Anda di halaman 1dari 56

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi kesehatan (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan
tanpa penyakit atau kelemahan.
Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera
yang positif, bukan sekedar keadaan tanpa penyakit. Seseorang dapat
bertanggung jawab dan berfungsi dengan efektif dalam kehidupannya serta
memiliki kepuasan dengan hubungan interpersonal jika memiliki
kesejahteraan fisik, sosial, maupun emosional (Videbeck, 2008).
Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya (Yosep, 2007). Seseorang dikatakan memiliki
keseimbangan jiwa jika dapat menjalankan fungsi individual, interpersonal,
dan sosial secara berkesinambungan. Adanya ketidakpuasan dengan
karakteristik pribadi, hubungan yang tidak efektif
terhadap peristiwa kehidupan atau perilaku menyimpang dari budaya dapat me
njadi indikasi suatu gangguan jiwa (Videbeck, 2008).
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia
(Keliat, 2011).
Menurut Yosep (dalam Daimayanti, 2010) gangguan jiwa merupakan
kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan
dengan fisik maupun mental yang meliputi gangguan jiwa dan sakit jiwa.
Seseorang yang mengalami gangguan jiwa masih mengetahui dan merasakan
kesulitannya, serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup
dalam alam kenyataan. Sedangkan orang yang terkena sakit jiwa tidak
memahami kesulitannya, kepribadiaanya dari segi tanggapan, perasaan, dan
dorongan motivasinya sangat terganggu. Orang tersebut hidup jauh dari alam
kenyataan.
Menurut data Rumah Sakit Jiwa Daerah dr.Arif Zainudin Surakarta
menyebutkan bahwa pada tahun 2016 sejumlah .... dan Menurut data di
Ruang Nakula pada tahun 2018 sejumlah 363 pasien dengan kasus halusinasi,
sementara pada tahun 2019 sampai bulan Maret sejumlah 46 pasien dengan
kasus halusinasi. Serta pada bulan April sampai tanggal 13 sejumlah 6 pasien
dengan kasus halusinasi. Dari fenomena diatas kasus halusinasi yang ada di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta serta di ruang Nakula diatas ini
membuktikan bahwa halusinasi masih menjadi salah satu kasus yang sering
muncul. Untuk mengatasi hal ini terdapat sebuah strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan yaitu 1 dengan cara menghardik, 2 menggunakan obat,
3 bercakap-cakap, 4 dengan melaksanakan kegiatan terjadwal. Dalam
pembahasan kali ini yg akan dibahas adalah tentang carayg ke 3 yaitu dengan
cara bercakap-cakap.
Sejalan dengan penelitian yg dilakukan oleh Musa dengan judul
‘’Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Terhadap
Kemampuan Mengidentifikasi Stimulus Pada Pasien Halusinasi Di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Sulawesi Utara’’.Hasil
penelitian yang dilakukan dengan 15 pasien uji wilcoxon pada TAK sesi 1-8,
didapatkan nilai p pada TAK sesi 1, 2, 3, 4 dan 6 < α = 0,05, sedangkan untuk
TAK sesi 5, 7 dan 8 didapatkan nilai p > α = 0,05, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa 5 sesi TAK mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
mengidentifikasi stimulus pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. V. L. Ratumbuysang Sulawesi Utara, sedangkan untuk 3 sesi TAK tidak
mempunyai pengaruh.
Dalam TAK Orientasi realita salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah
terapi bercakap – cakap. (Musa, 2015)
Berdasarkan dari penelitian lain oleh Muharyati Dengan Judul ‘’
Pengaruh Terapi Individu Generalis Dengan Pendekatan Strategi
Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi Pada Pasien
Halusinasi ’’ Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk
mengurangi frekuensi halusinasi adalah terapi individu generalis dengan
pendekatan strategi pelaksanaan komunikasi. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 13 orang. Hasil uji wilcoxon didapatkan nilai p = 0,001. Hal ini
menunjukan bahwa terapi individu generalis dengan pendekatan strategi
pelaksanaan komunikasi efektif dalam menurunkan frekuensi halusinasi pada
pasien halusinasi di RSJ H.B Saanin Padang. (Muharyati, 2011)
Berdasarkan Dari Penelitian Lain Juga Oleh Fresa ‘’ Efektifitas
Terapi Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan Kemampuan
Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di RSJ Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah ’’. Gangguan jiwa Skizofrenia
gejala positifnya yaitu halusinasi, dimana pasien mendengar suara-suara
dengan terapi individu bercakap-cakap dapat mengontrol halusinasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektifitas terapi individu
bercakap-cakap dalam meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada
pasien halusinasi pendengaran. jumlah responden 54. Hasil penelitian
menunjukkan adanya perbedaan antara kemampuan mengontrol halusinasi
Posttest pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, menggunakan uji
statistik mann whitney terlihat nilai p = 0.000 (p kurang dari 0.05).
Rekomendasi penelitian ini adalah agar pasien mampu meningkatkan
kemampuan mengontrol halusinasi dengan terapi individu bercakap-cakap.
(Fresa, 2015)
Dari latar belakang diatas dan penelitian terdahulu ternyata masih
banyak kasus halusinasi yang ada di dalam pasien gangguan jiwa baik di
rumah maupun di rumah sakitsalah satu cara pengendalian halusinasi yaitu
dengan cara bercakap cakap ini telah dibuktikan dalam ketiga jurnal diatas yg
menyebutkan bahwa bercakap cakap sangat efektif untuk menurunkan
frekuensi halusinasi pada pasien. Dalam hal ini maka penulis akan membahas
kasus dengan halusinasi yang akan diberikan tindakan keperawatan yang
salah satunya dengan bercakap cakap.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil masalah
gangguan presepsi sensori : Halusinasi Pendengaran di ruang nakula RSJD dr
Arif Zainudin Surakarta

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis dapat memperoleh gambaran dan pengalaman belajar secara nyata
serta dapat mengelola pasien dan penerapan diagnosa keperawatan secara
komprehensif pada pasien dengan gangguan persepsi sensori :
Halusinasi Pendengaran di Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Daerah
dr.Arif Zainudin Surakarta.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah
halusinasi pendengaran.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan masalah halusinasi pendengaran.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada
pasiendengan masalah halusinasi pendengaran.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan masalah
halusinasi pendengaran.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan masalah
halusinasi pendengaran.
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
a. Dapat mengerti dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien jiwa dengan gangguan persepsi sensori :halusinasi pendengaran.
b. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan
keperawatan jiwa.
c. Meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
jiwa.
2. Bagi profesi
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap bagi instansi terkait, khususnya dalam
meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran.

3. Bagi institusi
a. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di
rumahsakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
jiwa, khususnya pada kasus halusinasi pendengaran .
b. Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan, khususnya pada klien dengan ganggu
an persepsisensori: halusinasi dan menambah pengetahuan bagi para p
embaca.
4. Pasien dan keluarga.
a. Sebagai bahan masukan pada pasien dalam
menghadapi permasalahannya.
b. Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan pada orang tua dan
keluarga tentang perawatan pada anggota keluarga yang mengalami
halusinasi.

1.5 Keaslian penelitain


No Judul
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
1. ’Pengaruh TAK sesi 1-8, didapatkan nilai Menggunakan Sample , waktu
Terapi Aktivitas p pada TAK sesi 1, 2, 3, 4 dan Metode yang dan tempat
Kelompok 6 < α = 0,05, sedangkan untuk sama yaitu pelaksanaan
Orientasi TAK sesi 5, 7 dan 8 bercakap –
Realita didapatkan nilai p > α = 0,05, cakap
Terhadap sehingga dapat diambil
Kemampuan kesimpulan bahwa 5 sesi TAK
Mengidentifikas mempunyai pengaruh
i Stimulus Pada terhadap kemampuan
Pasien mengidentifikasi stimulus
Halusinasi Di pada pasien halusinasi di
Rumah Sakit Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V.
Jiwa Prof. Dr. L. Ratumbuysang Sulawesi
V. L. Utara, sedangkan untuk 3 sesi
Ratumbuysang TAK tidak mempunyai
Sulawesi Utara pengaruh.
2. Pengaruh Terapi Salah satu terapi non Menggunakan Sample , waktu
Individu farmakologi yang dapat Metode yang dan tempat
Generalis digunakan untuk mengurangi sama yaitu pelaksanaan
Dengan frekuensi halusinasi adalah bercakap –
Pendekatan terapi individu generalis cakap
Strategi dengan pendekatan strategi
Pelaksanaan pelaksanaan komunikasi.
Komunikasi Sampel dalam penelitian ini
Terhadap berjumlah 13 orang. Hasil uji
Frekuensi wilcoxon didapatkan nilai p =
Halusinasi Pada 0,001.
Pasien
Halusinasi
3. Efektifitas Hasil penelitian menunjukkan Menggunakan Sample , waktu
Terapi Individu adanya perbedaan antara Metode yang dan tempat
Bercakap- kemampuan mengontrol sama yaitu pelaksanaan
Cakap Dalam halusinasi Posttest pada bercakap –
Meningkatkan kelompok intervensi dan cakap
Kemampuan kelompok kontrol,
Mengontrol menggunakan uji statistik
Halusinasi Pada mann whitney terlihat nilai p
Pasien = 0.000 (p kurang dari 0.05).
Halusinasi Rekomendasi penelitian ini
Pendengaran Di adalah agar pasien mampu
RSJ Dr. Amino meningkatkan kemampuan
Gondohutomo mengontrol halusinasi dengan
Provinsi Jawa terapi individu bercakap-
Tengah’’ cakap

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Terjadi Masalah


2.1.1 Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya
padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2011).
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca
indera (Isaacs, 2012). Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi
panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik.
Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien
berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh
klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2013).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu
(Maramis, 2015).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.
Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut
(Izzudin, 2015).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2017). Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia,
hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar
tanpa adanya rangsang apapun (Maramis, 2015). Halusinasi pendengaran
adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai
suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara
atau bunyi tersebut (Stuart, 2017).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan
tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi
pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya
suara–suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

2.1.2 Rentang Respon


Menurut Stuart dan Laraia (2011), halusinasi merupakan salah satu
respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.
Rentang respon tersebut digambarkan pada gambar di bawah ini.

Rentang Respon Neurobiologis


Respon adaptif Respon
maladaptif
 Pikiran logis  Distorsi pikiran  Gangguan
(pikiran kotor) pikir/difusi
 Persepsi akurat  Ilusi  Halusinasi
 Emosi konsisten  Reaksi Emosi  Perilaku
dengan berebihan atau disorganisasi
pengalaman kurang
 Perilaku sesuai  Prilaku aneh dan  Isolasi sosial
tidak biasa
Rentang Respon Halusinasi ( Stuart & Sundeen, 2007 )

Rentang respon neurobiologi pada gambar di atas dapat dijelaskan


sebagai berikut:
 Pikiran logis
Yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
 Persepsi akurat
Yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului
oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang
ada di dalam maupun di luar dirinya.
 Emosi konsisten
Yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai
banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan
budaya umum yang berlaku.
 Hubungan sosial harmonis
Yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dan
individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
 Proses pikir kadang terganggu (ilusi)
Yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indra
yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak
kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami
sebelumnya.
 Emosi berlebihan atau kurang
Yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang.
 Perilaku tidak sesuai atau biasa
Yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
masalahnya tidak diterima oleh norma – norma social atau budaya umum
yang berlaku. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa
tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh
norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
 Menarik diri
Yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
 Isolasi sosial
Yaitu menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.
Berdasarkan gambar diketahui bahwa halusinasi merupakan respon
persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan,
penghidu, pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya
stimulus itu tidak ada.

2.1.3 Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Faktor Predisposisi
Klien dengan gangguan halusinasi mengalami abnormalitas
perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif. Adanya lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik dan beberapa zat kimia
di otak yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytranferase (DMP). Secara Psikologis keluarga, pengasuh dan
lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis
klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien. Klien mengalami stress dan kecemasan,serta hubungan
interpersonalnya terganggu. Kondisi sosial budaya mempengaruhi
gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya
(perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai
stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

2.1.4 Tanda dan Gejala


a. Gejala Halusinasi
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi
adalah sebagai berikut:
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

2.1.5 Akibat
Factor presipitasi
a. Nature
Enam bulan terakhir terjadi hal-hal berikut ini:
1) Faktor biologis : kurang nutrisi, Ada gangguan kesehatan secara
umum (menderita penyakit jantung, kanker, mengalami trauma kepala
atau sakit panas hingga kejang-kejang), sensitivitas biologi (terpapar
obat halusinogen atau racun, asbestosis, CO)
2) Faktor psikologis : mengalami hambatan atau gangguan dalam
ketrampilan komunikasi verbal, ada kepribadian menutup diri, ada
pengalaman masa lalu tidak menyenangkan (misalnya: menjadi
korban aniaya fisik, saksi aniaya fisik maupun sebagai pelaku, konsep
diri yang negatif (harga diri rendah, gambaran citra tubuh, keracuan
identitas, ideal diri tidak realistis, dan gangguan peran), kurangnya
penghargaan, pertahanan psikologis rendah (ambang toleransi
terhadap stres rendah), self control (ada riwayat terpapar stimulus
suara, rabaan, penglihatan, penciuman dan pengecapan, gerakan yang
berlebihan dan klien tidak bisa mengontrolnya
3) Faktor social budaya : usia, gender, pendidikan rendah/putus atau
gagal sekolah, pendapatan rendah, pekerjaan tidak punya, status social
jelek (tidak terlibat dalam kegiatan di masyarakat, latar belakang
budaya, tidak dapat menjalankan agama dan keyakinan, keikutsertaan
dalam politik tidak bisa dilakukan, pengalaman sosial buruk, dan tidak
dapat menjalankan peran sosial.
b. Origin
1) Internal : Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang
lain dan lingkungannya.
2) Eksternal : Kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, dan kurang
dukungan kelompok/teman sebaya
3) Timing: stres terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara
berulang-ulang/ terus menerus
4) Number: Sumber stres lebih dari satu dan stres dirasakan sebagai
masalah yang sangat berat

2.1.6 Pohon Masalah

Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (Keliat, 2015)


2.1.7 Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
 Perubahan persepsi sensori : halusinasi
2. Data yang perlu dikaji
a. Data subjektif
 Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin
membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata.
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata.
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
 Klien merasa makan sesuatu.
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
 Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar.
 Klien ingin memukul/ melempar barang-barang.
b. Data objektif
 Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang,
melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
 Klien berbicara dan tertawa sendiri saat dikaji.
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
 Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu.
 Disorientasi.
 Konsentrasi rendah
 Pikiran cepat berubah-ubah

2.1.8 Diagnosa Keperawatan


Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidu dan
peraba)

2.1.9 Intervensi Keperawatan


1. Intervensi ditujukan ke klien
Tujuan
1. Pasien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya: isi,frekuensi,
waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon.
2. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat.
4. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
5. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas.

2. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon terhadap halusinasi.
2) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
a) Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara
menghardik, meminta pasien memperagakan ulang, memantau
penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku pasien.
b) Menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak
digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan
cara mendapat obat/ berobat, jelaskan cara menggunakan obat
dengan prinsip 6 benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat).
c) Bercakap –cakap dengan orang lain.
d) Melakukan aktifitas yang terjadual.
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan
aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien
melakukan aktifitas, menyusun jadual aktifitas sehari–hari sesuai
dengan jadual yang telah dilatih, memantau jadual pelaksanaan
kegiatan, memberikan reinforcement.

3. Tindakan Keperawatan Halusinasi (Keluarga)


Tujuan
1) Keluarga mampu mengenal masalah merawat pasien di rumah.
2) Keluarga mampu menjelaskan halusinasi (pengertian, jenis, tanda
dan gejala halusinasi dan proses terjadinya).
3) Keluarga mampu merawat pasien dengan halusinasi.
4) Keluarga mampu menciptakan lingkungan
5) Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kambuh ulang.
6) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-
up pasien dengan halusinasi.
Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Berikan penjelasan kesehatan meliputi : pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi.
3) Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang mengalami
halusinasi: menghardik, minum obat, bercakap-cakap,melakukan
aktivitas.
4) Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah
terjadinya halusinasi.
5) Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan.
6) Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
untuk follow-up anggota keluarga dengan halusinasi.

BAB 3
KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : 15 Maret 2019


Tanggal Dirawat di Ruangan : 16 Maret 2019
Tanggal Pengkajian : 08 April 2019
Ruang Rawat : Nakula

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.J
Umur : 36 tahun
Alamat : Sragen
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Duda
Pekerjaan : Wiraswasta
JenisKel. : Laki-laki
No CM : 046413

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Pasien mengatakan di bawa ke IGD RSJD dr.Arif Zainudin Surakarta
karena pasien di rumah sering berbicara sendiri dan pasien sering
mendengar suara-suara yang memanggil – manggil namanya yang muncul
setiap pasien akan tidur. Suara itu adalah suara laki-laki dan perempuan.
Pasien datang ke RSJD dr.Arif Zainudin di antar oleh keluarganya.
b. Data Sekunder
Pasien mengatakan datang ke IGD RSJD dr.Arif Zainudin Surakarta di
antar oleh keluarganya karena di rumah pasien berbicara sendiri.

c. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang memanggil-manggil
namanya yang muncul setiap pasien akan tidur. Suara itu adalah suara laki-
laki dan perempuan.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)


Saat di rumah pasien sering berbicara sendiri dan dulu pasien pernah
memukul tetangganya. Kemudian Pasien di bawa ke IGD RSJD dr.Arif
Zainudin Surakarta di karenakan pasien mendengar suara-suara yang
memanggil-manggil namanya yang muncul setiap pasien akan tidur. Suara itu
adalah suara laki-laki dan perempuan.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
 Ya
 Tidak
Jika Ya, Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :
Pasien pernah masuk ke RSJD dr.Arif Zainudin Surakarta sebanyak 8 kali
dengan masalah keperawatan halusinasi dan perilaku kekerasan.
2. Faktor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi

1. Aniaya fisik ………… Pasien Tetangga …………


2. Aniaya seksual ………… ……… .……… …………
3. Penolakan ………… ……… .……… …………
4. Kekerasan dalam keluarga ………… ……… .……… …………
5. Tindakan kriminal ………… ……… .……… …………

Jelaskan:
Pasien mengatakan pernah memukul tetangganya karena tetangganya
mencampuri urusan keluarga
Diagnosa Keperawatan : Perilaku kekerasan
b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri
Jelaskan:
Pasien tidak pernah melakukan upaya percobaan bunuh diri
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,
kematian, perpisahan )
Jika ada jelaskan :
Pasien mengatakan di ceraikan oleh istrinya.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh
kembang)
 Ya
 Tidak
Jika ya Jelaskan
Pasien tidak mengalami penyakit fisik.
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada
e. Riwayat Penggunaan NAPZA
Tidak ada riwayat penggunaan NAPZA
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Jelaskan:
Upaya yang di lakukan terkait kondisinya yaitu pasien berobat di RSJD
dr.Arif Zainudin Surakarta, sebanyak 8x tetapi pasien masih sering
mendengar suara-suara yang memanggil namanya suara itu sering
muncul saat pasien akan tidur suara yang di dengar suara laki-laki dan
perempuan
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Ada
 Tidak
Jika ada:
Hubungan keluarga:
Tidak Ada
Gejala:
Tidak Ada
Riwayat pengobatan:
Tidak Ada
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki : Pasien
: Perempuan .......... : Tinggal
serumah

: Garis pernikahan

: Garis keturunan

: Meninggal
Jelaskan:
Pasien mengatakan memiliki orang tua yang sudah bercerai dan hanya
memiliki 1 anak yaitu pasien itu sendiri, lalu ibu pasien menikah lagi dan
memiliki 2 orang anak. Pasien tinggal 1 rumah dengan ibu dan bapak
tirinya dan 2 orang adiknya.
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak di sukai, pasien
menyukai semua anggota tubuhnya.

b. Identitas:
Pasien mengatakan namanya adalah Tn.J umur 36 tahun dan pendidikan
terakhir SD. Pasien di rumah tinggal bersama ibu dan bapak tirinya
serta 2 adik perempuannya.
c. Peran:
Pasien adalah seorang bapak dari 1 orang anak, pekerjaan pasien selama
di rumah adalah bekerja serabutan.
d. Ideal diri:
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bertemu dengan anaknya.
e. Harga diri:
Pasien mengatakan merasa malu ketika ditanya tentang perceraian
dengan istrinya.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti / terdekat
Orang tua.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat dan hubungan
sosial
Hubungan sosial dalam kelompok / masyarakat baik, pasien sering
berkumpul dengan masyarakat sekitar rumahnya dan mengikuti
kegiatan di sekitar rumahnya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien hanya bicara bila di ajak bicara orang lain.
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa ia beragama islam.
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan jarang beribadah sholat 5 waktu
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
Keadaan umum pasien baik, pasien tampak tenang.
2. Kesadaran (Kuantitas)
Composmentis.
3. Tanda vital:
TD : 130/80 mm/Hg
N : 85 x/menit
S : 36,2 CO
P : 20 x/menit
4. Ukur:
BB : 48 Kg
TB : 155 Cm
5. Keluhan fisik:
Jelaskan :
Tidak ada keluhan fisik.
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan:
Penampilan pasien rapi, pasien mengganti pakaian sehari 2 kali.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :
Jelaskan:
 Frekuensi : Percakapan pasien sesuai pertanyaan.
 Volume : Datar.
 Jumlah : Pasien berbicara sesuai pertanyaan yang di berikan.
 Karakter : Pasien kooperatif.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada

3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
 Hipokinesia, hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitasserea
Jelaskan :
Pasien bangun tidur jam 05.00 pagi lalu merapikan tempat tidur setelah itu
pasien mandi, kemudian pasien sarapan dan melakukan senam pagi,
setelah itu pasien ganti baju lalu melakukan cek kesehatan kemudian
pasien rehab medik. Pada saat siang pasien makan siang kemudian minum
obat lalu tidur siang. setelah bangun tidur pasien merapikan tempat tidur
lalu mandi, setelah itu makan sore kemudian minum obat dan berinteraksi
dengan teman-teman di nakula kemudian pasien tidur.
Peningkatan :
 Hiperkinesia, hiperaktifitas  Grimace
 Stereotipi  Otomatisma
 Gaduh Gelisah Katatonik  Negativisme
 Mannarism  Reaksi konversi
 Katapleksi  Tremor
 Tik  Verbigerasi
 Ekhopraxia  Berjalan kaku/rigid
 Command automatism  Kompulsif :sebutkan …………
Jelaskan:
Pasien tidak mengalami gangguan peningkatan aktivitas.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada

4. Mood dan Afek


a. Mood
 Depresi  Khawatir
 Ketakutan  Anhedonia
 Euforia  Kesepian
 Lain lain
Jelaskan
Mood pasien baik.
b. Afek
 Sesuai  Tidak sesuai
 Tumpul/dangkal/datar  Labil
Jelaskan:
Pasien mengatakan apa yang dirasakan sekarang sesuai dengan keadaan
hatinya.
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada
5. Interaksi Selama Wawancara
Bermusuhan  Kontak mata kurang
 Tidak kooperatif  Defensif
 Mudah tersinggung  Curiga
Jelaskan:
Selama interaksi pasien kooperatif dan kontak mata pasien sangat baik.
Saat wawancara kontak mata pasien melihat orang yang mengajaknya
ngobrol.
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada
6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan:
Pasien mengatakan mendengar suara-suara orang yang memanggil-
manggil namanya frekuensi suara itu muncul terutama saat pasien akan
tidur suara yang muncul adalah suara perempuan dan laki-laki.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
 Koheren  Inkoheren
 Sirkumtansial  Asosiasi longgar
 tangensial  Flight of Idea
 Blocking  Perseverasi
 Logorhoe  Neologisme
 Clang Association  Main kata kata
 Afasia  Lain lain…
Jelaskan:
Pembicaraan klien dapat dipahami dan jawaban klien sesuai dengan
pertanyaan.
b. Isi Pikir
 Obsesif  Fobia, sebutkan…………..
 Ekstasi  Waham:
 Fantasi o Agama
 Alienasi o Somatik/hipokondria
 Pikiran bunuh diri o Kebesaran
 Preokupasi o Kejar / curiga
 Pikiran isolasi sosial o Nihilistik
 Ide yang terkait o Dosa
 Pikiran Rendah diri o Sisip piker
 Pesimisme o Siar piker
 Pikiran magis o Kontrol piker
 Pikiran curiga  Lain lain :
Jelaskan:
Pasien tidak mengalami gangguan isi pikir.

c. Bentuk pikir :
 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan:
Bentuk pikir pasien realistik yaitu bentuk pikir sesuai dengan keadaan
pasien.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:
Pasien mengatakan sekarang dirinya berada di RSJD. Pasien
mengatakan mengenal beberapa teman di ruang Nakula.
 Meninggi
 Menurun:
 Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan:
Kesadaran pasien baik.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
 Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)
Jelaskan:
Gangguan daya ingat pasien yaitu jangka menengah, pasien hanya mampu
mengingat nama pengkaji kurun waktu 24 jam - ≤ 1 bulan tetapi untuk
pengalaman masa lalu pasien tidak mengalami gangguan.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
a. Konsentrasi
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:
Konsentrasi pasien baik saat di wawancara pasien sangat fokus dan
konsentrasi dalam menjawab pertanyaan yang di berikan.
b. Berhitung
Jelaskan:
Pasien mampu menghitung jumlah teman-temannya di nakula.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
11. Kemampuan Penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan :
Pasien tidak mengalami gangguan kemampuan penilaian karena pasien
mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
12. Daya Tilik Diri
 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
Pasien menyadari bahwa dirinya saat ini berada di RSJD dr.Arif Zainudin
Surakarta untuk dilakukan pengobatan.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan,
 Transportasi,
 Tempat tinggal.
 Keuangan dan kebutuhan lainnya.
Jelaskan:
Kebutuhan persiapan pulang pasien terpenuhi mulai dari perawatan
kesehatan, transportasi, tempat tinggal, keuangan dan kebutuhan lainnya.
2. Kegiatan Hidup Sehari hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan :
Pasien mandi 2 kali sehari, pasien melakukannya secara
mandiri.
2) Berpakaian, berhiasdan berdandan
Jelaskan :
Pasien berpakaian secara mandiri dan sehari ganti pakaian.
3) Makan
Jelaskan :
Kebutuhan makan pasien terpenuhi sehari pasien makan 3
kali, pasien mampu menghabiskan porsi makannya.
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan :
BAK dan BAB klien tidak ada gangguan, kebutuhan toileting
pasien terpenuhi dan melakukannya secara mandiri.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.
Frekuensi makan klien 3 kali sehari.
Bagaimana nafsu makannya
Nafsu makan klien baikmampu menghabiskan porsi makannya.
Bagaimana berat badannya.
48 kg dan tidak ada penambahan atau penurunan BB secara
drastis.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 13.00 s/d 14.30
Tidur malam, lama : 20.00 s/d 05.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : ngobrol dengan temannya ,
merapikan tempat tidur.
Jelaskan :
Istirahat pasien cukup.
2) Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain lain
Jelaskan
Pasien tidak mengalami gangguan tidur.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
3. Kemampuan lain lain
 Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mampu mengantisipasi kebutuhan hidup secara mandiri
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya,
Pasien mampu membuat keputusan berdasarkan keinginannya.
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya
sendiri.
Pasien rutin mengkonsumsi obat secra rutin dan mengerti jenis obat
yang diminumnya.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
4. Sistem Pendukung :
 Keluarga
 Terapis
 Teman sejawat
 Kelompok sosial
Jelaskan :
Sistem pendukung pasien yaitu keluarga, terapis, teman sejawat dan
kelompok sosial.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada

IX. MEKANISME KOPING


Jelaskan :
Koping maladaptif : Respon pasien saat mendengar suara yaitu mengajaknya
mengobrol.
Diagnosa Keperawatan: Gaangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien saat di rumah sering berkumpul dengan masyarakat sedangkan saat
di RSJD pasien juga mampu berkumpul dengan kelompoknya.
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mampu berhubungan dengan lingkungan RSJD dengan baik tetapi
pasien dulu pernah memukul tetangganya.
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan :
Pendidikan terakhir pasien SD.
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan :
Pekerjaan pasien di rumah yaitu serabutan.
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien di rumah tinggal bersama bapak tirinya dan ibunya dan kedua adik
tirinya.
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan :
Dalam memenuhi kebutuhan ekonominya pasien bekerja serabutan.
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan :
Saat pasien sakit pihak keluarga membawa pasien untuk berobat.
 Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan :
Tidak ada masalah lainnya.
DiagnosaKeperawatan: Tidak Ada
XI. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan
jiwa, perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah
(presipitasi), obat-obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan
pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb.
 Penyakit/gangguan jiwa  Penatalaksanaan
 Sistem pendukung  Lain-lain, jelaskan
 Faktor presipitasi
Jelaskan :
Pasien membutuhkan penjelasan lebih lanjut tentang penatalaksanaan penyakit
jiwa nya.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada

XII. ASPEK MEDIS


1. Diagnosis Medis :
F.20.3
2. Diagnosa Multi Axis
Axis I : ..........................................................................................................................
Axis II :..........................................................................................................................
Axis III :..........................................................................................................................
Axis IV :..........................................................................................................................
Axis V :..........................................................................................................................
3. Terapi Medis
 Chlorpromazine 2 x 100 mg
 Risperidone 2 x 2 mg
 Trihexyphenidyl 3 x 2 mg

XIII. ANALISA DATA

DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS: Gangguan Persepsi
Pasien mengatakan mendengar suara-suara orang Sensori : Hallusinasi
yang memanggil-manggil namanya frekuensi pendengaran
suara itu muncul terutama saat pasien akan tidur
suara yang muncul adalah suara perempuan dan
laki-laki.
DO:
- Pasien terlihat berbicara sendiri
- Pasien melamun
- Pasien tampak tersenyum sendiri

2. DS:
Pasien mengatakan pernah memukul tetangganya. Resiko Perilaku
DO: Kekerasan
Pasien tampak emosi saat di singgung tetangganya
3. DS :
Pasien mengatakan diceraikan oleh istrinya
DO : Harga Diri Rendah
Pasien tampak menundukan kepala saat ditanya
tentang pengalaman masalalunya

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : Hallusinasi Pendengaran
2. Perilaku kekerasan
3. Harga Diri Rendah

XV. POHON MASALAH

Perilaku Kekerasan

Gangguan persepsi sensori : Hallusinasi

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah


XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori : Hallusinasi Pendengaran

Surakarta,
……………………….
Mahasiswa yang mengkaji

____________________
NIM................................
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama: Tn. J Ruang: Nakula RM No: 046413


SP 1
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Tindakan Keperawatan
Evaluasi
Sp 1
TUM:
Pasien dapat
mengontrol
hallusinasinya
TUK: 1. Bina hubungan saling percaya
 Pasien dapat dengan prinsip komunikasi
membina hubungan terapeutik
saling percaya 2. Identifikasi hallusinasi : isi,
 Pasien mampu frekuensi, waktu terjadi, situasi
Gangguan mempraktekkan cara pencetus, perasaan dan repon
persepsi menghardik 3. Jelaskan cara mengontrol
sensori : hallusinasinya. hallusinasi menghardik, minum
Hallusinasi  Pasien dapat obat, bercakap-cakap dan
mengontrol melakukan kegiatan
hallusinasi dengan 4. Latih cara mengontrol hallusinasi
cara menghardik. dengan menghardik
Kriteria Evaluasi : 5. Masukan pada jadwal kegiatan
 Pasien mampu untuk latihan menghardik
mengontrol
hallusinasinya.
 Pasien mengerti cara
mengontrol
hallusinasinya.
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Tindakan Keperawatan
Evaluasi
Sp 2
TUM:
Pasien dapat
mengontrol
hallusinasinya

TUK:
 Pasien dapat
mengontrol
hallusinasi dengan 1. Evaluasi kegiatan menghardik
minum obat dan beri pujian
 Pasien mengerti dan 2. Latih cara mengontrol hallusinasi
Gangguan
paham tentang dengan obat (Jelaskan 6 benar:
persepsi
mengontrol pasien, guna, dosis, waktu, cara,
sensori :
hallusinasinya rutin minum obat)
Hallusinasi
dengan obat (6 benar: 3. Masukkan pada jadwal kegiatan
pasien, guna, dosis, untuk latihan menghardik dan
waktu, cara, rutin minum obat.
minum obat)

Kriteria Evaluasi :
 Pasien mampu
mengontrol
hallusinasinya.
 Pasien mengerti cara
mengontrol
hallusinasinya.

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan dan Kriteria
Tindakan Keperawatan
Evaluasi
Sp 3
TUM:
Pasien dapat
mengontrol
hallusinasinya
1. Evaluasi kegiatan menghardik
dan 6 benar minum obat, beri
TUK:
pujian
 Pasien dapat
2. Latih cara bercakap-cakap dan
Gangguan mengontrol
melakukan kegiatan untuk
persepsi halusinasi dengan
mengontrol halusinasi.
sensori : bercakap-cakap
3. Latih dan sediakan waktu
Hallusinasi  Pasien dapat
bercakap-cakap.
mendemontrasikan
4. Masukkan pada jadwal
cara bercakap-cakap
kegiatan untuk latihan untuk
dengan orang lain.
bercakap-cakap.

Kriteria Evaluasi :
 Pasien mampu
mengontrol
halusinasinya

TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA


Nama : Tn.J Ruang :
No CM : 046413 Unit :
No Tindakan Keperawatan Evaluasi
1. Ds : S:
Pasien mengatakan mendengar Pasien mengatakan masih
suara-suara yang memanggilnya mendengar suara yang
saat pasien akan tidur, suara yang memanggil-manggilnya
muncul adalah suara perempuan pada saat akan tidur.
dan laki-laki O:
Do :  Pasien mengerti apa
 Pasien terlihat berbicara yang sudah di jelaskan
sendiri  Pasien mampu
 Pasien melamun mengulangi cara
 Pasien tampak tersenyum menghardik
sendiri A:
Diagnosa : Hallusinasi masih ada
Gangguan persepsi sensori : P:
Hallusinasi (pendengaran).  Anjurkan pasien untuk
Tindakan Keperawatan : latihan menghardik 3
Sp 1 kali sehari atau ketika
1. Membina hubungan saling suara itu muncul
percaya dengan prinsip  Anjurkan pasien untuk
komunikasi terapeutik. memasukkan ke jadwal
2. Mengidentifikasi hallusinasi : harian.
isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan dan
respon
3. Menjelaskan cara mengontrol
hallusinasi menghardik,
minum obat, bercakap-cakap,
dan melakukan kegiatan
4. Melatih cara mengontrol
hallusinasi dengan
menghardik
5. Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik
RTL :
1. Evaluasi Sp 1
2. Lanjut Sp 2

No Tindakan Keperawatan Evaluasi


1. Ds : S:
Pasien mengatakan mendengar Pasien mengatakan masih
suara-suara yang memanggilnya mendengar suara yang
saat pasien akan tidur, suara yang memanggil-manggilnya
muncul adalah suara perempuan pada saat akan tidur.
dan laki-laki O:
Do :  Pasien mengerti apa
 Pasien terlihat berbicara yang sudah di jelaskan
sendiri  Pasien mampu
 Pasien melamun mengulangi cara 6 benar
 Pasien tampak tersenyum minum obat
sendiri A:
Diagnosa : Hallusinasi masih ada
Gangguan persepsi sensori : P:
Hallusinasi (pendengaran).  Anjurkan pasien untuk
Tindakan Keperawatan : latihan cara 6 benar
Sp 2 minum obat 3 kali
1. Mengevaluasi kegiatan sehari CPZ 2 x sehari
menghardik dan beri pujian jam 07.00 dan jam
2. Melatih cara mengontrol 17.00
hallusinasi dengan obat (Jelaskan Risperidone 2 x sehari
6 benar: pasien, guna, dosis, jam 07.00 dan jam
waktu, cara, rutin minum obat) 17.00
Masukkan pada jadwal kegiatan THP 3 x sehari jam
untuk latihan menghardik dan 07.00, jam 12.00 dan
minum obat. jam 17.00
RTL :  Anjurkan pasien untuk
1. Evaluasi Sp 2 memasukkan ke jadwal
2. Lanjut Sp 3 harian.

No Tindakan Keperawatan Evaluasi


1. Ds : S:
Pasien mengatakan mendengar Pasien mengatakan
suara-suara yang memanggilnya mendengar suara yang
saat pasien akan tidur, suara yang memanggil-manggilnya
muncul adalah suara perempuan sudah berkurang.
dan laki-laki O:
Do :  Pasien mengerti apa
 Pasien terlihat berbicara yang sudah di jelaskan
sendiri  Pasien mampu
 Pasien melamun mengulangi bercakap-
 Pasien tampak tersenyum cakap tapi pasien masih
sendiri sering lupa.
Diagnosa : A:
Gangguan persepsi sensori : Hallusinasi masih ada
Hallusinasi (pendengaran). P:
Tindakan Keperawatan :  Anjurkan pasien untuk
Sp 3 latihan cara bercakap-
1. Mengevaluasi kegiatan cakap 2 kali sehari jam
menghardik dan 6 benar minum 09.00 dan 18.00.
obat, beri pujian.  Anjurkan pasien untuk
2. Melatih cara bercakap-cakap memasukkan ke jadwal
dan melakukan kegiatan untuk harian.
mengontrol halusinasi.
3. Melatih dan sediakan waktu
bercakap-cakap.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan untuk bercakap-
cakap. RTL :
1. Evaluasi Sp 3
2. Lanjut Sp 4

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari : Senin
Tanggal : 08 April 2019
Interaksi ke : 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Ds : Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang memanggil-manggil
namanya.
Do : Pasien tampak berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan persepsi sensori : Hallusinasi (Pendengaran)
3. Tujuan Khusus:
a. Klien mampu menyebutkan isi, waktu, frekuensi, pencetus, perasaan.
b. Klien mampu memperagakan cara mengontrol hallusinasinya dengan
cara menghardik.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Evaluasi klien dalam mengenal hallusinasinya : isi, waktu, frekuensi,
situasi, respon terhadap hallusinasinya.
b. Ajarkan cara mengontrol hallusinasi dengan cara menghardik.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. ORIENTASI
1. Salam Terapeutik:
“Assalamu’alaikum Pak Joko apa kabar ?”
“Perkenalkan nama saya X. Saya mahasiswa praktek profesi ners STIKES
BHM MADIUN yang akan dinas di ruangan Nakula selama 4 minggu.
Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 pagi sampai jam 14:00 siang.”

2. Evaluasi/ Validasi:
“Bagaimana perasaan bapak Joko hari ini ?”
3. Kontrak: (Topik, waktu, dan tempat)
a. Topik :
“Baiklah pak Joko, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
suara yang mengganggu dan cara mengontrol suara-suara tersebut,
Apakah bapak bersedia?”
b. Waktu :
“Berapa lama Pak Joko mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau
20 menit?”
c. Tempat :
“Pak Joko mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di
ruang tamu?’
“Baiklah Pak Joko kita berbincang-bincang di ruang tamu”.

b. KERJA: Langkah-Langkah Tindakan keperawatan


“Apakah pak Joko mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya
percaya pak Joko mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak
mendengar suara itu. Apakah pak Joko mnedengarnya trus menerus atau
sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering mendengar suara itu? Berapa
kali dalam sehari pak Joko mendengarnya? Pada keadaan apa suara itu
terdengar? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang pak Joko rasakan ketika
mendengar suara itu? Bagaimana perasaan pak Joko ketika mendengar
suara tersebut? Kemudian apa yang bapak lakukan? Apakah dengan cara
tersebut suara-suara itu hilang? Apa yang pak Joko alami itu namanya
Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik,
minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah pak Joko bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya..
baiklah saya akan mempraktekan dahulu baru pak Joko mempraktekkan
kembali apa yang telah saya lakukan. Begini pak Joko jika suara itu
muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu
suara palsu” sambil menutup kedua telinga pak Joko. Seperti ini ya pak.
Coba sekarang pak Joko ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi. Bagus
sekali pak, coba sekali lagi pak Joko. Wah iya bagus sekali pak Joko.

c. TERMINASI:
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan:
Evaluasi Subyektif (Klien):
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita kita bercakap-cakap?”
Evaluasi Obyektif (Perawat):
“Suara itu muncul memanggil-manggil pak Joko”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan):
“Pak Joko lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, Ulangi sampai
3 kali sehari, cara mengisi buku kegiatan harian adalah sesuai dengan
jadwal keegiatan harian yang telah kita buat tadi ya pak?. Jika pak Joko
melakukanya secara mandiri maka pak Joko menuliskan M, jika bapak
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka di
tulis B, Jika bapak tidak melakukanya maka tulis T. Apakah pak Joko
mengerti? Coba bapak ulangi? Naah bagus pak Joko”.
3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat):
a. Topik :
“Baik lah pak Joko bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang cara yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah
suara-suara itu muncul, apakah bapak bersedia?”
b. Waktu :
“Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ?”
c. Tempat :
“Bapak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Baiklah pak besok saya akan kesini jam 10:00 sampai
jumpa besok pak Joko. Saya permisi dulu. Assalamualaikum
WR,WB”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari : Selasa
Tanggal : 09 April 2019
Interaksi ke :2

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Ds : Pasien mengatakan masih mendengar suara-suara yang
memanggil- manggil namanya.
Do : Pasien tampak berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan persepsi sensori : Hallusinasi (Pendengaran)
3 Tujuan Khusus:
a. Klien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar
minum obat
b. Klien rutin minum obat.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya minum obat
c. Jelaskan cara penggunaan obat 6 benar : pasien, guna, dosis, waktu,
cara, rutin minum obat.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. ORIENTASI
1. Salam Terapeutik:
“Assalamu’alaikum Pak Joko masih ingat dengan saya ?”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
2. Evaluasi/validasi.
“Apakah pak Joko halusinasinya masih ada? Apakah bapak telah
melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin? Bagaimana apakah
dengan menghardik suara-suara yang pak Joko dengar berkurang?
Bagus sekarag coba praktekkan pada saya bagaiman pak Joko
melakukannya. Bagus sekali pak. Coba lihat jadwal kegiatan
hariannya bagus sekali pak”
.3. Kontrak
a. Topik :
Baiklah pak joko sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan
cara yang kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang
muncul yaitu cara minum obat yang benar, Apakah bersedia?
b. Waktu :
Berapa lama pak joko mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau
20 menit?
c. Tempat :
Pak Joko mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di
ruang tamu? Baiklah pak joko
b. Fase Kerja

 “Pak Joko sudah dapat obat dari ibuk Perawat? Pak Joko perlu
meminum obat ini secara teratur agar pikiran jadi tenang, dan
tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga macam, yang
warnanya orange namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya supaya
tenang dan berkurang rasa marah dan mondar mandirnya, yang
warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya relaks dan
tidak kaku, yang warnanya putih ini namanya Risperidone gunannya
untuk menghilangkan suara-suara yang Pak Joko dengar. Semuanya
ini harus Pak Joko minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam. Bila nanti mulut Pak Joko terasa kering, untuk
membantu mengatasinya Pak Joko bisa menghisap es batu yang bisa
diminta pada perawat. Bila Pak Joko merasa mata berkunang-
kunang, Pak Joko sebaiknya istirahat dan jangan beeraktivitas dulu.
Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi
dengan dokter ya Pak Joko.
“Sebelum Pak Joko meminum obat lihat dulu label yang
menempel di bungkus obat, apakah benar nama Pak Joko yang tertulis
disitu. Selain itu Pak Joko perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa
dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja
obatnya harus diminum, dan cara meminum obanya. Pak Joko harus
meminum obat secara teratur dan tidak menghentikannya tanpa
konsultasi dengan dokter. Sekarang kita memasukan waktu meminum
obat kedalam jadwal ya Pak Joko. cara mengisi jadwalnya adalah jika
Pak Joko minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh perawat atau
teman maka di isi dengan M atinya mandiri, jika Pak Joko meminum
obatnya diingatkan oleh perawat atau oleh teman maka di isi B artinya
dibantu, jika Pak Joko tidak meminum obatnya maka di isi T artinya
tidak melakukannya. Mengerti Pak Joko? coba Pak Joko ulangi
kembali cara mengisi jadwal kegiatan? Nah bagus, Pak Joko sudah
mengerti.
c. Fase Terminasi

a. Evaluasi subjektif dan objektif :

“Bagaimana perasaan Pak Joko setelah kita berbincang-bincang


tentang obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol
suara-suara? Coba Pak Joko sebutkan”.
b. RTL :
“Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan
19:00 pada jadwal kegiatan Pak Joko. Nah sekarang kita masukan
kedalam jadwal minum obat yang telah kita buat tadi ya Pak Joko.
jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya Pak Joko”.
c. Kontrak yang akan datang

1. Topik :

“Baik lah Pak Joko bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk
melihat manfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol
halusinasi yang ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.
apakah Pak Joko bersedia?”
2. Waktu
“Pak Joko mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00 ?
3. Tempat :

“Pak Joko maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana


kalau di ruang tamu? Baiklah Pak besok saya akan kesini jam
11:00 sampai jumpa besok Pak Joko. saya permisi
Assalamualaikum WR,WB.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Rabu
Tanggal : 10 April 2019
Interaksi ke :3

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
 Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang
mengejeknya

 Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.

Data objektif :
 Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat

 Klien tampak tertawa sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan.

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.


3. Tujuan Tindakan Keperawatan.

Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-


cakap dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan.

a. Evaluasi ke jadwal harian.

b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara


bercakap-cakap dengan orang lain.

c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke


jadwal kegiatan harian klien.

B. Strategi Komunikasi
a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik.

“Asalamualaikum pak joko. Selamat pagi”


2. Evaluasi/validasi.

“Bagaimana perasaan pak joko hari ini? Apakah Halusinasinya masih


muncul? Apap kah pak joko telah melakukan dua cara yang telah kita
pelajari untuk menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya
lihat jadwal kegiatan harian pak joko? bagus sekali pak joko, sekarang
coba lihat obatnya. Ya bagus pak joko minum obat dengan teratur jam
07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik suara-suara juga
dilakukan dengan teratur”.
“Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi suara-
suara yang pak joko dengarkan berkurang? Coba sekarang praktekkan
cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari. Coba ceritakan
perbedaan minum obat secara teratur dengan yang dulu tidak teratur?
Dan jelaskan kembali pada saya cara minum obat dengan benar. Bagus
sekali pak joko.”
3. Kontrak.

a. Topik :

“Baiklah pak joko sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan
belajar cara ketiga dari empat cara mengendalikan suara-suara
yang muncul yaitu bercakap-cakap dengan orang lain, Apakah
bersedia?”
b. Waktu :

“Berapa lama pak joko mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau


20 menit?”

c. Tempat :
“Pak joko mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di
ruang tamu? Baiklah pak joko.”
B. Fase Kerja.

“Caranya adalah jika pak joko mulai mendengar suara-suara, langsung


saja pak joko cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman pak joko
untuk berbicara dengan pak joko. Contohnya begini pak joko : tolong
berbicara dengan saya.. saya mulai mendengar suara-suara. Ayo kita
ngobrol dengan saya! Atau pak joko minta pada ibu perawat untuk
berbicara dengannya seperti “ buk tolong berbicara dengan saya karena
saya mulai mendengar suara-suara:. Coba pak joko praktekkan, bagus
sekali pak joko”.
c. Fase Terminasi

1. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“Bagaimana perasaan pak joko setelah kita berlatih tentang cara


mengontrol suara-suara dengan bercakap-cakap. Jadi sudah berapa
cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara? Coba sebutkan!
Bagus sekali pak joko, mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan
harian ya pak joko.”
2. RTL :

“Berapa kali pak joko akan bercakap-cakap. Ya dua kali pak joko
jam berapa saja pak joko? baiklah joko jam 09:00 dan 16:00.
Jangan lupa pak joko lakukan cara yang ketiga agar suara-suara
yang pak joko dengarkan tidak mengganggu pak joko lagi.”
3. Kontrak yang akan datang :

a. Topik :

“Baik lah pak joko bagaimana kalau besok kita berbincang-


bincang tentang manfaat bercakap-cakap dan berlatih cara
keempat untuk mengontrol suara-suara atau halusinasi pak
joko yaitu dengan cara melakukan kegiatan aktivitas fisik,
apakah pak joko bersedia?”
b. Waktu :

“Pak joko mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00 ?


Berapa lama pak joko mau berbincang-bincang?”
c. Tempat :

“Pak joko maunya dimana kita berbincang-bincang?


Bagaimana kalau di ruang tamu? Baiklah pak joko besok
saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok pak joko.
saya permisi Assalamualaikum WR,WB.”

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Jurnal

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara


klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia
(Keliat, 2011).
Menurut Yosep (dalam Daimayanti, 2010) gangguan jiwa merupakan
kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan
dengan fisik maupun mental yang meliputi gangguan jiwa dan sakit jiwa.
Seseorang yang mengalami gangguan jiwa masih mengetahui dan merasakan
kesulitannya, serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup
dalam alam kenyataan. Sedangkan orang yang terkena sakit jiwa tidak
memahami kesulitannya, kepribadiaanya dari segi tanggapan, perasaan, dan
dorongan motivasinya sangat terganggu. Orang tersebut hidup jauh dari alam
kenyataan.
Salah satu contoh cara mengontrol yang pernah digunakan untuk
pasien halusinasi pendengaran adalah dengan cara bercakap- cakap.
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi,
ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain terjadi distraksi, fokus
perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan
dengan orang lain. Melakukan aktivitas yang terjadwal untuk mengurangi
risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri melakukan
aktivitas yang teratur. Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi,
Pasien juga harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan
program terapi dokter (Keliat & Akemat, 2012, hlm. 115).
Halusinasi pendengaran adalah gangguan stimulus dimana pasien
mendengar suara-suara terutama suara-suara orang, biasanya pasien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu (Prabowo, 2014, hlm. 129).
Penelitian yg dilakukan oleh Musa dengan judul ‘’Pengaruh Terapi
Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Terhadap Kemampuan
Mengidentifikasi Stimulus Pada Pasien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. V. L. Ratumbuysang Sulawesi Utara’’ Halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan
Terapi aktivitas kelompok orientasi realita adalah terapi yang bertujuan membuat
pasien mampu mengidentifikasi stimulus internal maupun eksternal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat
pengaruh terapi aktivitas kelompok orientasi realita terhadap kemampuan
mengidentifikasi stimulus pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
V. L. Ratumbuysang Sulawesi Utara.
Sampel diambil dengan teknik pengambilan purposive sampling yaitu
sebanyak 15 orang yang memenuhi kriteria inklusi.
Desain penelitian yangdigunakan adalah pre eksperimen one-group-pre-
test-post-test designdan data dikumpulkan dari responden menggunakan lembar
observasi.
Hasil penelitian uji wilcoxon pada TAK sesi 1-8, didapatkan nilai p pada
TAK sesi 1, 2, 3, 4 dan 6 <α = 0,05, sedangkan untuk TAK sesi 5, 7 dan 8
didapatkan nilai p >α = 0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa 5 sesi
TAK mempunyai pengaruh terhadap kemampuan mengidentifikasi stimulus pada
pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Sulawesi
Utara, sedangkan untuk 3 sesi TAK tidak mempunyai pengaruh.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Berdasarkan dari penelitian lain
oleh Muharyati Dengan Judul ‘’ Pengaruh Terapi Individu Generalis Dengan
Pendekatan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi
Pada Pasien Halusinasi’’ Salah satu terapi non farmakologi yang dapat
digunakan untuk mengurangi frekuensi halusinasi adalah terapi individu
generalis dengan pendekatan strategi pelaksanaan komunikasi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi individu
dalam mengurangi frekuensi halusinasi pada pasien halusinasi di RSJ. H.B
Saanin Padang.
Desain Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen dalam satu
kelompok (one group pre test – post test design). Pengambilan sampel
dilakukan secara purposive sampling.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 13 orang. Sampel diberikan
terapi individu generalis dengan pendekatan strategi pelaksanaan komunikasi
selama 14 hari. Setelah itu frekuensi halusinasi pasien diukur dengan
menggunakan wawancara terstruktur. Data ini kemudian dianalisis dengan
menggunakan uji wilcoxon dengan derajat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian uji wilcoxon didapatkan nilai p=0,001. Hal ini
menunjukan bahwa terapi individu generalis dengan pendekatan strategi
pelaksanaan komunikasi efektif dalam menurunkan frekuensi halusinasi pada
pasien halusinasi di RSJ H.B Saanin Padang.
Berdasarkan Dari Penelitian Lain Juga Oleh Fresa ‘’ Efektifitas Terapi
Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di RSJ Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah’’.Gangguan jiwa Skizofrenia gejala
positifnya yaitu halusinasi, dimana pasien mendengar suara-suara dengan
terapi individu bercakap-cakap dapat mengontrol halusinasi. Menurut WHO
2014 prevalensi gangguan jiwa 21 juta orang, riskesdas 2013 jawa tengah
(0,23%), yang sering terjadi pada laki-laki 12 juta dan perempuan 9 juta.
Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan efektifitas terapi individu
bercakap-cakap dalam meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada
pasien halusinasi pendengaran.
Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperimen dengan rancangan
One Group Pretest Posttest with control group,
Sample dalam penelitian ini adalah sebanyak responden 54 dengan
tehnik random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara kemampuan
mengontrol halusinasi Posttest pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol, menggunakan uji statistik mann whitney terlihat nilai p = 0.000 (p
kurang dari 0.05). Rekomendasi penelitian ini adalah agar pasien mampu
meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi dengan terapi individu
bercakap-cakap.

4.2 Pembahasan Kasus


Pada saat pengkajian diperoleh bahwa Tn. J mengalami halusinasi
pendengaran, Tn. J mengatakan mendengar suara-suara yang memanggil-
manggil namanya, frekuensi suara itu muncul terutama saat pasien akan tidur
dan saat pasien sedang tertidur terkadang juga mendengar suara-suara
tersebut. Data objektif yang didapatkan bahwa Tn.J tampak terlihat berbicara
sendiri, pasien melamun, pasien tampak tersenyum sendiri dan koping pasien
maladaptive. Rencana keperawatan yang dilakukan pengkaji pada Tn. J yaitu
dengan intervensi juga dilakukan dengan 5 tujuan khusus diantaranya yang
pertama tn. J dapat membina hubungan saling percaya, yang kedua dapat
mengenal halusinasinya, yang ketiga dapat melatih halusinasi dengan cara
menghardik, yang keempat mengontrol halusinasi dengan cara minum obat,
yang kelima mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain dan mengalihkan halusinasinya dengan beraktifitas secara terjadwal,dan
kemudian mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol haslusinasinya.
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari kepada
Tn.J mampu melaksanakan strategi pelaksanaan satu sampai tiga yaitu Tn.J
telah mampu mengenal halusinainya, mampu mengontrol halusinasinya
dengan cara manghardik, mengontrol halusinasi dengan minum obat dan
bercakap-cakap dengan orang lain.
Penulis dalam hal ini menyimpulkan bahwa bercakap – cakap dapat
secara efektif mengontrol halusinasi pendengaran di buktikan dengan
pembahasan kasus Tn J dan pembahasan 3 jurnal di atas.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Kesimpulan Jurnal


Dari ketiga jurnal yang di angkat masing masinh hasilnya yaitu:
Musa Dengan Judul ‘’Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi
Realita Terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Stimulus Pada Pasien
Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Sulawesi Utara’’
Hasil penelitian uji wilcoxon pada TAK sesi 1-8, didapatkan nilai
p pada TAK sesi 1, 2, 3, 4 dan 6 <α = 0,05, sedangkan untuk TAK sesi 5,
7 dan 8 didapatkan nilai p >α = 0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa 5 sesi TAK mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
mengidentifikasi stimulus pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Sulawesi Utara, sedangkan untuk 3 sesi
TAK tidak mempunyai pengaruh.

Muharyati Dengan Judul ‘’ Pengaruh Terapi Individu Generalis


Dengan Pendekatan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap
Frekuensi Halusinasi Pada Pasien Halusinasi’’
Hasil penelitian uji wilcoxon didapatkan nilai p=0,001. Hal ini
menunjukan bahwa terapi individu generalis dengan pendekatan strategi
pelaksanaan komunikasi efektif dalam menurunkan frekuensi halusinasi
pada pasien halusinasi di RSJ H.B Saanin Padang.
Fresa Dengan Judul ‘’Efektifitas Terapi Individu Bercakap-
Cakap Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di RSJ Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah’’
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara kemampuan
mengontrol halusinasi Posttest pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol, menggunakan uji statistik mann whitney terlihat nilai p = 0.000 (p
kurang dari 0.05). Rekomendasi penelitian ini adalah agar pasien mampu
meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi dengan terapi individu
bercakap-cakap.
Dapat disimpulkan bahwa terapi bercakap – cakap sangat
berpengaruh dalam menurunkan frekuensi halusinasi dan telah di buktikan
oleh ketiga jurnal diatas
5.1.2 Kesimpulan kasus
Berdasarakan studi kasus asuhan keperawatan pada tn. J dengan
gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran yang telah
penulis lakukan , maka dapatditarik kesimpulan sebagi berikut:
1. Ada pengkajian diperoleh bahwa Tn. J mengalami halusinasi
pendengaran, Tn. J mengatakan mendengar suara-suara yang
memanggil-manggil namanya, frekuensi suara itu muncul terutama
saat pasien akan tidur dan saat pasien sedang tertidur terkadang
juga mendengar suara-suara tersebut. Data objektif yang
didapatkan bahwa Tn.J tampak terlihat berbicara sendiri, pasien
melamun, pasien tampak tersenyum sendiri dan koping pasien
maladaptif
2. Diagnosa keperawatan yang muncul saat dilakukan pengkajian
pada Tn.J adalah gangguan persepsi sensori: Halusinasi
pendengaran.
3. Rencana keperawatan yang dilakukan pengkaji pada Tn. J yaitu
dengan intervensi juga dilakukan dengan 5 tujuan khusus
diantaranya yang pertama tn. J dapat membina hubungan saling
percaya, yang kedua dapat mengenal halusinasinya, yang ketiga
dapat melatih halusinasi dengan cara menghardik, yang keempat
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat, yang kelima
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
dan mengalihkan halusinasinya dengan beraktifitas secara
terjadwal,dan kemudian mendapat dukungan keluarga dalam
mengontrol haslusinasinya.
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari
kepada Tn.J mampu melaksanakan strategi pelaksanaan satu
sampai tiga yaitu Tn.J telah mampu mengenal halusinainya,
mampu mengontrol halusinasinya dengan cara manghardik,
mengontrol halusinasi dengan minum obat dan bercakap-cakap
dengan orang lain.
5. Evaluasi tindakan yang dilakukan penulis sampai dengan strategi
pelaksanaan tiga yaitu Tn.J dapat membina hubungan saling
percaya, berhasil dalam mengenal halusinasinya dan berhasil
mengontrol halusinasinya dengan menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap dengan orang lain. Evaluasi sudah dilakukan
penulis pada keaadaan klien dan kekurangan penulis tidak bisa
mencapai batas maksimal pada rencana yang diharapkan. Dalam
melaksanakan strategi pelaksanaan selanjutnya, penulis
mendelegasikan kepada perawat yang sedang bertugas diruang
Nakula.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Kasus


Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Bagi rumah sakit
Dilakukan pelatihan terapi individu bercakap-cakap pada perawat yang
belum pernah dan yang sudah pernah dilakukan review.
2. Bagi profesi keperawatan
Pemberian terapi individu bercakap-cakap mampu meningkatkan
kemampuan mengontrol halusinasi, sehingga terapi ini dapat digunakan
sebagai masukan dalam pelayanan perawatan dan pemberian asuhan
keperawatan.

5.2.2 Saran Jurnal


1. Bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti atau melanjutkan penelitian
yang mambahas ke empat Strategi Pelaksanaan untuk mengontrol
halusinasi, selain cara mengontrol halusinasi dengan Strategi
pelaksanaan bercakap-cakap atau berkomuniaksi juga terdapat Strategi
pelaksanaan menghardik, minum obat dan juga melakukan kegiatan/
aktifitas

Anda mungkin juga menyukai