Anda di halaman 1dari 16

UU No.

5 Tahun 2011
Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang menghasilkan jasa asurans dan jasa
non asurans. Jasa asurans merupakan jasa utama yang digunakan oleh publik
sebagai bahan pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan ekonomi. Di
Indonesia undang- undang yang khusus mengatur profesi Akuntan Publik secara
menyeluruh belum ada, sebelum lahirnya UU No. 5 tahun 2011. UU No. 5 tahun
2011 tentang akuntan publik tidak jauh berbeda dengan RUU tentang Akuntan
Publik. Jika dalam RUU Akuntan Publik yang diajukan ke DPR terdiri dari 69
pasal,sedangkan dalam UU Akuntan Publik yang telah di syahkan DPR terdiri dari
62 pasal hal ini menunjukkan tidak banyak terjadi perubahan. Jika dibandingkan
dengan UU No. 34 tahun 54 tentang pemakaian gelar akuntan dengan UU No. 5
tahun 2011 tentang akuntan publik jelas telah terjadi pertambahan pasal yang
sangat signifikan, yakni dari tujuh pasal menjadi enam puluh dua pasal.
Isi undang-undang No 5 tahun 2011, mengatur antara lain :
1. Lingkup jasa akuntan publik;
2. Perizinan akuntan publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP);
3. Hak, kewajiban, dan larangan bagi akuntan publik dan KAP;
4. Kerja sama antar Kantor Akuntan Publik atau Organisasi Audit Indonesia
(OAI) dan kerja sama antar KAP dan Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA)
atau Organisasi Audit Asing (OAA);
5. Asosiasi Profesi Akuntan Publik;
6. Komite Profesi Akuntan Publik;
7. Pembinaan dan pengawasan oleh menteri;
8. Sanksi administrasi;
9. Ketentuan pidana;
10. Ketentuan umum yang berisi definisi berbagai istilah yang digunakan.
UU No. 34/1954 Pemakaian Gelar Akuntan
Cara pemakaian gelar akuntan diatur dengan UU No.34 tahun 1954 tentang
Pemakaian Gelar Akuntan. Disebutkan bahwa yang berhak memakai gelar
akuntan adalah mereka yang mempunyai ijazah akuntan yang diberikan oleh
universitas negeri atau badan pendidikan lain yang diakui oleh pemerintah sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan. Ijazah di sini juga termasuk ujian
tertentu lain, yang disamakan dengan ijazah universitas negeri, untuk saat ini
adalah ijazah/ tanda lulus pendidikan profesi akuntansi (PPA). Mereka yang
berhak mendapatkan gelar akuntan juga harus mendaftarkan nama nya untuk
mendapatkan register Negara akuntan yang diadakan oleh Kementerian
Keuangan. Pengaturan gelar akuntan ini untuk memberikan kepastian hukum
bahwa mereka yang berpraktek akuntan adalah orang yang kompeten.

Untuk pengaturan saat ini, untuk menjadi akuntan wajib lulus ujian profesi
akuntansi sekaligus telah mengikuti pendidikan profesi akuntansi(PPA) yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi. Selain gelar akuntan yang harus lulus
ujian profesi akuntansi, organisasi profesi akuntan dalam hal ini Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) juga memberikan gelar chartered accountant(ca) yang mana setiap
akuntan juga harus lulus ujian chartered accountant yang diselenggarakan oleh
organisasi profesi. Untuk menjaga profesionalisme akuntan, organisasi profesi
akuntan IAI juga mewajibkan setiap anggotanya untuk mengikuti pendidikan
berkelanjutan berupa short course yang diselenggarakan di seluruh kota di
Indonesia yang ada cabang IAI.

Presiden Republik Indonesia, menimbang :


a. bahwa perlu menetapkan ketentuan-ketentuan untuk mengatur urusan
akuntansi;
b. bahwa dirasa perlu memperlindungi gelar "akuntan" ("accountan") dengan
undang-
undang;
Mengingat : pasal 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;
Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PEMAKAIAN GELAR
"AKUNTAN"
("ACCOUNTANT").
Pasal 1
Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan gaji resmi mengenai
berbagai
jabatan pada Jawatan Akuntan Negeri dan Jawatan Akuntan Pajak, hak memakai
gelar
"akuntan" ("accountant") dengan penjelasan atau tambahan maupun tidak,
hanya diberikan
kepada mereka yang mempunyai ijazah akuntan sesuai dengan ketentuan dan
berdasarkan
undang-undang ini.

Pasal 2
Dengan ijazah tersebut dalam pasal 1 dimaksud:
a. ijazah yang diberikan oleh sesuatu universitas Negeri atau badan perguruan
tinggi lain
yang dibentuk menurut undang- undang atau diakui Pemerintah, sebagai tanda
bahwa pendidikan untuk akuntan pada badan perguruan tinggi tersebut telah
selesai
dengan hasil baik;
b. ijazah yang diterima sesudah lulus dalam sesuatu ujian lain yang menurut
pendapat
Panitia Ahli termaksud dalam pasal 3, guna menjalankan pekerjaan akuntan
dapat
disamakan dengan ijazah tersebut pada huruf a pasal ini.

Pasal 3
(1) Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan mengangkat Panitia Ahli,
yang bertugas
mempertimbangkan apakah sesuatu ijazah bagi menjalankan pekerjaan akuntan
dapat
disamakan dengan ijazah tersebut pada pasal 2 huruf a.
(2) Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan bersama Menteri Keuangan
mengatur
susunan dan cara kerja panitia itu.
(3) Menteri Keuangan berhak memberi tugas lain kepada panitia tersebut dalam
ayat 1 untuk
menjamin kesempurnaan urusan akuntansi c.q. untuk mengatur lebih lanjut
urusan
akuntansi.
(4) Tiap-tiap akuntan berijazah mendaftarkan nama untuk dimuat dalam suatu
register negara
yang diadakan oleh Kementerian Keuangan.

Pasal 4
Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama "kantor akuntan"
("accountantskantoor"),
"biro akuntan" (Accountants-bureau") atau nama lain yang memuat perkataan
"akuntan"
("accountant") atau "akuntansi" ("accountancy") hanya diijinkan jika pimpinan
kantor atau biro
tersebut dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.

Pasal 5
(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan yang tercantum di dalam pasal 4
dihukum dengan
hukuman kurungan selama-lamanya dua bulan atau denda setinggi-tingginya
sepuluh ribu
rupiah.
(2) Perbuatan termaktub dalam ayat 1 adalah pelanggaran.

Pasal 6
Menteri Keuangan berhak menetapkan peraturan lebih lanjut untuk
melaksanakan undang-undang
ini.

Pasal 7
Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan, dengan ketentuan,
bahwa terhadap
mereka yang pada waktu mulai berlakunya undang-undang ini sedang
menjalankan pekerjaan
akuntan dengan memakai nama tersebut pada pasal 4, ketentuan dalam pasal itu
dan pasal 5 baru
berlaku pada tanggal 1 April 1955.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
undang-undang
ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

KUHD

• Pengertian hukum dagang yang akan dijelaskan dalam artikel ini bersumber
dari Kitab Undang-undang Hukum Dagang yang selanjutnya disingkat
KUHD, atau dalam bahasa belanda Wetboek van Koophandel. Sebagaimana
kita ketahui bersama bahwa undang-undang pidana dan perdata Negara
Indonesia berasalal dari Francis, yang kemudian diadopsi oleh Belanda,
yang seterusnya digunakan di Indonesia, karena indonesia pernah dijajah
oleh Belanda. Hukum dagang masuk kedalam hukum perdata khusus.
Hukum dagang merupakan sekumpulan aturan-aturan hukum yang
mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain dalam biang
perniagaan. Sumber hukum dari hukum dagang terdiri dari dua jenis, yaitu
sumber hukum tertulis dan sumber hukum tak tertulis.

Sumber hukum tertulis hukum dagang berasal dari aturan hukum yang
dikodifikasikan atau dibukukan. Seperti kitab undang-undang hukum
dagang (KUHD) atau wetboek van koophandel Indonesia ( W.v.K). yang
kedua adalah kitab undang-undang hukum sipil (KUHS) atau Burgerlijk
Wetboek Indonesia (BW) anda bisa mencari kedua kitab tersebut yang
sudah tersedia dalam terjemahan bahasa Indonesia. Pengertian hukum
dagang telah sedikit disinggung diatas merupakan kumpulan aturan hukum
yang yang mengatur hubungan orang dengan orang dalam bidang
perdagangan. Mulanya hukum dagang muncul pada abad ke 17. Kaidah-
kaidah hukum dagang berasal dari kebiasaan-kebiasaan diantara orang-
orang yang berkecimpung atau pergaulan dalam dunia perdagangan. KUH
perdata merupakan salah satu sumber hukum tertulis hkum dagang namun
bersifat lex generalis (umum), dan KUHD bersifat lex specialis (khusus).

Sumber hukum yang kedua adalah sumber hukum tertulis yang belum di
kodifikasikan atau belum dibukukan. Merupakan peraturan perundangan
khusus yang mengatur mengenai hal hal yang berhubungan dengan
perdagangan dan perniagaan. Sifat dari hukum dagang ialah mengikat
diantara kedua pihak yang saling melakukan perjanjian. Pada mulanya
hukum dagang menginduk pada hukum perdata, namun dengan
berjalannya waktu hukum dagang mengkodifikasikan dengan cara
mengumpulkan aturan aturan hukum yang mengarah pada perniagaan,
terbentuklah KUHD yang lebih bersifat khusus atau lex specialis, sedangkan
hukum perdata bersifat lex generalis. Demikianlah pembahasan mengenai
pengertian hukum dagang.

UU NO 11 TAHUN 1992
Setiap Dana Pensiun wajib menyampaikan laporan berkala mengenai kegiatannya
kepada Menteri yang terdiri dari :
a. laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik;
b. laporan teknis yang disusun oleh pengurus atau oleh Pengurus dan aktuaris
sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri.

UU No.8 Tahun 1995 Pasal 64 (1)


Profesi penunjang pasar modal terdiri dari :
1. Akuntan
Adalah seseorang yang memiliki profesi dalam hal kewenangan melakukan
pemeriksaan atas keuangan badan usaha yang mengeluarkan surat
berharga untuk diperdagangkan (selanjutnya disebut dengan Emiten) guna
dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan yang Emiten guna
memberikan pendapat atas laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
Emiten.
Seorang Akuntan Publik dapat membantu Emiten dalam melakukan
transaksi Pasar Modal, misalnya melakukan Initial Public Offering (IPO) atau
penawaran perdana, kemudian membantu Emiten dalam menyiapkan atau
menyajikan laporan keuangannya, dimana laporan keuangan tersebut
merupakan instrument yang paling penting untuk menentukan apakah
Emiten layak melakukan investasi atau menjual saham suatu produk
investasi.

2. Konsultan Hukum
Pihak yang memberikan dan menandatangani mengenai emisi efek ataupun
perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh Emiten. Konsultan Hukum Publik
dalam kegiatan Pasar Modal harus memiliki integritas yang tinggi, bersikap
hati-hati dan teliti (Duty Skill Of Care) dan memegang prinsip Know Your
Customer, mengetahui latar belakang klien atau nasabahnya yang ingin
berinvestasi.
3. Penilai
Pihak yang menerbitkan dan menandatangani Laporan Penilai, yaitu
pendapat atas nilai wajar aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan
menurut keahlian dan penilai.
4. Notaris
Ruang gerak seorang Notaris sangatlah besar dan penting karena
mengemban tugas yang menyangkut urusan publik dalam konteks
keperdataan dan diberi kewenangan oleh Undang-Undang untuk membuat
akta otentik.
5. Profesi lain yang ditetapkan denga Peraturan Pemerintah
UU No.8 Tahun 1995 Pasal 66
Setiap Profesi Penunjang Pasar Modal wajib menaati kode etik dan standar
profesi yang ditetapkan oleh asosiasi profesi masing-masing sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 1999
TENTANG
BANK INDONESIA

Pasal 30
(1) Bank Indonesia dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama Bank
Indonesia melaksanakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2).
(2) Pihak lain yang melaksanakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib merahasiakan keterangan dan data yang
diperoleh dalam pemeriksaan.
(3) Syarat-syarat bagi pihak lain yang ditugasi oleh Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Bank Indonesia.

PENJELASAN:
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pihak lain pada ayat ini adalah pihak-pihak yang
oleh Bank Indonesia dinilai memiliki kemampuan untuk melaksanakan
pemeriksaan, misalnya Akuntan Publik. Pemeriksaan oleh pihak lain
dapat dilakukan sendiri atau bersama-sama dengan pemeriksa dari Bank
Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Pokok-pokok ketentuan yang akan ditetapkan dalam Peraturan Bank
Indonesia meliputi antara lain :
a. kriteria tentang pihak yang ditugasi sebagai pemeriksa;
b. kode etik pemeriksa Bank;
c. sanksi yang dikenakan bagi pihak lain yang melakukan pelanggaran
dalam melaksanakan pemeriksaan.
UU No. 16/2001 dan UU No. 28/2004 tentang YAYASAN

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang diundangkan pada


tanggal 6 Agustus 2001, sejak berlaku pada tanggal 6 Agustus 2002 dalam
perkembangannya ternyata belum menampung seluruh kebutuhan dan
perkembangan hukum dalam masyarakat. Di samping itu, terhadap beberapa
substansi Undang-undang tentang Yayasan dalam masyarakat masih terdapat
berbagai penafsiran sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian dan
ketidaktertiban hokum. Perubahan atas Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan dimaksudkan untuk lebih menjamin kepastian dan ketertiban
hukum, serta memberikan pemahaman yang benar pada masyarakat mengenai
Yayasan, sehingga dapat mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum
dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan. Selain itu, mengingat peranan Yayasan dalam masyarakat dapat
menciptakan kesejahteraan masyarakat, maka penyempurnaan Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dimaksudkan pula agar Yayasan tetap
dapat berfungsi dalam usaha mencapai maksud dan tujuannya di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas.

Pasal 1 ayat 1: "Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota."

Pasal 2: " Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan
Pengawas."

Pasal 3 ayat 1: "Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang


pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha
dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha."

Pasal 3 ayat 2: "Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada
Pembina, Pengurus, dan Pengawas."

Coba Anda simak pasal berikut dari undang-undang yayasan yang berlaku di
negeri ini.

Pasal 5 ayat 1 (UU No. 28 Tahun 2004): "Kekayaan Yayasan baik berupa uang,
barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-
undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak
langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain
yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas."

Pasal 7 ayat 1: "Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai
dengan maksud dan tujuan Yayasan."
Pasal 7 ayat 3: "Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarang
merangkap sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris
atau Pengawas dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2)."

Pasal 9 ayat 1: "Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan
sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.

Pasal 9 ayat 2: "Pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


dilakukan dengan akta notaries dan dibuat dalam bahasa Indonesia."

Pasal 11 ayat 1: "Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta


pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) memperoleh
pengesahan dari Menteri.

Undang-undang yayasan mengatur sampai pada Anggaran Dasar.

Pasal 14 ayat 1: "Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain
yang dianggap perlu.

Pasal 14 ayat 2: "Anggaran Dasar Yayasan sekurang-kurangnya memuat:

 nama dan tempat kedudukan;


 maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan
tersebut;
 jangka waktu pendirian;
 d. jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri
dalam bentuk uang atau benda;
 cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;
 tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota
Pembina, Pengurus, dan Pengawas;
 hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;
 tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;
 ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
 penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan
 penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan
setelah pembubaran.

Pasal 18 ayat 1: "Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan


berdasarkan keputusan rapat Pembina.

Pasal 18 ayat 2:" Rapat Pembina sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat dilakukan, apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah
anggota Pembina."

Undang-undang yayasan juga mengatur perubahan anggaran dasar.

Pasal 18 ayat 3: "Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1) dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia."

Pasal 21 ayat 1: "Perubahan Anggaran Dasar yang meliputi nama dan kegiatan
Yayasan harus mendapat persetujuan Menteri."

Pasal 21 ayat 2: "Perubahan Anggaran Dasar mengenai hal lain cukup


diberitahukan kepada Menteri."

Pasal 24 ayat 1 (UU No. 28 Tahun 2004):" Akta pendirian Yayasan yang telah
disahkan sebagai badan hukum atau perubahan Anggaran Dasar yang telah
disetujui atau telah diberitahukan wajib diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia."

Pasal 26 ayat 1: "Kekayaan Yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang


dipisahkan dalam bentuk uang atau barang."

Pasal 28 ayat 1: "Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan


yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh Undang-undang ini
atau Anggaran Dasar."
Kewenangan Pembina dalam undang-undang yayasan juga diatur.

Pasal 28 ayat 2: "Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

 keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;


 pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota
Pengawas;
 penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;
 pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan; dan
 penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.

Pasal 28 ayat 3: "Yang dapat diangkat menjadi anggota Pembina sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) adalah orang perseorangan sebagai pendiri Yayasan
dan/atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota Pembina dinilai
mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan."

Pasal 29:" Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus
dan/atau anggota Pengawas."

Pasal 32 ayat 1 (UU No. 28 Tahun 2004): "Pengurus Yayasan diangkat oleh
Pembina berdasarkan keputusan rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun dan dapat diangkat kembali."

Pasal 32 ayat 3 (UU No. 28 Tahun 2004): "Susunan Pengurus sekurang-kurangnya


terdiri atas :
a.seorang ketua;
b. seorang sekretaris; dan
c. seorang bendahara.

Undang-undang yayasan juga mengatur pengawas.

Pasal 40 ayat 1: " Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan
pengawasan serta memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan
kegiatan Yayasan."
Pasal 41 ayat 1: "Pengawas Yayasan diangkat dan sewaktu-waktu dapat
diberhentikan berdasarkan keputusan rapat Pembina."

Pasal 45 ayat 1 (UU No. 28 Tahun 2004): "Dalam hal terjadi penggantian
Pengawas, Pengurus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada
Menteri."

Pasal 49 ayat 1: "Dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) bulan terhitung sejak
tanggal tahun buku Yayasan ditutup, Pengurus wajib menyusun laporan tahunan
secara tertulis yang memuat sekurang-
kurangnya:

 laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun buku yang lalu serta
hasil yang telah dicapai;
 laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir
periode, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan laporan keuangan.

Pasal 50 ayat 1: "Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ditandatangani


oleh Pengurus dan Pengawas sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar."

Pasal 52 ayat 1 (UU No. 28 Tahun 2004): "Ikhtisar laporan tahunan Yayasan
diumumkan pada papan pengumuman di kantor Yayasan."

Pasal 62:" Yayasan bubar karena:

 jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir;


 tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau
tidak tercapai;
 putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
berdasarkan alasan:
1) Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
2) tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; atau
3) harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah
pernyataan pailit dicabut.

Yayasan asing juga di atur dalam undang-undang yayasan.

Pasal 69 ayat 1: "Yayasan asing yang tidak berbadan hukum Indonesia dapat
melakukan kegiatannya di wilayah Negara Republik Indonesia, jika kegiatan
Yayasan tersebut tidak merugikan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia."

Pasal 70 ayat 1: "Setiap anggota organ Yayasan yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun.”

OJK Beri Sanksi Akuntan dan Kantor Akuntan Publik Auditor PT SNP
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Anto Prabowo mengatakan OJK mengenakan
sanksi administratif berupa pembatalan pendaftaran kepada Akuntan Publik (AP)
Marlinna, Akuntan Publik (AP) Merliyana Syamsul dan Kantor Akuntan Publik
(KAP) Satrio, Bing, Eny dan Rekan terkait hasil pemeriksaan OJK terhadap PT
Sunprima Nusantara Pembiayaan (PT SNP).
"Pembatalan pendaftaran KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan berlaku efektif
setelah KAP dimaksud menyelesaikan audit Laporan Keuangan Tahunan Audit
(LKTA) tahun 2018 atas klien yang masih memiliki kontrak dan dilarang untuk
menambah klien baru," kata Anto dalam keterangan tertulis Senin, 1 Oktober
2018.

Sementara itu, kata Anto, untuk AP Marlinna dan AP Merliyana Syamsul


pembatalan pendaftaran efektif berlaku sejak ditetapkan OJK pada hari ini. Anto
mengatakan pengenaan sanksi terhadap AP dan KAP dimaksud hanya berlaku di
sektor Perbankan, Pasar Modal dan IKNB.

Menurut Anto Laporan Keuangan Tahunan PT SNP telah diaudit AP dari KAP
Satrio, Bing, Eny dan Rekan dan mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian.
Namun demikian, kata Anto berdasarkan hasil pemeriksaan OJK, PT SNP
terindikasi telah menyajikan Laporan Keuangan yang secara signifikan tidak
sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya sehingga menyebabkan
kerugian banyak pihak.

Berkenaan dengan hal tersebut, kata Anto, OJK telah berkoordinasi dengan
Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) Kementerian Keuangan terkait
dengan pelaksanaan audit oleh KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan pada PT SNP.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan P2PK, kedua AP tersebut dinilai telah


melakukan pelanggaran berat dan telah dikenakan sanksi oleh Menteri
Keuangan," kata Anto.

Lebih lanjut Anto mengatakan dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di


atas, OJK menilai bahwa AP Marlinna dan AP Merliyana Syamsul telah
melakukan pelanggaran berat sehingga melanggar POJK Nomor
13/POJK.03/2017 Tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik Dan Kantor Akuntan
Publik, antara lain dengan pertimbangan: telah memberikan opini yang tidak
mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, besarnya kerugian industri
jasa keuangan dan masyarakat yang ditimbulkan atas opini kedua AP tersebut
terhadap LKTA PT SNP, dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
sektor jasa keuangan akibat dari kualitas penyajian LKTA oleh akuntan publik.

"Oleh karena itu, OJK mengenakan sanksi berupa Pembatalan Pendaftaran pada
AP Marlinna, AP Merliyana Syamsul, dan KAP Satrio Bing, Eny dan Rekan.
Pengenaan sanksi terhadap AP dan KAP oleh OJK mengingat LKTA yang telah
diaudit tersebut digunakan PT SNP untuk mendapatkan kredit dari perbankan
dan menerbitkan MTN yang berpotensi mengalami gagal bayar dan/atau
menjadi kredit bermasalah. Sehingga langkah tegas OJK ini merupakan upaya
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap Industri Jasa Keuangan," ujar Anto.

Tanggapan pasal 55
Dikarenakan AP Marlina dan Marliyana telah memberikan opini yang tidak
mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya maka AP telah melanggarUU
No.5 Tahun 2011 pasal 30 ayat 1 yaitu “melakukan manipulasi, membantu
melakukan manipulasi, dan/atau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa
yang diberikan”dan juga melanggar salah satu kewajiaban sebagai Akuntan Publik
UU No.5 Tahun 2011 pasal 25 yaitu “berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab
dan mempunyai integritas yang tinggi”.
Sesuai dengan UU No. 5 Tahun 2011 pasal 55 AP Marlina dan Merliyana akan
dikenakan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak
Rp.300.000.000 dan juga pasal 53 dikenakan sanksi administratif

Anda mungkin juga menyukai