Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG MENJADI


BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DESTILASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Srata-1

Di susun oleh :

Nama : Adi Seto Yuwono

Stanbuk : 302170008

FAKUSTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS GORONTALO
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG MENJADI


BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DESTILASI

1. Pelaksana
Nama Mahasiswa : Adi Seto Ywono
Stanbuk : 302170008
Alamat Rumah : PLTD Telaga Kel. Paguyaman, Kota Tengah, Kota
Gorontalo
No. Telp : 081289827168
Alamat email : adisetoyuwono@gmail.com

Gorontalo, Desember 2018

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknik Dosen Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Seiring semakin berkembangnya tingkat pemakaian kendaraan bermotor di


Indonesia yang mengakibatkan tingginya kebutuhan akan bahan bakar minyak
(BBM) yang mempengaruhi bertambahnya jumlah pemakaian bahan baku yang
berasal dari minyak bumi. Ketersediaan minyak bumi sangat terbatas dan merupakan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga harga akan semakin
meningkat seiring bertambahnya tahun. Oleh karena itu perlu adanya bahan alternatif
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti contohnya yaitu bioetanol. Saat
ini bioetanol sedang diusahakan secara intensif tentang pemanfaatan bahan-bahan
yang mengandung glukosa, karbohidrat dan selulosa.

Pisang dengan nama Latin Musa paradisiacal merupakan jenis buah-buahan


tropis yang banyak dihasilkan di Indonesia (Anonyimous. 1978). Buah pisang
dimanfaatkan untuk membuat makanan dan minuman seperti gorengan, kue bolu,
kripiik pisang, jus dan lain lain. Kulit dari buah pisang biasanya langsung dibung oleh
masyarakat dan hal itu akan menyebabkan permasalahan limbah dan mencemarkan
lingkungan.

Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber


karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme produksi bioetanol dari
tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi
karbohidrat menjadi gula atau glukosa dengan bebarapa metode diantaranya dengan
hidrolis asam dan secara enzimatis. Metode hidrolisis secara enzimatis lebih sering
digunakan karena lebih ramah lingkungan dibandingkan katalis asam. Glukosa yang
diperoleh selanjutnya dilakukan proses fermentasi atau peragian dengan
menambahkan yeast atau ragi sehingga diperoleh Bioetanol (Khairani,2007). Pada
proses akhir, bioetanol yang telah di fermentasi itu dilanjutkan ke proses destilasi.

1
Destilasi atau lebih umum dikenal dengan istilah penyulingan dilakukan untuk
memisahkan etanol dalam cairan dari hasil fermentasi dengan menggunakan teknik
pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing
zat penyusunan dari campuran homogen.Prinsipnya zat cair dengan titik rendah
dengan titik rendah memiliki tekanan uap jenuh yang relative tinggi dari zat lain
dengan titik didih tinggi, dengan demikian akan cepet berubah menjadi fasa uap juka
diberi kalor atau panas.

Diperlukan suatu pemahaman bagaimana proses pembuatan bioetanol mulai


dari langkah produksi, fermentasi dan destilasi dari berbahan dasar kulit pisang bisa
di aplikasikan di masyarakat agar sedikitnya masalah krisis bahan bakar bisa teratasi
walaupun hanya bebarapa persen. Dilatar belakangi oleh beberapa hal yang
disebutkan di atas, penulis akan mencoba memanfaatkan limbah kulit pisang untuk
dijadikan bioethanol dengan proses fermentasi dan destilasi.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat diambil
yaitu :
1. Bagaimana karakteristik bioethanol kulit pisang jika dilakukan fermentasi
dengan waktu 4 hari dan 8 hari.
2. Bagaimana mengetahui kualitas fermentasi terbaik bioethanol yang dapat
digunakan di kendaraan.

1.3. TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan yang diharapkan dari penelitian
ini yaitu :
1. Untuk mengetahui karakteristik dan kualitas bioetanol dari limbah kulit pisang
jika dilakukan fermentasi dengan waktu 4 hari dan 8 hari.
2. Memanfaatkan bioethanol dari limbah kulit pisang sehingga dapat dijadikan
alternatif pengganti bahan bakar premium.

1.4. MANFAAT

Manfaat yang diharapkan setelah selesainya Penelitian ini adalah sebagai


berikut.
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara untuk membuat bioetanol
kulit pisang dengan menggunakan proses fermentasi dan proses destilasi.
2. Agar masyarakat dapat memanfaatkan kulit pisang yang selama ini menjadi
limbah dan tidak di manfaatkan dengan baik.
3. Sebagai referensi dan informasi pada penulis lainnya yang tertarik untuk
mengkaji dan meneliti proses pembuatan bioethanol yang ramah lingkungan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. LANDASAN TEORI


2.1.1. Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam
tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat
berada ada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase
yang disebuktan terakhir. Terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi
bisa dikaitkan dengan polusi.

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo volume sampah


setiap harinya di Kota Gorontalo mencapai 100 ton dan akan meningkat sampai 200
ton per hari pada hari-hari besar. Maka dari itu pencarian solusi untuk menanggulangi
sampah yang semakin hari semakin banyak itu sangat penting agar dapat mengurangi
jumlah sampah.

Kita bisa mengelola sampah hingga angka 70%, ketimbang kita terjebak pada
pertengkaran dan perdebatan tak kunjungan usai pada persoalan sampah yang 30%.
70% bukan angka yang kecil dan upaya mengatasi persoalan sampah dewasa ini,
apalagi pada kenyataannya angka yang bisa dikelola dan didaur ulang itu seringkali
melampaui 70% (Satudedi, 2009) .
Gambar 2.1. Penggolongan sampah
(Sumber: Satudedi, 2009)

2.1.2. Kulit Pisang


Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat dalam berbagai
jenis tumbuh-tumbuhan yang disimpan dalam akar, batang buah, kulit, dan biji
sebagai cadangan makanan. Pati adalah polimer D-glukosa dan ditemukan sebagai
karbohidrat simpanan dalam tumbuh-tumbuhan, misalnya ketela pohon, pisang,
jagung,dan lain-lain (Poedjiadi A, 1994). Kulit pisang digunakan karena mengandung
karbohidrat. Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen. contoh glukosa (C6H12O6), sukrosa (C12H22O11), sellulosa (C6H10O5)n.
Rumus umum karbohidrat Cn(H2O)m.
2.1.3. Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol diartikan juga
sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung pati,
seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari
minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium (Khairani, 2007).

Bioetanol adalah etanol (C2H5OH) yang diproduksi dari bahan baku berupa
biomassa yang mengandung komponen pati, gula, atau selulosa, dan juga limbah
biomassa. Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui proses hidrolisis
dan fementasi bak, kemudian etanol yang dihasilkan dipisahkan kandungan airnya
dengan proses destilasi dan dehidrasi (Pertamina, 2007).

Bioetanol secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan
alkohol dan campuran bahan bakar untuk kendaraan. Grade bioetanol harus berbeda
sesuai dengan penggunaannya. Berdasarkan kadar alkoholnya, etanol terbagi menjadi
tiga grade sebagai berikut:

a. Grade industri dengan kadar alkohol 90-94%.


b. Netral dengan kadar alkohol 96-99,5%, umumnya digunakan untuk minuman
keras atau bahan baku obat dalam industri farmasi.
c. Grade bahan bakar dengan kadar alkohol diatas 99,5%.
(Prihardana, R., dkk. 2008).

Bahan baku bioetanol bisa dihasilkan dari sumber-sumber berikut:

a. Bahan yang mengandung pati, berupa singkong atau ubi kayu, ubi jalar,
tepung sagu, biji jagung, biji sorgum, gandum, kentang, ganyong, garut, dan
lain-lain.
b. Bahan yang mengandung gula, berupa molasses (tetes tebu), nira tebu, nira
kelapa, nira batang sorgum manis, nira aren (enau), nira nipah, gewang, nira
lontar, dan lain-lain.
c. Bahan yang mengandung selulosa, berupa limbah pertanian seperti jerami
padi, ampas tebu, janggel (tongkol) jagung, batang pisang, serbuk gergaji
(grajen), dan lain-lain.
Kelebihan-kelebihan bioetanol dibandingkan bensin:
a. Bioetanol mengandung 35% oksigen, sehingga meningkatkan efisiensi
pembakaran dan mengurangi emisi gas buang.
b. Bioetanol memiliki nilai oktan yang lebih tinggi yaitu 96-113, sehingga dapat
menggantikan bahan adiktif.
c. Energi yang dapat diperbaharui (renewable).

2.2. TEORI DASAR


2.2.1. Bioetanol Kulit Pisang
Kulit pisang merupakan limbah selulosik dimana pembuatan alkohol dari
limbah selulosik merupakan rangkaian dari proses pembuatan glukosa, dimana tahap
awalnya dengan menghidrolisis menggunakan asam kuat (HCl) pada limbah selulosa
tersebut (kulit pisang). Pengambilan kulit pisang sebagai limbah selulosik karena
diketahui pada umumnya tebal kulit pisang adalah 41 bagian dari buahnya, maka
diperlukan pemikiran usaha untuk memanfaatkannya. Etanol merupakan cairan hasil
proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati) menggunakan bantuan
mikroorganisme.

Gambar 2.2. Proses produksi bioetanol dari bahan berpati


(Sumber: Satudedi, 2009)

Produksi etanol dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat


dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula atau glukosa dengan
beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis. Glukosa
yang diperoleh selanjutnya dilakukan proses fermentasi atau peragian dengan
menambahkan yeast atau ragi (Saccharomyces Cereviceae) sehingga diperoleh etanol.
(Agra dkk,1073)

Tabel 2.1 Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang Raja per 100 gram bahan
(Sumber: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Jatim, Surabaya (1982))

No Hasil Tes Kimiawi Laboratorium Kadar

1. Air (g) 68,90

2. Karbohidrat (g) 18,50

3. Lemak (g) 2,11

4. Protein (g) 0,32

5. Kalsium (mg) 715

6. Fosfor (mg) 117

7. Zat besi (mg) 1,60


8. Vitamin B (mg) 0,12

9. Vitamin C (mg) 17,50

Berikut adalah proses pembuatan bioetanol yaitu:


2.2.2. Hidrolisis Pati Kulit Pisang
Reaksi hidrolisis pati berlangsung menurut persamaan reaksi sebagai berikut :
(C6H10O5)n + n H2O → n(C6H12O6)
Pati air glukosa

Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka untuk
memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator. Penambahan
katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air, sehingga reaksi hidrolisis
tersebut berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering digunakan adalah asam sulfat,
asam nitrat dan asam khlorida. Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida
sehingga persamaan reaksi yang terbentuk sebagai berikut:

(C6H10O5)n + n H2O → n(C6H12O6)

Pati air glukosa


Hidrolisis asam adalah hidrolisi yang memakai katalisator asam untuk
mempercepat reaksi. Jenis katalisator asam yang biasa dipakai adalah HCL dan
H2SO4. Hidrolisis asam ada dua yaitu hidrolisis memakai asam pekat dan asam encer.
Adapun perbedaan dari keduannya adalah:
Tabel 2.2. perbedaan antara hdirolisis yang memakai asam pekat dan asam encer
(Wasito, 1981 dalam Nurdyastuti, 2005)

Hidrolisis Keuntungan Kelemahan


asam

Asam pekat  Suhu operasi rendah  Konsumsi asam banyak,


 Gula hasil lebih
lebih korosi
banyak  Konsumsi energi lebih
tinggi untuk recovery
asam
 Waktu lebih lama
Asam Encer  Asam yang dipakai  Suhu operasi tinggi
 Hasil gula lebih sedikit
sedikit
 Waktu lebih pendek

Konsentrasi asam, temperatur, konsentrasi pati dan waktu reaksi dapat


bervariasi tergantung dari sifat pati yang diinginkan. Molekul amilosa mudah
terpecah dibanding dengan molekul amilopektin sehingga saat hidrolisa asam
berlangsung akan menurunkan gugus amilosa.
2.2.3. Fermentasi dengan Ragi (Saccharomyces cereviceae)
Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau
sebagian. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti Natrium Khlorida
bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan mencegah
pertumbuhan sebagian besar organisme yang lain. Suatu fermentasi yang busuk
biasanya adalah fermentasi yang mengaklami kontaminasi, sedangkan fermentasi
yang normal adalah perubahan karbohidrat menjadi alkohol.
Mikroba yang digunakan untuk fermentasi dapat berasal dari makanan
tersebut dan dibuat pemupukan terhadapnya. Tetapi cara tersebut biasanya
berlangsung agak lambat dan banyak menanggung resiko pertumbuhan mikroba yang
tidak dikehendaki lebih cepat. Maka untuk mempercepat perkembangbiakan biasanya
ditambahkan mikroba dari luar dalam bentuk kultur murni ataupun starter (bahan
yang telah mengalami fermentasi serupa).
Fermentasi bioetanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula
menjadi bioetanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh
massa sel mikroba. Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah glukosa
menjadi bioetanol oleh sel-sel ragi tape dan ragi roti (Prescott and Dunn, 1959).
Ragi (Saccharomyces cereviceae) dimanfaatkan untuk melangsungkan
fermentasi, baik dalam makanan maupun dalam minuman yang mengandung alkohol.
Jenis mikroba ini mampu mengubah cairan yang mengandung gula menjadi alkohol
dan gas CO2 secara cepat dan efisien.
ragi
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2

Glukosa Etanol

(Sudarmadji K., 1989)


Setelah proses fermentasi selesai, cairan hasil fermentasi dimasukkan ke
dalam evaporator untuk dipanaskan pada suhu antara 79-81oC, karena pada suhu
tersebut etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke
destilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran destilator. Destilasi pertama
biasanya hanya menghasilkan kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar
etanol masih di bawah 95%, destilasi perlu diulangi lagi dengan mengatur reflux ratio
(produk yang dikembalikan ke dalam kolom destilasi) hingga kadar etanolnya 95%.
Apabila kadar dari etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau
penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau
calcium oxide. Tambahkan kapur tohor pada bioetanol dan biarkan semalam. Setelah
itu dilakukan destilasi lagi hingga kadar kemurniannya mencapai 99,5%.

Gambar 2.3. Kapur tohor atau calcium oxide


2.2.4. Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya
berdasarkan perbedaan titik didih atau berdasarkan keampuhan zat untuk
menguapkan. Saat suhu dipanaskan, cairan yang titik didihnya lebih rendah akan
mengua terdahulu. Uap ini akan dialirkan dan kemudian didinginkan sehingga
kembali menjadi cairan yang ditampung pada wadah terpisah. Zat yang titik didihnya
lebih tinggi masih tertinggal pada wadah semula (Sutresna, 2002).
Prinsip dari destilasi adalah penguapan dan pengembuanan kembali uapnya
dari tekanan dan suhu tertentu. Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair pada
titik didihnya dan memisahkan cairan dari zat padat. Uap yang dikeluarkan dari
campuran disebut sebagai uap bebas. Kondensat yang jatuh sebagai destilat dan
bagian cair yang tidak mengua sebagai residul. Apabila yang diinginakn adalah
bagian campurannya yang tidak teruapkan dan destilatnya maka proses tersebut
dinamakan pengentalan dengan evaporasi (Bernasconi, 1995).
Destilasi adalah sebuah aplikasi yang mengikuti prinsip-prinsip “Jika suatu zat
dalam larutan tidak sama-sama menguap, maka uap larutan akan mempunyai
komonen yang berbeda dengan larutan aslinya”. Jika salah satu zat menguap dan
yang lain tidak, perpisahan dapat terjadi sempurna. Tetapi jika kedua zat menguap
tetapi tidak sama, maka pemisahnya hanya akan terjadi sebagian, akan tetapi destilat
atu produk akan menjadi kaya pada suatu komponen dari pada larutan aslinya
(Richard, 1965).
Destilasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

2.2.4.1. Destilasi Uap


Proses penyaringan suatu campuran air dan bahan yang tidak larut sempurna
atau larut sebagian dengan menurunkan tekanan sistem sehingga didapatkan hasil
penyulingan jauh dibawah titik didih awal.

Gambar 2.4. Destilasi uap


(Sumber : Satudedi, 2009)
2.2.4.2. Destilasi Vakum

Untuk memurnikan senyawa yang larut dalam air dengan titik didih tinggi
sehingga tekanan lingkungan harus diturunkan agar tekanan sistem turun. distilasi ini
tekanan operasinya 0,4 atm (≤300 mmHg absolut). Proses distillasi dengan tekanan
dibawah tekanan atmosfer.

Gambar 2.5. Destilasi vakum


(Sumber : Satudedi, 2009)
2.2.4.3. Destilasi Biasa

Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh.
Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh
senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap
pada saat mencapai titik didih masing – masing.
Gambar 2.6. Destilasi biasa
(Sumber: destilasi17.wordpress.com)

2.2.5. Standar Nasional Indonesia (SNI) Bioetanol


Pemanfaatan bioetanol diarahkan untuk memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap bauran energi nasional (national energy mix) terutama sebagai
bahan bakar pencampur ataupun pensubstitusi bensin. Menurut Prihandana et al,
(2007), Pemerintah melalui Dewan Standarisasi Nasional (DSI) telah menetapkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bioetanol dengan tujuan melindungi
konsumen (dari segi mutu), produsen, dan mendukung perkembangan industri
bioetanol di Indonesia.

Standar Nasional Indonesia (SNI) bioetanol disusun oleh Panitia Teknis


Energi Baru dan Terbarukan (PTEB) melalui tahapan - tahapan baku tata cara
perumusan standar nasional. Penyusunan SNI bioetanol Terdenaturasi untuk gasohol
ini dilakukan dengan memperhatikan standar sejenis yang sudah berlaku di negara-
negara lain yang pemakaian bioetanolnya sudah luas dan mencapai tahap komersial.
Faktor lain yang juga diperhatikan adalah keberagaman bahan baku bioetanol di tanah
air (Budiyanto, 2002).

Hasil kerja panitia PTEB adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) bioetanol
terdenaturasi yang disahkan dengan nomor SNI DT 27-0001-2006, tanggal 27
Desember 2006. Standar ini menetapkan persyaratan mutu yang akan digunakan
sebagai bahan bakar motor bensin, yaitu sebagai komponen campuran bahan bakar
bensin pada kendaraan bermotor atau motor bensin lainnya (Prihandana et al., 2007).
Syarat mutu dan spesifikasi standar bioetanol terdenaturasi untuk gasohol tertera pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.3. Spesifikasi standar bioetanol terdenaturasi untuk gasohol

(Sumber: Badan Standarisasi Nasional. 2012)

No Parameter uji Satuan, min/maks Persyaratan

1. Kadar etanol %-v, min. 99,5 (setelah


didenaturasi dengan
denatonium benzoat)
94,0 (setelah
didenaturasi dengan
hidrokarbon)

2. Kadar metanol %-v, maks. 0,5

3. Kadar air %-v, maks. 0,7

4. Kadar penaturan 2–5


Hidrokarbon
%-v 4-10
Atau Denatonium
Benzoat
mg/l

5. Kadar tembaga mg/kg, maks. 0,1


(Cu)

6. Keasaman mg/L, maks. 30


sebagai asam
asetat

7. Tampakan mg/L, maks. jernih dan terang, tidak


ada endapan dan
kotoran

8. Kadar ion klorida mg/L, maks. 20


(Cl-)

9. Kandungan mg/L, maks. 50


belerang (S)

10. Kadar getah mg/100ml, maks. 5,0


purwa dicuci
(washed gum)

a) Jika tidak diberikan catatan khusus, nilai batasan (spesifikasi) yang


tertera adalah nilai untuk bioetanol yang sudah didenaturasi dan akan
dicampurkan ke dalam bensin pada kadar sampai dengan 10%-v.

b) FGE umumnya memiliki berat jenis dalam rentang 0,7936 - 0,7961


pada kondisi 15,56/15,56 °C, atau dalam rentang 0,7871 - 0,7896 pada
kondisi 25/25 °C, diukur dengan cara piknometri atau hidrometri yang
sudah sangat lazim diterapkan di dalam industri alkohol.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. METODOLOGI
3.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Penelitian dilakukan di Workshop Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas


Gorontalo pada bulan Januari-Maret 2019.

b. Pengolahan bioetanol dari limbah kulit pisang dilaksanakan di Workshop


Teknik Mesin Universitas Gorontalo pada bulan Januari-Maret 2019.

3.1.2. Bahan Penelitian


Adapun bahan yang digunakan dalam tahap penelitian ini adalah sebagai
berikut:

a. Kulit pisang sebagai bahan utama diambil dari usaha pisang keju, pisang
goreng, atau limbah rumah tangga di pinggiran jalan Kota Gorontalo.
b. Bahan-bahan kimia seperti aquadest, HCl dan H2SO4 digunakan sebagai
katalis untuk percobaan hidrolisis.
c. Fermipan sebagai fermentator dalam proses fermentasi.
3.1.3. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Seperangkat alat hidrolisis


b. Jerigen sebagai penampungan fermentasi.
c. Destilator sebagai alat distilasi.
d. Gelas ukur sebagai penampung bioetanol hasil distilasi.
3.1.4. Prosedur Penelitian

Prosedur – prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


a. Prosedur pengolahan bahan.
1. Persiapan kulit pisang yang akan diolah menjadi bioetanol.
2. Kandungan karbohidrat yang terkandung ada kulit pisang diurai
menjadi glukosa dengan menggunakan metode hidrolisis asam.
3. Analisa kadar glukosa hasil hidrolisis.
4. Fermentasi dengan menggunakan saccharomyces cereviceae.
b. Prosedur destilasi.
1. Menyiapkan alat destilator.
2. Menyiapkan botol penampung hasil distilasi (bioetanol).
3. Memasukkan bahan hasil fermentasi ke dalam tabung.
4. Menyalakan alat.
5. Tunggu beberapa saat sampai suhu yang diinginkan tercapai.
6. Setelah berada pada suhu yang diinginkan, suhu dipertahankan selama
mungkin sampai sampel didapatkan.
c. Prosedur analisa karakteristik bioetanol.
1. Bioetanol hasil distilasi diuji di Laboratorium untuk mengetahui kualitasnya.

Mulai

Studi Literatur

Pembuatan Alat
Pengumpulan data

Pengolahan data

Pengambilan kesimpulan

BERHENTI

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan


Pengujian

Hidrolisis:

 Persiapan kulit pisang


 Hidrolisis
Fermentasi 4 dan 8 hari

Hasil Fermentasi

Proses Destilasi Suhu 850

Data Hasil
Pengujian

suhu

Analisa karakteristik biotanol:

Hasil distalasi di uji di


laboratorium untuk mengetahui
kualitas bioetanol

Berhenti

Gambar 3.2. Flow chart penelitian

3.2. JADWAL KEGIATAN

Dalam pengujian analisis karakteristik bioetanol ini memerlukan waktu 3


bulan seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Waktu penelitian


Februari
Januari 2018 Maret 2018
2018

Kegiatan Minggu Minggu Minggu

II I II I II I
I II I V I II I V I II I V

Studi literatur

Pembuatan alat

Pengumpulan
data

Menyusun
laporan

Seminar hasil

Sidang akhir

DAFTAR PUSTAKA

Nurdyastuti, I. 2005. Teknologi Proses Produksi Bioetanol. Prospek


Pengembangan Bio-Fuel sebagai substitusi Bahan Bakar Minyak.

Isra, Darma. 2007. Pemanfaatan Hidrolisat Pati Sagu (Metroxylan sp.)


Sebagai Sumber Karbon Pada Fermentasi Etanol Oleh Saccharomyces cerevisiae.
Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Kunaipah. 2009. Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Glukosa
Terhadap Aktivitas Antibakteri, Polifenol Total dan Mutu Kimia Kefir Susu Kacang
Merah. Makassar : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan.

Retno, Dyah., Wasir N. 2011. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang.


Yogyakarta : Jurusan Teknik Kimia FTI, UPN Veteran. Yogyakarta.

Ramlan, Muhammad. 2016. Analisa Karakteristik Pisang Raja Hasil Proses


Destilasi Dengan Variasi Temperatur. Banjarbaru : Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai