OLEH :
xxxxx
xxxxxxxxxx
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judul PTK :
xxxxxxxxx xxxxxxx
NIP. xxxxxxxxxxx NIP.
ii
ABSTRAK
iii
MOTTO
“Alloh akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-
orang yang memiliki ilmu dengan beberapa derajat” (Al-Mujadalah : II)
“Takut akan kegagalan seharusnya tidak menjadi alasan untuk takut mencoba
sesuatu, karena dalam setiap kegagalan yang ada menjadikan seorang akan lebih
kuat untuk menjalani hidup dan meraih keberhasilan” (Penulis)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan YME, atas
berkat limpahan rahmat–Nya, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul “PENINGKATAN PEMBELAJARAN TOLAK PELURU
MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK PADA SISWA KELAS IV SDN
BELAWA RAHMAT KECAMATAN DAPURANG”. Kami menyadari bahwa
selesainya karya tulis ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mamuju Utara
2. Kepala Sekolah SDN Belawa Rahmat
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun
material dalam penyelesaian penelitian Tindakan Kelas ini.
Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan mendapat
balasan dari Allah SWT (Amin). Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini
dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca yang budiman.
Penulis
v
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................... . 3
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
1.6 Pemecahan Masalah ..................................................................................... 4
vi
3.9 Analisa Data .............................................................................................. 25
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 42
5.2 Saran .......................................................................................................... 42
vi
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
jauhnya bisa menimbulkan gejolak dan iklim yang tidak kondusif di sekolah.
Oleh karena itu perlu sebuah pemecahan masalah yang sederhana dan bisa
dilakukan oleh guru. Melihat permasalahan di atas, maka satu pemikiran yang
muncul adalah bahwa perlu adanya sebuah media alternatif modifikatif untuk
mengganti peluru yang memang cukup mahal. Media alternatif modifikatif
tersebut harus bersifat bisa mewakili karakteristik peluru, murah, banyak tersedia
atau mudah di dapat.
Dari beberapa kriteria media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru
tersebut nampaknya bola plastik bisa dijadikan media alternatif modifikatif untuk
mengganti peluru. Dari segi bentuk, jelas ada kemiripan dengan bentuk peluru,
dari segi ketersediaan dan harga, maka bola plastik sangat mudah sekali di dapat
di pasar-pasar tradisional dengan harga sangat murah.
Dari permasalahan tersebut di atas maka penulis menentukan judul
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul sebagai berikut;”PENINGKATAN
PEMBELAJARAN TOLAK PELURU MENGGUNAKAN MEDIA BOLA
PLASTIK PADA SISWA KELAS IV SDN BELAWA RAHMAT
KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA”
2
tolak peluru siswa kelas IV SDN Belawa Rahmat
3
b. Manfaat bagi guru
Selain menambah pengalaman dalam menggunakan media belajar yang
dimodifikasi juga membuat pengajaran tolak peluru menjadi lebih
menyenangkan.
c. Bagi sekolah
Adanya peningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat
terhadap kualitas siswa dan guru,sehingga pada akhirnya akan mampu
meningkatkan kualitas sekolah secara keseluruhan.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan
aktifitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran. Apakah pembelajaran
itu ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya di kemukakan sebuah
definisi dari pembelajaran “ Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman indvidu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya “ (Muhamad Surya:2004). Menurut Muhamad Surya
(2004) lebih lanjut bahwa ada beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian
tersebut di atas ialah :
Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku.
Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah
adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya seseorang telah
mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya. Tetapi tidak semua
perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil
pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (a) perubahan yang disadari,
artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa
pengetahuan, keterampilan, dan ia lebih yakin terhadap dirinya. (b). Perubahan
bersifat kontinyu (berkesinambungan) Artinya suatu perubahan yang terjadi,
menyebebkan terjadinya perubahan perilaku yang lain. (c). Perubahan bersifat
fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran
memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan. (d) perubahan bersifat
positif, artinya terjadi adanya pertambahan perubahan dalam diri individu (e)
Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu terjadi dengan sendirinya,
akan tetapi memlalui aktifitas individu. (f). Perubahan yang bersifat permanen
(menenetap) , artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan
5
berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. (g).
Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena ada
sesuatu yang akan dicapai.
Kedua, Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara
keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai
hasil pembelajaran adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini
mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktifitas yang
berkesinambungan.
Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang
mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung
makna bahwa aktifitas pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang
harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang ingin dicapai.
Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu.
6
Lebih lanjut Sudrajat (2007) menuliskan tentang beberapa fungsi media
diantaranya : (1). Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.
Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh
peserta didik tentang suatu objek, disebabkan : (a). objek terlalu besar; (b). objek
terlalu kecil; (c). objek yang bergerak terlalu lambat; (d). objek yang bergerak
terlalu cepat; (e). objek yang terlalu komplek; (f). objek yang bunyinya terlalu
halus; (g). objek mangandung logam dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media
yang tepat, maka semua objek dapat disajikan kepada peserta didik. (2). Media
pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik
dengan lingkungannya; (3). Media membangkitkan motivasi dan merangsang
anak untuk belajar; (4). Media memberikan pengalaman menyeluruh dari yang
konkrit sampai yang abstrak.
Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Dalam memilih media
pembelajaran terdapat beberapa factor yang harus dipertimbangkan diantaranya
adalah :
1. Jenis kemampuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan
Jika akan memilih media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai.
2. Kegunaan dari berbagai jenis media pembelajaran itu sendiri.
Setiap jenis media pembelajaran mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri.
Hal ini harus dijadikan bahan pertimbangan dalam jenis memilih media
pembelajaran yang digunakan
3. Kemampuan guru menggunakan suatu jenis media pembelajaran
Betapapun tingginya nilai kegunaan media pembelajaran, tidak akan memberi
manfaat sedikitpun di tangan orang yang tidak mampu menggunakan media
pembelajaran.
4. Fleksibilitas (lentur), tahan lama dan kenyamanan media pembelajaran Dalam
memilih media pembelajaran harus dipertimbangkan kelenturan, dalam arti
dapat digunakan dalam berbagai situasi, juga harus tahan lama, untuk
menghemat biaya, dan digunakanpun tidak berbahaya. Keefektifan suatu media
pembelajaran dibandingkan dengan media pembelajaran lain untuk digunakan
7
dalam pembelajaran suatu materi pembelajaran tertentu.
2.3 Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu nomor cabang atletik. Atlet tolak peluru
melemparkan bola besi yang berat sejauh mungkin. Berat peluru:
- Untuk senior putra = 7.257 kg
- Untuk senior putri = 4 kg
- Untuk yunior putra = 5 kg
- Untuk yunior putri = 3 kg
Meskipun termasuk dalam nomor lempar, namun istilah “lempar peluru”
adalah kurang tepat. Karena pada kenyataannya peluru itu tidak boleh
dilemparkan, tetapi harus ditolak atau didorong dari bahu. Bagaimana cara
menolak peluru yang betul, hal ini perlu dipahami tentang analisis gerakan
melakukan tolak peluru, menyangkut masalah teknik menolak peluru secara
keseluruhan.
Dalam tolak peluru teknik-teknik yang harus diperhatikan adalah cara
memegang peluru, meletakkan peluru di bahu, sikap menolak, gerakan menolak,
sikap setelah menolak, dan awalan dalam tolak peluru.
2.3.1 Cara memegang peluru
Ada tiga macam cara memegang peluru :
1. Peluru diletakkan tepat pada dataran telapak tangan, ibu jari dan keempat jari
lainnya merenggang seenaknya (wajar dan rileks). Cara ini sangat mudah,
tetapi kurang menguntungkan, karena saat menolak pergelangan tangan dan
jari-jari kurang berfungsi untuk melecutkan peluru.
2. Seperti cara pertama, tetapi peluru agak digeser ke atas sehingga titik berat
peluru terasa berada pada ujung telapak tangan, yaitu kira-kira pada pangkal
jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Ibu jari menahan dan sedikit menekan
pada peluru, sedangkan jari kelingking menahan secara wajar saja. Cara ini
lebih baik dari pada cara yang pertama, karena pergelangan tangan dan jarijari
akan ikut berfungsi melakukan lecutan saat peluru ditolakkan (Bagi pemula
termasuk anak-anak sekolah sangat sesuai memakai cara ini ).
8
Cara memegang peluruu Gambar 22 .1
3. Seperti cara yang kedua, tetapi peluru lebih digeser ke atas lagi, sehingga titik
berat peluru berada pada ruas-ruas jari teluu njuk, jari tengah dan jari manis.
Cara ini sebenarnyaa paling menguntungkan, karena jari-jari dan pergelangan
tangan lebih banyak berfungsi untuk melecuutkan peluru. Tetapi cara ini hanya
sesuai bagi atlet-atlet yang jari-jari tangannya kokoh-kuat.
2.3.2 Cara meletakkann peluru di bahu
Sebenarnya peluru itu tidak benar-benar diletakkan di atas bahuu (pundak),
tetapi agak turun ke depan melekat pada pangkal leher. Bagian peluru yang
terletak antara ibu jari dan jari telunjuk sedikit melekat pada tulang selangka
(clavicula) sedang peluru bagian atas menempel pada pangkal dagu (rahang
bawah). Pada posisi itu siku dibuka tidak lebih dari 90°.
9
antara tumit kanan dan ujung kaki kiri sekitar 3 kaki. Dalam posisi ini jari-jari
kaki kiri berada pada satu garis lurus dengan tumit kanan, atau dapat pula lebih
ke belakang/kiri sedikit.
4. Lutut kanan ditekuk sedemikian rupa sehingga lutut ini kira-kira berada dalam
satu garis vertikal dengan ujung jari kanan.
5. Tangan/lengan kiri diangkat rileks ke depan atas.
6. Dari posisi badan seperti tersebut di atas, badan segera ditundukkan dengan
disertai sedikit putar ke kanan, sehingga punggung, tengkuk dan tungkai
belakang (kiri) merupakan satu garis miring hampir lurus. Dagu (letak peluru),
lutut kanan dan ujung jari kaki kanan berada dalam satu garis vertikal, atau
letak peluru agak ke belakang. Sebagian besar berat badan bertumpu pada kaki
kanan.
7. Lengan kiri menggantung/menjulur ke depan agak lurus dan rileks.
8. Kepala rileks, pandangan mengarah ke bawah-depan. Dalam posisi menolak ini
seluruh bagian badan rileks. Selanjutnya diteruskan dengan gerakan menolak.
10
dimana kedua kaki sama-sama melayang (lepas dari tanah).
5. Saat menolakkan peluru, sikap kepala dan dada harus tengadah, pandangan
tertuju ke arah sasaran.
2.3.5 Gerakan setelah menolak
1. Saat peluru lepas dari tangan, seluruh badan dijulurkan ke depan ke arah
sasaran. Demikian pula bahu dan lengan kanan dibiarkan menjulur mengikuti
arah/jalannya peluru (follow through).
2. Agar badan tidak terjerumus keluar lingkaran, maka kaki belakang (kanan)
harus cepat dilangkahkan ke depan dan berpijak di dekat bekas telapak kaki
kiri, yang saat itu pula kaki kiri telah ditarik/diayun ke belakang. Perpindahan
kaki belakang ke depan ini juga merupakan gerakan ikutan.
3. Untuk mengerem agar badan tidak jatuh ke depan (keluar lingkaran),
hendaknya sesaat kaki kanan melangkah ke depan, lututnya harus segera
ditekuk.
4. Sehubungan dengan itu maka pada lapangan/lingkaran tolak peluru terdapat
papan/balok penahan, yang berfungsi untuk menahan gerakan kaki agar tidak
keluar dari lingkaran. Oleh sebab itu (sesuai dengan peraturan) apabila bagian
kaki penolak menyentuh bidang bagian dalam balok penahan, tidak dianggap
sebagai suatu pelanggaran (tetapi bila menyentuh/menginjak bidang bagian
atas/permukaan hal itu dinyatakan sebagai suatu pelanggaran).
2.3.6 Awalan dalam tolak peluru
Awalan dalam tolak peluru tergantung dari teknik (gaya) yang digunakan.
Ada empat macam gaya, yaitu :
1. Gaya depan; sikap permulaan sebelum melakukan awalan posisi badan
menghadap ke arah sasaran. Gaya ini kurang efisien, maka sekarang jarang
dipakai.
2. Gaya samping; sikap permulaan berdiri miring, sehingga arah tolakan di
sebelah samping kiri (bila menolak dengan tangan kanan). Gaya ini masih
sering dipakai, terutama bagi atlet pemula termasuk bagi anak-anak sekolah
(SMTP, SMTA) dan yang sederajat.
3. Gaya belakang; sikap permulaan badan membelakangi arah tolakan. Gaya
11
inilah yang sampai saat ini banyak dipakai oleh atlet-atlet kenamaan (senior).
4. Gaya putaran lempar cakram; gaya ini hampir sama dengan gaya belakang,
hanya saja gerakan kaki tidak seperti gaya belakang, tetapi seperti gerakan kaki
pada lempar cakram. Gaya ini paling sulit, sampai saat ini belum begitu banyak
yang memakainya.
Dari keempat macam gaya tersebut dua gaya yang akan dibicarakan,
yaitu gaya samping dan gaya belakang.
2.3.6.1 Tolak peluru gaya samping
Cara melakukan atau teknik tolak peluru gaya samping adalah sebagai
berikut :
1. Peluru siap dipegang (dengan tangan kanan) dan diletakkan pada pangkal leher
seperti telah diutarakan terdahulu.
2. Sikap permulaan berdiri miring, arah tolakan di sebelah kiri badan. Lutut kaki
kanan agak ditekuk, kaki kiri dijulurkan ke belakng agak lurus dan rileks/lemas
berpijak pada ujung kaki. Tangan/lengan kiri diangkat rileks setinggi bahu atau
lebih. Berat badan sebagian besar pada kaki kanan. Pandangan ke depan-
bawah.
12
Gambar 2.4
13
3. Sebelum meluncur ke kiri, kaki kiri diangkat ke depan terus melingkar ke
samping kiri dan kembali berpijak di tempat semula. Ayunan kaki kiri ini
hanya merupakan gerakan pendahuluan saja, untuk mencari keseimbangan.
Maka gerakan pendahuluan ini cukup dilakukan 2 atau 3 kali saja.
4. Setelah keseimbangan badan benar-benar mantap, maka pada putaran/ayunan
kaki yang terakhir, kaki kiri tadi tidak perlu diletakkan di tanah, tetapi justru
agak ditarik ke kanan sehingga tungkai (betis) kiri berada di belakang
betis/kaki kanan, atau lebih ke kanan lagi (agak menyilang). Dari sinilah kaki
kiri diayunkan cepat ke samping kiri dengan disertai tolakan kaki kanan.
Tolakan kaki kanan ini harus datar dan rendah saja (bukan
meloncat/melambung). Akhir dari gerakan meluncur ke kiri ini, kaki kanan
mendarat terlebih dahulu kira-kira pada pusat lingkaran, sedang kaki kiri terus
dijulurkan jauh ke samping kiri, sehingga saat berpijak di tanah ujung telapak
kaki hampir atau sedikit menyentuh bidang dalam balok penahan. Saat inilah
terjadi sikap/posisi menolak seperti telah diuraikan terdahulu.
5. Dari sikap/posisi menolak ini, peluru segera ditolakkan dengan cara seperti
telah diuraikan di depan. (Agar lebih jelas lihatlah gambar serangkaian
gerakan tolak peluru gaya samping!).
2.3.6.2 Tolak peluru gaya belakang (Gaya O’Brien)
1. Peluru siap dipegang dan diletakkan pada pangkal leher (dengan tangan kanan.
Lihat gambar gaya belakang!)
2. Sikap permulaan berdiri membelakangi arah tolakan. Kaki kanan tegak, kaki
kiri terjulur agak lurus dan rileks ke belakang berpijak pada ujung kaki. Berat
badan sebagian besar berada pada kaki kanan. Tangan/lengan kiri diangkat
lurus dan rilek ke atas. Pandangan ke bawah atau ke depan (sekitar 5 m – 10
m). pada posisi ini seluruh bagian badan harus rilek, sambil berkonsentrasi dan
mengatur pernapasan.
3. Secara bersamaan, badan dicondongkan ke depan dan kaki kiri diangkat rilek
ke atas hampir datar dengan tanah, lengan kiri turun-lurus-lemaske depan-
bawah. Kemudian lutut kanan dan lutut kiri bersama-sama ditekuk, sehingga
paha kanan hampir menyentuh dada. Dari posisi ini, kaki kiri segera
14
diluruskan/dijejakkan/diayunkan cepat ke belakang dengan disertai tolakan
kaki kanan (lutut sampai lurus). Tolakan kaki kanan ke belakang ini harus
rendah saja dan secepat mungkin agar gerakan meluncur ke belakang ini
berjalanlancar dan tidak melambung. Selama meluncur ke belakang badan
tetap rendah dan condong ke depan serta masih membelakangi arah tolakan.
4. Akhir dari luncuran ke belakang tadi diawali dengan mendaratnya kaki kanan
terlebih dahulu kira-kira pada pusat lingkaran, disusul kaki kiri berpijak agak di
sebelah kiri dari garis tengah, bagian ujung kaki hampir atau sedikit mee
nyentuh bidang dalam balok penahan. Pada saat kaki kiri ini berpijak, disinilah
terjadi sikap/posisi menolak.
5. Dari sikap/posisi menolak ini, peluru segera ditolakkan dengan cara seperti
telah diuraikan terdahulu.
15
2.3.7 Lapangan Tolak Peluru
Ukuran lapangan tolak peluru dan gambar :
Diameter Lingkaran : 2,135 meter
Perpanjangan Garis Tengah : 0,5 meter (50 Centimeter)
Sudut pada Titik Tengah arah tolakan : 45° (derajat)
16