DISUSUN OLEH :
1. EMMA
UNIVERSITAS SEMARANG
BAB 1
1.1 Pendahuluan
Ketika bahasa itu berada pada tataran fungsi bahasa ekspresi diri dan fungsi bahasa
komunikasi, bahasa yang digunakan masuk ke dalam ragam bahasa dan laras bahasa.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa.
Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan topik pembicaraan,
dan sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa dimaksudnya kesesuaian antara
bahasa dan fungsi pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa lebih diutamakan dalam laras
bahasa dari pada aspek lain dalam ragam bahasa. Selain itu, konsepsi antara ragam bahasa
dan laras bahasa saling terkait dalam perwujudan aspek komunikasi bahasa. Laras bahasa
apa pun akan memanfaatkan ragam bahasanya. Misalnya, laras bahasa lisan dan ragam
bahasa tulis
Bahasa-bahasa yang lahir dari beberapa hal yang telah diuraikan diatas dikenal dengan
bahasa tidak baku yaitu bahasa yang biasa digunakan pada situasi santai dengan keluarga,
dipasar, tulisan pribadi, pergaulan sehari-hari, dan tidak cocok digunakan dalam situasi
resmi seperti, dalam penulisan ilmiah, diskusi, pembicaraan dilingkungan formal, dan
lain-lain.
BAB 2
PEMBAHASAN
A Ragam Bahasa
Secara Lisan
Contoh kegiatan 1. Berlangsung cepat 1. Tidak selalu
Berbicara 2. Sering dapat mempunyai bukti
Berpidato berlangsung tanpa alat autentik (rekaman)
Berdiskusi bantu 2. Dasar hukumnya
Berdebat 3. Kesalahan dapat lemah
langsung dikoreksi 3. Sulit disajikan
4. Dapat dibantu secara matang /
dengan gerak tubuh bersih
dan mimik muka 4. Mudah
dimanipulasi
Secara Tulis
Contoh kegiatan 1. Mempunyai bukti1. Belangsung lambat
Menulis surat autentik (berupa2. Selalu mamakai
Menulis laporan tulisan) alat bantu
Menulis artikel 2. Dasar hukumnya3. Kesalahan tidak
Menulis makalah kuat langsung dikoreksi
3. Dapat disajikan4. Tidak dapat dibantu
lebih matang / bersih dengan gerak tubuh
4. Lebih sulit dan mimik muka
dimanipulasi
Sedangkan berdasarkan situasi pemakainya ragam bahasa dapat dibagi atas tiga macam :
1. Ragam Formal
2. Ragam Semi Formal
3. Ragam Non Formal
Pemakaian ragam formal, semi formal dan non formal di tengah masyarakat
tampak campur aduk. Ragam non formal dipakai jika penutur dan komunikasinya berasal
dari etnik yang sama, lebih-lebih dengan sesama teman. Pilihan ragam akan beralih ke
ragam semi fomal atau formal jika para penutur dan mitrannya multi etnik, situasinya
resmi, status sosial komunikasi tinggi dan topik pembicaraan bersifat serius. Jadi,
penetapan pilihan pada situasi, topik pembicaraan serta bentuk hubugan antar pelaku.
Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi resmi adalah ragam formal atau
ragam baku, yaitu ragam yang mengikuti kaidah atau aturan kebahasaan secara ketat.
Ragam formal mutlak menuntut pemakaian kata dan kalimat baku, sedangkan ragam non
formal tidak mutlak menuntut persyaratan tersebut.
Pemakaian Kata Ganti Dan Sapaan, Imbuhan Dan Partikel Penegas, Serta Pilihan
Kata Tertentu Dalam Ragam Formal, Semi Firmal Dan Non Formal
Kata Ganti & Imbuhan &
Ragam Pilihan Kata
Sapaan Partikel Penegas
Beri tahu (kan)
... Uang
sudah menerima Sudah
Saya – Anda ... Tidak
Saya – Bapak ... sudah membaca Begitu
Formal
Saya – Ibu ... Seperti itu
Saya - Saudara Betulkan Sebentar
Mengobrol Saja
Minum kopi Laki-laki / pria
Perempuan/wanita
Kasih tahu
Duit
Sudah
... sudah terima ...
Tidak
Aku – Bung ... sudah baca ...
Gitu
Aku – Kamu Betulin / bikin
Kayak gitu
Semi Aku – Mas / betul
Sebentar
Formal Dik Ngobrol
Saja
Aku – Mbak Ngopi
Orang laki-laki/anak
Lho, kok
laki
Sih, deh
Orang
perempuan/anak
perempuan
Gue – Bang / ... udah terima ... Bilang (in) / omong
Non
Mbak ... udah baca ... (in)
Formal
Gue – Lu (elu) Betulin Doku / fulus
Gue – Neng Ngobrol Udah
Gue - Situ Ngopi Ngak
Loh, kok Gitu
Sih, deh Kek gitu
Entar / bentar
Aja
Cowok
Cewek
Fungsi Direktif
Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatuf
tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan
sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dikehendaki pembicara.
Fungsi Fatik
Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik. Artinya
bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau
solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap, seperti
pada waktu pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan
ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah.
Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur paralinguistik, seperti
senyuman, gelengan kepala, gerak gerik tangan, air muka atau kedipan mata. Ungkapan-
ungkapan tersebut jika tidak disertai unsure paralinguistik tidak mempunyai makna.
Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk membicarakan objek
atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.
Fungsi referensial ini yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk
menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia di sekelilingnya.
Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imajinatif.
Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang
sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini biasanya berupa
karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan penutur
maupun para pendengarnya.
D. Apakah bahasa dapat mempengaruhi perilaku manusia ?
Menurut saya bisa aja manusia terpengaruh oleh bahasa yang diucapkan oleh orang lain selagi
orang itu dapat mengerti, menurut saya bahasa itu sangat penting karena bahasa bisa sebagai
pemersatu bangsa dan dapat pula menghancurkan suatu bangsa, tinggal bagaimana orang
menggunakan bahasa itu untuk apa, di gunakan untuk berbuat baik untuk membagi informasi
atau untuk berbuat ke hal yang negatif.
Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan
sesuai dengan norma kemasyarakatan yan berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa Indonesia.
Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian
bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat.bahasa yang harus mengenai
sasaranya tidak selalu perlu beragam baku. Dalam tawar menawar dipasar, misalnya,
pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan
sangat ganjil bila dalam tawar menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita
memakai bahasa baku seperti
Apahab bang becak bersedia mengantar saya ke pasar johar dan berapa ongkosnya?
Contoh di atas adalag contoh bahasa indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan
efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat itu untuk situasi diatas
kalimat berikut akan lebih tepat
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa
yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa baku.
Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang
sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Jadi, bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang maknanya dapat dipahami
dan sesuai dengan situasi pemakaiannya serta tidak menyimpang dari kaidah bahasa baku.
Yang perlu di pertimbangkan oleh pemakai bahasa adalah situasi dan kondisi aktual
sebelum menetapkan pilihan ragam bahasa yang dipakai. Selanjutnya, ragam bahasa akan
mengindikasikan bahasa Anda tergolong baik saja, benar saja atau baik dan juga benar.
Beberapa hal yang menyebabkan ragam bahasa ada 3 :Perbedaan wilayah : Tiap-tiap
daerah memiliki kultur kebudayaan yang berbeda dengan wilayah yang lainPerbedaan
demografi : Pada daerah pegunungan cenderung menggunakan bahasa yang singkat dan
jelas, berbeda dengan pemukiman padat penduduk yang biasa menggunakan bahasa lisan
yang panjang lebar.Perbedaan adat-istiadat : Tiap daerah memiliki kebiasaan atau adat
yang diturunkan temurun dari nenek moyangnya.- Macam-macam ragam bahasa
:Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang
baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau
surat resmi.Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila
pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya
atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.Ragam hormat adalah ragam bahasa
yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan
atasan. Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi
di kalangan orang yang saling mengenal.Ragam lisan adalah ragam bahasa yang
diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi
pengungkapan dapat membantu pemahaman.Ragam tulis adalah ragam bahasa yang
digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan
kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual.Ragam resmi adalah ragam
bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
penutup
kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk kerna pemakaian bahasa. Pemakaian
bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan topik pembicaraan dan, sikap
pembicaraan.
Pada saat digunakan sebagai alat momunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai
dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya.
Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah popular, laras feature, laras komik, laras
sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan norma kemasyarakatan yan berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia.
Demikian pembahasan tentang Ragam dan Laras Bahasa, setelah membaca postingan ini
dapat menambah wawasan untuk anda kedepan dan semoga bermanfaat,