YANG BERLEGALITAS
Tulisan ini saya ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Filsafat.
Yang isinya mengenai “Hakikat Pendidikan”
Semoga tulisan ini memberi faedah bagi kita, khususnya bagi penulis, umumnya bagi
pembaca.
Selamat membaca... !
Ketika kita mendengar kata ijazah, apa yang ada dipikiran anda? Pasti yang terlintas di
pikiran anda adalah sekolah atau lembaga pendidikan lainnya yang funsinya sama membina
dan mengembangkan potensi diri. Selain itu peran lembaga pendidikan yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 tentang Hak dan Kewajiban warga Negara dalam menerima
pendidikan tertuang dalam pasal 31 ayat 3 yang berbunyi bahwa: “Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan hehidupan bangsa, yang diatur
dengan Undang-Undang. ”. Akan tetapi dewasa ini kita banyak menemukan fakta di lapangan
yang tidak sesuai dengan apa yang di atur oleh UUD 1945. Meskipun implementasi dari
UUD berusaha menjamah masyarakat sampai ke peloksok desa sekalipun fakta dilapangan
nyatanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Masih banyak masyarakat Indonesia
yang masih belum tersentuh pendidikan. Dari sebagian masayarakat yang mengenyam
pendidikan pada keyataannya sama dan bahkan tak jauh berbeda dengan mereka yang tidak
berependidikan. Maka akan timbul sebuah pertanyaan apakah sebenarnya hakikat pendidikan
itu? Apakah seseorang itu bisa dikatakan sudah berpendidikan melalui pembuktian selembar
kertas yang bernama “ijazah”?, sedangkan kebanyakan masyarakat luas mengecap jika
“seseorang mendapat ijazah berarti dia telah berpendidikan”. Pertanyaan-pertanyaan
demikian sebenarnya sudah dijawab dibeberapa buku tentang tujuan, serta manfaat dari
pendidikan. Pendidikan itu amat sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Dalam
buku filsafat pendidikan karya Muhammad Anwar halaman 19 medefinisikan pendidikan
dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan. Perlu diketahui dua istilah yang hampir sama
bentuknya dan sering digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu pedagogi dan paedagoiek.
Pedagogi berarti pendidikan, sedangkan paeda artinya ilmu pendidikan. Pedagogik atau ilmu
pendidikan ialah yang menyelidiki, merenung tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.
Istilah ini berasal dari kata padagogia (Yunani) yang berarti pergaulan dengan anak-anak.
Sedangkan, yang sering menggunakan istilah paidagogos adalah seorang pelayan (bujang)
pada zaman Yunani kuno, yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan
dari sekolah. Paidagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing,
memimpin).
Kata paidagogos yang pada awalnya memiliki makna pelayan, kemudian mengalami
perubahan makna menjadi pekerjaan yang mulia. Karena, pengertian pai (dari paidagogos)
berarti seorang yang tugasnya membimbing anak di dalam pertumbuhannya kearah mandiri
dan bertanggung jawab. Dalam pengertia yang lebih sederhana dan umum, makna pendidikan
sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan
norma-norma tersebut, serta meneruskan kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan
dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam proses pendidikan. Karena itu, bagaimana pun
peradaban suatu masyarakat, didalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan
sebagai usaha manusia untuk melestarikan kehidupannya. Menurut Carter V. Good dalam
Dictionary of Education, pendidikan mengandung pengertian dibawah ini.
The aggregate of all processes by which a peron develop abilities, attitudes, and other
forms of behavior of positive value in the society in which hi lives.
The social process by which people are subjected to the influence of aselected and
controlled environment (especially that the school) so shey may attain social
competence and optimum individual development.
Menurut Carter V. Good tersebut bahwa pendidikan menangandung pengertian sebagai suatu
a). Proses pengembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku
dalam masyarakat: dan b). Peroses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu
lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial
dan mengembangkan pribadinya. Dari pandangan Carter V. Good di atas dapat dipahami
bahwa pendidikan menentukan cara hidup seseorang, karena terjadinya modifikasi dalam
pandangan seseorang disebabkan pula oleh terjadinya pengaruh interaksi antara kecerdasan,
perhatian, dan pengalaman, yang dinyatakan oleh perilaku, kebiasaan, paham kesusilaan, dan
lain sebagainya.
Pengertian tersebut dapat dikatakan hampir sama dengan apa yang dikatakan Godfrey
Thompson bahwa pendidikan merupakan pengaruh lingkungan atas individu untuk
menghasilkan perubahan-prubaha yang tetap di dalam kebiasaan tingkah lakunya, pikirannya,
dan sikapnya.
Tim Dosen IKIP Malang dalam bahasan tentang mereka yang menyimpukan
pendidikan sebagai berikut:
Jika kita pahami rumusan ini masih memberikan pengertian secara umum tentang pendidikan,
karena belum menentukan adanya kualifikasi tertentu seperti adanya konsep kepribadian dan
perkebangan bagaimana yang dikehendakai. Namun, unsur-unsur pendidikan pada rumusn
tersebut sudah terpenuhi dalam suatu proses pendidikan. Karena, dalam proses pendidikan
harus ada usaha untuk membina dan mengembangkan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai
dan norma-norma yang ada di dalam masyarakat tersebut, walaupun dalam peradaban
masyarakat itu masih sederhana. Sedangkan menurut Dr. Yahya Qahar, menjelaskan
pengertian pendidikan adalah filsafat yang bergerak dilapangan pendidikan, yang
mempelajari proses kehidupan dan alternative proses pendidikan dan alternatife proses
pendidikan dalam pembentukan watak. Ia menyoroti dan memberikan pandangan sebagai
berikut:
Dari semua pendapat yang dikemukakan diatas, dapat kita simpulkan bahwa hakikat
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan semua belajar dan proses
pembelajaran secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki sepiritual
keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masayarakat, bangsa dan Negara ( Achmad Munib, 2004: 142). Jadi
pada hakikatnya pendidikan bukan hanya selembar kertas yang berlegalitas tetapi lebih dari
sekedar itu. Pendidikan saya ibaratkan sebuah pergerakan dari ketidak tahuan menjadi tahu,
ketidak pahaman menjadi paham, ketidak mengertian menjadi mengerti dan semuanya bisa
kalian dapatkan melalui proses pendidikan yang baik, sebab proses yang baik tidak akan
menghianati hasil.
Wassalam….
Serang, 01-04-2019
Februar.