Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena

mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya

sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

disebut ”Potensial danger of mother and child” yaitu potensial membahayakan ibu

dan anak, karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

terkait dalam pelayanan kesehatan pada hari terdepan (Manuaba, 2010).

Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu

peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel

darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi

dalam proposi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit

sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.

Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada

kehamilan. Volume plasma yang terekspansi merupakan hematokrit (Ht),

konsentrasi darah Hb dan hitung eritrosit tetapi tidak menurunkan jumlah absolut

Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Mekanisme yang mendasari perubahan ini belum

jelas. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan

menurunkan viskositas darah maternal sehingga meningkatkan perpusi plasental

dan membantu penghantaran oksigen ke janin(Sarwono, 2014).

1
Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi berkisar

antara 10%-20% (Sarwono, 2010). Menurut World Health Organization (WHO),

40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam

kehamilan yang penyebabnya adalah defisiensi zat besi. Badan kesehatan dunia

WHO melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi

sekitar 35%-75%, serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia

kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang

sedang berkembang dari pada negara yang sudah maju. Sekitar 1400 juta orang

(36%) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang berkembang

menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 100

juta orang (8%) dari perkiraan populasi 1200 juta orang. Di Indonesia menunjukkan

nilai yang cukup tinggi yaitu 63,5% (Saifuddin, 2011).

Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan

adalah 20%, trimester II adalah 70%, dan pada trimester III adalah 70%. Hal ini

disebabkan karena pada trimester pertama kehamilan, Fe yang dibutuhkan sedikit

karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat , menginjak

trimester kedua volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini

ekuivalen dengan 450 mg Fe untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah

merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. (Ojofeitimi, 2008)

Hasil pemeriksaan 640 ibu hamil terdapat 500 ibu hamil yang mengatakan

tidak rutin meminum tablet Fe ( Ferro ), anemia dalam kehamilan memberikan

pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun

dalam nifas. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus

prematur, partus lama, akibat inersia uteri, perdarahan post partum karena atonia

2
uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum (Manuaba, 2010).

Frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% - 20%. Hal

ini di karenakan defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam

timbulnya anemia.

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia,

kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan

anemia. Anemia merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit di seluruh

agenda. Sebagian besar anemia pada ibu hamil adalah anemia karena kekurangan

Fe .Saat ini diperkirakan setiap tahun, sekitar 4 juta ibu hamil dan ibu menyusui

menderita gangguan anemia yang sebagian besar disebabkan oleh kekurangan Fe

(Bappenas, 2011).

Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah utama dalam bidang gizi

dan kesehatan masyarakat di Indonesia karena sampai sekarang prevalensinya tetap

tinggi dan merupakan salah satu masalah gizi kurang pada masyarakat yang paling

umum di jumpai di Negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia.

Kondisi anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil merupakan

dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain

meningkatkan resiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran

prematur dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Hasil survey menunjukkan

bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi yaitu 51% dan pada

ibu nifas 45%. Sedangkan prevalensi Wanita Usia Subur (WUS) menderita KEK

pada tahun 2002 adalah 17,6%.( Arisman,2010)

3
Berdasarkan data sekunder dari Dinas Keseh atan Propinsi Lampung

(2016) terdapat ibu hamil yang mengalami anemia adalah 181.427 orang, yang

terdiri dari anemia sebanyak 1.601 (1,13%). Sedangkan di Kota Bandar Lampung

pada periode Januari s.d. Desember 2016 jumlah kejadian anemia dari 488 orang

ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya terdapat 383 orang yang anemia yang

terdiri dari 260 (53,27%) Anemia Ringan (Hb 9 sampai 10 gr%), 83 (17%) Anemia

Sedang (Hb 7 sampai 8 gr%) dan 40 (8,19%) Anemia Berat (Hb < 7 gr%).

Berdasarkan hasil survei di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman Kecamatan

Way Halim Kota Bandar Lampung telah diketahui pada bulan Oktober-November

ibu hamil yang memeriksakan kadar Hbnya di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman

tahun 2017 sebanyak 340 ibu hamil. Dari hasil pemeriksaan tersebut bahwa ibu

yang menderita anemia sebanyak 210 orang (63,15) dan ibu yang tidak menderita

sebanyak 126 orang (36,85). Sebagian besar status pendidikan ibu hanya sampai

sekolah dasar, bahkan ada yang tidak bersekolah. Rendahnya pendidikan ibu akan

berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh pada keputusan ibu

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu, makin

sedikit keinginannya untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Oleh karena itu faktor umur dan pendidikan ibu mempengaruhi

pengambilan keputusan dalam pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Status gizi ibu hamil akan sangat berperan dalam kehamilan baik terhadap ibu

maupun janin, salah satu unsur gizi yang penting ketika hamil adalah defisiensi Fe.

Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe.

Berdasarkan uraian di atas peneliti telah melakukan penelitian tentang”

Faktor-Faktor Internal yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada

4
Ibu Hamil Trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman

Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung Tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut: “Faktor-faktor internal apa saja yang berhubungan dengan

kejadian anemia pada ibu hamil trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-

Rachman Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung tahun 2018"?.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor internal yang berhubungan dengan kejadian

anemia pada ibu hamil trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman

Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil

trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman Kecamatan Way Halim

Kota Bandar Lampung tahun 2018.

2. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil

trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman Kecamatan Way Halim

Kota Bandar Lampung Tahun 2018.

5
3. Untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dengan

kejadian pada anemia ibu hamil trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-

Rachman Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung Tahun 2018.

4. Untuk mengetahui hubungan status gizi (LILA) dengan kejadian pada anemia

ibu hamil trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman Kecamatan

Way Halim Kota Bandar Lampung Tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan kesehatan masyarakat, terutama pentingnya pemeriksaan kehamilan

untuk menghindari terjadinya komplikasi dalam kehamilan terutama kejadian

anemia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Ibu Hamil

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi ibu hamil

dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan kejadian anemia.

2. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk memperoleh

wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang

telah diterima selama kuliah.

6
3. Bagi di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman

Sebagai bahan masukan dalam hal perencanaan dan penanggulangan

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil dan

diharapkan para dokter dan bidan memantau ibu hamil dengan memeriksa

kadar Hb pada setiap wanita hamil.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Peneliti membatasi ruang lingkup pada subjek yaitu ibu hamil trimester I

dan II yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Klinik Pratama Wede Ar-

Rachman Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung tahun 2018. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2018 dan akan dilakukan di Klinik

Pratama Wede Ar-Rachman Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung. Jenis

penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan studi cross-sectional.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia Pada Kehamilan


2.1.1 Anemia
Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan dimana darah

merah kurang dari normal dan biasanya yang digunakan sebagai dasar adalah kadar

Hb. Anemia kehamilan adalah anemia karena kekurangan Fe. Anemia pada

kehamilan merupakan masalah nasional yang tidak mencerminkan nilai

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap

sumber daya manusia.

Anemia adalah penurunan massa sel darah merah atau total Hb. Kadar

Hb normal pada wanita yang sudah menstruasi adalah 12g/dl dan untuk wanita

hamil 11g/dl (Varney, 2010). Menurut Ayurai (2009) pengertian anemia dalam

kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb di bawah 11 g%. Menurut WHO

(Dalam Manuaba, 2010) anemia defisiensi besi adalah anemia karena turunnya

cadangan besi dalam tubuh sehingga dapat menurunkan ukuran Hb dalam darah

dengan berbagai akibatnya.

Indikasi dilakukan pemeriksaan Hb adalah keadaan kekurangan Fe dengan

kadar Hb kurang dari 11gr %. Nilai normal menurut WHO adalah :

 Wanita tidak hamil : 12 g%

 Wanita hamil : 11 g%

 Trimester I : 11 g %

8
 Trimester II : 10,5 g %

 Trimester III : 11 g %

Menurut Tip dalam Yadi (2008) menyatakan bahwa salah satu faktor

yang mempengaruhi terjadinya anemia adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang

anemia. Tanda-tanda dan gejala awal anemia yang meliputi lelah dan mengantuk ,

pusing dan lemah , sakit kepala sedangkan untuk dampak yang ditimbulkan dari

anemia pada ibu hamil yang meliputi keguguran, persalinan kurang bulan, berat

badan lahir rendah dan ibu cepat lelah saat persalinan. Selain itu, ibu

tidak mengetahui bahwa asupan makanan saat hamil akan bertambah banyak untuk

kebutuhan ibu dan bayinya, sehingga banyak ibu hamil yang tidak memperhatikan

pola makan. Padahal pemilihan makanan dalam kehamilan harus beraneka ragam

dan bervariasi yang meliputi sumber karbohidrat, sumber protein, sumber lemak,

sumber mineral terutama zat besi, dan sumber vitamin C. Upaya penanggulangan

anemia telah banyak dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti.

Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya

pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah satu

penanganannya adalah perlu melakukan analisis secara cermat tentang perubahan

perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga

bentuk operasional perilaku berupa pengetahuan, sikap dan tindakan praktik

(PSP) yang ada di masyarakat.

Ikatan Bidan Indonesia (IBI) untuk deteksi anemia pada kehamilan maka di

lakukan pemeriksaan kadar Hb pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Akan

tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet Fe

meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan

9
pentingnya tablet Fe untuk kehamilannya. Dampak yang diakibatkan minum tablet

Fe dan penyerapan/respon tubuh terhadap tablet zat besi kurang baik sehingga tidak

terjadi peningkatan kadar Hb sesuai dengan yang diharapkan. Faktor sosial

ekonomi yang rendah juga memegang peranan penting kaitannya dengan asupan

gizi ibu selama hamil.

2.1.1 Macam-Macam Anemia Selama Kehamilan

1. Anemia Defisiensi Besi

Penyebab anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi Fe

dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena

pengeluaran darah yang berlebihan disertai hilangnya kadar Hb dan terkurasnya

simpanan Fe pada suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting anemia

defisiensi Fe pada kehamilan berikutnya.

Meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama trimester kedua,

maka kekurangan zat besi sering bermanifestasi sebagai penurunan tajam

kosentrasi kadar Hb. Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume

darah tidak terlalu besar, kebutuhan akan Fe tetap meningkat karena

peningkatan massa Hb ibu berlanjut dan banyak Fe yang sekarang disalurkan

kepada janin.

Fe (Ferro) dibutuhkan untuk memproduksi Hb atau protein di sel darah

merah yang berperan membawa oksigen ke jaringan tubuh. Selama kehamilan,

volume darah bertambah untuk menampung perubahan tubuh ibu dan pasokan

darah bayi. Hal ini menyebabkan kebutuhan zat besi bertambah sekitar dua kali

lipat. Jika kebutuhan Fe tidak tercukupi, ibu hamil akan mudah lelah dan rentan

10
infeksi. Resiko melahirkan bayi tidak cukup umur dan bayi dengan berat badan

lahir rendah juga lebih tinggi. Kebutuhan defisiensi Fe bagi ibu hamil yaitu

sekitar 56 mg sehari (Almatsier, 2010).

Kebutuhan akan Fe erat kaitannya dengan anemia (kekurangan sel darah

merah), sebagai bentuk adaptasi adanya perubahan fisiologis selama kehamilan

yang disebabkan oleh :

a. Meningkatnya kebutuhan Fe (ferro) untuk pertumbuhan janin.

b. Kurangnya asupan Fe pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

c. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan Fe pada wanita. Sehingga

tidak mampu menyuplai kebutuhan Fe atau mengembalikan persediaan

darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya.

Kebutuhan Fe ( ferro ) tiap trimester pada masa kehamilan adalah

sebagai berikut:

a. Trimester 1 : Kebutuhan Fe kurang lebih 1 mg / hari (kehilangan basal 0,8

mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.

b. Trimester 2 : Kebutuhan Fe kurang lebih 5 mg /hari (kehilangan basal 0,8

mg / hari) ditambah kebutuhan pembentukan sel darah merah 300 mg dan

kebutuhan janin 115 mg.

c. Trimester 3 : Kebutuhan Fe 5 mg / hari (kehilangan basal 0,8 mg / hari)

ditambah kebutuhan pembentukan sel darah merah 150 mg dan kebutuhan

janin 223 mg (Smart, 2008). Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi

hanya melalui asupan makanan. Karena itu suplementasi tablet Fe perlu

11
dilakukan, bahkan kepada wanita yang bergizi baik. Pada suplementasi

tablet Fe, dosis yang dianjurkan 30-60 mg.

Wanita yang sedang hamil membutuhkan gizi lebih banyak daripada wanita

yang tidak hamil. Kebutuhan gizi bagi ibu hamil sering dikenal dengan istilah

menu seimbang empat sehat lima sempurna, yang dikelompokkan menjadi tiga

fungsi utama zat-zat gizi, yaitu : zat energi, zat pembangun, dan zat pengatur.

Sumber zat energi adalah hidrat arang : padi-padian, tepung, umbi, sagu, dan lain-

lain. Sumber zat pengatur : sayuran berwarna hijau, jingga, dan buah -buahan.

Sumber zat pembangun : ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan

(Almatsier, 2010).

2. Anemia Akibat Perdarahan Akut

Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat

menjadi sumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah pelahiran. Pada

awal kehamilan, anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus,

kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Perdarahan masih membutuhkan terapi

segera untuk memulihkan dan mempertahankan perfusi di organ-organ vital

walaupun jumlah darah yang diganti umumnya tidak mengatasi difisit Hb akibat

perdarahan secara tuntas, secara umum apabila hipovolemia yang berbahaya telah

teratasi dan hemostasis tercapai, anemia yang tersisa seyogyanya diterapi dengan

zat besi. Untuk wanita dengan anemia sedang yang Hb lebih dari 7 g/dl, kondisinya

stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan perdarahan serius, dapat berobat jalan

tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam, terapi zat besi selama 3 bulan

merupakan terapi terbaik dibandingkan dengan transfusi darah ( Sarwono, 2010).

12
3. Anemia Pada Penyakit Kronik

Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak

jaman dulu dikenal sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama

infeksi kronik dan neoplasma menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-

kadang berat, biasanya dengan eritrosit yang sedikit hipokromik dan

mikrositik. Dahulu, infeksi khususnya tuberculosis, endokarditis, atau esteomielitis

sering menjadi penyebab, tetapi terapi antimikroba telah secara bermakna

menurunkan insiden penyakit-penyakit tersebut. Saat ini, gagal ginjal kronik,

kanker dan kemoterapi, infeksi Human Imunodefisiensi Virus (HIV), dan

peradangan kronik merupakan penyebab tersering anemia bentuk ini.

4. Defisiensi Vitamin B12/Definisi Megaloblastik

Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan

vitamin B12 selama kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh

menyerap vitamin B12 karena tidak adanya faktor intrinsik. Ini adalah suatu

penyakit autoimun yang sangat jarang pada wanita dengan kelainan ini. Defisiensi

vitamin B12 pada wanita hamil lebih mungkin dijumpai pada mereka yang

menjalani reseksi lambung parsial atau total. Disisi lain adalah penyakit Crohn,

reseksi ileum, dan pertumbuhan bakteri berlebihan di usus halus.

Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay. Selama

kehamilan, kadar non hamil karena berkurangnya konsentrasi protein

pengangkut B12 transkobalamin. Wanita yang telah menjalani gastrektomi total

harus diberi 1000 mg sianokobalamin (vitamin B12) intramuskular setiap bulan.

Mereka yang menjalani gastrektomi parsial biasanya tidak memerlukan terapi ini,

tetapi selama kehamilan kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak ada alasan untuk

13
menunda pemberian asam folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran

bahwa akan terjadi gangguan integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan

secara bersamaan mengidap anemia pernisiosa addisonian yang tidak terdeteksi

(sehingga tidak diobati).

5. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah

yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :

a. Faktor intra kopuskuler dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, talasemia,

anemia sel sickle (sabit), hemoglobin, C, D, G, H, I dan paraksismal nokturnal

hemoglobinuria

b. Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis, keracun zat logam, dan

dapat beserta obat-obatan, leukemia, penyakit hodkin dan lain-lain.

Gejala utama anemia adalah dengan kelainan-kelainan gambaran darah,

kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-

organ vital. Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta

penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan

diberikan obat-obat penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal

ini tidak memberikan hasil. Maka transfusi darah yang berulang dapat

membantu penderita ini.

6. Anemia Aplastik dan Hipoplastik

Anemia ini adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,

membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemerikasaan

diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal dan

14
pemeriksaan retikulosi. Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia

aplastik adalah suatu penyakit yang parah. Diagnosis ditegakkan apabila dijumpai

anemia, biasanya disertai trombositopenia, leucopenia, dan sumsum tulang yang

sangat hiposeluler. Pada sekitar sepertiga kasus, anemia dipicu oleh obat atau zat

kimia lain, infeksi, radiasim, leukemia, dan gangguan imunologis.

2.1.2 Penyebab Anemia dalam Kehamilan

Menurut Aziz, (2010) penyebab anemia dalam kehamilan adalah:

1. Kurangnya mengkonsumsi makanan kaya zat besi, terutama yang berasal dari

sumber hewani yang mudah diserap.

2. Kekurangan Fe ( ferro ) karena kebutuhan yang meningkat seperti pada

kehamilan.

3. Kehilangan Fe ( ferro ) yang berlebihan pada pendarahan termasuk haid yang

berlebihan, sering melahirkan dengan jarak yang dekat.

4. Pemecahan eritrosit terlalu cepat (hemolisis).

2.1.3 Gejala-gejala yang Muncul pada Anemia

Menurut Aziz, (2010) gejala-gejala yang sering muncul pada anemia :

1. 5 L (letih, lelah, lemah, lesu dan lunglai)

2. Nafsu makanan penurun atau anoreksia

3. Sakit kepala

4. Konsentrasi menurun

5. Pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk

6. Nafas pendek (pada anemia yang parah)

15
Pada pemeriksaan didapat gejala anemia :

1. Kulit pucat

2. Kuku-kuku jari pucat

3. Rambut rapuh (pada anemia yang parah)

2.1.4 Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan

Menurut Sarwono, (2010) Pengaruh Anemia terhadap kehamilan adalah :

a. Timbulnya penyakit antara lain :

1) Abortus

2) Partus prematurus

3) Partus lama karena inersia uteri

4) Perdarahan post partum karena atonia uteri

5) Syok

6) Infeksi baik intra partum maupun post partum

7) Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari gr/100ml dapat

menyebabkan dekompensasi kordis.

b. Bagi hasil konsepsi anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik,

seperti :

1) Kematian calon janin dikandungan

2) Kematian perinatal

3) Prematuritas

4) Dapat terjadi cacat bawan

5) Cadangan besi kurang

16
Menurut Imasyhuri, (2010) cara mencegah anemia adalah:

1. Meningkatkan konsumsi tablet Fe terutama dari sumber hewani yang

mudah diserap.

2. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari bagi ibu hamil minimal 90 tablet

selama kehamilan.

3. Mengatur jarak kelahiran dengan menjadi peserta Keluarga Berencana

(KB).

2.1.5 Kebutuhan Zat Besi pada Wanita Hamil

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi

menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan

kehilangan Fe sebesar 30 sampai 40 mgr. Disamping itu kehamilan memerlukan

tambahan Fe untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel

darah merah janin dan plasenta(Suhadjo, 2011).

Sebagai gambaran banyak kebutuhan zat besi yang berjumlah yaitu 900 mgr

Fe pada kehamilan adalah :

1. Meningkatkan sel darah Ibu : 500 mgr Fe

2. Terdapat dalam plasenta : 300 mgr Fe

3. Untuk darah janin : 100 mgr Fe

Jika persalinan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan

mengurus persendian Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan

berikutnya (Suhadjo, 2011).

17
2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Pada Kehamilan

Anemia dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu faktor eksternal dan

faktor internal. Faktor internal adalah menyangkut bagian dalam atau diri sendiri,

sedangkan factor eksternal adalah yang menyangkut bagian dari luar diri

2.2.1 Faktor- Faktor Internal anemia pada ibu hamil

1. Umur Ibu

Menilai bahwa masa reproduksi yang sehat, kurang resiko dengan

komplikasi kehamilan adalah umur 20-35 tahum, sedangkan kehamilan

beresiko adalah <20 dan >35 tahun. Hal ini terkait dengan keadaan biologis dan

psikologis dari ibu hamil (Manuaba, 2007)

2. Paritas

Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami

anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan

nutrisi, karena selama hamil zat-zat gizi akan berbagi untuk ibu dan janin yang

dikandungnya. Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar

risiko kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar Hb. Setiap kali

wanita melahirkan, jumlah zat besi yang hilang diperkirakan sebesar 250mg

(wikjosastro, 2005).

Menurut Edmuson (1997), bila wanita membatasi jumlah anak, maka

bukan saja dapat meningkatkan gizi keluarganya melainkan juga dapat

mengurangi resiko terjadinya anemia pada ibu.

18
3. Jarak Kehamilan

Setiap kehamilan akan menyebabkan cadangan Fe berkurang oleh

karena itu pada setiap akhir kehamilan diperlukan waktu 2 tahun untuk

mengembalikan cadangan Fe ke tingkat normal dengan syarat bahwa selama

masa tenggang waktu tersebut kesehatan dan gizi dalam kondisi yang baik.

Maka sebaiknya jarak persalinan terakhir dengan jarak persalinan berikutnya

minimal 2 tahun. Dengan adanya tenggang waktu tersebut diharapkan ibu dapat

mempersiapkan keadaan fisiknya dengan cara melengkapi diri dengan

memakan makanan yang mengandung protein dan zat besi serta bergizi tinggi

untuk menghindari terjadinya anemia di samping itu memberikan kesempatan

kepada organ-organ tubuh untuk memulihkan fungsi faal maupun anatomisnya.

(Manuaba, 2007)

Makin pendek jarak kehamilan makin besar kematian maternal bagi ibu

dan anak, terutama jika jarak tersebut <2 tahun dapat terjadi komplikasi

kehamilan dan persalinan seperti anemia berat, partus lama dan perdarahan.

Oleh karena itu seorang wanita memerlukan 2-3 tahun untuk jarak

kehamilannya agar pulih secara fisiologis akibat hamil atau persalinan

berikutnya. (Manuaba, 2007)

4. LILA

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi.Status gizi adalah gambaran tentang keseimbangan

antara asupan dan kebutuhan gizi seseorang.Apabila asupan tersebut sesuai

19
maka disebut gizi baik, jika kurang di sebut gizi kurang dan apabila asupan

lebih maka disebut gizi lebih.

Salah satu cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok

masyarajat adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan

antropometri. Beberapa macam antropometri yang telah digunakan antara lain:

Berat Badan (BB), Panjang Badan (PB), atau Tinggi Badan (TB), Lingkar

Lengan Atas (LILA), Lingkar Kepala (LK), Lingkar Dada (LD), dan Lapisan

Lemak Bawah Kulit (LLBK).

Cara penilaian status gizi ibu hamil antara lain dengan mengukur

lingkar lengan atas atau LILA. Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk

mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronik (KEK) WUS. (Supariasa.2002)

Menurut Depkes RI, seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat

bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Dalam hal ini

kelebihan atau kekurangan zat gizi harus dihindari.

Perencanaan gizi untuk ibu hamil sebaiknya mengacu pada RDA.

Dibandingkan ibu yang tidak hamil, kebutuhan ibu hamil akan protein

meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200-

300%. (arisman EGC). Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap

ibu hamil merupakan predisposisi anemia defisiensi ibu hamil di Indonesia.

(sarwono, 2009)

20
2.2.2 Faktor-Faktor eksternal anemia pada ibu hamil

1. Pola Konsumsi Tablet Fe

Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi

dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau

terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya perdarahan. Sementara

itu kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan

sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan besaran Fe yang perlu ditimbun

selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh

ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi ditransfer

ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk

menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.

Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya dengan melalui diet.

Karena itu,suplementasi Fe perlu sekali diberlakukan, bahkan pada wanita yang

bergizi baik (Arisman, 2004, p. 15).

2. Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang

berasal dari berbagai sumber misalnya media masa, media elektronik, buku

petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti, 2000,

p. 24). Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat 0,8 mg sehari pada trimester I

dan meningkat tajam selama trimester III yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak

itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui makanan apalagi didukung dengan

pengetahuan ibu hamil yang kurang terhadap peningkatan kebutuhan Fe selama

hamil sehingga menyebabkan mudah terjadinya anemia defisiensi zat besi pada

21
ibu hamil (Arisman, 2004, p, 26). Ibu hamil dengan pengetahuan tentang Fe

yang rendah akan berperilaku kurang patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe

serta dalam pemilihan makanan sumber Fe juga rendah. Sebaliknya ibu hamil

yang memiliki.

3. Sosial dan Ekonomi

Depkes RI (2009), peran status ekonomi dalam kesehatan sangat

berpengaruh terhadap kesehatan seseorang dan cenderung mempunyai

ketakutan akan besarnya biaya untuk pemeriksaan, perawatan, kesehatan dan

persalinan. Ibu hamil dengan status ekonomi yang memadai akan mudah

memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini perlu ditingkatakan lagi

bimbingan dan layanan bagi ibu hamil dengan status ekonomi rendah dengan

memanfaatkan fasilitas yang disediakan puskesmas seperti posyandu,

pemanfaatan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Sarana diatas diharapkan

setiap ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik tanpa memandang status

ekonomi.

4. Pendidikan

Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada

peningkatan kemampuan berpikir, dengan kata lain seseorang yang

berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih

rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru

dibandingkan dengan individu yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan

ibu hamil yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga

pengetahuan tentang anemia dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya

22
menjadi terbatas, terutama pengetahuan tentang pentingnya zat besi (Budiono,

2009).

5. Budaya

Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan panganyang

biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpaibanyak pola

pantangan.Tahayul dan larangan yang beragamyang didasarkan kepada

kebudayaan dan daerah yang berlainandi dunia, misalnya pada ibu hamil, ada

sebagian masyarakatyang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan

(Budiyanto, 2003)

2.3 Penelitian Terkait

Hasil penelitian Rizqi Ariyani (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian anemia pada ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas

Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, dengan hasil Sebanyak 60% responden

menderita anemia. Sebanyak 60% responden tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe.

Sebanyak 86,7% ibu hamil berada di kelompok umur tidak beresiko. Sebanyak

95,6% ibu hamil memiliki jumlah paritas aman. Seluruh responden rutin

frekuensiAntenatal Care (ANC). Hasil bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan

antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia (p=0,000), tidak

terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian anemia (p=3,555), tidak

terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian anemia (p=0,473), tidak

terdapat hubungan antara frekuensi Antenatal Care (ANC) dengan kejadian anemia

(p=0,1000).

23
Hasil penelitian Goro (2013) tentang Faktor-Faktor Risiko Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Pandanaran Semarang Tahun 2013,Hasil penelitian didapatkan hasil 53

responden yang anemia (91,4%), dan 5 responden tidak anemia (8,6%), tidak ada

hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil (p value

0,063), ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil (p

value 0,001), tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian

anemia pada ibu hamil (p value 0,308), tidak ada hubungan antara persepsi dengan

kejadian anemia pada ibu hamil (p value 0,487), tidak ada hubungan antara paritas

dengan kejadian anemia pada ibu hamil (p value 0,354), tidak ada hubungan antara

jarak kehamilan denga kejadian anemia pada ibu hamil (p value 0,063) Dari hasil

penelitian disimpulkan bahwa faktor- faktor risiko yang berhubungan dengan

kejadian anemia pada ibu hamil yaitu pendidikan.

2.4 Kerangka Teori

Umur <20, belum


Usia ibu siapnya mental
seorang ibu Terjadi diawal
(wahyudin,2008) pembetukan Trimester 1
janin(pumawan,2012)

Semakin tinggi
paritas, semakin
Paritas Kebutuhan zat besi
tinggi kejadian
untuk plasenta dan
anemia Trimester 2
janin meningkat
(soebroto,2010)
(Ai,2010)

Anemia pada
kehamilan
Jarak Jarak kehamilan Penimbunan zat besi
Kehamilan yang terlalu dekat Trimester 3
untuk periapan
(Fajriansyah,2009)
kelahiran (Ai,2010)
Keterangan :
Ibu mengalami
LILA Variabel yang diteliti
KEK (Darlina,2003)
Variabel yang diteliti

Gambar 2.1
Kerangka Teori Penelitian

24
2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat disusun kerangka

konsepsebagai berikut sebagai berikut

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

1. Usia
2. Paritas Kejadian anemia pada ibu
3. Jarak kehamilan hamil trimester I dan II
4. Status gizi (LILA)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H0 : Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian anemia pada

trimester 1 & 2 di Klinik Pratama ‘Wade Ar Rachman’ Kecamatan Way

Halim, Bandar Lampung Tahun 2018.

Ha : Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian anemia pada trimester 1 &

2 di Klinik Pratama ‘Wade Ar Rachman’ Kecamatan Way Halim, Bandar

Lampung Tahun 2018.

H0 : Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada trimester

1 & 2 di Klinik Pratama ‘Wade Ar Rachman’ Kecamatan Way Halim,

Bandar Lampung Tahun 2018.

25
Ha : Ada hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada trimester 1 & 2

di Klinik Pratama ‘Wade Ar Rachman’ Kecamatan Way Halim, Bandar

Lampung Tahun 2018.

H0 : Tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada

trimester 1 & 2 di Klinik Pratama ‘Wade Ar Rachman’ Kecamatan Way

Halim, Bandar Lampung Tahun 2018.

Ha : Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada

trimester 1 & 2 di Klinik Pratama ‘Wade Ar Rachman’ Kecamatan Way

Halim, Bandar Lampung Tahun 2018.

H0 : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada

trimester 1 & 2 di Klinik Pratama ‘Wade Ar Rachman’ Kecamatan Way

Halim, Bandar Lampung Tahun 2018.

Ha : Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada trimester 1

& 2 di Klinik Pratama ‘Wade Ar Rachman’ Kecamatan Way Halim, Bandar

Lampung Tahun 2018.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis peneltian kuantitatif yaitu adalah penelitian

ilmiah yang sistematis terhadap fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan

penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model

matematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses

pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini

memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi

matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif (Notoadmodjo, 2010).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan akan pada bulan Januari-Februari 2018 di Klinik

Pratama Wede Ar-Rachman Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung.

3.3 Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka rancangan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah rancangan penelitian cross sectional, dimana kedua variabel

yang diuji pada objek penelitian ini diukur atau dikumpulkan dalam waktu suatu

saat (Notoatmodjo, 2010).

27
3.4 Subjek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah spesifik tentang siapa atau golongan mana yang menjadi

penelitian (Hastono, 2012). Populasi target penelitian ini adalah ibu hamil yang

anemia dan memeriksakan kehamilan di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman

Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung

3.4.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Hastono, 2012). Sample dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang anemia

sebanyak 105 responden (hasil survey bulan November 2017)

3.4.3 Teknik Sampling

Teknik Sampling yang digunakan pada peneltian ini adalah sampling kuota

yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri

tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan.

3.5 Kriteria Sampel Penelitian

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria dalam penelitian yaitu:

1. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden penelitian.

2. Memeriksa ANC di Klinik Pratama ‘Wade Ar Rachman’ Kecamatan Way

Halim, Bandar Lampung tahun 2018.

3. Usia kehamilan trimester I dan II.

4. Ibu hamil dengan anemia pada trimester I dan II

28
Kriteria eksklusi adalah untuk menghilangkan atau mengeluarkan subyek

yang memenuhi inklusi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi pada penelitian ini

antara lain:

1. Ibu tidak anemia, dengan kehamilan trimester I dan II.

2. Ibu yang memeriksakan selain kehamilan (pasang KB, pap smear,

mengantarkan anak imunisasi, dll) di klinik ‘Wade Ar Rachman’ Kecamatan

Way Halim, Bandar Lampung tahun 2018.

3. Ibu yang menolak untuk pemeriksaan Hb dan menolak menjadi responden

dalam penelitian ini.

3.6 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Suharsimi Arikunto,

2014). Penelitian ini mempunyai dua variabel, yaitu variabel Independent (variabel

bebas) adalah usia, paritas, jarak kehamilan, dan status gizi (LILA) serta variabel

Dependent (variabel terikat) adalah kejadian kejadian anemia ibu hamil trimester I

dan II.

3.7 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Hastono,

2012).

29
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel

Definisi
Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional
Variabel independen (X)
Usia Lamanya usia ibu Wawancara Buku KIA 0. Tidak Berisiko Ordinal
yang diukur dari (20 atau 35
tahun kelahiran tahun)
hingga peneliitan 1. Berisiko (>20
berlangsung tahun atau
>35 tahun)
Paritas Banyaknya anak Wawancara Buku KIA 0. Tidak Ordinal
yang pernah Berisiko(1
dilahirkan baik orang)
dalam keadaan 1. Berisiko (>2
hidup maupun orang)
meninggal
Jarak Merupakan jarak Wawancara Buku KIA 0. Tidak Ordinal
kehamilan kehamilan Berisiko(≥ 2
pertama dengan tahun)
kehamilan Berisiko(< 2
berikutnya tahun)

LILA Keadaan asupan Diukur Pita LILA 0. Tidak KEK( Ordinal


gizi pada ibu 23,5)
selama kehamilan 1. KEK(<23,5)
Variabel Dependen (Y)
Usia Ibu hamil Pemeriksaan Buku KIA, 0. Trimester 1 Ordinal
kehamilan ibu trimester I dan II Hb ANC,Waw 1. Trimester 2
dengan ancara
anemia

3.8 Etika Penelitian

Untuk menjamin responden yang akan menjadi subjek penelitian tidak ada

paksaan tapi atas unsur sukarela, maka responden menandatangani surat

persetujuan (Informed Consent) tentang tujuan penelitian yang diketahui ibu hamil

trimester I dan II. Sebelumnya responden telah diberi informasi, sampai responden

dapat mengerti apa yang dimaksud dalam penelitian ini responden mengetahui

keuntungan dan kerugian bagi dirinya. Data yang telah diterima dari responden

30
digunakan disimpan oleh peneliti serta data tidak dipublikasikan untuk menjaga

kerahasian data.

3.9 Metode Pengumpulan Data Intrumen

3.9.1 Metode Pengumpulan Data

1. Dara primer didapatkan dengan cara wawancara menggunakan pertanyaan

yang sudah dipersiapkan kepada ibu hamil trimester I dan II. Dalam

melakukan pengumpulan data, peneliti dibantu oleh petugas Klinik Pratama

Wede Ar-Rachman. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan

penjelasan dan pelatihan kepada petugas pewawancara mengenai cara

pengambilan darah Hb menggunakan Hb ukur dan materi yang akan

ditanyakan kepada responden sebagai upaya untuk penyamaan persepsi

mengenai maksud dan tujuan diadakan pengambilan darah Hb.

2. Data sekunder didapat dari Klinik Pratama Wede Ar-Rachman laporan

evaluasi hasil kegiatan program penanggulangan kejadian anemia ibu hamil

trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman.

3.9.2 Alat dan Bahan

1. Instrumen Penelitian

Alat ukur yaitu satu set alat pengukuran cek Hb digital yaitu alat test

darah portable Hb digital adalah alat untuk mengukur kadar Hb darah portable

yang praktis. Agar memudahkan analisa Hb darah jika seandainya responden

tidak ingin diambil darah. Adapun fitur yang ditawarkan:

- Sampel darah ≥ 2.6 ul

- Testing time: 6 detik

- sample type: finger capillary whole blood

31
- Power: 1,5V (AAA) x 2

- Meter dimendion HxWxD (mm) : 88 x 64 x 22

- Display : LCD Display (35 x 45 mm)

- Weight : 59 grams, without batteries

- Life of battery : more than 1000 times

- Technology: Electrode-based biosensor

- Measuring range: 7-26 g/dl (4,3-16,1 mmo/L)

- Sudah termasuk: 5 Strip Hemoglobin

- Calibrasi : Plasma equivalent

- Memory capacity : 100 test relts

- Operating condition temperature humidity : 57,2-1040F (14-400C) ≤85%

Relative Humigity

- Meter storage condition (Transportation condition) temperature

humidity : 14-1400F (-10-600C) ≤ 95% Relative Humigity

- Hematocrits range : 30-55%

Kelengkapan isi item dalam kotak :

- Puncturer (lancing device)

- Code Key Slot

- Lancets (3)

- Pouch

- Log Book

- Check Strip

- 2 baterai AAA

32
Alat lain untuk mendukung cek Hb digital diperlukan :

- Auto Lancet (pena lancet)

- Jarum lancet

- Hb test strips

- Kapas alkohol

- Baterai baru AA

- Prosedur Penelitian

2. Prosedur pengambilan darah

- Siapkan pena lancet dan jarum lancet

- Masukkan jarum lancet kedalam pena lancet dan tutup sampai terdengar

“klik”

- Atur kedalaman jarum angka 0 – 4 (gunakan kedalaman 4 untuk

mendapatkan darah yang diperlukan)

- Siapkan kapas alkohol, sterilkan jari telunjuk kemudian tempelkan ujung

pena lancet

- Tekan ujung sebaliknya dari pena lancet sampai bunyi “klik”

- Tekan jari telunjuk sampai terlihat darah lalu tempelkan jari yang berisi

darah ke strip Hb

Prosedur cek kadar Hb

- Cek terlebih dahulu alat digital cek Hb dalam kondisi baik

- Cek baterai yang akan digunakan masih dalam keadaan baik

33
- Hidupkan power, seting data dan waktu, masukkan code key slot Hb lihat

tulisan “CODE” dilayar masukkan code key slot Hb

- Masukkan test strip Hb (warna pink)

- Tempelkan darah diujung strip

- Tunggu 6 detik maka hasil kadar Hb sudah dapat dilihat

3.10 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data terdapat 4 tahap (Suharsimi Arikunto, 2014) :

3.10.2 Editing

Pemeriksaan kembali jawaban responden pada saat wawancara.

3.10.3 Coding

Menyusun data-data yang diperoleh dari buku KIA.

3.10.4 Entry Data

Mengelompokan nilai Hb ibu hamil berdasarkan data yang di dapatkan dan

memasukan data kedalam komputer melalui program pengolahan data di komputer

yaitu Program SPSS 16.

3.10.5 Cleaning

Pemeriksaan kembali data hasil entry data pada komputer agar terhindar dari

ketidaksesuain antara data komputer dan coding .

3.11 Analisis Data

Adapun rancangan analisis statistik yang akan digunakan adalah:

3.11.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik dari masing-

masing variabel penelitian. Untuk data kategorik, penyajian hasil analisis univariat

34
adalah dalam bentuk grafik atau tabel distribusi frekuensi yang berisi nilai dari

presentase masing-masing kategori (Notoatmodjo, 2012)

3.11.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui kekuatan/ besar risiko dan signifikansi

hubungan satu variabel independen dengan variabel dependen.Kekuatan hubungan

pada penelitian dengan kasus kontrol dapat diketahui berdasarkan perhitungan nilai

Odds Ratio (OR), sedangkan signifikansi hubungan diketahui berdasarkan nilai p

yang diperoleh dari uji chi-square, batas kemaknaan (α) yang digunakan adalah

5%. Uji statistik yang digunakan dengan membandingkan p dengan α. Hasil

perhitungan dinyatakan bermaksa jika nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel

dependen (Hastono, 2012).

Penentuan nilai OR, adalah sebagai berikut:

a. OR= 1, artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

b. OR> 1, artinya terdapat hubungan positif antara variabel independen dan

variabel dependen (merupakan faktor resiko).

c. OR< 1, artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel independen dan

variabel dependen (merupakan faktor protektif).

35
3.12 Alur Penelitian

Alur penelitian ini dapat dijelaskan melalui gambar

Klinik Pratama Wede Ar-


Rchman Kecamatan Way
Halim Bandar Lampung

Wawancara dan Memeriksa Hb

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

Kejadian anemia pada ibu


hamil trimester I dan II

Analisis Data

Hasil

36

Anda mungkin juga menyukai