Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah Peradaban Islam memiliki banyak cerita di dalamnya. Cerita tentang


penyebaran, kebudayaan dan tokoh-tokoh yang berpengaruh. Dalam salah satu bab
menceritakan tentang Perang Salib. Sebagai gambaran, Perang Salib yang familiar bagi kita
adalah suatu perang keagamaan yang sangat terkenal. Jika kita pernah menonton film
Kingdom of Heaven, mungkin kita memiliki sedikit gambaran tentang Perang Salib ini.
Disebut Perang Salib karena para tentara atau pejuang Kristen ini menggunakan simbol
salib ditameng, baju, topi dan segala atribut berperangnya. Perang Salib ini terbagi atas
beberapa periode. Didalamnya, terdapat banyak tokoh-tokoh yang menarik cerita saat
pemimpin perang ini yang dapat menambah wawasan kita.

1.2 Rumusan Masalah

Setelah dipaparkan sedikit dalam latar belakang di atas, didapatlah rumusan masalah yaitu:

1. Apa itu Perang Salib?

2. Apa yang menjadi latar belakang yang memicu terjadinya Perang Salib antara kaum
Muslim dan Kristen?

3. Bagaimana periodisasi Perang Salib?

4. Pengaruh apa yang menyebar setelah terjadinya Perang Salib?

5. Siapa sajakah tokoh-tokoh terkenal dalam Perang Salib?


BAB II

PERANG SALIB

2.1 Pengertian Perang Salib

Perang Salib (The Crusades) adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi
umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan
tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan
kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut
bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.

Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad ke-
16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani
untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema penomoran tradisional atas
Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai dengan
Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan
berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama
masa Renaissance.

Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut
kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar
ilmu pengetahuan.

2.2 Latar Belakang Penyebab Terjadinya Perang Salib

Terjadinya Perang Salib antara kedua belah pihak, Islam dengan Kristen disebabkan
oleh faktor-faktor utama yaitu agama, politik dan sosial ekonomi.

1. Faktor Agama

Pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan
penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre). Penerusnya
memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali dan
memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi. Akan tetapi, banyak
laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah
Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini kemudian memainkan
peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu. Mereka merasa
mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk yang fanatic. Umat Kristen merasa
perlakuan para penguasa Dinasti Seljuk sangat berbeda dengan para penguasa Islam
lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.

Sebelumnya, Paus Urbanus II memerintahkan untuk ekspedisi besar-besaran


atas permintaan Alexius I yang ingin merebut kembali Asia Kecil (Anatolia) yang
direbut Turki Utsmani. Semangat ini semakin besar tatkala Paus menerima berita bahwa
Khalifah Abdul Hakim-yang menguasai Palestina saat itu-menaikkan pajak ziarah ke
Palestina bagi orang-orang Kristen Eropa. “Ini perampokan! Oleh karena itu, tanah suci
Palestina harus direbut kembali,” kata Paus. Disanalah kaum Kristen merasa semakin
sulit berziarah dan ingin merebut kembali daerah Palestina.

2. Faktor Politik

Kekalahan Bizantium (sejak tahun 330 M disebut Constantinopel atau sekarang


Istanbul Turki) tahun 1071 M di Manzikart (Malazkird atau Malasyird, Armenia) dan
Asia kecil jatuh ke bawah kekuasaan Seljuk, mendorong Kaisar Alexius I Comnenus
(Kaisar Constantinopel) meminta bantuan seperti yang sudah dipaparkan di atas kepada
Paus Urbanus II untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan
Dinasti Seljuk. Sementara itu, kondisi kekuasaan Islam sedang melemah sehingga
orang-orang Kristen di Eropa berani untuk ikut dalam Perang Salib. Dinasti Fathimiyah
dalam keadaan lumpuh dan kekuasaan Islam di Andalusia semakin goyah dengan
dikuasainya Toledo dan Sicilia oleh Kristen Spanyol.

3. Faktor Sosial Ekonomi

Pedagang-pedangan besar di pantai timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota
Venezia, Genoa dan Pisa berambisi untuk menguasai kota-kota dagang di sepanjang
pantai timur dan selatan Laut Tengah sehingga rela menanggung sebagian dana Perang
Salib. Apabila pihak Kristen Eropa menang, mereka menjadikan kawasan itu sebagai
pusat perdagangan mereka. Stratifikasi sosial masyarakat Eropa terdiri dari tiga
kelompok yaitu kaum gereja, kaum bangsawan dan ksatria dan rakyat jelata. Ketika
rakyat jelata dimobilisasi oleh pihak gereja untuk ikut Perang Salib dijanjikan
kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila menang perang, mereka menyambut
secara spontan dan berduyun-duyun terlibat dalam perang itu.
Saat itu, di Eropa berlaku hukum waris bahwa anak tertua yang berhak menerima harta
warisam, apabila anak tertua meninggal maka harta warisan harus diserahkan kepada
gereja. Oleh karena itu, populasi orang miskin meningkat sehingga anak-anak yang
miskin beramai-ramai mengikuti seruan mobilisasi umum Perang Salib dengan harapan
mendapatkan perbaikan ekonomi.

Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi


kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum Muslim. Paus memberikan baik restu
kepausan standar maupun pengampunan bagi siapa saja yang terbunuh dalam
pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang
sedang terancam oleh ekspansi kaum MuslimSeljuk, menjadi perhatian semua orang di
Eropa. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius
VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus
Urbanus II.

Seorang tentara Salib, sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima


sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara
gereja”. Hal ini sebagian adalah karena adanya Kontroversi Pentahbisan, yang
berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib Pertama.
Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi Pentahbisan berusaha untuk
menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam
pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya adalah kebangkitan semangat Kristen
dan ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan. Hal ini kemudian diperkuat
oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan untuk mengambil kembali
Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan
pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan Antiokhia (kota
Kristen yang pertama) - dari orang Muslim. Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah
faktor penentu dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa
pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan abadi di Neraka. Persoalan
ini diperdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari
“penebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem
kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia. Akan
tetapi, kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang
berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika
bertempur untuk Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku. Teori ini mendekati
kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam pidato-pidatonya. Ini berarti
bahwa jika para tentara salib berhasil merebut Yerusalem, maka orang-orang yang
selamat dalam pertempuran tidak akan diberikan “penebusan”. Teori yang lain
menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke Yerusalem, orang tersebut akan
dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib. Oleh karena itu, orang tersebut
akan tetap bisa masuk Neraka jika melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh
faktor inilah yang memberikan dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan
kebangkitan keagamaan pada abad ke-12.

2.3 Periodisasi Perang Salib

Dikutip dari Wikipedia terdapat empat periodisasi Perang Salib, yakni Perang Salib I,
perang Salib II, Perang Salib III dan Perang Salib IV.

2.3.1 Perang Salib I

Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar
bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian
ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini
memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil
menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka
mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun yang sama
mereka dapat menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan Antiokhia di
Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul
Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M dan mendirikan Kerajaan Yerusalem dengan
rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan
ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan
kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah
Raymond.

Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak,
berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun
1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh
Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151
M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.
2.3.2 Perang Salib II

Kejatuhan County Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan


Perang Salib kedua. Paus Eugenius IIImenyampaikan perang suci yang disambut positif
oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan
Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka
dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus.
Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh Nuruddin
wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin al-
Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah
berhasil mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir. Hasil peperangan
Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M,
setelah beberapa bulan sebelumnya dalam Pertempuran Hittin, Shalahuddin berhasil
mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem melalui
taktik penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem
yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Sehabis Yerusalem,
tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat
itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat berhasil sukses dari pengepungan yang
dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan
menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.

2.3.3 Perang Salib III

Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan


Tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib
dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris,
danPhilip Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III. Pasukan ini bergerak
pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Richard dan Philip melalui jalur
laut dan pasukan Barbarossa - saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa - melalui
jalur darat, melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di
daerah Cilicia karena tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip.
Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasaiSiprus dan
mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin,
namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan
Latin. Philip kemudian balik ke Perancis untuk "menyelesaikan" masalah kekuasaan di
Perancis dan hanya tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak
mampu memasuki Palestina lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan
Shalahuddin. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib
dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini
disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak
akan diganggu.

2.3.4 Perang Salib IV

Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal dengan Perang
Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II,
mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan
dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka
berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik
al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia
melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick
menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan
kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut
kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik al-
Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.

Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti
Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang olehBaibars, Qalawun, dan Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum
Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini
tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.
Tambahan yang dikutip dari buku Sejarah Peradaban Islam oleh Ratu Suntiah,
M.Ag dan Maslani M.Ag, pada periode ketiga Perang Salib atau menurut Wikipedia
Perang Salib IV, telah terukir dalam sejarah munculnya pahlawan wanita yang terkenal
gagah berani yaitu Syajar ad-Durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX
dari Perancis dan sekaligus menangkap raja tersebut. Pahlawan wanita inipun telah
mampu menunjukkan sikap kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan
raja Louis IX kembali ke negerinya. Setelah Mesir dikuasai Dinasti Mamalik, pimpinan
perang dipegang oleh Baybars yang berhasil merebut kembali seluruh benteng yang
dikuasai tentara Salib. Pada tahun 1286 M, kota Yaffa dapat ditaklukkan, tahun 1289
M menaklukan kota Tripoli (Libanon) dan kota Akka dikuasai pada tahun 1291 M.
Sejak saat itu tentara Salib habis di seluruh benua Timur.

Sedangkan Christopher Tyerman membagi Perang Salib ke dalam 9 periode.


Pertama, sejak tahun 1905 M sampai 1099 M. Sepanjang periode ini berhasil
membangun 4 kerajaan, yakni Kerajaan Jerusalem, Kerajaan Antiokhia, Kerajaan
Edessa dan Kerajaan Tripoli.
Kedua, sejak tahun 1147 M sampai 1149 M. Pada periode ini, kemenangan ada
di pihak umat muslim.
Ketiga, sejak tahun 1187 M sampai 1192 M. Selama periode ini, Shalahuddin
menjadi tokoh yang tidak hanya dihormati oleh umat Islam, tetapi juga umat Kristen,
karena terkenal kebijaksanaannya.
Keempat, sejak tahun 1202 M hingga 1204 M. Pada periode ini Paus Innocent
III bermaksud mengusir Ayyubiyah Mesir.
Kelima, sejak tahun 1217 M sampai 1221 M. Sejak tahun 1221 M, pihak muslim
dan Kristen menyetujui perjanjian damai selama 8 tahun. Tentara Salib melanggar janji.
Akhirnya, mereka melakukan perlawanan kembali.
Keenam, sejak tahun 1228 M sampai 1229 M. Kristen menguasai sebagian
besar Jerusalem, sedangkan orang muslim diberi kekuasaan terhadap Masjid Al-Aqsha.
Ketujuh, sejak tahun 1248 M sampai 1254 M. Pada tahun 1243 M, kaum
Templar Kristen melanggar perjanjian perdamaian dan berkonflik dengan Mesir.
Tetapi, mereka menelan kekalahan, dan tentara muslim pun tetap tak terkalahan.
Kedelapan, sejak tahun 1270 M hingga 1271 M. Tentara Salib kali ini hendak
menaklukan Tunisia. Tetapi, hanya 2 bulan berselang, Lois IX meninggal dunia.
Kesembilan, sejak tahun 1271 M sampai 1272 M. Dengan jatuhnya Antiokhia
(pada tahun 1268 M), orang-orang Kristen dibantai oleh tentara Muslim sehingga
pemerintahan Kristen di Levant habis kisahnya. Pada tahun 1400-an, Turki Utsmani
yang di pimpin oleh Mehmed II tidak hanya menjajah sejumlah kerajaan di Eropa, Asia,
dan Afrika, tetapi juga berhasil membersihkan sisa-sisa tentara salib di Timur Tengah.

2.4 Kondisi Sesudah Perang Salib dan Pengaruhnya

Perang Salib Pertama melepaskan gelombang semangat perasaan paling suci sendiri
yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai
pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga perlakuan kasar terhadap pemeluk Kristen
Ortodoks Timur. Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks ini berpuncak pada penjarahan
kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan tentara Salib ikut serta. Selama
terjadinya serangan-serangan terhadap orang Yahudi, pendeta lokal dan orang Kristen
berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan Salib yang melintas. Orang Yahudi seringkali
diberikan perlindungan di dalam gereja atau bangunan Kristen lainnya, akan tetapi, massa yang
beringas selalu menerobos masuk dan membunuh mereka tanpa pandang bulu.

Pada abad ke-13, Perang Salib tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi
di masyarakat. Sesudah kota Akka jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah
penghancuran bangsa Ositania (Perancis Selatan) yang berpaham Katarisme pada Perang
Salib Albigensian, ide Perang Salib mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh
pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di Katolik
Eropa.

Orde Ksatria Salib mempertahankan wilayah adalah orde Ksatria Hospitaller. Sesudah
kejatuhan Akka yang terakhir, orde ini menguasai Pulau Rhodes dan pada abad ke-16 dibuang
ke Malta. Tentara-tentara Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon
Bonaparte pada tahun 1798.

Pihak Islam pada akhirnya dapat memenangkan Perang Salib yang sangat melelahkan,
berlangsung tahun 1096-1291 M. Walaupun menang, umat Islam sebenarnya mengalami
kerugian yang luar biasa karena peperangan itu terjadi di kawasan dunia Islam (Turki, Palestina
dan Mesir). Sebaliknya bagi pihak Kristen, mereka menderita kekalahan dalam Perang Salib,
namun mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena mereka dapat berkenalan
dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah maju. Kebudayaan dan peradaban yang
mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya Renaissans (kembali bangkitnya
peradaban di Eropa) di Barat. Kebudayaan yang mereka bawa ke Barat terutama dalam bidang
militer, seni, penidustrian, perdagangan, pertanian, astronomi, kesehatan dan kepribadian.

Perang Salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam. Dimana
persamaan antara “Bangsa Frank” dengan “Tentara Salib” meninggalkan bekas yang amat
dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai
pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan
Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur
Tengah sebagai “perang salib”. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian
yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.

Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan tentang perang salib,


menurut ahli sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan mental dunia Islam yang cenderung
menarik diri. Menurut Peter Mansfield, “Diserang dari berbagai arah, dunia Islam berpaling ke
dirinya sendiri. Ia menjadi sangat sensitive dan defensive……sikap yang tumbuh menjadi
semakin buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses dimana dunia Islam merasa
dikucilkan, terus berlanjut.”

Dalam bidang militer, dunia Barat menemukan persenjataan dan teknin berperang yang
belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya, seperti penggunaan bahan-bahan
peledak untuk melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang kuda, teknik
melatih burung merpati untuk kepentingan informasi militer dan penggunaan alat-alat rebana
dan gendang untuk memberi semangat kepada pasukan militer di medang perang.
Dalam bidang perindustrian, mereka banyak menemukan kain tenun sekaligus
peralatan tenun di dunia Timur. Untuk itu mereka mengimpor berbagai jenis kain seperti
mosselin, satin dan damast dari Timur ke Barat. Mereka juga menemukan berbagai jenis
parfum, kemenyan dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
Dalam bidang pertanian, mereka menemukan system pertanian yang sama sekali baru
di dunia Barat dari dunia Timur-Islam seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-
tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam. Di samping itu, mereka menemukan gula
yang dianggap cukup penting.
Dalam bidang perdagangan, Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan
balatentara yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian
besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat mengalami
peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya. Ini
bukan saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena
banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. Hal ini
juga membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-kota
di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan menguntungkan
dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah
bekas Byzantium.

Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak


mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk
berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca
yang maju, bentuk awal dari mesiu, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak
lagi.

Sebagai akibat hubungan perniagaan dengan Timur menyebabkan mereka


menggunakan mata uang sebagai alat tukar barang, sebelumnya mereka menggunakan system
barter. Kontak perdagangan antara Timur dan Barat semakin pesat, dimana Mesir dan Syria
sangat besar artinya sebagai lintas perdagangan. Kekayaan kerajaan dan rakyat kian melimpah
hingga membuka jalan perdagangan sampai ke Tanjung Harapan dan lama kelamaan
perdagangan dan kemajuan Timur berpindah ke Barat (Eropa).

Ilmu astronomi yang dikembangkan Islam sejak abad ke-9 telah mempengaruhi
lahirnya berbagai observatorium di dunia Barat. Mereka juga meniru rumah sakit dan tempat
pemandian. Berita perjalanan Marcopolo dalam mencari benua Amerika di abad ke-13 sebagai
langkah awal perjalanan Colombus ke Amerika tahun 1492 M. sikap dan kepribadian umat
Islam di Timur telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa
yang sebelumnya tidak mendapatkan perhatian.

Orang Armenia merupakan pendukung setia Tentara Salib. Di Pegunungan


Kaukasus di Georgia, di dataran tinggiKhevsureti yang terpencil, ada sebuah suku yang
disebut Khevsurs yang dianggap merupakan keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara
salib yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan sebagian
budaya perang salib yang masih utuh. Memasuki abad ke-20, peninggalan dari baju perang,
persenjataan dan baju rantai masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas tersebut.
Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan 25 tahun (1842 – 1862) di
pegunungan Kaukasus, percaya bahwa kelompok dari dataran tinggi Georgia ini adalah
keturunan dari tentara Salib yang terakhir berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan
bukti-bukti yang lain. Penjelajah Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan
suku ini pada tahun 1935.

2.5 Tokoh-Tokoh Terkenal dalam Perang Salib

2.5.1 Tokoh Terkenal Dari Pihak Islam

1. Abu Ali Mansur Tariqul Hakim (sang penghancur Tanah Suci Jerusalem)
Abu Ali Mansur Tariqul Hakim atau Al-Hakim (985-1021 M) adalah khalifah
keenam Fatimiyah dan termasuk salah satu dari 16 imam Ismaili. Ia dikatakan sebagai
tokoh yang paling harus bertanggung jawab terhadap terjadinya Perang Salib. Al-
Hakim menyerukan penghancuran sistematis terhadap Tanah Suci Jerusalem pada
tahun 1009 M. Sebelum ayahnya meninggal, ayahnya berpesan supaya orang yang
menggantikan kedudukannya adalah Al-Hakim. Setelah ayahnya dikuburkan, Al-
Hakim disumpah oleh Barjawan, guru pribadinya, pada 14 Oktober tahun itu pula,
sebagai Khalifah Fatimiyah ke-16 dengan julukan al-Amr Al-Hakim Billah. Setelah Al-
Hakim dewasa, ia menjadi orang yang fanatik terhadap sekte Ismailiah. Ia banyak
menaklukan wilayah di Asia kecil dan Afrika Utara sambil menyebarkan pengaruh
Ismailiah. Al-Hakim membangun gerakan bernama Druze. Dalam gerakan itu, Al-
Hakim menamakan dirinya sebagai “Manifestasi Allah” dan “Penguasa dunia yang
hanya bisa dikomando oleh Allah”. Pernyataan sejumlah sarjana Sunni dan Syi’ah yang
mengakuinya sebagai keturunan Ali bin Abi Thalib agar ia masuk dalam jajaran 16
Imam Ismaili. Ia memerintahkan kepada pasukannya untuk menghancurkan Jerusalem
yang merupakan pusat tempat ibadah umat Yahudi dan Kristen. Tindakan inilah yang
membuat Konsili Kepausan Roma menyerukan perang terhadap umat Muslim, yang
akhirnya menjadi perang terbesar sepanjang masa, yakni Perang Salib. Tetapi, di sisi
lain, Al-Hakim merupakan salah satu Khalifah yang sangat mendukung pertumbuhan
ilmu pengetahuan dengan mendirikan pusat keilmuan yang diberi nama Darul Ilmi
(Rumah Pengetahuan).
Pada tahun 1004 M, Al-Hakim memutuskan bahwa orang Kristen tidak boleh
lagi merayakan Paskah. Pada tahun 1005 M, Al Hakim memerintahkan kepada umat
Kristen dan Yahudi untuk menggunakan pakaian turban (baju khas bangsa Arab) hitam.
Selain itu, wanita nonmuslim harus memakai sepatu dengan warna yang berbeda : yang
satu berwarna merah, sedangkan yang lainnya berwarna hitam. Kebijakan ini berlaku
hingga tahun 1014 M. Pada tahun 1007-1012 M, sikap Al-Hakim berubah 180o. Ia lebih
memberikan banyak toleransi kepada umat muslim dari golongan Sunni dan Syi’ah,
sedangkan umat nonmuslim dimusuhi. Puncaknya, pada 18 oktober 1009 M, Al-Hakim
memerintahkan penghancuran terhadap Makam Suci dan bangunan terkait di
Jerusalem. Banyak umat Kristen dan Yahudi yang dipaksa memeluk agama Islam.
Kemudian, pada tahun 1042 M, Kaisar Byzantium Konstantinus IX melakukan
Rekonstruksi Makam Suci atas izin penerus Al-Hakim.
Petrus Hermit, mengadu kepada Paus Urbanus II bahwa jemaatnya ketika
hendak berziarah ke Jerusalem dicegat, dan banyak dari jemaatnya yang dibantai
dengan sadis. Urbanus langsung membentuk Dewan, dari sanalah terjadi Perang Salib
yang memakan jutaan lebih nyawa dari kedua belah pihak itu, baik pihak Kristen
maupun Islam. Pada tahun 1012-1021 M, Al-Hakim mengizinkan umat Kristen dan
Yahudi yang masuk Islam kembali kepada agamanya dan membangun rumah
ibadahnya. Ironisnya, gerakan Ad-Darazi yang dibentuknya dinyatakannya sebagai
agama baru, dan Al-Hakim menganggap diri sebagai Nabinya yang menerima wahyu
Ilahi. Akhirnya Al-Hakim banyak dituduh Murtad darahnya dan dinyatakan halal. Pada
13 Februari 1021 M, saat usianya 36 tahun, Al-Hakim dikabarkan ke Bukit Al-
Muqattam, diluar Kairo dan ia pun tidak pernah kembali. Hingga pada suatu hari,
keledai dan baju yang dipakai oleh Al-Hakim ditemukan berlumuran darah. Mayatnya
pun hilang. Hingga kini, tidak diketahui letak makamnya, saat itu pula, kedudukan Al-
Hakim sebagai Khalifah Dinasti Fatimiyah digantikan ileh putranya yang bernama Ali
Az-Zahir.

2. Kilij Arsalan (Penghadang Gempuran Tentara Salib Periode Awal)


Kilij Arsalan adalah Sultan Seljuk di wilayah Rum sejak tahun 1092 M sampai
kematiannya pada tahun 1107 M. Ia memerintah Rum saat terjadinya Perang Salib I
sehingga wilayah kekuasaannya menjadi salah satu sasaran dari berbagai serangan
kaum Salib Frank. Pada tahun 1101 M, Kilij Arsalan mendirikan kembali Kesultanan
Rum setelah kematian Malik Syah I dari Kekhalifahan Seljuk di Turki. Kilij Arsalan
berusaha meneruskan perjuangan ayahnya untuk mengusir dan membasmi tentara Salib
yang semakin beringas. Selanjutnya, Kilij Arsalan mengambil alih ibu kota Nicea
sembari menggantikan Ghazni Al-Amin, Gubernur Nicea yang ditunjuk oleh Sultan
Malik Syah pada tahun 1093 M. Suku-suku mulai berpencar-pencar, seperti suku
Danishmends, Mangujukids, Saltuqids, Chaka, Tengribirmish, Artuqids dan Akhlat-
Syah. Kilij Arsalan, meskipun pernah menjadi tawanan politik Sultan Malik Syah,
merasa miris pula. Ia tidak tega bila akhirnya Seljuk Turki dihancurkan oleh Byzantium,
musuh bebuyutan terdekatnya. Kilij Arsalan menikahi putri pimpinan suku Chaka
sebagai sebuah upaya bersekutu dengannya untuk melawan Byzantium. Pada tahun
1094 M, Kilij Arsalan menerima surat dari Alexius yang menerangkan bahwa Chaka
akan berpindah haluan politik dan bergabung dengan Byzantium. Kilij Arsalan
mengundang ayah mertuanya disebuah pesta dan jamuan makan ditenda militernya.
Lalu, Kilij Arsalan membunuh ayah mertuanya tersebut saat ia mabuk.
Tentara Salib dipimpin oleh Uskup Prancis yang bernama Petrus Hermit dan
Walter, yang tiba di Nicea pada tahun 1096 M. Tentara Salib berjumlah sekitar 400.000
membunuh rakyat-rakyat sipil. Kilij Arsalan marah besar. Sehingga, hampir seluruh
tentara salib terbunuh, sekitar 30.000 tentara salib dijadikan budak, dan ada pula yang
dijual. Pada Mei 1097 M, saat peperangannya dengan tentara Ghazi Malik di
Danishmends, Kilij Arsalan mendapatkan kabar bahwa tentara salib mengepung Nicea.
Kilij Arsalan dikepung oleh tentara salib dan dikalahkan. Akhirnya Nicea diserahkan
oleh Kilij Arsalan ke Byzantium. Pada pertengahan tahun 1097 M, Konstantinopel
memaksa Byzantium untuk memberikan Nicea kembali ke Seljuk tanpa tebusan. Pada
29 Juni 1097 M, gabungan tentara Danishmend dan Rum mengepung tentara salib di
dekat Dorylaeum. Pemanah Kilj Arsalan tidak mampu menembus garis pertahanan
tentara salib. Pada 1 juli, Kilij Arsalan menginstruksikan kepada tentaranya untuk
menghancurkan lahan pertanian dan pasokan air disepanjang rute kota Dorylaeum. Hal
ini dilakukan dalam rangka melumpuhkan pasokan Logistik tentara salib. Sehingga,
karenanya ia dapat memukul mundur tentara salib. Kilij Arsalan menyerang tentara
salib.
Pada tahun 1101 M, Kilij Arsalan berhasil mengalahkan tentara salib yang lain
di Heraclea Cybistra, yang hendak membantu peperangan tentara salib di Syria. Hal ini
merupakan kemenangan terpenting bagi Turki. Setelah kemenangan tersebut, Kilij
Arsalan memindahkan ibu kota Turki ke Konya. Di sana pula, Kilij Arsalan
mengalahkan kekuatan tentara salib yang dipimpin oleh William II of Nevers yang
berusaha menyerangnya. Pada tahun 1104 M, Kilij Arsalan berperang kembali dengan
Danishmends, serta menuntut tebusan kepada Bohemond. Setelah periode Perang Salib
I, Kilij Arsalan menaklukkan Harran dan Diyarbakr yang memang merupakan daerah
bidikannya. Pada tahun 1107 M, Kilij Arsalan juga menaklukkan Mosul. Pada
pertempuran di dekat sungai Khabur. Kilij Arsalan ditawan kemudian ia dibunuh oleh
tentara Mehmed I.

3. Imaduddin Zanky (Penakluk Negara Salib)


Imaduddin Zanky (yang di Barat terkenal dengan nama Zengi) adalah panglima
perang muslim yang mengagumkan, yang upayanya diarahkan untuk memerangi kaum
Frank, Ekspansionis awal yang menamakan diri sebagai tentara salib. Imaduddin Zanky
berhasil menaklukkan negara pertama dari negara-negara tentara salib bagi Islam,
ketika ia merebut Edessa (Raha) pada tahun 1144 M, yang merupakan negara pertama
kaum salib. Pada prasasti di Aleppo yang bertuliskan Muharram 537 H/Agustus 1142
M, Imaduddin Zanky dijuluki sebagai penakluk orang-orang kafir dan orang-orang
musyrik, pemimpin pra pejuang jihad, penolong para pasukan, dan pelindung wilayah-
eilayah muslim. Imaduddin Zanky adalah putra Kasim Ad-Daulah Aqsankar, ketika
Kasim meninggal secara mengenaskan di tangan Tutuch, saudara Malik Syah, karena
iri atas kesuksesannya meredam kekacauan politik di Halab pada tahun 1092 M,
akhirnya posisinya digantikan oleh Imaduddin Zanky. Kemudian ia terkenal setelah
menaklukkan Al-Mustarsyid (Khalifah Abbasiyah) pada tahun 1126 M. Imaduddin
Zanky menduduki beberapa posisi strategis. Pertama, menjadi syahnakiyyah (wakil
sultan) di Damaskus, yang bertugas mengawasi gerak-gerik kekhalifahan Abbasiyah
yang telah bertekuk lutut. Kedua, menjadi attabek (kesultanan wilayah) pada tahun
1127 M di Mousul. Ketiga, mewakili Sultan Mahmud meredam pemberontakan di
Halab Bani Artaq dan Bani Saljuk setelah Izzuddin Mas’ud al-Bursuqi
wafat. Keempat, mematahkan serbuan gabungan tentara salib dari Raha, Suruj, dan
Piraios yang ingin menguasai wilayah Carrhae.
Josselin (Raja Raha) dan Bohemond II (Raja Anthiokia) yang sudah lama
berniat menaklukkan dan menguasai Halab membatalkan niat dan rencana mereka. Hal
tersebut membuat Imaduddin Zanky semakin laluasa menjalankan beberapa
rencananya. Pertama, menikahi Hanun, putri Ridwan bin Tutuch, mantan Raja Halab,
untuk menguatkan posisinya di wilayah Syria Utara. Kedua, mempengaruhi dan
mengajak bergabung Halab, serta tiga orang pimpinan kaum muslimin yang menguasai
berbagai wilayah strategis untuk bersatu padu dalam menghadapi tentara salib, yakni
Buri bin Tughtukin yang menguasai wilayah Damaskus, Hamah dan Hauran,
Shamshamuddin Khair Khan bin Qoraja yang menguasai wilayah Homs dan Sultan bin
Munqidz, penguasa wilayah Syizar. Sekitar 20.000 prajurit yang berasal dari berbagai
pasukan kerajaan Islam berkumpul di Diyar Bakar, kemudian berunding untuk
mengadakan penyerbuan terhadap Imaduddin Zanky. Untungnya, kekuatan pasukan
Imaduddin Zanky lebih kuat sehingga semua penentangnya dapat ia tumpas, dan
akhirnya ia dapat mengkukuhkan diri sebagai penguasa sekaligus pemersatu kaum
muslimin di wilayah Asia Kecil dan kawasan Syria Utara. Sepeninggalnya Sultan
Mahmud, tahta Saljuk jatuh ketangan Bakar Daud, putra Sultan Mahmud. Sedangkan
Imaduddin Zanky tampaknya tidak suka terhadap Bakar Daud sehingga akhirnya
ia berkoloni dengan berbagai kekuatan intern Saljuk lainnya untuk menggempur Saljuk
Syah.
Imaduddin Zanky berusaha menyerang dua Eksponen kerajaan Islam, namun ia
gagal lagi, sehingga ia harus melarikan diri ke Mosur. Pada saat itu pula, Bakar Daud
menyerang balik Imaduddin Zanky dan berhasil menguasai daerah kekuasaan
Imaduddin Zanky di wilayah Irak dan Syria. Ketika peta kekuasaan Imaduddin Zanky
melemah, tentara salib menguasai Halab, ini terjadi pada tahun 1132 M. Imaduddin
Zanky tidak surut semangat. Ia berusaha bangkit kembali. Harapannya untuk
menyatukan kekuatan kaum muslimin dalam menghadapi tentara salib muncul kembali
ketika Imaduddin Zanky bersama dengan Sultan Mas’ud berhasil menaklukkan dan
menguasai tahta kekhalifahan Abbasiyah al-Murtarsyid Billah di Baghdad.
Selanjutnya, Imaduddin Zanky kembali membuat berbagai gebrakan terhadap tentara
salib, yang membuatnya bisa menguasai wilayah Ats-Tsarib, Zardana, Tal Aghda,
Ma’aratun Nukman, dan Kfr Thab. Bahkan, wilayah Syizar, Homs dan Qansarin yang
dulu merupakan pusat pergerakan tentara salib pun mampu dikuasai oleh Imaduddin
Zanky.
Pada tahun 137 M ia harus berhadapan dengan gabungan tentara tempur salib
di Benteng Barin. Sekitar 2.000 tentara salib, termasuk pimpinan pasukannya,
Bohemond II, berhasil ditawan oleh kaum muslimin. Imaduddin Zanky akhirnya dapat
mempersatukan Eksponen kekuatan di sepanjang Daratan Mosul, Halab, Baghdad dan
Asia Kecil. Kemudian, Volk, Kaisar Jerusalem dan pelindung utama tentara salib,
melancarkan siasat buruknya dengan mengadakan pendekatan ke berbagai pihak kaum
muslimin, yakni Damaskus dan Bani Fatimiyah. Ketika Volk dan tentara salib melemah
karena ditinggalkan oleh pihak Byzantium, Imaduddin Zanky dan pasukannya bersiap-
siap merebut kembali wilayah kekuasaan Islam yang telah diduduki oleh tentara salib,
termasuk Raha. Pada 28 November 1144, Raha ditaklukkan oleh kaum muslimin,
sedangkan tahtanya diserahkan kepada Imaduddin Zanky. Penduduk Raha yang rata-
rata Nasrani awalnya tidak mau dipimpin oleh Imaduddin Zanky. Tetapi, Imaduddin
Zanky menanggapinya dengan cara diplomasi sekaligus pendekatan yang halus dan
manusiawi, serta menjanjikan akan memimpin Raha secara adil dan bijaksana.
Imaduddin Zanky menunjukkan bukti toleransi yang tinggi dengan membiarkan atau
tidak mengusik berbagai kegiatan keagamaan mereka di gereja. Akhirnya, alih-alih
tidak suka, rakyat Raha bertambah hormat dan simpati terhadap pemerintahannya.
Imaduddin Zanky menaklukkan satu demi satu wilayah kekuasaan Islam yang diduduki
oleh tentara salib, seperti Suruj yang direbutnya pada januari 1145. Tetapi kekuasaan
ini tidak bertahan lama. Tentara salib segera berusaha merebut dan menguasai kembali
wilayah-wilayah yang telah ditaklukkan oleh Imaduddin Zanky. Mereka melakukan
jalur diplomatis dan politis dengan Damaskus dan Bani Artaq. Imaduddin Zanky
menuju Ja’bar untuk menaklukkan dan merebut benteng pertahanan tentara salib yang
terletak di Eufrat. Namun, ternyata garis hidupnya menentukan hasil yang lain. Sebab,
pada pertengahan Rabi’ul Awal 541 H/September 1146 M, Imaduddin Zanky
menemukan ajalnya di ujung pedang seorang tentara salib yang kabarnya sebagai
mantan budak bernama Byrnaqas.

4. Nuruddin Mahmud (Propagandis Semangat Perang Umat Muslim)


Nuruddin Mahmud adalah putra kedua Imaduddin Zanky. Ia sebagai pangl ima
Islam ketika pecah Perang Salib II pada tahun 1148 M, serta pengambil alih Raha
(Edessa) dan Aleppo dari pihak tentara salib. Tahun 1149 M, berhasil memukul mundur
kaum Frank. Atas pencapaiannya tersebut, Nuruddin Mahmud disebut sebagai tokoh
pemimpin kaum muslimin terbesar kedua setelah Shalahuddin al-Ayyubi dalam sejarah
Perang Salib. Selama kepemimpinannya, Nuruddin Mahmud menuai banyak
kesuksesan dalam menaklukkan tentara salib, yang dianggap sebagai fase kebangkitan
kaum muslimin kedua setelah periode kepemimpinan Imaduddin Zanky. Nuruddin
Mahmud secara perlahan dapat menyatukan Mesir dan Syria, serta menaklukkan kaum
salib Frank yang dikomandoi oleh Kaisar Jerman (Conrad III), Raja Prancis (Lois VII)
dari Anthiokia, dan Roha (Edessa). Seusai Dinasti Fatimiyah di Mesir dikuasainya,
Nuruddin Mahmud meletakkan fondasi penyatuan kaum muslimin dan menegaskan
kembali Legitimasi satu-satunya Khalifah Abbasiyah yang bemadzhab Sunni. Perang
Salib II di nilai sebagai titik balik bangkitnya kaum muslimin dari kekalahan. Semangat
jihad pertama kali didengungkan pada masa-masa ini. Itu semua berkat peran besar
Nuruddin Mahmud. Dalam ambisinya menyatukan kaum muslimin, Nuruddin Mahmud
terpaksa melakukannya dengan cara memerangi dan menguasai kekuatan-kekuatan
penting kaum Islam Sunni di Syria dan Syi’ah Ismailiyah sekaligus fraksi-fraksi lain di
Mesir untuk menyadarkan mereka bahwa musuh utama kaum muslimin adalah kaum
salib Frank.
Kaum muslimin berhasil memukul mundur tentara Frank dengan koloni abadi
salib, yakni Byzantium, dari Aleppo dan Raha. Akhirnya, setelah bertahun-tahun
Aleppo dan Raha dikuasai oleh tentara salib, semuanya itu jatuh kembali ketangan
kaum muslimin. Pada akhir oktober 1147 M, Josselin dan Baudouin (dua panglima
salib) berhasil menduduki sejumlah pos penting di Raha, sehingga tinggal satu benteng
terakhir yang masih harus ditaklukkannya supaya sempurna Raha dikuasai oleh tentara
salib, yakni benteng wilayah kuasa Nuruddin Mahmud. Meskipun dengan kekuatan
yang tak sebanding dengan besarnya kekuatan tentara salib, Nuruddin Mahmud
berusaha mempertahankannya agar tidak jatuh ketangan lawan. Hal yang menarik dari
Nuruddin Mahmud adalah ia sebagai pemimpin perang yang bijaksana. Meskipun
memusuhi tentara salib, ia tetap berusaha semaksimal mungkin mengambil jalur
perjanjian damai dengan mereka. Misalnya, dengan Byzantium pada tahun 1159 M dan
kaum Frank yang menguasai Jerusalem pada tahun 1161 M. Tentara Nuruddin Mahmud
tidak hanya terdiri atas tentara istana dan seluruh Eksponen rakyat Damaskus, Syria,
dan Mesir, tetapi juga para ulama Fiqh, Sufi, Imam, penghafal al-Qur’an, Khatib, dan
Hakim. Titik balik kehidupan Nuruddin Mahmud terjadi ketika ia ditimpa penyakit
serius pada oktober 1159 M sekaligus kekalahannya melawan kaum Frank pada tahun
1163 M dalam pertempuran di Al-Buqay’ah. Penyakit dan kekalahan ini menimbulkan
pengaruh yang mendalam terhadap kehidupan pribadi dan kebijakan Nuruddin
Mahmud. Pada masa kepemimpinan Nuruddin Mahmud, kemajuan di bidang keilmuan,
Ritualitas Islam, dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lainnya berkembang pesat di
Syria, Damaskus serta Mesir. Semuanya itu dibuktikan dengan banyaknya monument,
benteng, menara, madrasah, masjid, biara sufi, rumah sakit, rumah penampungan anak
yatim, gedung-gedung dan inskripsi-inskripsi penting atas nama Nuruddin Mahmud di
daerah-daerah tersebut.
5. Asaduddin Shirkuh (Panglima Perang Muslim Terbesar)
Asaduddin Shirkuh adalah seorang jenderal yang gagah berani. Ia merupakan
Komandan Angkatan Perang Syria yang telah memukul mundur tentara salib, baik di
Syria maupun Mesir. Sekitar tahun 1130 M ketika Shaddadid digulingkan, Sa’di
memindahkan keluarganya ke Baghdad, kemudian Tikrit, yang disana ia diangkat
sebagai Gubernur Tikrit. Ayyub menggantikan ayahnya sebagai Gubernur Tikrit ketika
Sa’di meninggal dunia. Asaduddin Shirkuh menjabat sebagai panglima perang. Pada
suatu kali, ia bersitegang dengan seorang Kristen secara sangat a lot sehingga ia
membunuhnya. Lalu, karena dianggap sebagai pengacau perdamaian dengan kaum
salib, ia dan saudara-sudaranya (termasuk Ayyub) diasingkan. Itu terjadi pada tahun
1138 M. Konon, keponakan Asaduddin Shirkuh yang bernama Yusuf (kemudian
dikenal sebagai Shalahuddin) lahir pada waktu malam ketika mereka sedang dalam
perjalanan. Asaduddin Shirkuh, keluarga, dan saudara-saudaranya meminta suaka ke
Dinasti Zengi (Zanky) di Mosul. Zanky menerima mereka dengan baik dan penuh suka
cita. Setelah beberapa lama diketahui bahwa Asaduddin Shirkuh memiliki kecakapan
militer yang bagus, kemudian Nuruddin Mahmud, putra Zanky, menariknya sebagai
tentara anggota. Asaduddin Shirkuh dipercayai memerintah kota Homs sebagai Negara
bahan Mosul. Sementara itu, Ayyub diserahi tanggung jawab sebagai Gubernur
Baalbek dan Damaskus atas Rekomendasi Nuruddin Mahmud pada tahun 1154 M.
Asaduddin Shirkuh dan pasukannya berhasil membekuk pasukan Shawar-Amalric I,
serta menyerang daerah-daerah kekuasaan tentara salib di Timur Dekat. Bahkan, ia
hampir memenangkan dan menguasai Kerajaan Antiokhia (salah satu Kerajaan Salib
terbesar).
Peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai pada Agustus 1167 M, yang isinya
sebagai berikut :
1. Pertukatan tawanan perang
2. Asaduddin Shirkuh dan Shalahuddin al –Ayyubi harus kembali ke Syria
3. Amauric I harus kembali ke Jerusalem
4. Kota Alexandria diserahkan kembali kepda Shawar
Pada tahun 1167 M, tentara salib yang dipimpin oleh Amauric I melanggar
perjanjian damai tersebut, yaitu ia menyerang Mesir dan bermaksud menguasainya.
Amalric I bersekutu dengan kekaisaran Byzantium. Mengetahui hal itu, Shawar beralih
aliansi, yaitu memusuhi Amalric I dan bergabung dengan Asaduddin Shirkuh yang
memang mengetahui gelagat ini lebih awal akhirnya menerima Shawar dengan senang
hati. Asaduddin Shirkuh adalah sebuah nam dari Kurdi-Persia yang
secara harfiyah berarti “Singa (dari) gunung”. Sedangkan gelar kehormatan, yaitu Asad
Ad-Din bermakna “Singa Iman”. Orang-orang salib (dan barat pada umumnya)
memanggilnya Siraconus.

6. Hasan Al-Sabbah (sang Pembunuh Bayaran)


Hasan Al-Sabbah (1050-1124) ialah seorang ulama Persia, dai Islam, dan
seorang pengikut Fanatik Madzhab Ismailiyah Nizari. Ia memiliki banyak pengikut,
dan basis kekuatannya terletak di pegunungan Alborz, Iran Utara. Tempat itu bernama
Alamut, ia adalah pendiri dan tokoh sentral kelompok Hassasin atau Assasin , sebuah
kelompok yang menurut Barat sebagai kelompok teroris pertama di dunia. Hassasin
adalah cabang dari Islam Syi’ah Ismailiyah, yang daerah kekuasaannya mencakup Irak,
Iran, Syria dan Lebanon. Mereka mengirim orang-orangnya untuk membunuh
pemimpin penting Sunni yang dianggapnya kaum kafir perebut tahta. Hassasin banyak
membunuh pemimpin utama tentara salib dalam periode Perang Salib III, serta para
raja di Kerajaan Salib di Asia Kecil. Hassasin berarti pengikut Hassan Al-Sabbah. Pada
usia 17 tahun, Hasan Al-Sabbah bersumpah setia kepada Al-Muntansir. Sebagai Da’i,
ia amat terkenal dan banyak orang mengaguminya. Saat itu, banyak umat Kristen yang
masuk Islam dan banyak pula orang Sunni yang menjadi Syi’ah. Karena menjadi
Nomaden atas buruan para musuhnya, ia dan para pengikutnya pun menyerang Alamut
pada tahun 1088 M untuk dijadikan sebagai basis kekuatannya. Kaum Hassasin menjadi
semakin kuat. Rencana pembunuhan terhadap ulama, imam, dan khalifah Sunni pun
dilancarkan. Tidak hanya itu, mereka juga merencanakan pembunuhan terhadap para
pembesar tentara salib sekaligus Raja Salib di wilayah Asia Kecil yang telah
dikuasainya.
Adapun para pemimpin dari pihak Islam yang telah dibunuh dan dibantai adalah :
1. Nizam al-Mulk pada tahun 1092 M. ia adalah wazir Dinasti Abbasiyah yang
paling terkenal
2. AL-AFDHAL Shahanshah pada tahun 1122 M. Ia ialah wazir Dinasti Fatimiyah
yang telah memenjarakan pembunuhan terhadap Nizar
3. Ibnu al-Khashshab, pada tahun 1125 M. Ia adalah Sultan Aleppo
4. Al-Bursuqi pada tahun 1126 M. Ia ialah Sultan Mosul.
Para pemimpin tentara salib dan raja di Negara-negara salib Asia Kecil yang telah
dibunuh sebagai berikut :
1. Conrad de Montferrat pada tahun 1192 M. Ia adalah Raja Jerusalem pada periode
perang salib III
2. Raymond II pada tahun 1152 M. Ia adalah Raja Tripoli dan termasuk salah satu
panglima perang salib yang terkenal
3. Pangeran Edward I of England pada tahun 1271 M. Ia adalah Raja Inggris
sekaligus Raja Jerusalem.
Kaum Hussasin menjadi lemah. Akhirnya, tahun demi tahun,
Hassasin menghilang ditelan sejarah. Sementara itu, jauh sebelum penaklukkan
Alamut oleh Hulagu, yakni pada tahun 1124 M, Hasan al-Sabbah meninggal dunia di
Alamut.

7. Shalahuddin al-Ayyubi (Tokoh Terbesar Kesatria Muslim Sepanjang Sejarah


Perang Salib)
Salahudin Al Ayubi atau sering juga di sebut sebagai “Saladin” di dunia barat,
merupakan panglima perang Muslim yang dikagumi kepiawaian berperang serta
keshalihannya baik kepada kawan dan lawan-lawannya. Keberanian dan kepahlawanannya
tercatat sejarah di kancah perang salib. Juli 1192 sepasukan muslim dalam perang salib
menyerang tenda-tenda pasukan salib diluar benteng kota Jaffa, termasuk didalamnya ada
tenda Raja Inggris, Richard I. Raja Richard pun menyongsong serangan pasukan muslim
dengan berjalan kaki bersama para prajuritnya. Perbandingan pasukan muslim dengan
Kristen adalah 4:1. Salahudin Al Ayubi yang melihat Richard dalam kondisi seperti itu
berkata kepada saudaranya : ” Bagaimana mungkin seorang raja berjalan kaki bersama
prajuritnya? Pergilah ambil kuda Arab ini dan berikan kepadanya, seorang laki-laki sehebat
dia tidak seharusnya berada di tempat ini dengan berjalan kaki “. Fragmen diatas dicatat
sebagai salah satu karakter yang pemurah dari Salahudin, bahkan kepada musuhnya
sekalipun. Walalupun sedang diatas angin tetap berlaku adil dan menghormati lawan-
lawannya.
Salahudin lahir disebuah kastil di Takreet tepi sungai Tigris (daerah Irak) tahun
1137 Masehi atau 532 Hijriyah. Bernama asli Salah al-Din Yusuf bin Ayub. Ayahnya Najm
ad-Din masih keturunan suku Kurdi dan menjadi pengelola kastil itu. Setelah kelahiran
Salahudin keluarga Najm-ad-Din bertolak ke Mosul, akibat ada konflik didalam kastil. Di
Mosul , keluarga Najm bertemu dan membantu Zangi, seorang penguasa arab yang
mencoba menyatukan daerah-daerah muslim yang terpecah menjadi beberapa kerajaan
seperti Suriah, Antiokhia, Aleppo, Tripoli, Horns, Yarussalem, Damaskus.
Zangi berhasil menguasai Suriah selanjutnya Zangi bersiap untuk menghadapi
serbuan tentara Salib dari Eropa yang telah mulai memasuki Palestina. Zangi bersama
saudaranya; Nuruddin menjadi mentor bagi Salahudin kecil yang mulai tumbuh
berkembang dalam lingkungan keluarga ksatria. Dari kecil sudah mulai terlihat karakter
kuat Salahudin yang rendah hati, santu serta penuh belas kasih. Zangi meninggal digantikan
Nuruddin. Paman Salahudin, Shirkuh kemudian ditunjuk untuk menaklukan Mesir yang
saat itu sedang dikuasai dinasti Fatimiyah. Setelah penyerangan kelima kali, tahun 1189
Mesir dapat dikuasai. Shirkuh kemudian meninggal. Selanjutnya Salahudin diangkat oleh
Nuruddin menjadi pengganti Shirkuh.
Salahudin yang masih muda dan dinggap “hijau” ternyata mampu melakukan
mobilisasi dan reorganisasi pasukan dan perekonomian di Mesir, terutama untuk
menghadapi kemungkinan serbuan balatentara Salib. Berkali-kali serangan pasukan Salib
ke Mesir dapat Salahudin patahkan. Akan tetapi keberhasilan Salahudin dalam memimpin
mesir mengakibatkan Nuruddin merasa khawatir tersaingi. Akibatnya hubungan mereka
memburuk. Tahun 1175 Nuruddin mengirimkan pasukan untuk menaklukan Mesir. Tetapi
Nuruddin meninggal saat armadanya sedang dalam perjalanan. Akhirnya penyerangan
dibatalkan. Tampuk kekuasaan diserahkan kepada putranya yang masih sangat muda.
Salahudin berangkat ke Damaskus untuk mengucapkan bela sungkawa.
Kedatangannya banyak disambut dan dielu-elukan. Salahudin yang santun berniat untuk
menyerahkan kekuasaan kepada raja yang baru dan masih belia ini. Pada tahun itu juga raja
muda ini sakit dan meninggal. Posisinya digantikan oleh Salahudin yang diangkat menjadi
pemimpin kekhalifahan Suriah dan Mesir.
Saat Salahudin berkuasa, perang salib sedang berjalan dalam fase kedua dengan
dikuasainya Yerussalem oleh pasukan Salib. Namun pasukan Salib tidak mampu
menaklukan Damaskus dan Kairo. Saat itu terjadi gencatan senjata antara Salahudin dengan
Raja Yerussalem dari pasukan Salib, Guy de Lusignan.
Perang Salib yang disebut-sebut sebagai fase ketiga dipicu oleh penyerangan
pasukan Salib terhadap rombongan peziarah muslim dari Damaskus. Penyerangan ini
dipimpin oleh Reginald de Chattilon penguasa kastil di Kerak yang merupakan bagian dari
Kerajaan Yerussalem. Seluruh rombongan kafilah ini dibantai termasuk saudara
perempuan Salahudin. Insiden ini menghancurkan kesepakatan gencatan senjata antara
Damaskus dan Yerussalem. Maret 1187 setelah bulan suci Ramadhan, Salahudin
menyerukan Jihad Qittal. Pasukan muslimin bergerak menaklukan benteng-benteng
pasukan Salib. Puncak kegemilangan Salahudin terjadi di Perang Hattin.
Perang Hattin terjadi di bulan Juli yang kering. Pasukan muslim dengan jumlah
25000 orang mengepung tentara salib di daerah Hattin yang menyerupai tanduk. Pasukan
muslim terdiri atas 12000 orang pasukan berkuda (kavaleri) sisanya adalah pasukan jalan
kaki (infanteri). Kavaleri pasukan muslim menunggangi kuda yaman yang gesit dengan
pakaian dari katun ringan (kazaghand) untuk meminimalisir panas terik di padang pasir.
Mereka terorganisir dengan baik, berkomunikasi dengan bahasa arab. Pasukan dibagi
menjadi beberapa skuadron kecil dengan menggunakan taktik hit and run.

Pasukan salib terdiri atas tiga bagian. Bagian depan pasukan adalah
pasukan Hospitaler, bagian tengah adalah batalyon kerajaan yang dipimpin Guy de
Lusignan yang juga membawa Salib besar sebagai lambang kerajaan. Bagian belakang
adalah pasukan ordo Knight Templaryang dipimpin Balian dari Ibelin. Bahasa yang mereka
gunakan bercampur antara bahasa Inggris, Perancis dan beberapa bahasa eropa lainnya.
Seperti umumnya tentara Eropa mereka menggunakan baju zirah dari besi yang berat, yang
sebetulnya tidak cocok digunakan di perang padang pasir. Salahudin memanfaatkan celah-
celah ini. Malam harinya pasukan muslimin membakar rumput kering disekeliling pasukan
Salib yang sudah sangat kepanasan dan kehausan. Besok paginya Salahudin membagikan
anak panah tambahan pada pasukan kavalerinya untuk membabat habis kuda tunggangan
musuh. Tanpa kuda dan payah kepanasan, pasukan salib menjadi jauh berkurang
kekuatannya. Saat peperangan berlangsung dengan kondisi suhu yang panas hampir semua
pasukan salib tewas. Raja Yerussalem Guy de Lusignan berhasil ditawan sedangkan
Reginald de Chattilon yang pernah membantai khalifah kaum muslimin langsung
dipancung. Kepada Raja Guy, Salahudin memperlakukan dengan baik dan dibebaskan
dengan tebusan beberapa tahun kemudian.
Dari Hattin, Salahudin bergerak menuju kota-kota Acre, Beirut dan Sidon untuk
dibebaskan. Selanjutnya Salahudin bergerak menuju Yerussalem. Dalam pembebasan kota-
kota ataupun benteng Salahudin selalu mengutamakan jalur diplomasi dan penyerahan
daripada langsung melakukan penyerbuan militer. Pasukan Salahudin mengepung Kota
Yerussalem , pasukan salib di Yerussalem dipimpin oleh Balian dari Obelin. Empat hari
kemudian Salahudin menerima penawaran menyerah dari Balian. Yerussalem diserahkan
ketangan kaum muslimin. Salahuddin menjamin kebebasan dan keamanan kaum Kristen
dan Yahudi. Fragmen ini di abadikan dalam film “Kingdom Of Heaven” besutan sutradara
Ridley Scott. Tanggal 27 Rajab 583 Hijriyah atau bertepatan dengan Isra Mi’raj Rasulullah
SAW, Salahudin memasuki kota Yerussalem.

Ada suatu percakapan dalam film Kingdom Of Heaven yang menarik bagi penulis,
yang kurang lebih seperti ini :
Balian : ”Saya serahkan kunci kota Yerussalem kepada anda, tapi anda harus dapat bisa
menjamin keselamatan kami, orang-orang non-muslim”
Salahudin: ”Saya akan jamin keselamatan anda”
Balian : ” Apa yang dapat menjamin kami bahwa anda akan menepati janji anda ?” (Balian
masih ingat saat-saat Yerussalem jatuh ke tangan pasukan Salib, banyak penduduk sipil
muslim yang dibantai sampai kota Yerussalem sesak oleh mayat, dan Balian khawatir
Salahudin melakukan hal yang sama )
Salahudin : ” (diam sejenak..menatap tajam Balian) Saya akan menepati janji, Insya Allah,
saya adalah Salahudin saya bukan seperti orang-orang anda”.

Di Yerussalem, Salahudin kembali menampilkan kebijakan dan sikap yang adil sebagai
pemimpin yang shalih. Mesjid Al-Aqsa dan Mesjid Umar bin Khattab dibersihkan tetapi
untuk Gereja Makam Suci tetap dibuka serta umat Kristiani diberikan kebebasan untuk
beribadah didalamnya. Salahudin berkata :” Muslim yang baik harus memuliakan tempat
ibadah agama lain”. Sangat kontras dengan yang dilakukan para pasukan Salib di awal
penaklukan kota Yerussalem (awal perang salib), sejarah mencatat kota Yerussalem
digenangi darah dan mayat dari penduduk muslimin yang dibantai. Sikap Salahudin yang
pemaaf dan murah hati disertai ketegasan adalah contoh kebaikan bagi seluruh alam yang
diperintahkan ajaran Islam.
Salahudin Al-Ayubi tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di mesjid kecil
bernama Al-Khanagah di Dolorossa. Ruangan yang dimilikinya luasnya hanya bisa
menampung kurang dari 6 orang.Walaupun sebagai raja besar dan pemenang perang,
Salahudin sangat menjunjung tinggi kesederhanaan dan menjauhi kemewahan serta
korupsi.
Salahudin berhasil mempertahankan Yerussalem dari serangan musuh besarnya
Richard The Lion Heart, Raja Inggris. Richard menyerang dan mengepung Yerussalem
Desember 1191 dan Juli 1192. Namun penyerangan-penyerangannya dapat digagalkan
oleh Salahudin. Kepada musuhnya pun Salahudin berlaku penuh murah hati. Saat Richard
sakit dan terluka, Salahudin menghentikan pertempuran serta mengirimkan hadiah serta
tim pengobatan kepada Richard. Richard pun kembali ke Inggris tanpa berhasil
mengalahkan Salahudin.
Sepanjang sejarah Yerussalem sebagai kota suci bagi tiga agama, sejak ditaklukan
Salahudin, Yerussalem belum pernah jatuh ketangan pihak lain. Baru setelah Perang Dunia
I, Yerussalem jatuh ketangan Inggris yang kemudian diserahkan ke tangan Israel.
Semasa hidupnya Salahudin lebih banyak tinggal di barak militer bersama para
prajuritnya dibandingkan hidup dalam lingkungan istana. Salahudin wafat 4 Maret 1193
di Damaskus. Para pengurus jenazah sempat terkaget-kaget karena ternyata
Salahudin tidak memiliki harta. Ia hanya memiliki selembar kain kafan yang selalu di
bawanya dalam setiap perjalanan dan uang senilai 66 dirham nasirian (mata uang Suriah
waktu itu). Sampai sekarang Salahudin Al-Ayubi tetap dikenang sebagai pahlawan besar
yang penuh sikap murah hati.

8. Al-Malik al-Adil Syaifudin; Komandan Perang Ayyubiyah yang tanpa


Komporomi
Al-Malik al-Adil Syaifudin (1145-1218M) atau yang sering dipanggil Al-Adil I
bernama lengkap Al-Malik al-adil Syaifudin Abu Bakar bin Ayyub. Dari nama
Syaifudin inilah, tentara salib memberi julukan Saphadin. Al-Adil I adalah putra
Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara bungsu dari Shalahuddin al-Ayyubi. Ia
memerintah Dinasti Ayyubiyah sejak 1200 M- kematiannya 1218M.
Setelah kematian Shalahuddin al-Ayyubi, Dinasti Ayyubiyah menghadapi
pemberontakan Izzudin di Mosul. Al-Adillah yang dapat mengatasi pemberontakan ini.
Ia juga menentukan orang yang berhak menjadi khalifah Ayyubiyah ketika terjadi
perselisihan di antar anak Shalahuddin al-Ayyubi, yaitu Al-Azizdan Al-Afdhal, dan ia
memilih Al-Aziz.
Setelah kematian Al-Aziz, Al-Afdhal mencoba mengambil alih jabatan, tapi Al-
Malik al-Adil Syaifudin menganggap ia tidak pantas menjadi khalifah. Akhirnya terjadi
peperangan di antara paman dan keponakan itu dan dimenangkan Al-Malik al-Adil
Syaifuddin, dan akhirnya ia diangkat menjadi Khalifah Ayyubiyah yang berpusat di
Damaskus.
Al-Malik al-Adil Syaifuddin dilahirkan pada Juni 1145M di Damaskus. Pertama
kali menjabat sebagai perwira perang ketika ia dan Shalahuddin al-Ayyubi diajak oleh
pamannya, Syirkuh, untuk mrngabdi pada Nuruddin Zanky dalam perang di Mesir
tahun 1168-1169M.
Saat kematian Nuruddin Mahmud tahun 1174M, Al-Malik al-adil Syaifuddin
mendukung saudaranya, Shalahuddin al-Ayyubi, menjadi pemimpin Mesir, ia menjadi
Sultan Syiria. Disana ia berperang tentara salib sampai 8 tahun,sejak 1175-1183M.
Tahun 1176M, tentara salib menyerang kota Kairo secara brutal. Al-Malik al-
Adil marah besar dan balik menyerang mereka habis-habisan. Perang terjadi selama
berhari-hari dan banyak memakan korban di kedua belak pihak dengan kemenangan di
kubu Al-Malik al-Adil Syaifuddin dan berhasil menawan 3.000 tentara salib yang 3.000
tawanan ini langsung digantung di pohon.
Al-Malik al-Adil Syaifuddin menjabat sebagai Gubernur Aleppo sejak tahun
1183M-1186M. dia memegang jabatan selama 3 tahun sebab harus kembali ke Mesir
untuk memepertahankannya dari serangan pembalasan tentara salib selama Perang
Salib III (1186-1192M).
Al-Malik al-Adil Syaifuddin diangkat oleh Shalahuddin al-Ayyubi menjadi
Gubernur Mesir Utara selama hanya 1tahun (1192-1193M) untuk menekan
pemberontakan Izzudin dari Mosul.
Sepeninggal Al-Aziz dan pasca terjadi pertikaian antara paman dan ponakan ini,
Al-Afdhal berencana membunuh Al-Adil sehingga terjadi pertempuran besar antara
keduanya di Bilbeis 1200M dengan kemenangan di pihak Al-Adil. Setelah itu Al-Adil
memproklamirkan diri sebagai Khalifah Ayyubiyah dengan daerah kekuasaan yang
sangat luas melebihi wilayah Mesir dan Syiria, selama hamper 2 dekade, 1200-1218M.
pada awal pemerintahannya ia mengadakan hubungan dan perdagangan dengan
kerajaan tentara salib serta mengubah nama kota Ahlat menjadi Ahlatshahs
tahun1207M.
Niat baiknya berhubungan dengan tentara salib banyak dikhianati. Awalnya ia
sabar, tapi ada kabara bahwa Gereja Roma menyerukan Perang Salib periode V ia siap
menerima tantangan.
Takdir memang tidak mengizinkannya utnuk perang lagi, setelah
mempersiapkan bala tentaranya, ia jatuh sakit hingga ajal menjemput pada
1218M. kemudian perjuangan dilanjutkan anaknya, Malik al-Kamil.

9. Al-Malik al-Kamil Muhammad Dipuja sekaligus Dicaci


Al-Malik al-Kamil Nasrudin Abu al-Mali Muhammad (1180-1238M). Khalifah
Dinasti Ayyubiyah generasi ketiga yang lahir sebagai keturunan suku Kurdi dengan
daerah kekuasaan di Mesir.
Al-Kamil dipuja sekaligus dicaci oleh umat muslim masa itu. Ia dipuji karena
berhasil mengalahkan tentara salib sebanyak dua kali dan dicaci karena menyerahkan
kembali kota Jerusalem kepada tentara salib.
Usaha pertamanya sebagai khalifah adalah pada tahun 1218M, ketika ia dan
pasukan berusaha “membersihkan” wilayah Mesir dari tentara salib, dan memduduki
kota itu pada tahun berikutnya. Serangan tentara salib ke Mesir berhasil dipatahkan oleh
pasukan Al-Kamil berkat dukungan penting dari Republik aritim Italia.
Kekusaan itu tidak berlangsung lama, sebab Al-Kamil segera dating untuk
membebaskan tanah Mesir. Hal ini ditandai dengan peperangan panjang berkisar 2
tahun (129-1221M) yang dimenangkan kaum muslim.
Tahun 1912, Al-Kamil hamper kehilangan tahtanya karena konspirasi yang
dilakukan oleh kaum Kristen Koptik. Setelah mempertimbangkanya dengan matang ia
memilih meninggalkan Mesir ke Yaman. Akhirnya konspirasi kaum Kristen Koptik
berhasil dipadamkan oleh saudaranya Al-Mu’azzam, dan Al-Kamil kembali
mendapatkan tahtanya.
Sikap Al-Kamil lebih terbuka dengan tentara salib daripada pendahulunya yang
menyebabkan marah para saudara, pemimpin kaum muslimin serta rakyat Mesir. Tapi
watak Al-Kamil keras tidak dapat dibengkokkan oleh apapun.
Al-Kamil banyak membuat tawaran damai dan semuanya ditolak pemimpin
tentara salib atas doktrin dari wakil kepausan Eropa. Berkali-kali ia menawarkan untuk
mengembalikan Jerusalem ke tangan tentara salib dan membangun kembali dindingnya
(yang dirobohkan kembali oleh adiknya).
Dalam pemerintahannya, Al-Kamil menandatangani beberapa perjanjian
dagang dengan Negara Eropa dan membangun kemitraan erat dengan kaum Kristen.
Usaha ini dilakukan untuk menjadikan fondasi ekonomi Dinasti Ayyubiyah kuat dan
tidak mudah rapuh. Ia mengembanakan irigasi, pertanian, dan pendidikan di ranah
Mesir. Bahkan ia beniat untuk mempelajari agama Kristin(meskipun ditentang oleh
penguasa muslim), sehingga Gereja Koptik mengakuinya sebagai raja yang paling
murah hati sepanjang sejarah Dinasti Ayyubiyah.
Setelah kenaikan tahtanya, St. Francis berdiskusi masalah keagamaanya dan
keputusan membuatnya terkooptasi. Beberapa kali ia mengajak untuk merubah sistem
kesultanan dengan sistem pemerintahan modern yang diajarkan oleh St. Francis yang
ditujukan untuk memeudahkan merongrong kekuasaanIslam pastinya. Namun tidak
berhasil.
Awal 1219M, rakyat mesir mengalami kelaparan saat Nil gagal banjir. Tahun
1221 M, ia menawarkan perjanjian damai yg kembali ditolak. Tentara salib menyerang
Mesir lagi, tetapi sudah diantisipasi Al-Kamil sehingga kemenangan di tangan muslim
dan tentara salib menyerah. Dan menerima perjanjian gencatan senjata selama 8 tahun
dan berakhirlah perang salib V.

10. Al-Malik al-Zhahir Baybar; Penangkis Ancaman Salib dab Mongol


Baybar adalah Khalifah Dinasti Mamluk di Mesir generasi ke-4. Berhasil
mengakhiri perang salib di Syiria serta menyatukan Mesir dan Syiria menjadi satu
Negara kuat. Baybar dikenal sebagai orang yang garang di medan perang yang juga
lihai berdiplomasi. Ia lahir di Crimea Kipchak Turki tahun 1260M. Menurut
pengakuannya ia pernah dijual sebagai budak di Syiria dan dibeli pangeran Turki. Tapi
karena ada katarak dia dijual ke seorang perwira Mamluk lalu dikirim ke Mesir untuk
menjadi pengawal Dinasti Ayyubiyah, yakni As-Shalih. Tahun 1250 M, diangkat
sebagai komandan angkatan perang

2.5.2 Tokoh Terkenal dari Pihak Kristen


1. Paus Urbanus II; Penyulut Terjadinya Perang Salib I
Paus Urbanus II atau Urbanus II adalah Paus yang kuat sekaligus politikus
yang peka menghadapi keadaan yang menguntungkan. Namun, bukan karena itu semua
yang mebuat namanya begitu besar dan dikenang hingga kini, tetapi lantaran peristiwa
yang terjadi pada 27 November 1095. Saat itu ia meprakarsai dan menggerakkan suatu
persidangan dewan gereja yang besar di prancis.
Dalam waktu hanya berselang beberapa bulan setelah pidato urbanus II,
perang Salib I pun terjadi. Perang tersebut diikuti dengan serangkaian perang perang
suci lanjutan yang lama hingga 200 tahun lamanya.
Dalam pidato tersebut, Urbanus II menyatakan bahwa siapa saja (kaum
Kristen) yang berangkat ke Jerusalem demi menyelamatkan “kuburan Tuhan Yesus”,
ia akan mendapatkan penebusan dosa dan masuk surga, dengan gagasan tersebut
banyak yang menggap sebagai gagasan pertama yang menimbulkan perang salib yang
terjadi sepanjang abad. Yel – yel yang di populerkan oleh Urbanus II, yang akhirnya
menjadi selogan perang salib ialah “ dues lo volt” (perang kehendak tuhan).
Karna didorong dengan semangat perang beratus – ratus bahkan beribu – ribu
orang umat Kristen dari seluruh plosok negeri Eropa berduyun – dyuyun datang ke
Vatikan, Roma, untuk meminta restu Paus sekaligus mengikuti prosesi pengambilan
sumpah dan pemberangkatan.

2. Petrus Hermit; Penyebabar Isu dan Penyulut Api Salib


Petris hermit ( yang meninggal dunia pada 8 Juli 1131 M) adalah seorang
imam Kristen dari Amies, yang termasuk dalah satu tokoh penting dalam sejarah perang
Salib I. sejarah pribadi dan keluarganya tidak banyak diketahui orang.
Adapun yang diketahui bahwa jauh sebelum perang salib terjadi, yakni
sebelum tahun 1096 M, ia dan jemaatnya mencoba berziarah ke Jerusalem. Tetapi,
pengakuan kepada Urbanus II, ia dicegah oleh tentara muslis Seljuk sebelum sampai ke
Jerusalem, serta banyak jemaatnya yang dibunuh dan disiksa .
Pengakuan yang belum tentu dan belum teruji kebenarannya inilah yang
membangkitkan kemarahan umat Kristen Eropa terhadap umat muslim Timur, terutama
khalifah Seljuk.
Perlu diketahui bahwa Perang Salib yang sesungguhnya (antara tentara islam
– Kristen) tidak terjadi serta – merta. Perang elite itu diawali oleh perang sipil, yakni
perang antara tentara Perang Salib rakyat yang dipimpin oleh Petrus Hermit dengan
orang – orang sipil turki.
Petrus Hermit pula yang disebut sebagai penggerak pertama terjadinya Perang
Salib rakyat. Kelak, tentara yang dibawanya untuk menghadapi muslim Seljuk adalah
rakyat jelata yang terdiri atas para budak, orang miskin, penjahat, dan pencuri.

2. Bohemond I; The New Buamundus Gigas


Bohemond I lahir pada tahun 1058 M di San Marco Gentano, Calabria,
Normandia. Ia adalah putra dari keluarga bangsawan Normandia. Ayahnya bernama
Norman Robet Guiscard, Raja Apulia dan Calabria, sedangkan ibunya ialah Alberada
dari Buonalbergo.
Bohemond I (1058-1111 M) adalah pangeran Taranto dan Raja Antiokhia. Ia
merupakan pemimpin Perang Salib I. Pada Perang Salib itu, kaum Frank (sebutan bagi
tentara salib Kristen) belum memiliki pemimpin militer secara langsung, dan hanya
tentara nonprofessional yang diisi oleh berbagai elemen masyarakat eropa yang
menjadi relawan perang atas provokasi dari pihak gereja, terutama oleh pemimpinnya,
Urbanus II.
Bohenmond I mendampingi ayahnya dalam serangan besar ke kekaisaran
Byzantium pada rentang waktu 1085 M, serta memerintahkan tentara normandia
selama absennya Guiscard dalam perang karena adanya sebuah urusan kerajaan selama
2 tahun.
Ketika bohemond I memerintah Antiokhia, tentara salib lainnya pindah ke
selatan hingga direbutnya Jerusalem oleh pihak salib dari Dinasti Seljuk. Ini prestasi
terbesar kedua bagi bohemand I dalam Perang Salib.

3. Alexius I Comnenus; Si Licik dari Byzantium


Alexius I (1056-1118 M) adalah kaisar Byzantium periode 1081 – 1118 M.
Pengangkatan sebagai kaisar ditandai oleh gempuran dua kerajaan besar, yakni dinasti
Seljuk turki di Asia kecil dan Normandia di Balkan barat. Tetapi ia dapat bertahan
menghadapi dua tekanan tersebut.
Alexius I merupakan salah satu tokoh utama pemicu pecahnya Perang Salib,
yakni ketika sudah tidak punya cara lagi untuk menghadapi rongrongan tentara Seljuk,
ia pergi ke kepausan barat dan menghasut meraka.
Pada tahun 1094 M, muncul lagi serangan terhadap Byzantium. Kali ini dari
Cumans, yang menyerang kekaisaran di Balkan, tetapi serangan itupun dapat di
gagalkan oleh Alexius I.
Tentara salib mendirikan kerajaan Antiokhia dengan rajanya Bohenmond I.
lantaran marah karena itu, Alexsius I langsung menyerang Antiokhia. Tentara
Bohemond I kalah dalam peperangan ini.

4. Robert II of Flander; Komandan Pusat Tentara Salib Pertama


Robert II (1054 – 1111 M) memimpin Flander (suatu wilayah di kerajaan
Perancis kuno) sejak tahun 1093 M hingga kematiannya. Ia dikenal sebagai Robert
Jerusalem atau Robert Crusader setelah menjadi salah satu tokoh Kristen yang
memimpin perang salib I.
Robert II disambut oleh Kaisar Byzantium, Alexius. Tetapi sangat
disayangkan bahwa Alexius I menuntut mereka mengambil janji bahwa setiap jajahan
kelak diberikan kepada Byzantium.
Setelah itu Robert II keluar dari kota Jerusalem untuk menghadapi tentara
Fatimiyah dibawah pimpinan Shahanshah Al-Afdal yang datang untuk merebut
kembali Jerusalem.

6. Godfrey de Bouillon; Raja Pertama Negara Salib Jerusalem


Godfrey de Bouillon adalah putra kedua Pangeran Boulgne Eustace I dan Putri
Ida of Lorraine, yang lahir pada tahun 1060 M di Boulgne sur Mer. Sebagai anak kedua,
ia harus mengalah pada kakaknya, Eustace, untuk warisan harta dan kekuasaan di
Bouillon. Namun pamannya, Godfrey the Hunchback, yang meninggal dunia tanpa
anak, lalu mewariskan harta dan kekuasaannya kepadanya. Lorraine Lower sebuah
kerajaan kecil. Pada tahun 1095 M, Urbanus II menyerukan perang salib untuk
membebaskan Jerusalem dari tentara muslim Seljuk, serta membantu kekaisaran
Bynzantium yang dibombardir tentara Seljuk. Tanpa pikir panjang, Godfrey menjual
sebagian besar tanah kekuasaanya kepada Uskup de Liege dan Uskup Verdun. Karena
umurnya lebih tua, Raymond dipilih menjadi pemimpin dari beberapa barisan tentara
Perang Salib I. Sementara itu, Godfrey beserta dua saudaranya menjadi rombongan
tersendiri dari sejumlah rombongan memilih jalur yang berbeda-beda dan terpisah
hingga sampai di Jerusalem. Rombongsn Godfrey berangkat pada Agustusb1096 M
dengan 40.000 pasukan. Mereka tiba di Konstantinopel dan diterima baik oleh Kaisar
Alexius I. Tentara salib dan Alexius I Comneus memiliki
tujuan berbeda. Alexius menginginkan untuk merebut kembali wilayah yang telah
diambil dinasti Seljuk, sedangkan tentara salib membebaskan Jerussalem dari kaum
muslimin dan mengembalikan kekuasaan kristen di sana. Kemenangan besar pertama
mereka dengan dibantu Byzantium berhasil menaklukkan kota Nicea, dekat wilayah
yang dikuasai dinasti Seljuk. Godfrey memainkan peranan penting dalam pertempuran
hingga akhirnya Jerusalem dapat direbut tentara salib tahun 1099. Setelah lemengan
ini, tentara salib membagi tugas, Uskup le Puy tewas di Antiokhia, Bohemond I dan
Baldwin memutuskan tinggal di sana. Sebagian prajurit kembali ke selatan Jerussalem,
sedangkan Raymond de Toulouse tentara paling kuat ke Tancred dan Godfrey
bergabung bersamanya. Tentara salib dihadang tentara Seljuk ketika berada di selatan
Palestina. Agustus 1098 M, terdengar kabar bahwa tentara Fatimiyah telah mengambil
Jerusalem dari kaum Frank Kristen. Namun, Godfrey dapat merebut kembali
Jerusalem. Tentara salib tiba di kota pada Juni 1099 M, Godfrey dan beberapa ksatria
adalah pihak yang pertama kali menduduki benteng dan memasuki kota Jerusalem.
Setelah kemenangan besar itu, seluruh elemen kaum Frank sepakat untuk membentuk
suatu kerajaan Jerusalem agar kota suci itu dapat dijaga dengan baik. Maka, 22 Juli
dewan dibentuk di gereja Makam Suci dan yang ditunjuk sebagai Raja ialah Raymod
de Toulouse, namun ia menolak. Akhirnya posisi itu jatuh pada Godfrey yang
sebelumnya mengajukan syarat untuk menerima posisi
itu.
Godfrey juga harus menghadapi pihak oposisi Dagobert Pisa, Patriark
Jerusalem yang bersekutu dengan Tancred of Betlehem. Karena ketidakfokusannya,
Ascalon tidak bisa ditaklukkan dan tetap menjadi otoritas Dinasti Fatimiyah. Hingga
tahun 1100 M, Godfrey tidak dapat memperluas wilayah kekuasaannya, hanya sedikit
wilayah saja. Ia meninggal dunia tahun 1100 M ada banyak pendapat mengenai
kematiannya ini, meskipun demikian semua sejarawan sepakat bahwa ia meninggal
karena sakit berkepanjangan.

7. Guy de Lusignan; si Bijak yang paling dihujat


Setelah tiba ditanah suci tahun 1170 M, Guy de Lusignan berupaya mencegah
insiden politik di kerajaan salib Jerusalem yang kala itu dipimpin oleh Baldwin IV.
Dalam beberapa tahun, Baldwin sakit parah dan terus memburuk. Gut de Lusignan pun
diangkat menjadi gubernur Jerusalem dan dianugerahi mahkota oleh putri Jerusalem
tahun 1186 M. Pertempurannya dengan Shalahudin al-Ayyubi, akhirnya ia ditangkap
dan Jerusalem jatuh di tangan Sshalahudin al –Ayyubi. Setelah satu tahun di penjara
Damaskus, ia dibebaskan oleh Shalahudin al-Ayyubi, tetapi ia menolak masuk ke Tirus,
salah satu benteng terakhir tentara salib oleh Condrad of
Montferrat.
Guy de Lusigan berada dibarisan Conrad sebagai Raja Jerusalem sedangkan
Richard lebih mendukung Guy dibanding Conrad. Conrad dibunuh oleh Hashshashin
diduga karena keterlibatan Richard dan Guy. Guy diberikan kompesansi atas
pencabutan mahkotanya oleh Conrad dulu, dengan diberi kekuasaan di Siprus pada
tahun 1192 M. Pada tahun 1174 M, keberhasilan Guy di Jerusalem tidak dapat
dipisahkan denagn dukungan sosial dan politik raja Jerusalem, Baldwin IV. Ketika
Baldwin IV menyerah pada penyakitnya tahun 1185 M, Baldwin V diangkat menjadi
raja sayangnya, ia sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia 1 tahun kemudian pada
1186 M. Akhirnya Guy de Lusignan dinobatkan sebagai Raja Jerusalem walaupun ada
konflik dari oposisi.
Tahun 1187 M, Guy de Lusignan mencoba mengepung Shalahudin al-Ayyubi
di Tiberias, namun ia malah dikepung dan kekurangan air. Akibatnya, Guy de Lsignan,
Godfrey, Raynald dan Humphrey ditahan oleh Shalahudin al-Ayyubi. Guy de Lusignan
dipenjarakan di Dmaskus. Sybilla menulis surat kepada Shalahudin al-Ayyubi agar
suaminya dibebaskan. Shalahudin pun membebaskan Guy tahun 1188 M, kemudian
diizinkan kembali pada istrinya. Guy dan Sybilla mencari perlindungan di Tirus. Tetapi
conrad menolak mereka, akhirnya mereka berkemah di luar tembok kota selama
berbulan-bulan. Sybilla akhirnya meninggal karena penyakit epidemi pada musim
panas tahun 1190 M bersama anak bungsu perempuan mereka. Kmatian istrinya
berakibat buruk pada Guy. Banyaknya pemberontakkan sehingga Guy kehilangan
otoritas sebagai raja Jerusalem.
Guy de Lusignan meninggal pada tahun 1194 M, dimakamkan di Gereja
Templar di Nicosia. Ditimur, Guy dikenal sebagai raja bijaksan yang cinta damai, di
barat, ia dihujat karena telah menyerahkan Jerusalem ke tangan Muslim. Sehingga ia
diibaratkan tokoh lemah, pengecut dan penakut.

8. Baldwin IV; Raja bertopeng yang paling angkuh


Adiknya adalah Ratu Sybilla of Jerusalem sedangkan keponakannya ialah
Baldwin V, Raja Jerusalem yang kelak menggantikannya. Baldwin IV menghabiskan
masa mudanya di kerajaan ayahnya (Jerusalem) dan meiliki sedikit kontak dengan
ibunya. Baldwin IV didik oleh sejarawan bernama William of Tirus, seseorang yang
kemudian menjadi Uskup Agung Tirus. William menemukan penyakit pada Baldwin
IV. Setelah beberapa tahun, nyatalah penyakit itu adalah kusta dan lepra. Baldwin IV
harus memakai topeng untuk menutupi wajahnya dan baju kebesarannya menutup
seluruh tubunhya.
Ayahnya meninggal pada 1174 M sehingga ia dimahkotai sebagai raja pada usia
13 tahun sebagai penderita kusta, Baldwin IV tidak diharapkan untuk memerintah,
maka diharapkan kakaknya, Putri Sybilla dan adiknya, Putri Isabella, mengambil
posisinya. Posisi Raymond III sebagai raja sementara berhenti pada ulang tahun
penobatan Baldwin IV sebagai raja muda. Baldwin IV langsung mempersiapkan
pasukan ke Damaskus dan menyerang benteng di sekitar lembah Beqaa, tanpa
meratifikasi perjanjian antara Raymond III dengan Shalahudin. Baldwin IV
merencanakan serangan terhadap basis kekuatan Shalahudin al-Ayyubi di Mesir. Pada
bulan Novembar, Baldwin IV dan Raynald of Chatillon mengalahkan Shalahudin al-
Ayyubi dengan bantuan Ksatria Tempalar pada pertempuran terkenal di
Montgisard.
Setelah Shalahudin membalas serangan dalam pertempuran Belvoir Castle
tahun 1182 M, mata Baldwin IV buta dan tidak bisa berjalan, diangkatlah Guy sebagai
gantinya, namun Baldwin IV tidak senang dengan tindakan Guy sebagai pemimpin.
Ekspedisi militer tentara salib hari demi hari terus melemah akibat buruknya kondisi
Baldwin IV sekaligus melemahnya Baldwin V dan Raymond dalam mengendalikan
kerajaan Jerusalem. Baldwin IV meninggal pada 1185 M, beberapa bulan setelah
kematian ibunya di Acre. Meskipun seringkali menderita kusta, Balwin mampu
mempertahankan dirinya sebagai raja lebih lama daripada yang
diharapkan.

9. Richard the Lion Heart; Panglima terbesar Pasukan salib


Richard lahir pada 8 September 1157 M di Beaumont Palace, sebagai anak dari
Raja Henry II of England dan Matilda. Pada tahun 1169 M, Raja Henry II membagi
wilayah kerajaan untuk ketiga putranya. Henry III akan menjadi Raja Inggris dan
memiliki kendali atas Anjou, Maine, dan Normandia. Godfrey atas Brittany dan
Richard atas Aquitaine dan Poitiers. Sejak tahun 1180 M hingga 1183 M, terjadi
ketegangan antara Henry II dan Richard. Pasalnya, Richard disuruh hormat pada Henry
III sebagai raja muda akhirnya pada tahun 1183 M, ayahnya menginvasi aquitane
terhadap Henry III dan Godfrey namun, Richard dan pasukannnya mampu menahan
serangan mereka, konflik berhenti ketika pada juni 1183 M, Henry III meninggal. Pada
6 Juli 1189 M, Henry II meninggal dunia dan Richard pun ditasbihkan sebagai Raja
Inggris pada 20 Juli 1189 M.
Usaha Richard yang pertama ialah membasmi pemeluk Yahudi Inggris atau
memaksa mereka dibaptis sebagai pemeluk Kristen. Setelah berhasil mengusir orang
Yahudi dari daratan Inggris, Richard berkonsentrasi pada perang salib. Richard mulai
membuat tentara salib baru yang ia himpun di tanah Eropa, ia rela menghabiskan
warisan ayahnya, menjual tanah jajahan dan membebaskan para tawanan untuk ikut
perang bersamanya. Akhirnya, Richar berhasil membentuk tentara salib yang tediri atas
4000 tentara bersnjata, 4000 tentara pejalan kaki dan sekitar 100 armada kapal. Tahun
1190 M, Richard dan Philip II bersama angkatan perangnya berangkat menuju
Jerusalem.
Pada oktober, bangsa Messina memberontak dan menuntut pasukan Richard-
Philip pergi. Maka Messina diserang dan ditaklukan oleh Richard pada 4 oktober 1190
M. Pada april 1191 M, Richard dengan armada perangnya meninggalkan Messina untuk
meneruskan perjalanannya. Pada 1 Juni Richard berhasil menaklukan seluruh pulau
Siprus, Siprus menjadi benteng besar bagi umat kristen hingga pertempuran Lepanto
tabun 1971 M. Ia juga menyerang acre pada 8 Juni 1191 M mengetahui berita ini,
Shalahudin al-Ayyubi marah dan mengerahkan pasukannya sehingga perang besar
terjadi di Acre dimenangkan oleh Richard. 7 September 1911 M terjadi pernga lagi
dengan Shalahudin si Arsuf. Peperangan dimenangkan oleh Richard sehingga Ascalon
dikuasainya.
Condrad of Montferrrat yang hendak ditasbihkan sebagai Raja Jerusalem
meninggal dunia ditangan Hashshashin pada 28 April 1192 M, sehingga Jerusalem
diambil alih oleh tentara muslim. Richard membuat perjanjian damai dengan
Shalahudain al-Ayyubi, namun Shalahudin menolak dan bergerak merobohkan benteng
Ascalon. Richard menyerang Mesir, namun gagal akhirnya ia meminta perjanjian
damai kepada Shalahudin al-Ayyubi dengan ketentuan harus menyerahkan Ascalon.
Perjanjiannya adalah gencatan senjata 3 tahun dan meminta akses kehadiran umat
kristen ke Jerusalem guna beribadah.

9. Frederick II
Frederik lahir di Jesi dekat Ancons, Italia. Ia anak dari Kaisar Henry VI dan
Putri Constance. Ayahnya meninggal, lalu ia dinobatkan sebagai kaisar ibunyalah yang
menggantikan posisi suaminya sebagai Ratu Sisilia. Frederick II adalah panglima
perang tentara salib pada Perang Salib VI ia merupakan pelindung ilmu pengetahuan
dan seni, selain berperang ke Jerusalem, diam-diam ia berusaha mentransfer ilmu
pengetahuan muslimin ke Eropa. Pada periode perang salib ia hanya mengirimkan
pasukan ke Mesir dibawah komando Lois I, Raja Bavaria. Ia terus menunda
keberangkatannya ke Jerusalem. Karena desakan, akhirnya Frederick II memulai
ekspedisi Perang Salib tahun 1228 M. Ia mengambil jalur tanpa pertumpahan darah
diantara kedua belah pihak dan mengambil negosiasi. Ini merupakan strateginya untuk
mendapatkan kembali kerajaan Jerussalem. Buktinya, pada 18 Maret 1229 M,
Frederick II mengambil alih Jerusalem tanpa pertumpahan darah dan Frederick II pun
menobatkan diri sebagai raja Jerusalem yang baru.
Namun ada kendala dalam penobatnya sebagai raja oleh Paus. Akhirnya
Frederick II menyerang Vatikan Roma dan memporak-porandakan wilayah kepausan,
pihak kepausan pun menyerang balik Frederick II. Sitasi ini berlanjut hingga 1243 M.
Frederick II meninggal dunia oleh penyakitnya pada 13 Desember 1250 M di Castil
Fiorentino Puglia. Frederick II bersikap keras terhadap kaum kristen sementara ia
sangat mendukung dunia sosial muslimin. Kenyelenehannya inilah yang membuat
Frederick II dikenang oleh kaum muslimin, dikutuk oleh kaum kristen.

10. Paus Innocent III; pendendam dan pengucil dari Roma


Innocent III disebut sebagai salah satu paus yang paling kuat dan berpegaruh
dalam sjarah kepausan karena mempunyai kekuasaan kontrol yag kuat terhadap negara
kristen di Eropa. Salah satu kebijakan Innocent III ialah menyerukan kepada tentara
kristen untuk memulai pernag salib IV mempergunakan kekuasaanya yang laur biasa
untuk mengendaliakan dan memanggil tentara bangsa-bangsa Eropa kristen seperti
kaum Frank dan Inggris.
Innocent III memutuskan untuk tidak hanya merebut kota Jeruslae, tetapi juga
Syria, Israel, Yordania, dan Palestina dari kekuasaan kaum muslim. Hal ini merupaka
reaksi atas kemengangan tentara muslim dibawah pimpinan Shalahudin al-Ayyubi.
Raja, feodal dan bangsawan yang tidakmau tunduk kepadanya dibunuh diam-diam atau
dengan penuh konsfiratif dikucilkan. Juga pepernagan internal antara akum kristen
Eropa dan kaum Konstantinopel yang memang merupakan musuh bebuyutan antara
gereja barat dan timur.
Setelah berangkat ke Jerusalem, tentara Perang Salib itu langsung menyerang
pemimpin Venesia, Zadar pada tahun 1202 M, agar mereka dapat mempergunakan
armada lautnya menuju Konstantinopel. Tentara salib juga menyerang Konstantinopel
serta mengambil perlangkapan armada kapal, senjata dan angkatan perang
Konstantinopel. Innocent III merasa sedih apalagi mendengar berita penyerangan
terhadap Byzantium. 15 November 1215 M, Innocent III membuka pertemuan Dewan
Lateran IV, pertemuan tersebut menghasilakn 70 kebijakan antara lain mendorong
rakyat untuk mendirikan lembaga pendidikan dan menetapkan kedudukan rohaniawan
lebih tinggi dari kaum awam. Tahun 1217 M, tentara salib yang baru sudah terbenuk
dengan mapan , namun Innocent III tiba-tiba meninggal dunia pada 16 Juli 1216 M di
Perugia.
11. Edward I; si Alim dari Inggris, penyulut perang salib jild terakhir
Tahun 1265 M, Edward I berperang melawan Simont de Montfort yang
memberontak terhadap kerajaan Inggris. Edward I mengalahkannya 2 tahun kemudian.
Ketika Inggris menjadi tenang, Edward I ikut ekspedisi Perang Salib ke Jerusalem.
Dalam perjalanannya, tahun 1272 ayahnya meninggal dunia lalu ia pulang ke Inggris
dan 19 Agustus 1274 M, ia dimahkotai sebagai raja Inggris. Edward I mengadakan
ekspedisi ke Jerusalem untuk menunaikan niatnya dalam sebuah upacara sakral pada
24 Juni 1268 M, dengan saudaranya, Edmund dan sepupunya, Henry
Almain.
Dalam hal ini, mereka menyulut Perang Salib IX. Selain mereka, terlibat pula
Earl of Gloucester, bekas musuh Edward I. Halangan terbesar adalah persoalan dana,
Raja Perancis membantu namun tidak juga cukup, Edward menunggu hasil pajak
rakyatnya. Tentara salib dimaksudkan membantu meringankan kubu kristen yang
terkepung di Acre, tapi raja Louis IX mengalihkan ke Tunisia. Namun rencana itu
gagal, sebagian demi meyerang nyawa Loius IX. Kematian Louis IX memaksa Charles
meninggalkan Sisilia ke Perancis untuk dinaikkan tahta sebagia raja
Perancis.
Semenjak tahun 1244 M sampai saat itu, kerajaan tersebut masih dikuasai oleh
kaum muslim. Adapun pusat kekuatan kerajaan kristen pindah ke Acre. Tentara muslim
Mamluk yang dipimpin oleh Baybar setalah menaklukkan Jerusalaem kemudian
mengancam Acre. Meskipun pasukan Edward I banyak di banding tentara Baybar,
namun mengalahkannya adalah peluang kecil. Akhirnya Edward I meminta bantuan
Mongol, sayangnya baik serangan Mongol ke Aleppo maupun Edward ke Qaqun,
kembali gagal. 24 September meninggalkan Acre menuju Sisilia, ia mendapat kabar
bahwa ayahnya meninggal dunia. Ia sangat terpukul dan sedih. Edward I dinobatkan
sebagai raja Inggris menggantikan posisi ayahnya.
Di Inggris, Edward I dihadapkan pada sejumlah kegentingan internal kerajaan
Inggris mengenai banyak hal, terutama revolusi administrasi dan hukum, sehingga
konsentrasinya terhadap tentara salib sedikit tersita. Keterkenalan Edward I sebagai
salah satu tokoh perrang salib yang dikenang bukanlah karena prestasi dalam
menaklukan banyak wilayah kekuasaan tentara muslim, tetapi ia tokoh yang menyulut
terjadinya perang salib IX setelah vakum selama beberapa tahun.

12. Vlad Dracula III; Ksatria paling ‘haus darah’


Nama aslinya Vlad Tepes (dibaca Tse-
pesh). Dia lahir sekitar bulan Desember 1431 M di
Benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania.
Ayahnya bernama Basarab (Vlad II), yang terkenal
dengan sebutan Vlad Dracul, karena
keanggotaannya dalam Orde Naga. Dalam bahasa
Rumania, “Dracul” berarti naga. Sedangkan
akhiran “ulea” artinya “anak dari”. Dari gabungan
kedua kata itu, Vlad Tepes dipanggil dengan nama
Vlad Draculea ( dalam bahasa Inggris dibaca
Dracula), yang berarti anak dari sang naga.

Ayah Dracula adalah seorang panglima militer yang lebih sering berada di medan
perang ketimbang di rumah. Praktis Dracula hanya mengenal sosok sang Ibu, Cneajna,
seorang bangsawan dari kerajaan Moldavia. Sang ibu memang memberikan kasih
sayang dan pendidikan bagi Dracula. Namun itu tidak mencukupi untuk menghadapi
situasi mencekam di Wallachia saat itu. Pembantaian sudah menjadi tontonan harian.
Seorang raja yang semalam masih berkuasa, di pagi hari kepalanya sudah diarak
keliling kota oleh para pemberontak.

Pada usia 11 tahun, Dracula bersama adiknya, Radu, dikirim ke Turki. Hal ini
dilakukan sang Ayah sebagai jaminan kesetiaannya kepada kerajaan Turki Ustmani
yang telah membantunya merebut tahta Wallachia dari tangan Janos Hunyadi. Selama
di Turki, kakak beradik ini memeluk agama Islam, bahkan mereka juga sekolah di
madrasah untuk belajar ilmu agama. Tak seperti adiknya yang tekun belajar, Dracula
justru sering mencuri waktu untuk melihat eksekusi hukuman mati di alun-alun. Begitu
senangnya dia melihat kepala-kepala tanpa badan dipancang di ujung tombak. Sampai-
sampai sehari saja tidak ada hukuman mati, maka dia segera menangkap burung atau
tikus, kemudian menyiksanya dengan tombak kecil sampai mati.

Dengan status muslimnya, Dracula mempunyai kesempatan belajar kemiliteran


pada para prajurit Turki yang terkenal andal dalam berperang. Dalam waktu singkat dia
bisa menguasai seni berperang Turki, bahkan melebihi prajurit Turki lainnya. Hal ini
menarik perhatian Sultan Muhammad II ( di Eropa disebut Sultan Mehmed II). Hingga
pada tahun 1448 M, menyusul kematian Ayah dan kakaknya, Mircea, yang dibunuh
dalam kudeta yang diorganisir Janos Hunyadi, Kerajaan Turki mengirim Dracula untuk
merebut Wallachia dari tangan salib Kerajaan Honggaria. Saat itu Dracula berusia 17
tahun.

Dengan bantuan Turki Dracula dapat merebut tahta Wallachia. Setelah itu,
sebagian besar pasukan kembali ke Turki dengan menyisakan sebagian kecil di
Wallachia. Tanpa pernah diduga, Dracula murtad dan berkhianat. Dia menyatakan
memisahkan diri dari Ke Khilafahan Turki. Para prajurit Turki yang tersisa di Wallachia
ditangkapi. Setelah beberapa hari disekap di ruang bawah tanah, mereka diarak
telanjang bulat menuju tempat eksekusi di pinggir kota. Di tempat ini seluruh sisa
prajurit Turki dieksekusi dengan cara disula. Yakni dengan ditusuk duburnya dengan
balok runcing sebesar lengan, kemudian dipancangkan di tengah lapangan.

Dua bulan kemudian Janos Hunyadi berhasil merebut tahta Wallachia dari
tangan Dracula. Namun pada tahun 1456 hingga 1462 Dracula kembali berkuasa di
Wallachia. Masa pemerintahannya kali ini adalah masa-masa teror yang sangat
mengerikan. Yang menjadi korban aksi sadisnya bukan hanya umat Islam yang tinggal
di Wallachia, tapi juga para tuan tanah dan rakyat Wallachia yang beragama Khatolik.

Di hari Paskah tahun 1459, Dracula mengumpulkan para bangsawan dan tuan
tanah beserta keluarganya di sebuah gereja dalam sebuah jamuan makan. Setelah
semuanya selesai makan, dia memerintahkan semua orang yang ada ditempat itu
ditangkap. Para bangsawan yang terlibat pembunuhan ayah dan kakaknya dibunuh
dengan cara disula. Sedang lainnya dijadikan budak pembangunan benteng untuk
kepentingan darurat di kota Poenari, di tepi sungai Agres. Sejarawan Yunani,
Chalcondyles, memperkirakan jumlah semua tahanan mencapai 300 kepala keluarga.
Terdiri dari laki-laki dan perempuan, orang tua, bahkan anak-anak.

Aksi Dracula terhadap umat Islam di Wallachia jauh lebih sadis lagi. Selama
masa kekuasaannya, tak kurang dari 300 ribu umat Islam dibantainya. Berikut sejumlah
peristiwa yang digunakan Dracula sebagai ajang pembantaian umat Islam:
Pembataian terhadap prajurit Turki di ibu kota Wallachia, Tirgoviste. Ini terjadi pada
awal kedatangannya di sana, setelah mengumumkan perlawanannya terhadap Khilafah
utsmaniyah.
Pada 1456, Dracula membakar hidup-hidup 400 pemuda Turki yang sedang
menimba ilmu pengetahuan di Wallachia. Mereka ditangkapi dan ditelanjangi, lalu
diarak keliling kota yang akhirnya masukkan ke dalam sebuah aula. Aula tersebut lalu
dibakar dengan ratusan pemuda Turki di dalamnya.

Aksi brutal lainnya, adalah pembakaran para petani dan fakir miskin Muslim
Wallachia pada acara penobatan kekuasaannya. Para petani dan fakir miskin ini
dikumpulkan dalam jamuan makan malam di salah satu ruangan istana. Tanpa sadar
mereka dikunci dari luar, kemudian ruangan itu dibakar.

Dendam Dracula terhadap Turki dan Islam semakin menjadi. Untuk menyambut
hari peringatan St. Bartholome, 1459, dia memerintahkan pasukannya untuk
menangkapi para pedagang Turki yang ada di Wallachia. Dalam waktu sebulan
terkumpullah 30 ribu pedagang Turki beserta keluarganya. Para pedagang yang ditawan
ditelanjangi lalu digiring menuju lapangan penyulaan. Lalu mereka disula satu persatu.

Aksi kejam lainnya adalah dengan menyebar virus penyakit mematikan ke


wilayah-wilayah yang didiami kaum Muslimin. Dia juga memerintahkan pasukannya
meracuni Sungai Danube. Ini adalah taktik Dracula untuk membunuh pasukan Khilafah
utsmaniyah yang membangun kubu pertahanan di selatan Sungai Danube.

Pada 1462 M, Khalifah utsmani, Muhammad II mengirim 60 ribu pasukan


untuk menangkap Dracula hidup atau mati. Pemimpin pasukan adalah Radu, adik
kandung Dracula. Mengetahui rencana serangan ini, Dracula menyiapkan aksi
terkejamnya untuk menyambut pasukan Turki.

Sepekan sebelum penyerangan, dia memerintahkan pasukannya untuk


memburu seluruh umat Islam yang tersisa di wilayahnya. Terkumpullah 20 ribu umat
Islam yang terdiri dari pasukan Turki yang tertawan, para petani, dan rakyat lainnya.
Selama empat hari mereka digiring dengan telanjang bulat dari Tirgoviste menuju tepi
Sungai Danube. Dua hari sebelum pertempuran, para tawanan disula secara masal di
sebuah tanah lapang. Mayat-mayat tersula tersebut kemudian diseret menuju tepi
sungai. Lalu dipancang di kiri dan kanan jalan, yang membentang sejauh 10 km untuk
menyambut pasukan Turki.
Pemandangan mengerikan ini hampir membuat pasukan Turki turun mental.
Namun semangat mereka kembali bangkit saat melihat sang Sultan begitu berani
menerjang musuh. Mereka terus merangsek maju, mendesak pasukan Dracula melewati
Tirgoviste hingga ke Benteng Poenari.

Pasukan Turki yang dipimpin Radu berhasil mengepung Benteng Poenari.


Merasa terdesak, isteri Dracula memilih bunuh diri dengan terjun dari salah satu menara
benteng. Sedang Dracula melarikan diri ke Honggaria melalui lorong rahasia. Hingga
tahun 1475 M Wallachia dikuasai oleh Khilafah Turki Utsmaniyah, sebelum akhirnya
direbut kembali oleh Dracula yang disokong pasukan salib dari Transylvania dan
Moldavia.

Dracula tewas dalam pertempuran melawan pasukan Turki pimpinan Sultan


Muhammad II di tepi Danau Snagov, pada Desember 1476. Kepala Dracula dipenggal,
kemudian dibawa ke Konstantinopel untuk dipertunjukkan kepada rakyat Turki.
Sedang badannya dikuburkan di Biara Snagov oleh para biarawan.
Selain melalui cerita turun-temurun rakyat Rumania, bukti-bukti sejarah terkait riwayat
kelam Drakula juga tercatat dengan baik di sejumlah pamflet yang beredar di Jerman
dan Rusia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perang Salib adalah kumpulan gelombang dari pertikaian agama bersenjata yang
dimulai oleh kaum Kristiani pada periode 1095 – 1291; biasanya direstui oleh Paus atas
nama Agama Kristen, dengan tujuan untuk menguasai kembali Yerusalem dan “Tanah
Suci” dari kekuasaan kaum Muslim, awalnya diluncurkan sebagai jawaban atas
permintaan dari Kekaisaran Bizantium yang beragama Kristen Ortodoks Timur untuk
melawan ekspansi dari Dinasti Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia. Perang Salib
ini juga dipengaruhi faktor agama, politik dan ekonomi. Beberapa tokoh yang terkenal
dalam Perang Salib ini adalah Abu Ali Mansur Tariqul Hakim, Kilij Arsalan,
Imaduddin Zanky, Nuruddin Mahmud, Asaduddin Shirkuh, Hasan Al-Sabbah,
Shalahuddin al-Ayyubi, Al-Malik al-Adil Syaifudin, Al-Malik al-Kamil Muhammad,
Al-Malik al-Zhahir Baybar, Paus Urbanus II, Petrus Hermit, Bohemond I, Alexius I
Comnenus, Robert II of Flander, Godfrey de Bouillon, Guy de Lusignan, Baldwin IV,
Richard the Lion Heart, Frederick II, Paus Innocent III, Edward I, Vlad Dracula.
3.2 Saran
Para pembaca yang budiman, di penghujung tulisan ini kami berharap semoga kita
semua mampu mengartikan dan memahami cerita tentang Perang Salib ini. Semoga
tidak membuat kita saling membenci, akan tetapi terus menjaga kerukunan sesama
umat manusia. Semoga pembaca yang budiman tidak puas akan hasil makalah ini dan
dapat menindaklanjutinya.

DAFTAR PUSTAKA

Suntiah, Ratu dan Maslani. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media.
http://hestiara.blogspot.com/2012/07/buku-tokoh-tokoh-perang-salib-paling_4422.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Salib
http://indraazzikra.blogspot.com/p/salahudin-al-ayyubi-sang-legenda-perang.html
http://warofweekly.blogspot.com/2011/05/tokoh-tokoh-yang-berpengaruh-pada.html
http://www.beritaunik.net/misteri-dunia/kisah-keganasan-dracula-di-perang-salib.html
http://www.islampos.com/perang-salib-bagaimana-permulaan-akhirnya-42239/

Anda mungkin juga menyukai