Anda di halaman 1dari 7

LOKALISASI

Holotopi : gaster terletak dalam regio hypochondrium sinister dan regio


epigastrium. Lokalisasi ini tergantung dari berbagai faktor, seperti
bentuk gaster, isi gaster, konstitusi tubuh dan sikap tubuh.
Skeletopi : tepi cranialis dari cardia terletak setinggi costa 7 dan vertebra
thoracalis 9. Tepi cranialis fundus ventriculi terletak setinggi costa 5.
Letak pylorus dalam keadaan kosong setinggi vertebra lumbalis 1.
Syntopi : facies ventralis langsung berhadapan dengan dinding ventral abdomen
dan diaphragma thoracis, dan berada di sebelah kiri dari hepar;
sebagian dari gaster berada di bagian caudo-posterior hepar. Facies
dorsalis letak berbatasan dengan ;

 Corpus pancreaticus, a.lienalis ;


 Ujung ren sinister, gld.suprarenalis sinister ;
Di sebelah dorso-lateral terdapat lien.

Di sebelah caudal terdapat colon transversum.[11]

Gambar 5: Lokalisasi gaster (dikutip dari kepustakaan 16)

1
IV. PATOFISIOLOGI

Stenosis pilorus terjadi karena adanya hipertrofi dua lapisan otot pilorus (otot
longitudinal dan sirkuler yang menyebabkan penyempitan antrum gaster. Kanalis
pilorus menjadi panjang, dan dinding otot pilorus mengalami penebalan, diikuti
dengan penebalan dan edema dari mukosa. Pada kasus lanjut, lambung dapat menjadi
dilatasi dan menyebabkan obstruksi komplit dari lambung. Penyebab dari stenosis
pilorus hipertrofi dapat bersifat multifaktorial. Faktor lingkungan dan herediter
dipercaya sebagai kontribusi utama penyebab terjadinya stenosis pilorus hipertrofi.
Faktor etiologik yang memungkinkan yaitu defisiensi dari Nitrit Oksida Sintase
(NOS), innervasi abnormal dari plexus myenterikus, hipergastrinemia infantile, dan
paparan dari penggunaan antibiotik seperti obat golongan makrolid. [2]
Nitrit Oksida Sintase (NOS) diduga menyebabkan stenosis pilorus hipertrofi
karena memediasi relaksasi otot polos non kolinergik non adrenergik sepanjang usus
yang menyebabkan lapisan otot sirkuler dari lambung dan pilorus menjadi hipertrofi
sehingga menyebabkan disfungsi lambung.[2]
Stenosis pilorus menyebabkan gangguan pengosongan isi gaster ke duodenum.
Semua makanan yang dicerna dan disekresi oleh gaster akan dimuntahkan kembali.
Makanan yang dimuntahkan tidak mengandung cairan empedu karena makanan
hanya tertampung dalam gaster saja dan tidak sampai ke duodenum. Hal ini
menyebabkan hilangnya asam lambung dan akhirnya menyebabkan terjadinya
hipokloremia yang mengganggu kemampuan kerja lambung untuk mensekresikan
bikarbonat.[1]

V. DIAGNOSIS
A. Gejala Klinis

Muntah tanpa empedu merupakan gejala awal stenosis pilorus. Muntah bisa
menyembur atau tidak pada awalnya, tetapi biasanya progresif dan segera setelah

2
Gambaran histopatologi pada beberapa bayi dengan IHPS (Infantile
Hypertrophic Pyloric Stenosis) akan terlihat jika tedapat penebalan yang sangat

4. CT-SCAN abdomen

Gambar 15: CT-Scan abdomen dengan kontras potongan axial


pada pasien yang mengalami penebalan pada pylorus dan

stakaan 21)

mukosa dipotong tanpa


memotong mukosa dan
irisan ditutup kembali.[9]

3
Gambar 17: Piloromiotomi Ramstedt

(Dikutip dari kepustakaan 5)

Muntah pasca bedah bisa terjadi pada 50% bayi dan diduga edema pilorus
tempat insisi. Namun pada kebanyakan bayi, makanan dapat dimulai dalam 12-24
jam sesudah pembedahan dan diteruskan sampai makanan oral rumatan dalam 36-48
jam sesudah pembedahan. Muntah yang menetap menunjukkan suatu piloromiotomi
yang tidak sempurna, gastritis, hernia hiatus, kalasia, atau penyebab obstruksi lain. [9]
Pengobatan bedah stenosis pilorus adalah kuratif, dengan mortalitas
pembedahan antara 0 dan 0,5%. Terapai medik konservatif (dengan memberikan
makanan sedikit-sedikit, atropine) pernah dilakukan pada masa lalu tetapi
perbaikannnya lambat dengan mortalitas yang lebih tinggi. Dilatasi dengan endoskopi
balon cukup berhasil, laporan ini perlu diperkuat sebelum praktek ini diterima sebagai
terapi. [9]

4
Gambar 18: Diagram lambung normal, lambung
dengan pyloric stenosis pra bedah dan pasca bedah

(Dikuti dari kepustakaan 22)

VI. PROGNOSIS
Setelah pembedahan bayi masih sekali-sekali muntah, sembuh sempurna
setelah 2-3 hari pasca bedah.[4]

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumadewi, Anny dkk. Congenital Hypertrophic Pyloric Stenosis.


Department of Pediatric Surgery, Faculty of Medicine Hasanuddin University:
Makassar. 2008.
2. Singh, Jagvir. Pediatric Pyloric Stenosis. [ Cited on January 2013]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/
3. Patel, Pradip. Pyloric Stenosis. In: Lecturer Notes Radiology. 2nd Edition.
Penerbit Erlangga: Jakarta. 2009.Hal.240-241
4. Staf pengajar FKUI. Stenosis Pilorik Hipertrofi. Dalam: Kumpulan Kuliah
Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 2008.
Hal.102–104.
5. Hernanz Marta and Schulman. Infantile Hypertrophic Pyloric Stenosis. In:
Upper Gastrointestinal Examination. Department of Radiology and
Radiological Sciences, Vanderbilt University Medical Center; 2003.p.319-331
6. Halpert, Robert. Pyloric Stenosis. In: Gastrointestinal Imaging 3rd Edition.
Elsevier: Philadelphia. 2006.p.54
7. Anonym. [Cited On Januari 2013]. Available from: http://pedsurg.ucsf.edu/
8. Kaneshiro Neil K. Pyloric stenosis, Congenital hypertrophic pyloric stenosis;
Hypertrophic pyloric stenosis; Gastric outlet obstruction. [Cited On Januari
2013]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
9. Wyllie, Robert. Stenosis pilorus dan Anomaly Lambung Konginital Lain.
Dalam : Nelson Ilmu Kesahatan Anak Edisi 15 Vol.2. EGC : Jakarta. 2000.
Hal: 1305 – 1307.
10. Sadle, T.W. Stomach. In: Langman’s Medical Embryology, 8th Edition.
Montana.2000.p292-297
11. Datuk, Razak. Diktat Abdomen. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2004. Hal:8-9

6
12. Price, Sylvia and Wilson, Lorraine. Gangguan Lambung dan Duodenum.
Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 6th Edition. EGC:
Jakarta.2005. Hal: 417-418
13. Anonym. Anatomy. Dalam : Stomach. University of Tennessee Medical
Center in Knoxville.
14. Guyton, Arthur. General Principle of Gastrointestinal Function- Motility,
Nervous Control, and Blood Circulation. In: Texbook of Medical Physiology
11th Edition. Elsevier Saunders: Philadelphia. 2006.p.771-772
15. Anonym. Gastrointestinal System. [ Cited on January 2013]. Available from :
http://www.virtualmedicalcentre.com/
16. Brant, William. Abdomen and Pelvis. In: Fundamental of Diagnostic
Radiology, 3rd Edition. Lippincott: California.2007
17. Hadi, Sujono. Stenosis Pilorus. Dalam : Gastroenterologi. PT.Alumni:
Bandung.2002. Hal: 232-234
18. R Reid, Janet. Imaging in hiperthropic pyloric stenosis. [ Cited on January
2013]. Available from: http://emedicine.medscape.com/
19. Weerakkody, Yuranga Dr. Amini Behrang Dr. Pyloric Stenosis. [Cited On
Januari 2013]. Available from: http://radiopaedia.org/
20. Frankel, Heidi.Hypertrophic Pyloric Stenosis (HPS). In: Ultrasound for
Surgeons. Landes Bioscience: USA.2004.p: 70-71
21. Horton, Karen. Current Role of CT In Imaging of The Stomach. [Cited On
Januari 2012]. Available from: radiographics.rsna.org/
22. Anonym. Texas Pediatric Surgical Associates. [Cited On Januari 2013].
Available from: www.pedisurg.com/ptewc/pyloric-stenosis.htm

Anda mungkin juga menyukai