Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Paru
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis, fremitus taktil kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra
Perkusi : Kesan kardiomegali (-)
Auskultasi : S1 S2 reguler, systolic murmur (+), gallop (-), ekstra sistol (-)
Abdomen
Leopold I : kepala
Leopold II : Punggung kanan, ekstremitas kiri
Leopold III : bokong
Leopold IV : Belum masuk pintu atas panggul
Pemeriksaan Dalam : VT tidak dilakukan
HPHT : 15 November 2017
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema kedua kaki (-)
7. Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium (tanggal 03/08/2018)
Pemeriksaan Hasil Satuan
Darah rutin
- Leukosit 10,09 x10^3/ul
- Eritrosit 5,6 x10^6/ul
- Hemoglobin 18,1 g/dl
- Hematokrit 49 %
- Trombosit 185 x10^3/ul
Kimia darah
- Glukosa Sewaktu 113 mg/dl
- Ureum 9 mg/dl
- Creatinin 0,4 mg/dl
- SGOT 21 u/l
- SGPT 14 u/l
HbsAg kualitatif Non reaktif
Urin rutin
- Leukosit Negatif
- Nitrit Negatif
- Urobilinogen Normal
- Protein Negatif
- pH 6,0
- Blood Negatif
- Berat jenis 1,01
- Keton Negatif
- Bilirubin Negatif
- Glukosa Negatif
- Warna Kuning
- Kejernihan Agak Keruh
Left Ventricle :
EDD 33,6 35 – 52 mm
ESD 24,5 26 – 36 mm
IVS Diastole 14,2 7 – 11 mm
IVS Systole 14,2
PW Diastole 11,6 7 – 11 mm
PW Systole 12,9
EF 68,62% 53 – 77 %
EPSS 5,6 < 10 mm
MVA
E/A Ration 1,23 >1
Tricuspid Valve -
Pulmonal Valve
Other TAPSE = 20,7 mm
Kesimpulan :
Normokinetic
LVH Partial
Fungsi systolic normal dengan EF = 68,62%
Fungsi diastolic normal
PS Infundibulum (kurang jelas)
Susp ASD
Diagnosa : TOF + ASD
8. Diagnosis :
G3P1A1 hamil 37 minggu + PEB + belum inpartu + presbo + oligohidramnion + susp PJT
9. Prognosis :
Ad vitam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Hasil Pembelajaran :
1. Penegakkan diagnosis TOF
2. Tatalaksana TOF pada kehamilan
3. Komplikasi yang mungkin terjadi pada Ibu dan Bayi
PEMBAHASAN KASUS
1. Subjektif
Ibu hamil berusia 24 tahun, G3P0A1 hamil 37 minggu dengan riwayat TOF datang
ke poliklinik kebidanan untuk kontrol kehamilan, tanda2 persalinan (-), keluar
darah (-), lendir (-) keluar air-air (-). Pasien sudah terdiagnosa dengan TOF sejak
tahun 2016, rutin control berobat ke poliklinik jantung dan diberikan terapi
Propanolol 2x5 mg, tetapi sejak akhir tahun 2017 pasien berhenti control ke poli
jantung. Pada bulan April tahun 2018 os datang untuk control kehamilan di
poliklinik kandungan dan mengakui telah hamil 5 bulan.
Pada perempuan hamil dengan riwayat penyakit jantung disarankan untuk control
kehamilan dan melahirkan di rumah sakit, sehingga dapat diobservasi dan
ditindaklanjuti demi menurunkan angka mortalitas ibu dan bayi.
2. Objektif
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
● Adanya riwayat TOF
● Cairan ketuban yang berkurang pada pemeriksaan USG
● Bayi degan presentasi bokong pada pemeriksaan USG
● Pemeriksaan fisik yang menunjukkan tensi tinggi dan adanya murmur sistolik
pada auskultasi paru
3. Assessment
G3P1A1 hamil 37 minggu + PEB + belum inpartu + presbo + oligohidramnion +
susp. PJT
4. Planning
- Rawat inap
- Observasi tanda tanda vital
- Terminasi kehamilan
- Tubektomi
Follow Up
Tanggal Keluhan Terapi Diagnosa
3,4 Agustus Sesak (-) - IVFD RL 20 tpm G3P0A1 (37mg) +
Tanda-tanda - Dexamethasone 12 mg/ 24 belum inpartu +
2018
Sens : CM persalinan (-) jam PEB + TOF +
TD : 150/100
- Bisoprolol 1x 2,5 mg riw.SC 1x + presbo
mmHg - Metildopa 3 x 25 mg + oligohidramnion
HR : 90 x/i
RR : 18 x/i - Rencana SC besok setelah + PJT
T : 36,60C stabilisasi
- Konsul anestesi
Post SC
Sens : CM - Perawatan ICU post operasi
TD : 127/89
mmHg
HR : 97 x/i
RR : 20 x/i Terapi Post SC di ICU (4 agustus 2018)
SpO2 : 90% - IVFD RL + Santocyn 10IU 20tpm sampai 24j post op
- IVFD Metronidazole 500mg/12 jam
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ketorolac 1amp/12 jam
- Inj. Kalnex 1amp/12 jam
- Metildopa 3x25mg PO
- Bisoprolol 1x2,5 mg
5 Agustus - Nyeri post op (+) -IVFD RL + Santocyn 10IU P2a1 post SC a/I
- Sesak (-)
2018 20tpm sampai 24j post op PEB + riw.SC
Sens : CM -IVFD Metronidazole 500mg/12 1x + TOF
TD : 140/90
jam
mmHg -Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
HR : 74 x/i -Inj. Ketorolac 1amp/12 jam
RR : 24 x/i -Inj. Kalnex 1amp/12 jam
spO2 : 100%
-Metildopa 3x25mg PO
- Bisoprolol 1x2,5 mg
- Rawat bersama jantung :
- Bisoprolol 1x1,25 mg
- Amlodipine 1x5 mg
extra (k/p)
- Valsartan 1x40 mg
(jika TD> 140mmhg)
- Balance cairan
6 Agustus - Nyeri post op (-) -IVFD RL 20 tpm P2a1 post SC a/I
- Sesak (-)
2018 -IVFD Metronidazole 500mg/12 PEB + riw.SC
Sens : CM jam 1x + TOF +
TD : 120/80 - Pindah URISAN
-Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam hipoalbumin
mmHg -Inj. Ketorolac 1amp/12 jam
HR : 75 x/i - Albumin : 2.7
RR : 20 x/i -Inj. Kalnex 1amp/12 jam
spO2 : 100% (stop)
- Candesartan 1x2 mg
- amlodipine 1x5 mg
- propranolol 2x5 mg ( bila
HR>80)
- transfuse albumin 20% ( hari)
7 Agustus - Nyeri post op (-) -IVFD RL 20 tpm P2a1 post SC a/I
- Sesak (-)
2018 - Cefadroxil 2x500mg PEB + riw.SC
Sens : CM - PCT 3x500 mg 1x + TOF +
TD : 120/80
- sangobion 1x1 hipoalbumin
mmHg - Candesartan 1x2 mg
HR : 77 x/i
RR : 20 x/i - amlodipine 1x5 mg
spO2 : 100% - transfuse albumin 20% ( hari
ke 2)
8 Agustus - Nyeri post op (-) - Cefadroxil 2x500mg P2a1 post SC a/I
- Sesak (-)
2018 - PCT 3x500 mg PEB + riw.SC
Sens : CM - sangobion 1x1 1x + TOF
TD : 120/80 Albumin = 3.3
mmHg - Candesartan 1x2 mg
HR : 80 x/i - amlodipine 1x5 mg
RR : 20 x/i
spO2 : 100%
04 AGUSTUS 2018
Telah lahir bayi perempuan secara SC : Bayi Hidup
Plasenta lengkap
Anus (+)
BBL : 2200 gram
PB : 46 cm
APGAR Score 5/6/7
BAB I
PENDAHULUAN
bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan menderita jenis ToF. 4 Di AS,
10% kasus penyakit jantung kongenital adalah ToF, sedikit lebih banyak pada
laki-laki dibandingkan perempuan. Seiring dengan meningkatnya angka
kelahiran di Indonesia, jumlah bayi yang lahir dengan penyakit jantung juga
meningkat. Dua per tiga kasus penyakit jantung bawaan di Indonesia
memperlihatkan gejala pada masa neonatus. Sebanyak 25-30% penderita
penyakit jantung bawaan yang memperlihatkan gejala pada masa neonatus
meninggal pada bulan pertama usianya jika tanpa penanganan yang baik. Sekitar
25% pasien ToF yang tidak diterapi akan meninggal dalam 1 tahun pertama
kehidupan, 40% meninggal sampai usia 4 tahun, 70% meninggal sampai usia 10
tahun, dan 95% meninggal sampai usia 40 tahun. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit yang dibawa oleh anak
sejak ia dilahirkan akibat proses pembentukan jantung yang kurang sempurna.
Proses pembentukan jantung ini terjadi pada awal pembuahan (konsepsi). Pada
waktu jantung mengalami proses pertumbuhan di dalam kandungan, ada
kemungkinan mengalami gangguan. Gangguan pertumbuhan jantung pada janin
ini terjadi pada usia tiga bulan pertama kehamilan karena jantung terbentuk
sempurna pada saat janin berusia 4 bulan.7
Faktor resiko PJB dapat berupa ibu yang tidak mengkonsumsi vitamin B
secara teratur selama kehamilan awal mempunyai 3 kali risiko bayi dengan PJB.
Merokok secara signifikan sebagai faktor risiko bagi PJB 37,5 kali. Faktor risiko
lain secara statistik tidak berhubungan 9
Penyakit Jantung Bawaan dapat dibagi menjadi 2 klasifikasi besar, yaitu PJB
8
sianotik dan asianotik
Pulmonal Stenosis
Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, baik dalam tubuh ventrikel
kanan, pada katup pulmonalis, atau dalam arteri pulmonalis, diuraikan
sebagai Stenosis Pulmonalis (SP).
Aorta Stenosis
Stenosis Aorta (SA) merupakan penyempitan aorta yang dapat terjadi
pada tingkat subvalvular, valvular, atau supravalvular. Kelainan mungkin
tidak terdiagnosis pada masa anak-anak karena katup berfungsi normal,
hanya saja akan ditemukan bising sistolik yang lunak di daerah aorta dan
baru diketahui pada masa dewasa sehingga terkadang sulit dibedakan
apakah stenosis aorta tersebut merupakan penyakit jantung bawaan atau
didapat. 12
Koartasio Aorta
Koarktasio Aorta (KoA) adalah suatu obstruksi pada aorta desendens
11
yang terletak hampir selalu pada insersinya duktus arteriosus. Tanda
klasik KoA adalah nadi brakhialis yang teraba normal atau meningkat,
nadi femoralis serta dorsalis pedis teraba kecil atau tidak teraba sama
sekali dan harus ditekankan pemeriksaan tekanan darah pada keempat
ekstremitas 12
TOF adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah
kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum
septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut
16
paling sedikit sama besar dengan lubang aorta.
Ventrikel Septal Defect (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua
rongga ventrikel
Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang
keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga
menebal dan menimbulkan penyempitan
Overiding aorta dimana pembuluh darah utama yang keluar dari
ventrikel kiri menimpa sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta
keluar dari bilik kanan
Hipertrofi ventrikel kanan atau penebbalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
2.2.2. Patofisiologi
2.2.3. Diagnosa
Gejala klinis :
Sesak, biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (menangis atau
mengedan)
Berat badan bayi tidak bertambah
Pertumbuhan berlangsung lambat
Jari tangan tabuh (clubbing fingers)
Sianosis (kebiruan)
Pemeriksaan fisik :
Systolic thrill bisa didapatkan di perbatasan sternal kiri bawah. Murmur sistolik
grade III dan IV disebabkan oleh aliran darah dari ventrikel kanan ke saluran
paru.
Pemeriksaan laboratorium :
Pada pemeriksaan laboratorium darah dapat dijumpai peningkatan jumlah
eritrosit dan hematokrit (polisitemia vera) yang sesuai dengan desaturasi dan
17
stenosis.
Elektrokardiogram :
Pemeriksaan elektrokardiogram dapat menemukan deviasi aksis ke kanan
(+120° - +150°), hipertro ventrikel kanan atau kedua ventrikel, maupun hipertro
atrium kanan. Kekuatan ventrikel kanan yang menonjol terlihat dengan
gelombang R besar di sadapan prekordial anterior dan gelombang S besar di
18
sadapan prekordial lateralis.
Foto Thorax :
Pemeriksaan foto rontgen thorax dapat menemukan gambaran jantung berbentuk
sepatu (boot-shaped heart/ couer-en-sabot) dan penurunan vaskularisasi paru
karena berkurangnya aliran darah yang menuju ke paru akibat penyempitan
18
katup pulmonal paru (stenosis pulmonal).
Ekokardiogram :
Ekokardiogram sangat membantu mengonfirmasi diagnosis dan mengevaluasi
beberapa masalah yang terkait dengan ToF. Pembesaran ventrikel kanan, defek
septum ventrikel, overriding aorta, dan obstruksi saluran ventrikel kanan dapat
ditampilkan secara jelas; dapat ditunjukkan shunting yang melewati VSD dan
peningkatan kecepatan aliran Doppler yang melewati ventrikel kanan. Ukuran
cabang utama arteri pulmonalis dan proksimal serta setiap aliran darah tambahan
lain menuju ke paru dapat dievaluasi, tetapi arteri pulmonalis bagian distal tidak
dapat dengan mudah dilihat oleh ekokardiogram. 19
2.2.4. Komplikasi
a) Abses Serebri
ToF yang tidak dioperasi merupakan faktor predisposisi penting abses serebri.
Kejadian abses serebri berkisar antara 5-18,7% pada penderita ToF, sering pada
anak di atas usia 2 tahun.20 Beberapa patogen penyebabnya antara lain
2.2.5. Penatalaksanaan
Tata laksana ToF tergantung dari beratnya gejala dan dari tingkat hambatan pulmoner.
Operasi merupakan satu-satunya terapi kelainan ini, bertujuan meningkatkan sirkulasi
arteri pulmonal. Prostaglandin (0,2 μg/kg/menit) dapat diberikan untuk
mempertahankan duktus arteriosus sambil menunggu operasi. Dapat dilakukan dua jenis
operasi yakni operasi paliatif dan operasi korektif. Operasi paliatif adalah dengan
membuat sambungan antara aorta dengan arteri pulmonal. Metode yang paling dikenal
ialah Blalock-Taussig shunt, yaitu a. subklavia ditranseksi dan dianastomosis end-to-
side ke a. pulmonal ipsilateral. Tingkat mortalitas metode ini dilaporkan kurang dari
1%.21
Dikenal pula modi ed Blalock-Taussig shunt menggunakan Goretex graft untuk
menghubungkan a. subklavia dengan a pulmonal. Potts shunt yaitu anastomosis side-to-
side antara aorta desenden dengan a.pulmonal. Waterston-Cooley shunt, mirip dengan
Potts shunt yaitu anastomosis side-to- side antara aorta asenden dengan a. pulmonal.
Bedah koreksi menjadi pilihan tata laksana ToF ideal yang bertujuan menutup defek
septum ventrikel, reseksi area stenosis infundibulum, dan menghilangkan obstruksi
aliran darah ventrikel kanan. Kebanyakan pusat kesehatan hanya akan melakukan
operasi korektif pada usia tiga sampai enam bulan. Jika operasi harus dilakukan
sebelumnya, maka operasi paliatif menjadi pilihan utama. Kapan saat operasi untuk
mendapatkan hasil yang optimal masih belum dapat ditentukan.23
2.3. Perubahan Fisiologi Jantung pada Kehamilan 24
Wanita dengan fungsi struktur jantung normal dapat beradaptasi dengan baik sedangkan
wanita dengan penyakit jantung akan mengalami dekompensasi yang dapat
mengakibatkan komplikasi dalam kehamilan bahkan menyebabkan kematian janin dan
ibu.
Perubahan sistem kardiovaskular yang terjadi pada awal trimester pertama kehamilan
yang tidak terdiagnosis sebelumnya akan mengakibatkan cadangan jantung berkurang.
Peningkatan kerja jantung disebabkan oleh karena:
Pengisian jantung adalah peningkatan volume sirkulasi yang terjadi mulai dari usia
kehamilan 6 minggu sampai akhir kehamilan trimester kedua pada level 50-70% lebih
tinggi dibandingkan pada wanita tidak hamil. Massa sel darah merah biasanya
meningkat tetapi hanya sekitar 40% yang menyebabkan peningkatan proporsional
volume sel darah merah yang mengarah ke hemodilusi relatif disebut “anemia fisiologi
kehamilan”. Hasil dari peningkatan volume darah pada akhir diastolik ventrikel kiri
(LVED) akan terjadi peningkatan volume yang dapat dilihat pada ekokardiogram dari
10 minggu usia kehamilan.
Resistensi pembuluh darah sistemik adalah resistensi terhadap semua pembuluh darah
perifer dalam sirkulasi sistemik, dan tidak berhubungan dengan pembuluh darah
pulmonal, karena pembuluh darah pulmonal hanya bersirkulasi dalam pembuluh darah
paru-paru.
Setelah pengisian kekuatan dekompensasi otot jantung berkontraksi dan berkurang pada
kehamilan karena penurunan resistensi pembuluh darah sistemik. Penurunan ini terjadi
dari minggu kelima kehamilan dan biasanya mencapai titik akhir antara 20 dan 32
minggu kehamilan. Setelah 32 minggu resistensi pembuluh darah sistemik meningkat
lagi sampai melewati masa kehamilan.
Peningkatan aliran darah pada awal kehamilan namun mengalami penurunan resistensi
pembuluh darah pulmonal sehingga tidak ada perubahan dalam tekanan arteri pulmonal.
Aliran darah
Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dalam setiap tubuh berbeda dan
mengakibatkan perubahan fisiologis. Peningkatan aliran darah ginjal 60-80% sebelum
hamil dan puncak pada trimester ketiga. Perubahan ini bersamaan dengan peningkatan
filtrasi glomerulus (GFR) sebesar 50%, yang menyebabkan kreatinin menurun. Wanita
yang memiliki eritematous pada ekstremitas perifer akan menyebabkan aliran
darah ke tangan dan kaki meningkat.Aliran darah pada mukosa hidung meningkat
menyebabkan wanita sering mengeluh hidung tersumbat. Perdarahan hidung juga lebih
sering terjadi pada kehamilan. Pembengkakan payudara terjadi karena aliran darah ke
payudara meningkat.
Isi sekuncup ialah volume darah yang berasal dari ventrikel dalam setiap denyut dan ini
mencapai 70mls pada pria dewasa yang sehat. Ini merupakan determinan utama dari
curah jantung (cardiac output/CO) sebagai produk dari isi sekuncup dan denyut
jantung (heart rate/HR), yang keduanya meningkat selama kehamilan.
Pada akhir trimester kedua, curah jantung meningkat sekitar 30-50%. Sebagian besar
peningkatan curah jantung mengakibatkan terjadinya peningkatan isi sekuncup dan
denyut jantung terus meningkat pada akhir kehamilan.
Perempuan hamil yang tidak mampu meningkatkan curah jantung atau membutuhkan
tekanan untuk melakukannya, maka akan terjadi gagal jantung selama kehamilan.
Wanita dengan curah jantung tetap dengan lesi katup stenosis akan berisiko pada ibu
dan janin.
Denyut Jantung
Peningkatan denyut jantung pada akhir trimester ketiga, kedua atau awal kehamilan
biasanya meningkatkan 10 kali atau 20 kali diatas denyut jantung dibandingkan dengan
sebelum masa kehamilan. Tidak jarang didapatkan perempuan pada akhir kehamilan
dengan peningkatkan denyut jantung yang teratur dan berlangsung normal.
Konsumsi oksigen
Wanita hamil normal akan mengalami kenaikan berat badan berkisar 10-14 kg selama
masa kehamilan dan harus diperhatikan kenaikannya setiap hari untuk menghindari
gagal jantung. Berat badan pada wanita hamil akan mengalami kenaikan berat badan 2
kg pada trimester pertama (meskipun pada wanita hamil dengan mual muntah pada pagi
hari penurunan berat badan tidak akan terjadi). Kenaikan berat badan berlebihan pada
akhir kehamilan menandakan retensi cairan praeklampsia.
24
2.4. Resiko Penyakit Jantung Sianotik pada Ibu
Risiko pada ibu selama kehamilan sangat tergantung pada apakah hipertensi
pulmonal (sindroma Eisenmenger dalam konteks penyakit jantung bawaan) ada atau
tidak.
Jika hipertensi pulmonal tidak ada, maka risiko ibu tergantung dari faktor-faktro
berikut:
Fungsi ventrikel
Jika fungsi ventrikel (sistemik atau sub-paru) sudah terjadi penurunan sebelum
kehamilan, beban tambahan volume dan pekerjaan yang berkaitan dengan
perubahan fisiologis kehamilan dapat memicu gagal jantung.
Tromboemboli
Pasien sianosis dengan penyakit jantung bawaan, pengalihan aliran darah kanan
ke kiri akan menimbulkan risiko emboli paradoksal. Terjadi peningkatan risiko
selama kehamilan karena hiperkoagulasi fisiologis.
Fungsi koagulasi terganggu
Fungsi trombosit terganggu dan koagulopati konsumtif dapat dikaitkan dengan
penyakit jantung sianotik dan pengalihan aliran darah dari kanan ke kiri.
Peningkatan pengalihan aliran darah dari kanan ke kiri selama kehamilan
Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik berhubungan dengan kehamilan
meningkatkan pengalihan aliran darah dari kanan ke kiri, menyebabkan saturasi
oksigen sistemik rendah dan sianosis. Gejalanya, wanita hamil dapat merasa
sulit bernapas. Vasodilator sistemik dapat memperburuk keadaan ini.
Resiko untuk komplikasi neonatal ditemukan jauh lebih tinggi pada wanita dengan
kelainan jantung yang mempunyai faktor resiko obstetric, seperti merokok atau yang
28
sedang mengkonsumsi obat antikoagulan. Pada sebuah penelitian, kejadian resiko
29
persalinan premature atau berat badan bayi lahir rendah (BBLR) meningkat.
Genetik atau sindrom anomaly dengan keturunan autosomal dominan dari orang tua
(hilangnya kromosom 22q11) dapat diturunkan kepada janin (50%). Sindroma Di
George (hilangnya kromosom 22q11) memiliki cacat yang sama dengan jantung yang
berkaitan dengan kelainan wajah (bibir sumbing) dan kesulitan belajar.
2.6. Terminasi kehamilan
Persalinan pervaginam lebih dianjurkan pada wanita dengan PBJ, kecuali ada
penyulit lain, karena perlu diingat bahwa terjadi aliran darah balik seperti
autotransfusi sewaktu his sebanyak 300-400 cc/kontraksi. Kejadian ini akan
memperberat kerja jantung. Rata-rata setiap persalinan pervaginam menghabiskan
darah sebanyak 500mL sedangkan operasi Caesar menghabiskan darah sekitar
30
1000mL.
2.7. Kontrasepsi
Wanita dengan PJB dimana merupakan suatu resiko untuk kejadian trombolisis
( sianosis, right to left shunt, hipertensi pulmonal, aritmia, kelainan katup, dan disfungsi
ventrikel ) harus menghindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen
dikarenakan hal itu dapat meningkatkan angka kejadian thrombosis arteri dan vena.
Resiko dari estrogen mengakibatkan tromboemboli dapat meningkat dengan adanya
resiko kardiovaskular seperti merokok, hipertensi, diabetes dan obesitas. 31,32
Estrogen meningkatkan konsentrasi plasma pada faktor pembekuan II, VII, VIII,
X, XII, fibrinogen dan Thrombin Activatable Fibrinolysis Inhibitor (TAFI). Tetapi tidak
semuanya meningkat dengan derajat yang sama, faktor VII memiliki peningkatan
terbesar dan faktor VIII yang paling sedikit peningkatannya. Semua efek ini menggeser
keseimbangan pembentukan thrombus dan menghambat penghancuran gumpalan
darah.33
Kontrasepsi yang hanya mengandung progesterone tidak meningkatkan resiko dari
tromboemboli dan karena itu lebih banyak digunakan.
Intrauterine Device (IUD), meskipun memiliki efektivitas yang sangat tinggi, dapat
meimbulkan resiko. Bakteremia dapat ditimbulkan pada saat pemasangan dimana
berakhir menjadi bacterial endokrditis.
Sterilisasi wanita dicapai melalui ligasi tuba Fallopi atau implant stent intratubal
(Essure, Conceptus Inc, USA). Sebagai prosedur yang tidak dapat diubah, metode
kontrasepsi ini mungkin merupakan pendekatan yang diinginkan untuk situasi di mana
risiko kehamilan sangat tinggi. 32
DAFTAR PUSTAKA
1. Moons, Philip. Sluysmans, Thierry. Wolf, Daniel De. Massin, Martin. Suys,
Bert. Benatar, Abraham. Geweillig, Marc. 2008. Congenital Heart Disease in 111
225 Births in Belgium: Birth Prevalence, Treatment and Survival in the 21st
Century. Acta Pædiatrica: 1 – 6.
2. Breitbart R, Flyer D. Tetralogy of fallot. In: Flyer DC, editor. Nadas’ Pediatric
Cardiology 2ed. Philadelphia: Saunders-Elsevier,2006.
3. Nair P, Tadmouri GO, Ibrahim E, Al-Arrayed S. Tetralogy of Fallot. 2008 [April
2012]. Tersedia dari : http://www.cags.org.ae
4. Apitz C, Webb GD, Redington AN. Tetralogy of Fallot. Lancet 2009; 374(9699):
1462–71.
5. Anonim. Tetralogy of Fallot. [diunduh April 2012]. Tersedia dari :
http://www.ecc-book.com
6. Kuklina EV, Callaghan WM. Cardiomyopathy and other myocardial disorders
among hospitalizations for pregnancy in the United States: 2004-2006. Obstet
Gynecol. 2010; 115:93-100.
7. Dhania. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang
Penyakit Jantung Bawaan Dengan Optimisme Kesehatan pada Anak Mereka
yang Memiliki Penyakit Jantung Bawaan di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang.
Diunduh dari: http://one.indoskripsi.com/judul- skripsi-makalah-
tentang/hubungan-antara-tingkat-pengetahuan- orang-tua-tentang-penyakit-
jantung. [Diakses 12 Februari 2010]
8. Bernstein, Daniel. 2007. The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert
th
M. et al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18 Edition. Saunders Elsevier,
Philadelphia: 1828 – 1928.
9. Harimurti, Ganesha. 1996. Penelitian Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Baru
Lahir di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia. Diunduh dari:
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-1996- ganesha-
597-cardiovasc&PHPSESSID=xmgwjcghxhek. [diakses 18 Februari 2010]
10. Ramaswamy, P. Pflieger, Kurt. 2008. Tetralogi of Fallot with Absent Pulmonary
Valve. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/899248- overview
[Diakses 1 April 2010]
11. Fyler, Donald C. 1996. Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
12. Soeroso, Santosa. Sastrosubroto, Hardiman. 1994. Penyakit Jantung Bawaan
Non- Sianotik. Dalam: Buku Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta:
191 – 233.
13. Prasodo, A. M. 1994. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik. Dalam: Buku Ajar
Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 234 – 277.
14. Ramaswamy, P. Pflieger, Kurt. 2008. Tetralogi of Fallot with Absent Pulmonary
Valve. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/899248- overview
[Diakses 1 April 2010]
15. Rao, P. Syamasundar. 2009. Tricuspid Atresia. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/900832-overview [Diakses 1 April 2010]
16. Teddy Ontoseno, Soebijanto Poerwodibroto, Mahrus A. Rahman. Tetralogi
Fallot Dan Serangan Sianosis. Diunduh dari :
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&f ilepdf=0&pdf=&html=07110-
gwtp250.htm. Perbaharuan terakhir : 2006
17. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of
pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders-Elsevier; 2007.
18. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatalogi.
Jakarta: IDAI; 2008.
19. Fernandez MMG. Tetralogy of Fallot : From Fetus to Adult. 2010. Portugal:
Faculdade de Midicina Universidade do Porto; 2010.
20. acob G, Mathews C. Unrepaired Tetralogy of Fallot Presenting of Brain Abscess.
Calicut Medical Journal 2010; 8(3):e5.
21. Nova R. Penyulit pada Penyakit Jantung Bawaan Sianotik. Palembang:
Subbagian Kardiologi IKA FK Unsri; 2010.
22. Goodkin HP, Harper MB, Pomeroy SL. Intracranial abscess in children:
Historical trends at Children’s hospital, Boston. Pediatrics 2004;111(8):1765-70.
23. Yanagihara C, Wada Y, Nishimura Y. Infectious endocarditis associated with
subarachnoid hemorrhage, subdural hematoma and multiple brain abscesses.
Intern Med 2003; 42(12):1244-7.
24. Rampengan, S. 2014. Penyakit Jantung pada Kehamilan. Badan Penerbit FKUI :
Jakarta.
25. Siu SC, Sermer M, Colman JM, et al. Prospective multicenter