Bab 3
Bab 3
BAB III
PENGUJIAN KEKERASAN
3.1 Tujuan
Tujuan dari pengujian kekerasan adalah untuk menngetahui harga
kekerasan dari suatu material. Mengetahui macam-macam metode pengujian keras
serta aplikasinya Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode pengujian
kekerasan
Konsep yang dipakai pada pengujian ini adalah metode indenter, yaitu
pengujian kekerasan dengan menggunakan Indentor, pengujian pada percoibaan ini
dibagi empat jenis; Brinell, Vicker Rockwell, Metallografi.
Brinell Hardness
Pengujian kekerasan Brinell menggunakan bola baja dengan diameter 10
mm dan beban 3000 Kg. sesuai dengan ASTM E 10. Beban diberikan kepada
spesimen selama 30 detik kemudian diameter jejak yang ditinggalkan diukur dan
dihitung dengan persamaan BHN (Brinell Hardness Number). Prinsip perhitungan
adalah dengan menghitung beban dibagi dengan luas daerah yang ditinggalkan.
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja
(identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen).
Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan
yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya
telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten.
Berikut rumus perhitungan metoda Brinell
2P
BHN =
πD (D-√D2 -d2
Keteragan :
BHN : Brinell Hardness Number
P : Beban yang diberikan (kgf)
D: Diameter Identor (mm)
d : diameter lekukan rata-rata indentasi
Kelebihan metoda brinell adalah Sangat dianjurkan untuk material-material atau bahan-
bahan uji yang bersifat heterogen sedangkan kekurangannya yaitu butuh ketelitian untuk
mengukur diameter hasil lekukan identasi, dan memakan waktu yang lama
Rockwell Hardness
bahan yang keras. Tetapi jika indentor bola baja dipakai untuk menguji bahan yang
lebih lunak dari B 0, dapat mengakibatkan pemegang indentor mengenai benda uji,
sehingga hasil pengujian tidak benar dan pemegang indentor dapat rusak.
HR = E - e
Dimana :
F0 = Beban Minor(Minor Load) (kgf)
F1 = Beban Mayor(Major Load) (kgf)
F = Total beban (kgf)
e = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002 mm
E = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang
untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1
HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness
Putarkan rotary
Simpan spesimen di wheel agar
test stage spesimen dapat
masuk
Dekatkan spesimen
Simpan
ke indentor hingga ±
spesimennya
1 mm
HSS
61,5
17,515 x HRc – 401 =
17,515 x 61,5 – 401 = 676,17 HRc
60,5
17,515 x HRc – 401 =
17,515 x 60,5 – 401 = 658,65 HRc
58,5
17,515 x HRc – 401 =
17,515 x 58,5 – 401 = 623,62 HRc
Rata – Rata
676,17 + 658,65 + 623,62
= 652,81 HRc
3
Baja 8470ZM
29,5
5,970 x Hrc + 104,7 =
5,970 x 29,5 + 104,7 = 280,81 HRc
33,5
8,570 x HRc + 27,6 =
8,570 x 33,5 + 27,6 =314,69 HRc
33,0
Rata – Rata
280,81 + 314,69 + 310,41
= 301,97 HRc
3
UB3
35
8,570 x HRc + 27,6 =
8,570 x 35 + 27,6 = 575, 95 HRc
35
8,570 x HRc + 27,6 =
8,570 x 35 + 27,6 = 575, 95 HRc
40
8,570 x HRc + 27,6 =
8,570 x 40+ 27,6 = 370,4 HRc
Rata – Rata
575, 95 + 575, 95 + 370,4
= 507,43 HRc
3
1,03
2P 2.250
2 2
= = 294.608 BHN
πD (D-√D -d 3,14.5 (5-√52 -1,032
1,01
2P 2.250
2 2
= = 308.895 BHN
πD (D-√D -d 3,14.5 (5-√52 -1,022
Rata – Rata
291.10+ 294.608+ 308.895
= 298.201 BHN
3
Mg + Al + Zn
1,03
2P 2.250
2 2
= = 289,51 BHN
πD (D-√D -d 3,14.5 (5-√52 -1,032
3,00
2P 2.250
2 2
= =31.84 BHN
πD (D-√D -d 3,14.5 (5-√52 -3,002
3,07
2P 2.250
2 2
= = 30,04 BHN
πD (D-√D -d 3,14.5 (5-√52 -3,072
Alumunium
2P 2.250
2 2
= = 308,895 BHN
πD (D-√D -d 3,14.5 (5-√52 -1,012
2P 2.250
2 2
= = 302.729 BHN
πD (D-√D -d 3,14.5 (5-√52 -1,022
2P 2.250
= = 515.31 BHN
πD (D-√D2 -d2 3,14.5 (5-√52 -1,002
agar tidak terjadi aliran material. Tidak juga terlalu lebih keras daripada indentornya,
karena dapat merusak indentor. Beban yang akan diberikan terhadap material yang akan
diuji disesuaikan. Saat akan ditekan harus sangat diperhatikan ketegaklurusan indentor
terhadap material. Hal ini perlu untuk mendapatkan hasil indentasi yang valid.
3.7 Kesimpulan
Nilai kekerasan setiap material berbeda beda. Dan nilai kekerasan juga
dapat berubah rubah karena kondisi material dan orang yang mengerjakannya
terutama pada proses brinell. Karna metode brinell menghitung diameternya
secara manual dengan jangka dan sudah banyak bolong bolong.
Nilai kekerasan yang paling tinggi adalah Hss, Baja 8470ZM, UB3,
Kuningan, Alumunium, Mg+Al+Zn.