Anda di halaman 1dari 10

Versi online / URL :

Adi Prasetyo http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

PERSEPSI NASABAH TERHADAP IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN


SYARIAH DALAM OPERASIONAL PERBANKAN BERBASIS SYARIAH DI
INDONESIA

Adi Prasetyo

Staf Pengajar Jurusan Akutansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Muhammadiyah Malang
Email: aprasetyo21@yahoo.com

ABSTRACT

The objective of this study is to explore of the Indonesian Islamic people objection for
using Sharia Banking, both saving and lending fund. The main issue in the Islamic peoples
is there are the same implementation of operational sharia banking and conventional banking,
the distinguish just on the name of.
The research using content analysis for getting conclusion based on the answer from
respondents by questionnaire. The result of the research explain that even though the Sharia
Bank implement Standart of Financial Accounting – Sharia (SAK – Syariah), they still asses
that Sharia Banking in Indonesia were operated conventionally.

Keywords: sharia banking, Standard of Financial Accounting – Sharia, Islamic peoples .

PENDAHULUAN menyatakan bahwa antara perbankan syariah


dan perbankan konvensional itu sama saja.
Berawal dari keprihatinan peneliti Tujuan penelitian ini berupaya
terhadap masih sedikitnya respon umat Islam mengungkap fenomena di balik persepsi
terhadap keberadaan perbankan berbasis umat Islam Indonesia yang menyatakan
syariah. Fakta di lapangan menggambarkan, bahwa antara perbankan syariah dan
bahwa menjamurnya perbankan/ lembaga perbankan konvensional itu sama saja. Apa
keuangan syariah di Indonesia tidak diiringi yang menjadi alasan persepsi tersebut,
dengan bertambahnya jumlah nasabah. apakah karena memang disebabkan oleh
Terbukti kurang dari 1% umat Islam yang informasi yang berdasar ataukah karena
menjadi nasabah perbankan syariah. Hal ini memang praktik perbankan syariah sendiri
tentu saja mengundang beragam pertanyaan. yang menyebabkan persepsi seperti itu.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Untuk memperoleh jawaban yang pasti atas
keberadaan perbankan berbasis syariah di permasalahan itulah penelitian ini dilakukan.
Indonesia telah berjalan sekitar 20 tahun. Metode analisis yang digunakan dalam
Dari sisi pertumbuhan kuantitas bank yang penelitian ini adalah analisis deskriptif
membuka cabang/ unit syariah memang kualitatif-interpretif. Metode ini berusaha
cukup pesat. Hal ini terjadi karena Bank mendeskripsikan persepsi umat Islam yang
Indonesia mengijinkan adanya dual system menjadi nasabah perbankan konvensional,
yang diterapkan dalam aktivitas perbankan kemudian hasilnya diinterpretasikan
di Indonesia, yaitu sistem syariah dan sistem berdasarkan teori yang terkait. Melalui
non syariah (konvensional). Akan tetapi, pendekatan ini diharapkan dapat
dalam praktiknya masih banyak ditemui menungkapkan fenomena yang tersembunyi
aktivitas yang tidak sesuai dengan syariah. di balik persepsi umat Islam Indonesia,
Sehingga menimbulkan persepsi yang bahwa tidak ada perbedaan sistem antara
bank syariah dan bank konvensional.

14 JURNAL HUMANITY, Volume 7, Nomor 2, Juli 2012: 14 - 23


JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995 Versi online / URL :
Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 : 14 - 23 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

METODE PENELITIAN populasi dalam penelitian ini karena kawasan


ini memiliki pertumbuhan yang relatif tinggi,
Jenis Penelitian terutama yang berkaitan dengan Lembaga
Keuangan Syariah, baik perbankan maupun
Jenis penelitian yang akan dilakukan baitul maal wat tamwil.
adalah deskriptif kualitatif-interpretif, dimana
penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan Sampel
fenomena di balik lambannya pertumbuhan
dan perkembangan jumlah nasabah perbankan Sedangkan sampel dalam penelitian
syariah di Indonesia. Dari hasil deskripsi data adalah nasabah perbankan konvensional yang
kemudian dilakukan interpretasi, sehingga beragama Islam dan tidak menjadi nasabah
fakta-fakta yang diperoleh akan menjadi lebih perbankan syariah. Nasabah perbankan yang
bermakna dan dapat dijadikan sebagai pijakan dimaksud adalah nasabah yang menyimpan
dalam mengembangkan operasi perbankan dana dan/ atau meminjam dana dari bank
syariah di Indonesia. konvensional, baik yang berada di cabang
(kota/ ibukota kabupaten) maupun unit-unit
Lokasi Penelitian perbankan di tingkat kecamatan. Nasabah ini
dipilih sebagai sampel, karena mereka
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan beragama Islam tetapi tidak mau menjadi
Malang Raya, yaitu : Kota Malang, Kabupaten nasabah perbankan syariah.
Malang dan Kota Batu. Mengingat di
kawasan ini telah beroperasi beberapa bank Jenis dan Sumber Data
yang berbasis syariah, baik yang merupakan
cabang perbankan nasional maupun yang Data yang akan digunakan dalam
masih berupa unit-unit syariah. penelitian ini adalah primer, berupa jawaban
responden tentang konsep/ prinsip syariah
Obyek Penelitian yang diterapkan dalam operasional perbankan
syariah. Sumber data yang digali dalam
Untuk mendapatkan data yang baik, penelitian ini adalah nasabah perbankan
maka obyek dalam penelitian ini adalah konvensional yang beragama Islam (dan tidak
nasabah perbankan konvensional yang menjadi nasabahn perbankan syariah).
beragama Islam. Dengan demikian,
diharapkan jawaban yang diberikan oleh obyek Teknik Pengumpulan Data
penelitian (responden) lebih obyektif dan
dapat dijadikan dasar untuk menarik Pengumpulan data dalam penelitian ini
kesimpulan maupun interpretasi. Sehingga dilakukan dengan wawancara yang
hasil penelitian ini dapat menjawab pertanyaan dikendalikan melalui kuesioner. Sehingga,
riset dengan baik. jawaban atas pertanyaan menjadi lebih dan
lebih terarah.
Populasi
Teknik Analisis Data
Sementara itu, populasi dalam penelitian
ini adalah umat Islam di kawasan Malang Teknik Analisis data yang akan
Raya, yaitu : Kota Malang, Kabupaten Malang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua
dan Kota Batu. Mengingat, bahwa sasaran tahap, yaitu:
pasar perbankan syariah adalah masyarakat/
umat Islam. Malang Raya dipilih sebagai lokasi

Adi Prasetyo. Persepsi Nasabah Terhadap Implementasi Akuntansi Keuangan Syariah Dalam Operasional 15
Perbankan Berbasis Syariah Di Indonesia
Versi online / URL :
Adi Prasetyo http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

Tahap I : terdiri dari: Kota Batu, Kota Malang dan


Tabulasi dan grafik, dimana data yang Kabupaten Malang. Lokasi tersebut memiliki
telah terkumpul nantinya akan ditabulasi dan karakteristik yang berbeda-beda, baik dari sisi
dibuat grafik. geografis, demografis maupun sosiologis.
Untuk lebih jelasnya pada bagian berikut akan
Tahap II : diuraikan berbagai hal yang terkait dengan
kawasan Malang Raya yang disusun
Hasil yang telah digambar dalam bentuk berdasarkan urutan luas wilayah dari yang
grafik selanjutnya diinterpretasikan dengan kecil ke besar.
pendekatan kualitatif.
Kota Malang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Malang memiliki luas wilayah yang
Karakteristik Lokasi dan Objek paling kecil di antara ke tiga wilayah tersebut,
Penelitian yaitu: 110.06 km2. Kota ini dikelilingi oleh
kecamatan-kecamatan yang merupakan
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan bagian dari Kabupaten Malang. Adapun
Malang Raya, yaitu sebuah kawasan yang batas-batasnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Batas-batas Wilayah kota Malang

No Batas Wilayah Daerah Wilayah Kota Malang


1. Sisi Utara : Kecamatan Singosari dan Karangploso
2. Sisi Timur : Kecamatan Pakis dan Tumpang
3. Sisi Selatan : Kecamatan Tajinan dan Pakisaji
4. Sisi Barat : Kecamatan Wagir dan Dau

Sementara itu, kota Malang sendiri banyak pendatang yang bermukim di kota
terdiri dari 5 kecamatan, yaitu: Malang, baik untuk menempuh pendidikan
tinggi maupun untuk bekerja di pabrik-pabrik
Tabel 2: Daftar Kecamatan Di kota Malang dan mal-mal yang ada di kota Malang.
Sementara itu, jumlah penduduk kota Malang
No Kecamatan di Wilayah
berdasarkan Sensus Penduduk antar Sensus
Kota Malang
1. Klojen 2005 sebesar + 782.015 jiwa. Dari jumlah
tersebut sekitar 60%, yaitu sekitar 469.209
2. Blimbing orang merupakan orang dewasa yang
3. Sukun memiliki KTP dan dapat membuka akun
4. Kedungkandang tabungan maupun pinjaman, baik di bank
konvensional maupun bank syariah.
5. Lowokwaru
Kota Batu

Dari sisi demografi, penduduk kota


Kota Batu memiliki luas wilayah hampir
Malang lebih relatif heterogen dibandingkan
2 kalinya luas wilayah kota Malang, yaitu:
dengan kabupaten Malang dan kota Batu. Hal
202.800 km persegi. Kota ini dikelilingi
ini, karena kota Malang merupakan kota
beberapa gunung, antara lain: gunung Arjuno
pendidikan dan kota industri. Akibatnya,
di sebelah timur, gunung Panderman di

16 JURNAL HUMANITY, Volume 7, Nomor 2, Juli 2012: 14 - 23


JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995 Versi online / URL :
Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 : 14 - 23 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

sebelah utara, di sebelah barat ada gunung berkunjung se kota Batu. Selanjutnya, terkait
Kawi. Karena daerah ini merupakan daerah dengan batas-batas kota Batu adalah sebagai
pegunungan, maka udara di daerah ini terasa berikut:
dingin, sehingga banyak wisatawan yang

Tabel 3. Batas-batas Wilayah kota Batu


No Batas Wilayah Kecamatan Wilayah Kota Batu
1 Sisi Utara : Kec. Pacet Kab. Mojokerto dan Kec. Prigen Kab. Pasuruan
2 Sisi Timur : Kec. Karangploso Kab. Malang
3 Sisi Selatan : Kec. Dau Kabupaten Malang
4 Sisi Barat : Kecamatan Pujon Kab. Malang

Sementara itu, kota Batu sendiri terdiri Sensus 2005 sebesar + 172.015 jiwa.
dari 3 kecamatan, yaitu: kecamatan Batu, Meskipun memiliki wilayah yang lebih luas
kecamatan Bumiaji, dan kecamatan Junrejo. daripada kota Malang, tetapi dari sisi jumlah
Dengan demikian, di kota Batu dapat didirikan penduduk jauh lebih rendah daripada jumlah
cabang-cabang perbankan, baik konvensional penduduk kota Malang. Hal ini terjadi karena
maupun syariah. topografi kota Batu yang terdiri dari bukit-
Dari sisi demografi, penduduk kota Batu bukit dan gunung-gunung yang jarang dihuni
lebih relatif homogen dibandingkan dengan oleh penduduk. Dari jumlah tersebut sekitar
kabupaten Malang dan kota Malang. Hal ini, 67%, yaitu sekitar 115.250 orang merupakan
karena kota Batu merupakan kota pariwisata. orang dewasa yang dapat menjadi nasabah
Akibatnya, banyak penduduknya yang perbankan, baik konvensional maupun
bergerak di bidang pertanian, terutama petani syariah.
bunga, petani sayur dan buah. Kota ini sangat
terkenal dengan apelnya. Sampai ada Kabupaten Malang
ungkapan “kalau pulang dari kota Batu, tidak
afdhol kalau tidak membawa apel.” Kabupaten Malang memiliki wilayah
Di kota Batu terdapat 3 kecamatan, yang paling luas di antara ke tiga wilayah
sebagaimana disajikan di tabel 4 berikut ini. tersebut, yaitu: 3.560,24 km persegi, lebih dari
30 x luas kota Malang. Wilayah ini dikelilingi
Tabel 4. Daftar Kecamatan Di kota Batu oleh gunung-gunung hampir dari semua arah.
Di arah utara terdapat gunung Lawang dan
No Kecamatan di Wilayah gunung Arjuno. Di sisi timur dan selatan
Kota Malang gunung Bromo dan Semeru, sementara di sisi
1. Batu barat ada gunung Kawi dan Kelud. Adapun
2. Junrejo batas-batas kabupaten Malang adalah sebagai
3. Bumiaji berikut:

4. Batu
5. Junrejo

Sementara itu, jumlah penduduk kota


Batu berdasarkan Sensus Penduduk antar

Adi Prasetyo. Persepsi Nasabah Terhadap Implementasi Akuntansi Keuangan Syariah Dalam Operasional 17
Perbankan Berbasis Syariah Di Indonesia
Versi online / URL :
Adi Prasetyo http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

Tabel 5. Batas-batas Wilayah kabupaten Malang


No Batas Wilayah : Batas Wilayah kabupaten Malang
1 Sisi Utara Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan
2 Sisi Timur : Kabupaten Probolinggo dan Lumajang
3 Sisi Selatan : Samudera Indonesia
4 Sisi Barat : Kabupaten Blitar dan Kediri

Tabel 6. Daftar Kecamatan Di kabupaten nelayan, pegawai negeri/ swasta, pekerja,


Malang pengrajin, dan lain-lain. Untuk masyarakat
petaninya juga bermacam-macam, seperti:
No Nama Kecamatan di Wilayah petani sayur di Wonosari dan Pujon, petani
Kabupaten Malang bunga disekitar Karangploso dan Singosari,
1. Ampelgading petani penghasil padi banyak sekali, seperti:
2. Bantur
daerah Jabung, Turen, Tumpang, Kromengan,
3. Bululawang
4. Dampit dan lain-lain. Sementara itu, jumlah penduduk
5. Dau kabupaten Malang berdasarkan Sensus
6. Donomulyo Penduduk antar Sensus 2005 sebesar +
7. Gedangan 2.346.710 jiwa. Dari jumlah tersebut sekitar
8 Gondanglegi 79%, yaitu sekitar 1.853.900 orang adalah
9 Jabung orang dewasa yang dapat menjadi nasabah
10 Kalipare
bank, baik konvensional maupun syariah.
11 Karangploso
12 Kasembon
13 Kepanjen Penyajian dan Analisis Data
14 Kromengan
15 Lawang Untuk keperluan analisis data, kami
16 Ngajum mengirimkan 220 kuesioner, yang
17 Ngantang didistribusikan kepada berbagai bank yang
18 Pagak
ada di Malang Raya. Mengingat luasnya
19 Pagelaran
20 Pakis cakupan wilayah Malang Raya, maka untuk
21 Pakisaji pengambilan sampel kami menetapkan: 1.
22 Poncokusumo wilayah kota Malang sasaran sampel adalah
23 Pujon nasabah perbankan di jantung kota, 2.
24 Sumbermanjing Wetan Wilayah kota Batu juga nasabah perbankan
25 Singosari di jantung kota, 3. Wilayah Kabupaten
26 Sumberpucung
Malang kami memilih 3 kecamatan untuk
27 Tajinan
28 Tirtoyudo penyebaran kuesioner yaitu: Dampit,
29 Tumpang Kepanjen dan Turen. Karena di ke tiga
30 Turen kecamatan tersebut merupakan kecamatan
31 Wagir kota yang menjadi pusat beroperasinya bank-
32 Wajak bank besar seperti: BNI, BCA dan BRI.
33 Wonosari Adapun penyebaran kuesioner yang
dilakukan di wilayah Malang Raya terbagi
Dari sisi demografi, penduduk kabupaten
dengan rincian sebagai berikut:
Malang tersebar di berbagai kecamatan
tersebut. Sehingga mata pencaharian mereka
bermacam-macam,yakni: petani, tukang kayu,

18 JURNAL HUMANITY, Volume 7, Nomor 2, Juli 2012: 14 - 23


JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995 Versi online / URL :
Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 : 14 - 23 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

Tabel 7. Pendistribusian Kuesioner ke Responden


No. Wilayah Σ Perbankan Σ Responden
Konvensional
1. Kota Batu 2 40
2. Kota Malang 10 120
3. Kabupaten Malang 6 60
Total 220

Dari jumlah 220 kuesioner yang kami


tahu bahwa Islam telah mengatur berbagai
sebarkan, diperoleh kuesioner yang kembali
aktivitas dalam kehidupan manusia bukan
ke peneliti sebanyak 203 kuesioner (92,27%).
hanya masalah ibadah saja, tetapi juga
Setelah dilakukan seleksi terhadap kuesioner
mu’amalah? 2. Apakah bapak/ ibu mengerti
yang kembali ternyata terdapat 17 kuesioner
atau memahami, bahwa di dalam masalah
(8,37%) yang tidak lengkap, akibatnya
mu’amalah Islam mengatur aktivitas ekonomi
kuesioner tersebut tidak layak dianalisis.
umat, termasuk mengatur aktivitas
Dengan demikian, kuesioner yang layak untuk
perbankan?, 3. Apakah bapak/ ibu mengerti,
dianalisis sebanyak 186 kuesioner (91,63%).
bahwa di dalam mu’amalah itu Islam
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap
mengatur semua boleh, kecuali yang dilarang?
kuesioner yang layak dan hasilnya disajikan
Pilihan jawaban yang kami berikan ada tiga,
dalam pembahasan berikut ini:
yaitu : ya, tidak dan tidak tahu. Jawaban ya
diberikan oleh mereka yang memahami
Pengetahuan Syari’ah
masalah. Jawaban tidak diberikan oleh
mereka yang memahami pertanyaan tetapi
Pertanyaan pertama yang kami tanyakan
tidak memahami masalah. Jawaban tidak
kepada responden terkait dengan
tahu diberikan oleh mereka yang sama sekali
pengetahuan mengenai syariat Islam tentang
tidak memahami pertanyaan. Berdasarkan
kegiatan ekonomi, terutama kegiatan
jawaban responden untuk pertanyaan ini
perbankan syariah. Kami menanyakan
disajikan dalam tabel 8 berikut:
kepada mereka: 1. Apakah mereka mengerti/
Tabel 8 Jawaban Responden terkait dengan Pengetahuan tentang Perbankan Syariah
No Pertanyaan Jawaban Responden
Ya Tidak Tidak Tahu
1. Apakah bapak/ibu mengerti/ tahu bahwa Islam telah
mengatur berbagai aktivitas dalam kehidupan manusia 91,39% 5,91% 2,68%
bukan hanya masalah ibadah, tetapi juga mu’amalah?
2. Apakah bapak/ ibu mengerti atau memahami, bahwa di 85,48% 7,53% 6,99%
dalam masalah mu’amalah Islam mengatur aktivitas
ekonomi umat, termasuk mengatur aktivitas perbankan?
3. Apakah bapak/ ibu mengerti, bahwa di dalam mu’amalah 79,03% 6,45% 14,52%
itu Islam mengatur semua boleh, kecuali yang dilarang?
Berdasarkan jawaban responden di atas, pendapatnya mengenai mengapa mereka
kita dapat memperoleh gambaran bahwa tidak/ belum mau menjadi nasabah perbankan
sebagian besar umat Islam (yakni: 91,39%) syariah. Terdapat 5,91% responden atau 11
atau 170 responden telah memiliki pemahaman orang yang terpilih sebagai sampel tidak
atau mengerti tentang syariat Islam. Artinya, memahami tentang syariat Islam. Sementara
bahwa responden yang terpilih sebagai itu, terdapat 2,68% responden atau 5 orang
sampel telah memenuhi syarat untuk dimintai yang tidak mengerti sama sekali jangankan

Adi Prasetyo. Persepsi Nasabah Terhadap Implementasi Akuntansi Keuangan Syariah Dalam Operasional 19
Perbankan Berbasis Syariah Di Indonesia
Versi online / URL :
Adi Prasetyo http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

tentang syariat Islam, tentang apa yang 79,03% atau 147 responden menjawab
ditanyakan saja mereka tidak tahu. memahami, baik pertanyaan maupun
Terkait dengan pertanyaan ke 2 yaitu permasalahannya; 6,45% atau 12 orang
tentang mu’amalah di dalam syariat Islam menyatakan memahami pertanyaan tetapi
yang mengatur aktivitas ekonomi, termasuk tidak memahami permasalahannya; dan
perbankan. Terdapat 159 responden (85,48%) 14,52% atau 27 responden tidak mengerti
menyatakan bahwa mereka memahami apa sama sekali baik pertanyaan maupun
yang ditanyakan dan memahami permasalahannya.
permasalahannya. Artinya, bahwa 85,48%
nasabah perbankan yang terpilih sebagai Pengetahuan tentang Perbankan Syari’ah
responden memahami bahwa dalam syariat dan Kemauan menjadi Nasabah Bank
Islam itu diatur mengenai aktivitas ekonomi Syariah.
dan perbankan syariah. Akan tetapi hingga
saat ini mereka belum mau menjadi nasabah Pengetahuan responden tentang
perbankan syariah yang beroperasi di Malang perbankan yang beroperasi berdasarkan
Raya. Meskipun mereka memahami bahwa syariah juga tidak semuanya baik. Meskipun
dengan menjadi nasabah di bank syariah sasaran responden dalam penelitian adalah
mereka memperoleh bagi hasil yang halal orang-orang yang beragama Islam, tetapi
dibandingkan dengan bunga bank yang tidak mau menjadi nasabah pada bank-bank
haram. Sementara itu, responden yang tidak yang beroperasi secara syariah. Untuk
memahami permasalahannya ada 14 orang menjawab masalah riset kami menanyakan
(7,53%) dan yang tidak mengerti sama sekali 2 hal, pertama terkait dengan pengetahuan
atau responden yang menjawab tidak tahu ada mereka tentang perbankan yang beroperasi
13 orang (6,99%). secara syariah, ke dua mengapa mereka tidak
Selanjutnya terkait dengan pertanyaan mau menjadi nasabah perbankan syariah.
ke tiga, yaitu yang berhubungan dengan Untuk pertanyaan pertama kami
pertanyaan: Apakah bapak/ ibu mengerti, mengajukan pertanyaan tertutup, dengan 3
bahwa di dalam mu’amalah itu Islam pilihan jawaban yaitu: ya dan tidak tahu.
mengatur semua boleh, kecuali yang dilarang? Jawaban yang diberikan oleh responden
Diperoleh jawaban dari responden, yaitu: dapat disimak dalam tabel 9 berikut ini:

Tabel 9 Jawaban Responden terkait dengan Pengetahuan tentang Perbankan Syari’ah

Pertanyaan Jawaban Responden


Ya Tidak Tahu
Apakah bapak/ibu mengerti/ tahu bahwa di Indonesia,
khususnya di Malang Raya ada perbankan yang ber- 88,17% 11,83%
operasi berdasarkan syariat Islam?

Berdasarkan tabel 9 di atas diperoleh khususnya di Malang Raya beroperasi


jawaban dari responden, terdapat 164 berdasarkan syariat Islam.
responden (88,17%) menyatakan bahwa Selanjutnya untuk pertanyaan ke dua
mereka tahu dan paham bahwa di Indonesia peneliti sengaja membuat kuesioner dalam
ada perusahaan perbankan yang beroperasi bentuk pertanyaan terbuka, yaitu: mengapa
secara syariah (berdasarkan syariat Islam). bapak/ ibu tidak mau menjadi nasabah
Sementara itu, terdapat 22 responden perbankan yang beroperasi secara syariah?
(11,83%) menyatakan, bahwa mereka tidak Karena pertanyaannya bersifat terbuka, maka
tahu kalau ada bank di Indonesia umumnya, responden bebas memberikan jawaban/

20 JURNAL HUMANITY, Volume 7, Nomor 2, Juli 2012: 14 - 23


JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995 Versi online / URL :
Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 : 14 - 23 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

alasan. Tidak ada batasan dari peneliti atas mengumpul ke dalam empat kategori yang
jawaban yang diberikan oleh responden. disajikan dalam tabel 10 sebagai berikut:
Setelah dilakukan analisis isi (Content
analysis) diperoleh jawaban responden

Tabel 10. Jawaban Responden atas Pertanyaan: Mengapa bapak/ ibu tidak mau menjadi nasabah
Perbankan Syariah?

No Jawaban Responden Jawaban Responden


∑ Jawaban Prosentase
1. Namanya masih menggunakan kata BANK, hanya 46 24,60%
ditambah kata syariah dibelakangnya.
2. Hanya berbeda istilahnya saja, bank konvensional
menggunakan istilah bunga, sementara itu bank sya-
63 32,54%
ri’ah menggunakan istilah bagi hasil, atau margin.
3. Dalam hal perjanjian, bank syariah menggunakan 48 25,60%
istilah akad, bank kenvensional menggunakan istilah
kontrak perjanjian.
4. Bank syariah belum sepenuhnya menerapkan PSAK 29 17,26%
syariah (101-107), terbukti dengan penggunaan istilah
pembiayaan untuk mudharabah, musyarakah dan
murabahah.
Total 186 100%

Berdasarkan jawaban responden yang umat lslam enggan menjadi nasabah


ditabulasi dalam tabel 10 diperoleh informasi, perbankan syariah. Terdapat 32,54%
bahwa keengganan umat Islam menjadi responden yang menyatakan keengganan
nasabah pada bank syari’ah karena masih mereka untuk menjadi nasabah perbankan
menggunakan kata bank pada lembaga disebabkan oleh sistem ini. Lagi-lagi alasan
keuangan syari’ah tersebut. Terdapat 24,60% ini sebenarnya tidak perlu terjadi, jika
responden yang menyatakan hal ini. Mereka penjelasan secara mendalam mengenai
memperoleh kesan selama masih bernama perbedaan sistem bagi hasil dari sistem bunga
bank apapun alasannya pastilah sama saja dapat mereka peroleh dengan mudah.
dalam operasionalnya. Ke depan perlu Sayangnya, penjelasan akan hal ini hanya
dipikirkan penjelasan yang lebih rinci diperoleh oleh lslam yang menempuh
mengenai perbedaan operasional antara bank pendidikan tinggi. Itupun tidak semua
konvensional dari bank syari’ah. Kejelasan mahasiswa memperoleh penjelasan tentang
lebih rinci ini menjadi penting agar umat Islam hal ini, hanya mahasiswa pada program studi
lebih memahami bahwa meskipun namanya tertentu saja yang mendapatkan penjelasan
sama-sama bank, tetapi hukum-hukum, tentang sistem bagi hasil. Akibatnya, sebagian
ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturannya besar mahasiswa yang menempuh pendidikan
berbeda yang dilaksanakan oleh perbankan tinggi tidak mendapatkan penjelasan tentang
syari’ah dari perbankan konvensional. sistem bagi hasil dan perbedaannya dari
Perbedaan antara bunga dari bagi hasil sistem bunga. Apalagi masyarakat awam
belum juga sepenuhnya dipahami oleh umat yang tidak menempuh pendidikan tinggi.
Islam Indonesia, khususnya umat Islam di Selanjutnya sesuatu yang menyebabkan
Malang Raya. Hal ini juga merupakan umat lslam enggan menjadi nasabah
sesuatu yang menjadi kendala, mengapa perbankan syariah adalah istilah kontrak dan

Adi Prasetyo. Persepsi Nasabah Terhadap Implementasi Akuntansi Keuangan Syariah Dalam Operasional 21
Perbankan Berbasis Syariah Di Indonesia
Versi online / URL :
Adi Prasetyo http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

akad. Di perbankan konvensional menyebut syari’ah pendanaan 100% diberikan dalam


perjanjian dengan istilah kontrak, sementara akad mudharabah, dan pendanaan sebagian
perbankan menyebutkan perjanjian dengan diberikan dalam akad musyarakah.
istilah akad. Padahal secara bahasa ini Sementara itu, untuk membeli barang melalui
dipahami sebagai hal biasa, kontrak itu bahasa perbankan syariah diakui sebagai jual-beli,
Indonesia sedangkan akad itu bahasa Arab sedangkan di perbankan konvensional diakui
yang artinya ikatan/ kontrak. Tentu saja sebagai kredit barang. Perlakuan jual-beli
berbeda antara akad dan kontrak. Perbedaan tentu saja berbeda dari perlakuan kredit
ini menyangkut syariat, dimana dalam kontrak barang. Dalam perlakuan jual-beli pihak
ikatan yang dilakukan itu terjadi antar manusia perbankan syari’ah mengakui adanya laba/
dan hanya diikat oleh hukum-hukum yang margin, sedangkan dalam kredit barang selain
dibuat oleh manusia. Sedangkan di dalam pengakuan laba dalam proses angsuran
akad, ikatan yang dibuat bukan hanya antar dimasukkan unsur bunga, artinya selain laba
manusia tetapi ada keterlibatan Allah di dalam atas penjualan juga ditambahkan bunga ke
akad itu dan hukum yang mengikat itu bukan dalam angsuran.
hanya hukum manusia tetapi hukum-hukum
Allah yang dilibatkan, sehingga mereka yang KESIMPULAN DAN SARAN
berakad dengan hukum Allah akan lebih
serius dan lebih hati-hati dalam memenuhi Kesimpulan
akadnya. Teidak seperti yang terjadi dalam
ikatan yang bernama kontrak. Dengan Sebagai penutup berikut ini disajikan
demikian, pemahaman tentang hal ini perlu kesimpulan atas hasil penelitian ini. Beberapa
lebih diintensifkan agar umat lslam lebih kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil
banyak lagi yang mau menjadi nasabah analisis data terdiri dari:
perbankan syari’ah.
Bagi masayarakat yang telah 1. Bahwa keengganan umat lslam di
memperoleh pendidikan tinggi keengganan Malang Raya untuk menjadi nasabah
yang ada lebih disebabkan karena perbankan berbasis syari’ah disebabkan
implementasi akuntansi syari’ah dalam oleh karena kekurangpahaman mereka
perbankan syari’ah masih belum diterapkan mengenai syari’at Islam, terutama yang
secara penuh. Hal ini dapat dilihat dari terkait dengan aktivitas ekonomi dan
implementasi PSAK Syari’ah yang terdiri dari perbankan Islam.
PSAK 101 sampai 107, di mana perbankan 2. Kekurangpahaman tersebut
syar i’ah masih menggunakan istilah menyebabkan munculnya persepsi di
pembiayaan untuk akad mudharabah, kalangan umat Islam Malang Raya,
murabahah dan musyarakah. Padahal untuk bahwa perbankan syari’ah sama saja
mudharabah dan musayarakah PSAK dengan perbankan konvensional. Hal ini
syari’ah menggunakan istilah kerja sama, dan disebabkan karena mereka tidak pernah
untuk murabahah istilah yang digunakan dalam mendapatkan penjelasan secara rinci
PSAK Syari’ah adalah jual-beli. Kerjasama mengenai ketentuan-ketentuan
dalam mudharabah dan musyarakah nasabah perbankan syariah, baik yang ditetapkan
disebut sebagai partner/ rekanan. Sedangkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN)
dalam perbankan konvensional tetap disebut maupun Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
sebagai nasabah (debitur). Mereka mengetahui perbankan syariah
Perbedaan lainnya, dalam bank hanya diri iklan, reklame, pariwara baik
konvensional tidak pendanaan 100% diberikan yang disiarkan langsung oleh televisi,
kepada nasabah, tetapi dalam perbankan maupun media cetak.

22 JURNAL HUMANITY, Volume 7, Nomor 2, Juli 2012: 14 - 23


JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995 Versi online / URL :
Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 : 14 - 23 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

3. Hal lain yang menyebabkan umat lslam


enggan menjadi nasabah perbankan Yaya, Rizal, Ahim A, dan Peni N, 2008,
syari’ah adalah karena istilah-istilah yang “Kesenjangan Harapan antara
digunakan di perbankan syariah masih Nasabah dan Manajemen terhadap
banyak yang berasal dari perbankan Penyampaian Informasi Keuangan
konvensional, sehingga terkesan bahwa dan Non Keuangan Bank Syariah:
perbankan syari’ah sama saja dengan Studi Empiris Bank Syariah di
perbankan konvensional. Yogyakarta dan Surakarta”, Prosiding
Makalah pada Simposium Nasional
Saran Akuntansi 11, Pontianak.
Selanjutnya disajikan saran untuk
perbaikan-perbaikan di masa yang akan Yusoh, Wan dan Wan Ismail, 2001, “Islamic
datang. Accounting”, Makalah, disampaikan
1. Bagi dunia perbankan syar i’ah pada acara International Conference on
Islamic Banking and Finance di
diharapkan dapat menerapkan PSAK
EKABA FE, Universitas Trisakti,
Syari’ah (101-107) sebagai landasan
Jakarta.
dalam mengelola transaksi maupun
laporan keuangannya. Dengan
demikian, istilah-istilah yang digunakan
dalam operasionalnya sesuai dengan
ketentuan syari’ah.
2. Diperlukan pendidikan yang mendalam
mengenai akuntansi keuangan syariah.
Hal ini menjadi peluang bagi dunia
pendidikan lslam, terutama Universitas
Muhammadiyah Malang dalam
mengambil peran sebagai pencetak
Sumber Daya Manusia yang nantinya
dapat mengembangkan praktik-praktik
syari’ah baik Manajemen Keuangan
Syariah, Perbankan Syariah, maupun
Akuntansi Keuangan Syariah.
3. Implementasi ke tiga hal tersebut
diharapkan dapat meningkatkan minat
umat lslam untuk menjadi nasabah
perbankan syari’ah.

DAFTAR PUSTAKA

Beik, I., S., 2006, “Urgensi Standarisasi


Akuntansi Perbankan Syariah”,
www.tazkiaonline.com diakses tanggal:
17 Juli 2011.

Nurhayati, Sri dan Wasilah, 2009, “Akuntansi


Syariah di Indonesia,” Edisi 2,
Salemba Empat, Jakarta.

Adi Prasetyo. Persepsi Nasabah Terhadap Implementasi Akuntansi Keuangan Syariah Dalam Operasional 23
Perbankan Berbasis Syariah Di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai