka seluruh kemampuan dan
kecerdasan perlu dikembangkan. Dalam perspektif ini konsep dan teori kecerdasan majemuk
sangat cocok dikembangkan di sekolah-sekolah sebagai pengembangan dan aplikasi dari
sistem kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Salah satu upaya untuk dapat menerapkan konsep kecerdasan majemuk dalam
kurikulum dan pembelajaran adalah menyangkut strategi mengajar.
Berdasarkan kenyataan di lapangan diketahui bahwa kondisi pembelajaran mata
pelajaran PKn pada Kelas VIII C SMPN 1 Turen tidak berjalan dengan baik. Kondisi
tersebut disebabkan oleh rendahnya rasa percaya diri siswa selama proses pembelajaran
PKn. Fenomena yang nampak dari kondisi tersebut adalah rendahnya keinginan siswa untuk
mengajukan berbagai pertanyaan dan memunculkan ide-ide sebagai respon positif terhadap
kegiatan pembelajaran Bahkan, kalau ada tugas selalu mengeluh sebelum bertindak.
Walaupun akhirnya menunjukkan hasil yang diharapkan Namun keyakinan diri, sikap positif
dan memanfaatkan kelebihan belum muncul selama proses pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas dengan
tujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa pada mata pelajaran PKn pada kelas
VIII SMP Negeri 1 Turen Malang tahun 2010- 2011.
Dengan demikian, diperlukan upaya pengembangan kecerdasan jamak yang dimiliki
siswa untuk mewarnai proses dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Kondisi lain sebagai
penyebab permasalahan di atas dikarenakan belum maksimalnya strategi mengajar Multiple
Intelligences dengan nuansa pembelajaran Quantum Teaching. Penggunaan metode yang
digunakan selama proses pembelajaran PKn selama ini masih didominasi dengan metode
ceramah. Situasi kelas lebih menampakkan komunikasi yang bersifat satu arah dan hanya
mengaktifkan indera pendengaran siswa saja.

2
Strategi mengajar Multiple Intelligences yang berfokus pada pengembangan
kecerdasan siswa, perlu didukung pembelajaran yang bernuansa Quantum Teaching :
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan (TANDUR). Hal ini memberi
kesempatan siswa untuk dapat mengembangan rasa percaya diri sesuai kecerdasan yang
dimilikinya.
Berdasarkan permasalahan dan faktor penyebab di atas, di mana pembelajaran kelas
yang kurang kondusif maka diperlukan untuk mengantarkan siswa menjadi pembelajar yang
aktif, kreatif, dan mampu berdialog ,berfikir kritis, maka dipandang perlu untuk pemecahan
masalah pembelajaran PKn tersebut secara profesional dan kolaboratif oleh guru dengan
melakukan penelitian tindakan kelas. Dengan demikian akan tercipta pebelajar yang aktif,
kreatif dan berpikir kritis selama pembelajaran
Berpijak pada karakteristik substansi PKn yang menyangkut masalah nilai, norma
dan sikap, diperlukan strategi mengajar yang mampu meningkatkan sikap percaya diri. Oleh
karena membelajarkan PKn tidak mungkin lagi diberikan secara konvensional, perlu
perubahan di mana siswa merupakan pemeran utama dalam kelas, sementara guru bertindak
sebagai fasilitator, motivator, inspirator, dan evaluator. Untuk itu penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan strategi mengajar Multiple Intelligences dengan harapan dapat
meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII C di SMP Negeri 1 Turen Malang untuk
mata pelajaran PKn.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang timbul dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan strategi mengajar Multiple Intelligences dapat meningkatkan
rasa percaya diri siswa kelas VIII C SMP Negeri I Turen Malang pada mata pelajaran
PKn semester 1 tahun 2016-2017?

C. Tujuan Penelitian

3
Tujuan inovasi pembelajaran secara umum adalah memperbaiki pembelajaran PKn
di SMP Negeri 1 Turen pada Standar Kompetensi Memahami Pelaksanaan Demokrasi
Dalam Berbagai Aspek Kehidupan.
Secara khusus tujuan tujuan inovasi pembelajaran dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan rasa percaya diri siswa kelas VIII C SMP Negeri 1
Turen Malang pada mata pelajaran PKn semester II tahun 2016-2017 dengan
menggunakan strategi mengajar Multiple Intelligences.
2. Untuk mengetahui dampak-dampak penggunaan strategi mengajar Multiple
Intelligences dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa SMP Negeri 1 Turen
Kabupaten Malang tahun pelajaran 2016 - 2017, khususnya pada Standar Kompetensi
Memahami Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Aspek Kehidupan.

D. Manfaat Penelitian
Pembelajaran PKn menggunakan strategi mengajar multiple intelligences ini
diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Siswa
a. Siswa dapat terlibat pembelajaran bernuansa TANDUR untuk mengembangkan rasa
percaya diri
b. Implementasi strategi mengajar Multiple Intelligences diharapkan dapat
mengembangkan kecerdasan siswa yang bermuara pada meningkatkan rasa percaya
dirinya.
2. Guru
a. Peningkatan profesionalisme guru dalam menjalankan tugas mengajar dengan
memfasilitasi siswa melalui kegiatan yang mengembangkan kecerdasan jamak untuk
meningkatkan rasa percaya diri siswa.
b. Menambah pengalaman dan wawasan baru mengenai cara meningkatkan ketrampilan
mengajar melalui strategi mengajar Multiple Intelligences dengan nuansa TANDUR
3. Sekolah
a. Peningkatan mutu sekolah melalui perbaikan program pengajaran di kelas terkait
dengan berbagai pendekatan, strategi dan model pembelajaran serta evaluasi
pendidikan.
b. Wadah pembinaan profesionalisme guru.
4. Masyarakat

4
a. Bahan referensi dalam dunia pendidikan tentang strategi mengajar Multiple
Intelligences

E. Dampak
Penerapan strategi mengajar Multiple Intelligences memberi dampak positif terhadap
dunia pendidikan pada umumnya serta meningkatkan mutu sekolah secara khusus.
Peningkatan itu dapat dilihat pada 5 aspek
1. Peningkatan mutu sekolah ditandai dengan peningkatan profesionalisme guru yang
menambah wawasan dengan menggunakan strategi mengajar Multiple Intelligences.
2. Strategi mengajar Multiple Intelligences memfasilitasi siswa untuk memecahkan masalah
pembelajaran/kehidupan dengan cara yang menakjubkan.
3. Penilaian otentik yang dilakukan selama proses pembelajaran menilai sikap dan perilaku
siswa, penilaian akademik dan penilaian keterampilannya.
4. Peningkatan rasa percaya diri siswa berupa suatu keyakinan diri, sikap positif dan
memanfaatkan kelebihannya dalam mengatasi permasalahan kehidupan yang dialaminya.
5. Validitas data tentang rasa percaya diri siswa diukur menggunakan lembar observasi yang
dilakukan observer dan angket yang dilakukan peneliti.

BAB II
LANDASAN TEORI

5
2. 1. Pengertian Percaya Diri

Percaya diri menurut Thursan Hakim (2002) adalah keyakinan seseorang


terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya
merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Senada
dengan Thursan Hakim, Anita Lie (2003) berpendapat bahwa percaya diri berarti
yakin akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah.
Sementara itu, Iskarima Ratih (2009) menyatakan percaya diri ialah memiliki keyakinan
pada kesanggupan dan kemampuan, percaya pada penilaiannya dan tidak khawatir untuk
mengatasi situasi baru, serta waspada pada kenyataan bahwa orang lain menilai
kemampuannya.
Selanjutnya, Enung Fatimah (2006) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai sikap
positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapi.
Senada dengan Enung Fatimah, Gufron dan Risnawati (2012) mengemukakan bahwa
kepercayaan diri merupakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek
sekitarnya sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk
dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Terkait dengan percaya diri anak,
Woolfson (2005) mengungkapkan bahwa anak yang percaya diri adalah anak yang selalu
tersenyum dan menikmati hidupnya semaksimal mungkin.
Anak-anak yang masih kecil pada dasarnya mempunyai sifat percaya diri yang
alami, bahkan ketika menghadapi sesuatu yang mustahil dan kegagalan berulang kali.
Deborah Stipek (2002) menyatakan bahwa hingga usia 6-7 tahun, anak-anak menaruh
harapan yang tinggi untuk berhasil meskipun kinerja pada usaha-usaha yang dilakukan
hampir selalu buruk.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa percaya diri
merupakan sikap mental seseorang yang mempunyai penilaian positif terhadap diri sendiri
maupun lingkungannya, memiliki keyakinan atas kemampuan dirinya, dapat membawa diri
dalam kondisi apapun, serta mengatasi permasalahan yang dihadapi.

2.2. Proses Pembentukan Percaya Diri


Berdasarkan tahapan psikososial yang dikemukakan Erikson (Rini Hildayani, 2005:

6
2.5) pada usia 0-1 tahun yaitu basic trust vs mistrust. Basic trust merupakan kepercayaan
kepada orang lain dan perasaan bahwa diri kita berharga. Anak membutuhkan kepercayaan
dari orang lain, terutama ibu. Seorang anak akan memiliki rasa percaya ketika ibunya
selalu memberi kebutuhan fisik, menghibur saat anak merasa tidak nyaman,
meyakinkan bahwa anak tidak sendiri, memberi kesempatan kepada anak untuk
melakukan sesuatu sendiri, serta mendorong untuk mencoba lagi apabila yang dilakukan
anak belum berhasil. Ketika anak telah merasa percaya, aman, dan berharga, maka akan
menumbuhkan percaya dirinya. Sementara itu, jika anak tidak mendapat rasa percaya
dan mengalami mistrust, maka anak akan menjadi frustasi, menarik diri, pencuriga,
bahkan tidak percaya diri.

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri


Bekti Setiti (2011) menjelaskan bahwa percaya diri dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut penjabaran dari kedua faktor
tersebut:
a. Faktor internal, meliputi:
1) Konsep Diri
Terbentuknya kepercayaan diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep
diri yang diperoleh dari pergaulan dalam suatu kelompok. Pergaulan yang baik dan
positif akan menunjukkan konsep diri yang positif, sedangkan pergaulan yang kurang
baik dan negatif akan menghasilkan konsep diri yang negatif pula. Apabila interaksi
yang dihasilkan menjadi konsep diri yang positif, maka kepercayaan diri seseorang
akan muncul dengan baik pula.
2) Harga Diri
Seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung melihat dirinya sebagai
seseorang yang percaya bahwa usahanya akan berhasil dan mudah menerima
orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi, seseorang yang
mempunyai harga diri yang rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri, dan
biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.
3) Kondisi Fisik
Cacat atau kelainan fisik tertentu, seperti cacat anggota tubuh atau rusaknya
salah satu indera merupakan kekurangan yang terlihat jelas oleh orang lain. Jika orang
tersebut tidak bisa bereaksi secara positif, timbullah rasa rendah diri (minder) yang

7
akan berkembang menjadi tidak percaya diri.
4) Pengalaman Hidup
Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman. Pengalaman hidup yang
mengecewakan adalah penyebab utama timbulnya rasa rendah diri. Apalagi jika pada
dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang, dan kurang
perhatian.
b. Faktor eksternal, meliputi:
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri
seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan orang tersebut merasa
dibawah kekuasaan orang yang lebih pandai darinya. Sebaliknya, orang yang
berpendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan
dengan orang yang berpendidikan rendah.
2) Pekerjaan
Bekerja dapat mengembangkan kreativitas dan kemandirian serta rasa percaya
diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan
melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga didapat
karena mampu mengembangkan kemampuan diri.
3) Lingkungan
Lingkungan merupakan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dukungan
yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota keluarga yang saling
berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi.
Sementara itu, dengan adanya hubungan persahabatan yang baik antar anak dan guru,
pemberian motivasi dari guru, serta adanya program-program sekolah dapat menjadi
sarana dalam meningkatkan percaya diri anak di lingkungan sekolah. Begitu juga
dengan lingkungan masyarakat, semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh
masyarakat, maka semakin tinggi harga diri yang dimiliki.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi rasa percaya diri pada individu, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi konsep diri, harga diri, keadaan fisik, dan pengalaman hidup.
Sementara itu, faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan.

2.4. Karakteristik Percaya Diri

8
Anak kelompok A yang dikategorikan percaya diri menurut Permendiknas Nomor
58 Tahun 2009 adalah mampu mengerjakan tugasnya sendiri, menunjukkan kebanggaan
terhadap hasil kerjanya, berani tampil di depan umum, dan berani mempertahankan
pendapatnya. Senada dengan Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009, Anita Lie (2003)
memaparkan sejumlah karakteristik yang mencerminkan percaya diri. Berdasar berbagai
karakteristik tersebut, peneliti mengambil yang sesuai dengan perkembangan anak. Adapun
karakteristik tersebut yaitu:
a. Yakin kepada diri sendiri
Memiliki keyakinan kepada diri sendiri yakni memiliki keberanian untuk melakukan
sesuatu dan menentukan pilihan sesuai dengan kehendak sendiri serta bertanggung
jawab atas konsekuensi yang muncul.
b. Tidak tergantung pada orang lain
Anak yang tidak tergantung kepada orang lain terbiasa mengambil keputusan sendiri
dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Anak yang tidak tergantung pada orang
lain berarti memiliki inisiatif karena anak terdorong untuk melakukan segala sesuatu
atas kehendak sendiri.
c. Merasa berharga
Harga diri anak terbangun ketika anak dianggap penting dan istimewa. Penghargaan
tidak harus berwujud materi, tetapi dapat berupa pujian, sanjungan, atau mimik
wajah yang menunjukkan kegembiraan. Menurut Muhammad Fadilah (2013),
penghargaan pada anak diperlukan karena memang masa anak merupakan masa
yang ingin selalu dipuji dan diperhatikan.
d. Memiliki keberanian untuk bertindak
Keberanian berarti melakukan tindakan walaupun merasa takut, satu- satunya cara
u n t u k menghilangkan rasa takut adalah bertindak dan menghadapi ketakutan
tersebut. Sementara itu Thursan Hakim (2002) menyebutkan berbagai karakteristik
percaya diri, terkait dengan penelitian ini maka hanya diambil beberapa karakteristik
yang sesuai dengan perkembangan anak.
Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
 Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu
Seseorang bisa melakukan apapun selama dia percaya bahwa dia mampu
melaksanakannya. Bersikap tenang dan tersenyum adalah salah satu upaya untuk
menyelesaikan sesuatu.

9
 Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul pada berbagai situasi
Pasti akan ada masa yang tidak menyenangkan dalam kehidupan, orang- orang dan
keadaan yang tidak menyenangkan, serta saat-saat yang tidak menentramkan. Anak
yang dapat menetralisasi ketegangan terlihat dari keadaan tubuh yang cukup rileks,
terkontrol dari gerakan-gerakan di luar kehendak, tidak terganggu oleh rasa tidak betah
diam.
 Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi
Anak yang berhasil menyesuaikan diri di dalam setiap interaksi sosial akan berhasil
meningkatkan percaya dirinya, terlebih jika hal itu menyebabkan anak merasa
dibutuhkan dan dihargai orang lain. Harga diri merupakan salah satu faktor untuk
membangun percaya diri.
Berkomunikasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf percaya
diri. Cara berkomunikasi dengan orang lain akan menentukan perasaan pada diri
sendiri. Anak yang mampu berkomunikasi dengan lancar ditunjukkan dengan
bicaranya yang teratur, tidak terlalu cepat atau tidak terlalu pelan, tidak tersendat-
sendat atau terpatah-patah, tidak mengulang ulang suku kata tertentu, atau
keterampilan berkomunikasi yang lainnya.
 Memiliki kemampuan bersosialisasi
Anak perlu diberi kesempatan untuk melakukan sosialisasi di lingkungan sekitar,
yakni dimulai dengan berinteraksi dengan tetangga, khususnya dengan teman yang
sebaya. Kemampuan bersosialisasi antara lain menjalin persahabatan, berkomunikasi
dengan baik, serta bermain bersama.
Berdasar pada beberapa pendapat yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan
karakteristik anak yang percaya diri yaitu yakin kepada diri sendiri, tidak tergantung pada
orang lain, merasa berharga, memiliki keberanian untuk bertindak, selalu bersikap tenang
dalam mengerjakan sesuatu,mampu menetralisasi ketegangan yang muncul pada berbagai
situasi, mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi, dan memiliki
kemampuan bersosialisasi.

2.5. Gejala Tidak Percaya Diri pada Anak

Thursan Hakim (2005) menyebutkan berbagai situasi yang menunjukkan adanya


gejala-gejala tidak percaya diri pada anak-anak adalah sebagai berikut:
10
a. Anak terlalu mudah menangis (cengeng)
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan anak menangis. Misalnya saat
didekati oleh orang yang belum dikenal, ditinggal sendiri meskipun hanya sebentar, saat
meminta sesuatu atau saat tidak bisa mendapat sesuatu yang dikehendaki. Semua ini
menunjukkan kurang percaya diri anak dalam bentuk kurang merasa aman.
b. Anak tidak berani ke sekolah sendiri
Gejala ini umumnya dialami oleh anak usia taman kanak-kanak. Gejala yang
sering terlihat adalah anak tidak berani masuk kelas tanpa ditemani ibu atau pengasuhnya
dalam waktu cukup lama.

2.6. Strategi Mengajar Multiple Intelligences


Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah proses komunikasi dua arah
antara pendidik dan peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran dengan pengenalan
terhadap kecerdasan majemuk yang dimiliki peserta didik sebagai landasan dalam pemilihan
strategi pembelajaran. Kesimpulan ini didukung oleh pendapat Gardner (2011) bahwa
aplikasi kecerdasan majemuk di dalam kelas dilakukan dengan penggunaan strategi
pembelajaran yang bervariasi sehingga mampu menstimulasi semua kecerdasan peserta
didik untuk berkembang dalam waktu yang bersamaan hingga peserta didik menemukan
sendiri kecerdasan yang menonjol dalam dirinya.
Menurut Thomas Armstrong (2009) Strategi pembelajaran Multiple Intelligences
adalah cara mengakses informasi melalui 8 (delapan) jalur kecerdasan yang ada pada
masing-masing siswa namun, untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan
bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan. Sehingga siswa mampu
memecahkan masalah-masalah pembelajaran dengan cara yang menakjubkan.
Ditambahkan tidak ada rangkaian pembelajaran yang bekerja secara efektif untuk
setiap siswa, karena kecenderungan setiap siswa pada ke delapan kecerdasan yang ada.
Karenanya suatu strategi mungkin akan efektif pada sekelompok siswa, tapi akan gagal bila
diterapkan pada kelompok lain. Dengan dasar ini sudah seharusnya guru memperhatikan
jenis kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa agar dapat menentukan strategi
pembelajaran yang tepat dan dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa.
Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa setiap strategi yang ada pada
masing-masing kecerdasan dapat diimplementasikan untuk semua mata pelajaran yang ada
dalam kurikulum. Proses kegiatan belajar mengajar akan lebih mudah dipahami serta

11
lebih lama diingat siswa apabila siswa dilibatkan secara aktif baik mental, fisik, dan sosial.
Guru dapat menggunakan pilihan strategi atau metode mengajarnya, dengan syarat
pemilihan strategi atau metode sesuai dengan Multiple intelligences, gaya belajar siswa, dan
modalitas belajar siswa.
Penggunaan strategi belajar aktif dalam pembelajaran akan lebih efektif apabila
perencaan pembelajaran guru (lesson plan) didesain sesuai gaya belajar siswa yang
dikonsultasikan agar mendapatkan hasil perencanaan pengajaran yang efisien untuk
mencapai kompetensi dasar (Chatib, 2009). Metode pengajaran berdasarkan teori Multiple
Intelligences dapat Meningkatkan aktivitas dan rasa senang siswa terhadap pelajaran.
(Sugiharti, 2005).
Munif Chatib (2009) mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran berbasis
kecerdasan majemuk lebih mudah jika langkah awal difokuskan pada model aktivitas
pembelajaran, kemudian dilakukan analisis terhadap aktivitas tersebut berkaitan dengan
kecerdasan apa saja yang termuat di dalamnya. Kecerdasan-kecerdasan tersebut tertera
dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian. Dengan strategi pembelajaran disesuaikan
dengan kecerdasan yang dipilih

2.7. Penilaian Autentik Berbasis Proses


Penilaian autentik yaitu menilai proses pembelajaran mengenai sikap dan perilaku
siswa, penilaian akademik dan penilaian ketrampilannya. Umum jika guru mengalami
kesulitan jika harus menilai aspek sikap dan menuangkannya dalam laporan hasil belajar.
Berbeda saat menilai aspek pengetahuan yang dianggap sangat mudah oleh guru.

Tabel 2.1 Aspek dan Sumber Penilaian


Aspek Sumber penilaian
Menilai sikap Diperoleh dari aktivitas proses belajar siswa
Cara menilai dengan menggunakan rubrik penilaian
Menilai keterampilan Diperoleh dari aktivitas proses, namun dapat juga diperoleh
dari hasil akhir (dalam bentuk karya)
Cara menilai dengan menggunakan rubrik penilaian
Menilai pengetahuan Diperoleh dari hasil akhir, namun dapat juga diperoleh dari
proses

12
Cara penilaian menggunakan scoring atau dapat juga
menggunakan rubrik penilaian

Menentukan evaluasi Munif Chatib (2012) mengemukakan bahwa teori kecerdasan


majemuk menganjurkan format penilaian autentik (penilaian sebenarnya). Penilaian tersebut
diharapkan dapat memfasilitasi kecerdasan yang dikembangkan pada kegiatan inti
pembelajaran. Sebelumnya, pendidik perlu menegaskan kecerdasan apa yang terangkum
dalam penilaian pada perencanaan. Keungggulan penggunaan penilaian autentik, yaitu:
1. Penilaian autentik berpedoman pada aktivitas yang telah dijalani oleh peserta didik,
bukan reduksi aktivitas yang disamaratakan melalui skor atau presentase.
2. Penilaian autentik menawarkan kondisi yang aktif dan menyenangkan. Hal ini karena
proses penilaian didahului dengan aktivitas yang membuat kelas menjadi lebih hidup.
3. Penilaian autentik memberi kesempatan yang sama bagi semua peserta didik untuk
berhasil, bukan hanya peserta didik yang mampu menjawab soal tertentu.
4. Penilaian autentik menunjukkan prestasi dan produk kreatif yang bermakna bagi
peserta didik.
5. Penilaian autentik membandingkan prestasi peserta didik dengan pencapaian prestasi
sebelumnya, bukan membandingkan prestasi antar peserta didik
Cara membuat rubrik penilaian dari penilaian autentik berbasis proses belajar sebagai
berikut:
1. Tentukan prosedur aktivitas siswa yang akan dievaluasi dalam lesson plan tematik
2. Membuat kriteria dari aktivitas siswa yang dievaluasi
3. Tentukan bobot criteria dari aktivitas siswa yang dievaluasi
4. Tentukan poin nilai dari criteria aktivitas siswa yang dievaluasi
5. Buat deskripsi setiap poin nilai.
Membuat deskripsi setiap poin nilai dapat berupa kuantitas dan kualitas, tergantung dari
criteria dan deskripsi criteria pada setiap poin harus spesifik dan kontinu.

kriteria Bobot
poin
Spesifik &
kontinu

Poin Nilai

13
No. Kriteria Bobot
Baik Sekali Baik Cukup Perlu
4 3 2 Bimbingan
1
1. Proses 60% Menjawab Menjawab Menjawab Tidak ada
question semua setengah kurang dari pertanyaan
students pertanyaan pertanyaan setengah yang
have dengan benar dengan pertanyaan dijawab
benar dengan dengan
benar benar

2. Kerja 40% Semua Beberapa Beberapa Semua


sama anggota anggota anggota anggota
kelompok kelompok kelompok kelompok kelompok
menunjukkan menunjukka menunjukka bekerja
kerja sama dan n kerja n kerja masing-
pembagian sama dan sama dan masing
kerja yang pembagian pembagian (tanpa kerja
baik kerja yang kerja yang sama)
baik baik

100%
Bobot
harus
Selisih poin nilai harus sama
Poin nilai dapat selisih 1 atau 2

Gambar 2.1 penilaian autentik

PERHATIAN

Apa pun STRATEGI yang digunakan guru, PAHAMI LANGKAH-LANGKAH


PEMBELAJARAN YANG MENJADI AKTIVITAS SISWA. Dasar inilah yang mendasari
munculnya KRITERIA dalam RUBRIK PENILAIAN. KRITERIA PENILAIAN
MENCAKUP ASPEK SIKAP, KOGNITIF, DAN PSIKOMOTORIK SISWA.

2.8. Strategi mengajar Multiple Intelligences dalam pembelajaran PKN


Multiple Intelligences adalah sebuah teori kecerdasan yang sangat terbuka dan
menghargai potensi individu sekecil apapun. Seorang yang mempunyai Multiple
Intelligences jika dalam aktivitasnya sudah memunculkan prestasi yang mempunyai

14
benefit(daya manfaat), sekecil apapun itu. Banyak orang mempunyai fakta, bahwa manusia
mempunyai keunggulan. Dalam perspektif Munif Chatif, itulah teori Multiple Intelligences.
Setiap orang mempunyai keunggulan, meskipun sekecil debu. Kemampuan itu ada, hanya
belum terlihat.
Pada penelitian ini ditampilkan penerapan beberapa strategi mengajar Multiple
Intelligences untuk memfasilitasi munculnya rasa percaya diri siswa, dengan memperhatikan
kondisi social dan sarana yang tersedia.
 Strategi mengajar kecerdasan interpersonal : Surat untuk sahabat
Definisi :
Surat untuk sahabat adalah siswa membuat surat berisi pertanyaan dan surat dijawab oleh
sahabat, surat dikembalikan ke teman pengirim untuk dikomentari. Strategi surat untuk
sahabat memberikan porsi belajar yang menekankan interaksi saling belajar dari suatu materi
yang dipelajari bersama.Penekanan strategi ini adalah memfasilitasi kelompok siswa yang
memiliki kemampuan untuk memahami dan membuat perbedaan-perbedaan pada suasana
hati, maksud, motivasi, yang mecakup kepekaan terhadap rasa, pertemanan dan
persahabatan.
 Strategi mengajar kecerdasan musical : Parody
Definisi :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia parody adalah seni atau karya seni yang dengan
sengaja meniru gaya dari penulis atau pencipta lain dengan efek mencari kejenakaan.
Strategi mengajar menggunakan parody lagu membantu siswa mengingat pelajaran dan akan
mudah untuk diingat. Inti parody lagu adalah lirik lagu yang berisi informasi pelajaran.
Strategi ini sangat cocok pada materi yang cenderung hafalan.
 Strategi mengajar kecerdasan kinestetik : Jawaban stik
Definisi :
Jawaban stik dalam pembelajaran adalah permainan mengambil soal dari stik es cream
secara perlahan dan hati-hati tanpa menyentuh stik es cream yang saling menumpuk.
Strategi jawaban stik merupakan aktifitas belajar siswa menggunakan media stik es cream
yang tidak hanya menuntut kemampuan kognitif siswa dalam menjawab pertanyaan, namun
juga siswa dituntut trampil mengambil stik tanpa mengenai stik yang lain. Pada kondisi yang
demikian aktifitas belajar siswa menjadi fun dan heboh.
 Strategi mengajar kecerdasan linguistik : Tebak kata
Definisi :

15
Tebak kata, terdiri dari dua kata, yakni tebak dan kata. Secara harfiah, tebak/ menebak dalam
istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah; menarah (dengan kapak dan sebagainya),
menetak, memenggal. (Podo et.al.,2012:849). Sementara kata adalah : apa yang dilahirkan
dengan ucapan, ujar, bicara, cakap, ungkapan, gerak hati, keterangan, dan sebagainya; satu
kesatuan bunyi bahasa yang mengandung suatu pengertian (Podo et.al.,2012:442). Strategi
tebak kata adalah menebak kata yang dimaksud dengan cara menyebutkan kata-kata tertentu
sampai kata yang disebutkan tersebut benar. Aktifitas menebak kata seperti permainan
menebak suatu benda yang ada di balik topi pesulap. Jenis permainan ini menguji daya nalar
siswa (peserta) dalam menebak kata yang dimaksud dan karena diberi batas waktu maka
kecepatan dan ketepatan menebak kata menjadi perhatian siswa.

2.9. Kerangka Berpikir


Strategi mengajar Multiple Intelligences adalah adalah cara mengakses informasi
melalui 8 (delapan) jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing siswa namun, untuk
mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik
sesuai dengan kebutuhan. Sehingga siswa mampu memecahkan masalah-masalah
pembelajaran dengan cara yang menakjubkan. Dengan demikian akan muncul rasa percaya
diri siswa.

16
Sikap positif Strategi Mengajar
Multiple Intelligences
memanfaatkan
kelebihan

Mengakses
informasi
Keyakinan
diri

Muncul rasa percaya Pemecahan masalah dengan


diri siswa cara menakjubkan

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir


Sumber hasil analisa 2017

17
BAB III
KARYA INOVASI PEMBELAJARAN
3.1. Ide Dasar
Inovasi pembelajaran ini dilakukan karena melihat kondisi di lapangan bahwa
pembelajaran PKn dianggap kurang menarik perhatian siswa. Di sisi lain, siswa kurang
kemauan dan usaha, pesimis, mudah menyerah, tidak mampu menyesuaikan diri, tidak
mandiri, tidak mau memanfaatkan kelebihannya meskipun memiliki mental dan fisik yang
menunjang. Guru mengajar tetapi siswa tidak belajar. Mengajar dan belajar adalah dua
proses yang berbeda. Dalam dunia pembelajaran, hak paling asasi siswa adalah ketika guru
mengajar sesuai dengan kecerdasan siswa. Dalam istilah lain, sesuai dengan gaya belajar dan
modalitas belajar siswa. Atas dasar pernyataan di atas, guru terdorong melakukan inovasi
dalam cara mengajarnya menggunakan strategi Multiple Intelligences.
Strategi Mengajar Multiple Intelligences adalah suatu inovasi pembelajaran yang
dilakukan guru dengan memperhatikan dan memahami karakteristik siswa, sehingga
langkah-langkah pembelajaran disusun untuk mengaktifkan dan memberikan pengalaman
langsung berupa pengembangan aspek kognitif, psikomotor, dan sikap yang dinilai
menggunakan rubrik.

3.2. Rancangan Karya Inovasi Pembelajaran


Inovasi pembelajaran dirancang dengan maksud untuk menumbuhkan rasa percaya
diri menggunakan strategi pembelajaran Multiple Intelligences dengan model pembelajaran
Quantum Teaching bersifat praktis dengan tujuan utama untuk memecahkan masalah-
masalah yang terjadi di dalam kelas dengan kaitannya dengan proses pembelajaran
(Supartiyem, dkk:2003)
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(2013), yaitu bentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi
planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan
yang berupa identifikasi permasalahan.
PTK ini dirancang dengan 2(dua) siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap
yakni perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Prosedur Pelaksanaan ketiga siklus
ini dirancang sebagai berikut

18
1. Siklus I Pertemuan Pertama
a. Rencana Tindakan:
Proses pembelajaran PKn dilakukan 2 jam pertemuan @ 40 menit. Strategi Pembelajaran
Multiple Intelligences(Interpersonal) teknik Surat Untuk Sahabat dilakukan dengan
membagi siswa dalam 2 kelompok. Kelompok 1 Siswa yang bertugas mengirim surat,
nama kelompok ini disebut Kawan. Kelompok 2 yang bertugas menerima surat, nama
kelompok ini yang disebut Sahabat. kelompok Kawan membuat 5 pertanyaan, lalu
mengirimkan surat tersebut ke kelompok Sahabat.
Agar aktivitas menarik, guru bertindak sebagai pak Pos pengantar surat. Pembelajaran
diiringi music agar suasana belajar menyenangkan
b. Pelaksanaan Tindakan:
18 januari 2017
c. Pengamatan:
Dilakukan oleh guru BK menggunakan lembar pengamatan untuk memberikan penilaian
terhadap aktivitas siswa selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
d. Refleksi :
Siswa dari kelompok kawan menerima lembaran untuk menulis pertanyaan yang akan
di masukkan amplop untuk sikirim kepada sahabat.
Kelompok sahabat mempersiapkan diri untuk menjawab
RPP secara rinci pada lampiran I

2. Siklus I Pertemuan Kedua


a. Rencana Tindakan :
Proses pembelajaran PKn dilakukan 2 jam pertemuan @ 40 menit. Strategi Pembelajaran
Multiple Intelligences(Musikal) teknik
Parodi lagu dilakukan dengan membentuk 8 kelompok @ 4 orang siswa. Siswa
memperhatikan materi pelajaran, kemudian diminta memilih lagu kesukaannya. Materi
dijadikan parody.
Pembelajaran diiringi music agar suasana belajar menyenangkan
b. Pelaksanaan Tindakan:
25 januari 2017
c. Pengamatan :

19
Menggunakan lembar aktivitas siswa dan guru pengajar, untuk menilai hasil belajar
digunakan tes formatif
d. Refleksi :
Pembentukan kelompok diusahakan memberi keleluasaan pada siswa untuk berinteraksi
dengan teman yang memungkinkan munculnya rasa percaya diri, sehingga diharapkan
dapat memecahkan masalah yang dihadapai pada saat diskusi dengan kelompok
RPP secara rinci pada lampiran I

3. Siklus II Pertemuan Pertama direncanakan


a. Rencana Tindakan :
Proses pembelajaran PKn dilakukan 2 jam pertemuan @ 40 menit. Strategi Pembelajaran
Multiple Intelligences(Kinestetik) Teknik Jawaban Stik dilakukan dengan membentuk
membentuk 4 kelompok@ 8 orang siswa
Wacana ditulis pada punggung stik es krim.
Pembelajaran diiringi music agar suasana belajar menyenangkan
b. Pelaksanaan Tindakan:
1 Februari 2017
c. Pengamatan :
Instrumen untuk melakukan pengamatan dan penilaian sama dengan siklus sebelumnya
d. Refleksi:
Tiap kelompok diberi kesempatan mengirimkan wakilnya untuk mencoba melakukan
permainan secara klasikal. Sesudah itu dipersilahkan bermain dalam kelompok yang
lebih kecil.@ 8 orang.
RPP secara rinci pada lampiran II

4. Siklus II Pertemuan Kedua direncanakan


a. Rencana Tindakan :
Proses pembelajaran PKn dilakukan 2 jam pertemuan @ 40 menit. Strategi Pembelajaran
Multiple Intelligences(Kinestetik) Teknik Tebak Kata dilakukan dengan membentuk
membentuk 6 kelompok@ 6 orang siswa
Wacana ditulis pada kartu yang dipasang pada topi khusus permainan tebak kata.
Pembelajaran diiringi music agar suasana belajar menyenangkan

20
b. Pelaksanaan Tindakan:
8 Februari 2017
d. Pengamatan :
Instrumen untuk melakukan pengamatan dan penilaian sama dengan siklus sebelumnya
d. Refleksi:
Setiap kelompok diberi nama sesuai pasal yang sedang dibahas, kemudian diberi
kesempatan mengirimkan wakilnya bermain tebak kata. Peserta tebak kata memakai topi
khusus yang sudah dipersiapkan.
RPP secara rinci pada lampiran II

3.3. Proses Penemuan/Pembaruan

Mekanisme kerja yang digunakan dalam penerapan strategi mengajar Multiple


Intelligences diawali dengan pemberian angket percaya diri kepada siswa yang meliputi: Sub
Variabel Keyakinan Diri, Sikap positif, dan Memanfaatkan kelebihan. Kemudian dilakukan
pembelajaran menggunakan strategi mengajar Multiple Intelligences. Selama proses
pembelajaran dilakukan pengamatan aktivitas percaya diri menggunakan lembar observasi.
Untuk menilai proses pembelajaran menggunakan strategi mengajar Multiple Intelligences
digunakan rubrik. Hasil akhir pembelajaran diberikan tes formatif sebagai penilaian aspek
kognitif. Mekanisme kerja implementasi ide dasar rancangan inovasi pembelajaran
digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Aktivitas
Strategi mengajar
Konvensional PKn Percaya diri

Penerapan
Kurang Strategi Hasil Kecer
menantang Mengajar Angket
Belajar dasan
Multiple
Intelligences
siswa kurang
percaya diri Angket Aspek
Kognitif
Lembar Tes
observasi Formatif
percaya diri Rubrik
menilai menilai
kecerdasan kognitif

Gambar 3.1 Mekanisme kerja

21
3.4. Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran
Inovasi dalam proses pembelajaran dilakukan secara bertahap menggunakan
penelitian tindakan kelas dengan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart. yaitu
bentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Adapun
aplikasi praktis pembelajaran menggunakan strategi multiple intelligences dipilih dan
disesuaikan dengan materi.

3.4.1. Strategi mengajar Surat Untuk Sahabat.(kecerdasan interpersonal)

Prosedur penerapan :Strategi Surat Untuk Sahabat


 Siswa dibagi dalam 2 kelompok.
 Kelompok 1 bertugas mengirim surat, nama kelompok ini disebut Kawan. Kelompok 2
bertugas menerima surat, nama kelompok ini yang disebut Sahabat.
 Kelompok Kawan membuat 5 pertanyaan, lalu mengirimkan surat tersebut ke kelompok
Sahabat.
 Surat dimasukkan ke dalam amplop dan ditulisi nama sahabat yang dituju
 Surat diberikan kepada Sahabat yang bertugas menjawab isi surat itu
 Surat yang telah selesai dijawab, dilipat dengan rapi dan dikirim balik.
 Pengirim surat memeriksa jawaban dari Sahabat dan memberikan komentar secara
tertulis
 Kelompok Kawan menyampaikan komentarnya pada sesi feedback.
3.4.2. Strategi mengajar parodi.(kecerdasan musical)
Prosedur penerapan: Strategi Parodi
 Guru menampilkan ringkasan materi melalui LCD disertai lagu anak Guruku tersayang
BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri dengan tugas khusus untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (pasal 23 E ayat (1) UUD 1945).
 Siswa memilih lagu kesukaannya, untuk dijadikan parodi agar dapat mengingat materi
 Siswa mencoba menyanyikan materi sesuai iringan lagu
3.4.3. Strategi mengajar Jawaban Stik.(kecerdasan kinestetik)
Prosedur penerapan: Strategi Jawaban Stik
Dalam pembelajaran stik es krim sebagai media. Bagian stik terdapat pertanyaan yang harus
dijawab siswa. Bagaimana menggunakan strategi answer stick dalam proses pembelajaran,
sebagai berikut:

22
 Guru menyiapkan stik es krim. Sebaiknya jumlah stik antara 30 sampai 50 buah,
tergantung banyaknya pertanyaan.
 Guru menuliskan pertanyaan pada punggung stik es krim. Pertanyaan berupa materi ajar
yang telah dipelajari siswa.
 Siswa memainkan permainan jawaban stik. Permainan answer stick dapat dilakukan
secara kelompok.
 Siswa mengambil salah satu stik (saat mengambil stik tidak boleh sampai menggoyang
stik yang lain), jika goyang maka siswa diganti dengan siswa gilirannya searah jarum jam
 Jika berhasil mengambil stik tanpa menggoyang stik lain, siswa wajib menjawab
pertanyaan yang ada pada stik yang diambil, jika berhasil siswa mendapatkan satu stik
dan berhak melanjutkan permainan stik, namun jika tidak bisa menjawab pertanyaan pada
stik, maka permainan diambil alih oleh siswa berikutnya dan stik dikembalikan lagi
3.4.4 Strategi mengajar Tebak Kata.(kecerdasan Linguistik)
Prosedur penerapan; Strategi Tebak kata
 Bentuk kelompok sesuai jumlah siswa dan berikan nama setiap kelompok. Sebaiknya
nama setiap kelompok diambil dari materi yang sedang dipelajari. Contoh: materi
Keberadaan DPD sebagai lembaga negara diatur dalam UUD 1945 hasil Amandemen
yakni pada pasal 22.
 Siapkan topi khusus yang akan digunakan peserta tebak kata.
 Siapkan pertanyaan sejumlah anggota setiap kelompok (jika jumlah anggota kelompok
empat orang, maka pertanyaan setiap satu kelompok berjumlah empat). Lalu tempelkan
pertanyaaan di atas topi yang dikenakan siswa.
 Guru menentukan kelompok yang akan tampil (setiap kelompok menentukan salah satu
dari mereka untuk menjadi pemandu penebak kata).
 Guru memberitahu aturan permainan, sebagai berikut:
a) Waktu menjawab pertanyaan setiap siswa 30 detik
Pemandu penebak kata hanya bisa berkata: Tidak;Bisa jadi; dan Ya(Pemandu
menjawab Tidak, jika jawaban salah, pemandu mengatakan bisa jadi, jika tebakan
mengarah dan hampir benar, dan pemandu

3.5. Kendala dalam strategi mengajar Multiple Intelligences

23
Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan strategi mengajar Multiple
Intellgences adalah:
1. Pada awal penerapan, siswa masih merasa asing dengan strategi mengajar ini
sehingga untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman dalam mengerjakan
tugas kelompok terdapat beberapa anak yang diam saja.
2. Pada saat pelaksanaan pembelajaran menggunakan strategi mengajar Multiple
Intelligences sering terjadi kesulitan penyesuaian diri sehingga nampak tidak ada
kemauan dan usaha serta menyerahkan semua tugas pada kelompoknya.
3. Pada waktu mendapat permasalahan dalam pembelajaran, tidak sedikit siswa yang
nampak pesimis, tidak berusaha memanfaatkan kelebihan yang dimilikinya baik
berupa mental dan fisik yang menunjang.
Upaya-upaya perbaikan yang dilakukan guru dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa:
1. Dilakukan pendekatan secara personal dengan melakukan wawancara mengenai latar
belakang keluarga, harapan, dan kendala yang dirasakannya.
2. Meminta bantuan siswa yang dianggap memiliki rasa percaya diri serta memiliki
kepedulian terhadap temannya untuk memberikan dukungan berupa perhatian positif
terhadap siswa yang dianggap kurang percaya diri.
3. Menggali informasi dari lingkungan terdekat siswa yang kurang percaya diri, mulai
dari orangtua, guru mata pelajaran, BK maupun kesiswaan untuk mencari solusi
permasalahan yang dihadapi siswa tersebut.

3.6. Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran


Penyajian data yang diperoleh dari implementasi strategi mengajar multiple
intelligences, berupa aktivitas percaya diri yang diperoleh dari observasi selama proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang mengacu pada kecerdasan jamak dinilai
menggunakan rubrik. Di akhir proses pembelajaran diberikan post tes yang merupakan
penilaian aspek kognitif. Berikut akan disampaikan sampel hasil pembelajaran, sedangkan
data lengkap hasil inovasi pembelajaran terdapat dalam lampiran.
3.6.1. Hasil Siklus I Pertemuan pertama
mengembangkan kecerdasan interpersonal dengan strategi mengajar “Surat untuk Sahabat”
Hasil aktivitas percaya diri secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3
Secara singkat diambil sampel percaya diri 20% dari siswa hasilnya sebagai berikut:
Tabel 3.1 Aktivitas percaya diri

24
Siklus I pertemuan pertama
Percaya Diri
Memanfaatkan
Keyakinan Diri Sikap Positif
kelebihan
J
Nama Memiliki M %
Memiliki
Tidak Mampu mental L
Kemaua dan
mudah menyes dan fisik
n dan Optimis Mandiri memanfaa
menye uaikan yang
usaha tkan
rah diri menunja
kelebihan
ng
BAGUS 3 3 2 2 2 2 2 16 76
FIRULLAH 3 2 2 2 2 2 2 15 71
MELYSA 2 2 2 2 2 2 2 14 67
M.
2 2 2 2 2 2 2 14 67
BINTANG
VIRDA 2 2 2 2 2 2 2 14 67

YANA 2 2 2 2 2 2 2 14 67
Hasil rubrik kecerdasan interpersonal dilihat pada lampiran 4, 20% dari siswa

Tabel 3.2 Kecerdasan Interpersonal

K- K- K- K- N- N- N- N-
Nama Sahabat TOTAL
1 2 3 4 K1 K2 K3 K4 NILAI
BAGUS GALANG
N 5 5 3 1 0.5 2.5 0.75 0.15 3.9 78
RAMADHAN
FIRULLAH NUR
M 3 5 3 3 0.3 2.5 0.75 0.45 4 80
AKBAR
MELYSA OLIVIA
I 5 5 1 1 0.5 2.5 0.25 0.15 3.4 68
VIRSON
MOCHAMAD
BINTANG P 3 3 1 1 0.3 1.5 0.25 0.15 2.2 44
PRAMUDYA
VIRDA MAULIDIATI
L 3 5 3 1 0.3 2.5 0.75 0.15 3.7 74
ZAHRO
YANA FUROIKA F 5 3 1 1 0.5 1.5 0.25 0.15 2.4 48

Hasil nilai kognitif dari pembelajaran menggunakan strategi mengajar Surat untuk
sahabat secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5. Diperoleh gambaran rerata pada nilai
kognitif adalah 89. Ketuntasan klasikal 100%. Pada penelitian ini aspek yang diteliti adalah
rasa percaya diri dan kecerdasan jamak. Nilai kognitif dianggap sebagai dampak penyerta.
Dengan asumsi: anak yang mengikuti pembelajaran sesuai dengan kecerdasan yang
dimilikinya, akan tumbuh rasa percaya diri dan mendapatkan nilai kognitif yang baik.
3.6.2. Hasil Siklus I pertemuan kedua
Pengembangan kecerdasan musical menggunakan strategi mengajar parodi. Hasil aktivitas
percaya diri secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6

25
Secara singkat diambil sampel percaya diri 20% dari siswa hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3.3. Aktivitas percaya diri


Siklus I pertemuan kedua
Percaya Diri
Memanfaatkan
Keyakinan Diri Sikap Positif
kelebihan
J
Nama Memiliki M %
Tidak Mampu Memiliki
Kemau dan L
Opti mudah menyesu mental dan
an dan Mandiri memanfaa
mis menye aikan fisik yang
usaha tkan
rah diri menunjang
kelebihan
BAGUS 2 2 2 2 1 1 1 11 52
FIRULLAH 1 1 2 2 2 1 1 10 48
MELYSA 2 2 2 2 2 2 2 14 67
M. BINTANG 1 1 1 2 1 1 1 8 38
VIRDA 2 2 2 2 2 3 2 15 71
YANA 2 2 2 2 2 2 2 14 67
Hasil rubrik kecerdasan musikal dilihat pada lampiran 7, 20% dari siswa

Tabel 3.4. Tabel kecerdasan musikal

Aktivitas Hasil Kerjasama Keberanian


Nama Proses Karya dalam menampil Jumlah %
Parodi Parodi Membuat kan karya
BAGUS GALANG RAMADHAN 4 4 4 4 16 100
FIRULLAH NUR AKBAR 4 4 4 4 16 100

MELYSA OLIVIA VIRSON 4 4 4 4 16 100

MOCHAMAD BINTANG
2 2 1 2 7 44
PRAMUDYA

VIRDA MAULIDIATI ZAHRO 2 2 3 2 9 56

YANA FUROIKA 4 4 4 4 16 100

Hasil nilai kognitif dari pembelajaran menggunakan strategi mengajar Parodi secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran 8.Diperoleh gambaran rerata pada nilai kognitif adalah
87. Ketuntasan klasikal 85%. Karena ada 5 siswa(15%) mendapat nilai dibawah 75, sebagai
nilai ketuntasan minimal.

3.6.3. Hasil Siklus II Pertemuan pertama


Mengembangkan kecerdasan kinestetik dengan strategi mengajar jawaban stik. Hasil
aktivitas percaya diri secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 9.

26
Secara singkat diambil sampel percaya diri 20% dari siswa hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3.5 Aktivitas percaya diri


Siklus II pertemuan pertama
Percaya Diri
Keyakinan Diri Sikap Positif Memanfaatkan kelebihan
J
Memiliki
Tidak Mampu Memiliki M %
Nama Kemau dan
mudah menyesu mental dan L
Opti Mandiri memanfaa
an dan menye aikan fisik yang
mis tkan
usaha rah diri menunjang
kelebihan

BAGUS 3 3 3 2 3 2 2 18 86

FIRULLAH 1 1 1 1 1 1 1 7 33

MELYSA 2 2 1 2 2 2 2 13 62

M. BINTANG 2 2 1 1 1 1 1 9 43

VIRDA 2 2 2 2 2 2 2 14 67

YANA 2 2 1 1 1 1 1 9 43

Hasil rubrik kecerdasan kinestetik dilihat pada lampiran 10; 20% dari siswa

Tabel 3.6 Tabel kecerdasan kinestetik


Siklus II pertemuan pertama
Jumlah
Menjawab N- N-
Nama Yang K-1 K-2 Total Nilai
Pertanyaan K1 K2
Diperoleh

BAGUS 1 0 2 1 1 0.5 1.5 38


FIRULLAH 2 2 3 3 1.5 1.5 3 75

MELYSA 1 3 2 4 1 2 3 75

M. BINTANG 3 1 4 2 2 1 3 75

VIRDA 3 1 4 2 2 1 3 75

YANA 1 2 2 3 1 1.5 2.5 63

Hasil nilai kognitif dari pembelajaran menggunakan strategi mengajar Jawaban Stik secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran 11. Diperoleh gambaran rerata pada nilai kognitif adalah
85. Ada 2 siswa (6%)yang mendapat nilai dibawah KKM. Ketuntasan klasikal 94%.

3.6.4. Hasil Siklus II pertemuan kedua

27
Mengembangkan kecerdasan linguistik menggunakan strategi mengajar tebak kata.
Hasil aktivitas percaya diri secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 12.
Secara singkat diambil sampel percaya diri 20% dari siswa hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3.7 aktivitas percaya diri


Siklus II pertemuan kedua
Percaya Diri

Memanfaatkan
Keyakinan Diri Sikap Positif
kelebihan
J
Memiliki M %
Nama
Tidak Mampu Memiliki L
Kemau dan
Opti mudah menyesu mental dan
an dan Mandiri memanfaa
mis menye aikan fisik yang
usaha tkan
rah diri menunjang
kelebihan

BAGUS 3 3 2 2 2 2 2 16 76
FIRULLAH 3 2 2 2 2 2 2 15 71
MELYSA 2 2 2 2 2 2 2 14 67
M.
2 2 2 2 2 2 2 14 67
BINTANG
VIRDA 2 2 2 2 2 2 2 14 67
YANA 2 2 2 2 2 2 2 14 67
Hasil rubrik kecerdasan linguistik dilihat pada lampiran 13, 20% dari siswa

Tabel 3.8 Tabel Kecerdasan Linguistik


N- N-
kartu waktu/detik K1 K2 Total Nilai
Nama K1 K2

BAGUS GALANG
6 76 3 1 1.8 0.4 2.2 73
RAMADHAN
FIRULLAH NUR AKBAR 6 15 3 3 1.8 1.2 3.0 100
MELYSA OLIVIA
6 25 3 2 1.8 0.8 2.6 87
VIRSON
MOCHAMAD BINTANG
6 51 3 1 1.8 0.4 2.2 73
PRAMUDYA
VIRDA MAULIDIATI
5 70 3 1 1.8 0.4 2.2 73
ZAHRO
YANA FUROIKA 6 31 3 2 1.8 0.8 2.6 87
Hasil nilai kognitif dari pembelajaran menggunakan strategi mengajar Tebak Kata secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran 14.Diperoleh gambaran rerata pada nilai kognitif adalah
95. Ketuntasan klasikal 100%.
3.7. Analisis data hasil aplikasi praktis inovasi pembelajaran

28
Hasil pembelajaran menggunakan strategi mengajar Multiple Intelligences berupa
nilai kecerdasan interpersonal, kecerdasan musical, kecerdasan kinestetik, dan kecerdasan
linguistic; aktivitas percaya diri dan nilai kognitif. Gambaran hasil pembelajaran dituang
dalam bentuk tabel 3.9

Tabel 3.9 Rekap Hasil Pembelajaran Multiple Intelligences


SURAT
JAWABAN TEBAK
NILAI UNTUK PARODI
STIK KATA
SAHABAT
Kecerdasan Interpersonal Musical Kinestetik Linguistic
Rerata 71 86 70 85
% Aktivitas Percaya Diri 80 70 67 81
Rerata Kognitif 89 87 85 95
% Ketuntasan 100 85 94 100

Pada gambar berikut terlihat perbandingan hasil angket sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan untuk 20 % siswa, selengkapnya pada lampiran 15
70
60 Sebelum Keyakinan
50
Axis Title

Diri
40
30
20 Sesudah Keyakinan
10 Diri
0
Sebelum Sikap Positif

Sesudah Sikap Positif

Axis Title

Gambar 3.1 Perbandingan Hasil Angket


4. Diseminasi

BAB IV

29
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil inovasi pembelajaran menggunakan strategi mengajar multiple
intellegences yang telah dilakukan selama dua siklus disertai paparan data dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan strategi mengajar multiple intellegences memiliki
dampak positif untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Turen Malang. Perbandingan angket sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
mengalami peningkatan. Sub variabel keyakinan diri dari 43 menjadi 44. Sub variable
sikap positif dari 57 menjadi 58. Sub variable memanfaatkan kelebihan dari 35
menjadi 36. Peningkatan rerata rasa percaya diri saat diterapkan Surat Untuk Sahabat
adalah 80 %. Strategi parodi 70%. Strategi Jawaban Stik 67% dan Tebak Kata 81%
2. Disamping itu strategi mengajar multiple intellegences juga memberikan pengaruh
positif terhadap hasil nilai kognitif. Terdapat peningkatan nilai pada masing-masing
siklus, yaitu 89 (Siklus I pertemuan 1); 87 (Siklus I pertemuan 2); 85 (siklus II
pertemuan 1) dan 95 ( Siklus II pertemuan 2).
3. Peningkatan ketuntasan belajar, dilihat dari hasil tes formatif setelah penerapan
strategi Surat Untuk Sahabat. Ketuntasan 100%, artinya sejumlah 33 siswa tuntas
belajar. Pada pertemuan kedua penerapan strategi parody terdapat 5 siswa(15%) siswa
yang belum tuntas, ketuntasan belajar 85 %. Pertemuan ketiga. penerapan strategi
jawaban stik terdapat 2 siswa(6%) belum tuntas; ketuntasan mencapai 94%. Namun
saat pertemuan keempat, penerapan strategi tebak kata dilaksanakan ketuntasan belajar
mencapai 100%.
4. Dari sejumlah 33 siswa diperoleh data kecerdasan interpersonal ada 24 siswa yang
berada diatas rerata. Kecerdasan musical ada 25 siswa yang berada diatas rerata.
Kecerdasan kinestetik ada 25 siswa yang berada diatas rerata. Kecerdasan linguistic
ada 27 siswa yang berada diatas rerata.
Dengan demikian dapat disimpulkan penerapan strategi mengajar multiple
intelligences dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan kecerdasan, dan
hasil belajar siswa pada matapelajaran PKn standar kompetensi memahami pelaksanaan
demokrasi dalam berbagai bidang kehidupan bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Turen.
4.2.Saran

30
Berdasarkan hasil penerapan strategi mengajar multiple intellegences yang telah
dilakukan sebagai inovasi pembelajaran, agar proses belajar mengajar PKn lebih
memberikan hasil optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Pelaksanaan strategi mengajar multiple intelligences memerlukan persiapan yang cukup


matang. Guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa
diterapkan dengan menggunakan strategi mengajar multiple intellegences dalam proses
belajar mengajar sehingga hasilnya optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan rasa percaya diri siswa, guru hendaknya lebih
memperhatikan dan memahami karateristik siswa, sehingga dapat menyusun langkah
pembelajaran yang mengaktifkan dan memberikan pengalaman langsung, kepada siswa;
berupa aspek kognitif, psikhomotor dan sikap yang dinilai melalui rubrik.
3. Kesediaan guru untuk berkomunikasi dengan siswa dapat lebih memahami dan mengenal
karakteristik siswa. Sehingga penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik dari guru dapat lebih mengembangkan potensi siswa.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut, terhadap siswa di kelas yang lain karena hasil
penelitian ini hanya dilakukan di kelas VIII-C SMP Negeri 1 Turen.
5. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh
hasil yang lebih baik, misalnya:
 Untuk strategi mengajar multiple intellegences diperlukan peraga yang ada kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari.
 Strategi mengajar multiple intelligences yang bervariasi untuk setiap topik
pembelajaran, sehingga rasa percaya diri yang dimiliki siswa meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

31
Aini, Jannatu, (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran IPS Kelas VII di MTS
Madinatunnajah Kelurahan Kecapi Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon, Skripsi,
Kementerian Agama Republik Indonesia (RI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syekh Nurjati Cirebon
Armstrong, Thomas. Multiple intelligences in the classroom. Ascd, 2009.
Chatib, Munif. Sekolah anak-anak juara: berbasis kecerdasan jamak dan pendidikan
berkeadilan. Kaifa, 2012.
Chatib, Munif. Sekolahnya manusia: sekolah berbasis multiple intelligences di Indonesia.
Kaifa, 2009.
De Porter, at.all (2005). Quantum Teaching :Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-
Ruang Kelas, Bandung : Kaifa
De Porter, Bobbi & Hernacki Mike (2005). Quantum Learning :Membiasakan belajar
Nyaman dan Menyenangkan, Bandung : Kaifa
Erikson, Erik. "Eight ages of man." Klassiekers van de kinder-en jeugdpsychiatrie II 258
(1966).
Fadillah, Muhammad. dkk.(2013). Pendidikan karakter anak usia dini.
Fatimah, Enung. "Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik)." Bandung:
Pustaka Setia 142 (2006).
Gardner, Howard. Frames of mind: The theory of multiple intelligences. Basic books, 2011.
Ghufron, M. Nur dan Risnawati S. Rini. 2012. “Gaya Belajar: Kajian Teoretik”.
Hakim, Thursan. "Mengatasi rasa tidak percaya diri." Jakarta: Puspa Swara (2002).
Jasmin, Julia M.A. (2007). Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk :Implementasi
Multiple Intelligences. Bandung: Nuansa
Kartini, Sri. (2009). Krisis Percaya Diri dan Solusinya. Semarang : Aneka Ilmu
Kemmis, S., and Mc Taggart. R.(2013). The Action Research Planner: Doing Critical
Participatory Action Research.
Lie, Anita. "101 Cara Menumbuhkan Kecerdasan Anak." (2003).
Maslow, Abraham Harold, et al. "Motivation and personality (Vol. 2)." New York: Harper
& Row (1970).
Ratih, Iskarima. "Super Confident Child: Tips Agar Anak Pemberani dan Percaya Diri."
(2009).
Ristya Mutasi Ningsih, Okki, (2014). Meningkatkan Percaya Diri melalui Metode Show and
Tell pada Anak Kelompok A TK Marsudi Putra, Dagaran, Palbapang, Bantul,
Yogyakarta, Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,

32
Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
Said, Alamsyah, S.Pd., M.Si. & Budimanjaya Andi, S.Pd.(2015). 95 Strategi Mengajar
Multiple Intelligences, Jakarta: Prenadamedia Group
Setiti, Bekti. "Peningkatkan kepercayaan diri siswa melalui pendekatan cooperative
learning tipe numbered head together (NHT) dalam pembelajaran matematika."
(2011).
Stipek, Deborah J. Motivation to learn: Integrating theory and practice. Allyn & Bacon,
2002.
Sugiharti, Piping. (2005). Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran
Fisika. Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005
Woolfson, L. "Disability and the parenting paradox." Psychologist 18.7 (2005): 421-422.
Yuliana Dewi, Nunur, (2012). Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas X1 Sma Negeri 1 Sumber Rembang 2012,
Skripsi, Jurusan Bimbingan Dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.

33

Anda mungkin juga menyukai