PENDAHULUAN
sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil
disebut ”Potensial danger of mother and child” yaitu potensial membahayakan ibu
dan anak, karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang
dalam proposi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
konsentrasi darah Hb dan hitung eritrosit tetapi tidak menurunkan jumlah absolut
Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Mekanisme yang mendasari perubahan ini belum
1
Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi berkisar
kehamilan yang penyebabnya adalah defisiensi zat besi. Badan kesehatan dunia
WHO melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi
kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang
sedang berkembang dari pada negara yang sudah maju. Sekitar 1400 juta orang
(36%) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang berkembang
menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 100
juta orang (8%) dari perkiraan populasi 1200 juta orang. Di Indonesia menunjukkan
adalah 20%, trimester II adalah 70%, dan pada trimester III adalah 70%. Hal ini
karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat , menginjak
trimester kedua volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini
ekuivalen dengan 450 mg Fe untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah
merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. (Ojofeitimi, 2008)
Hasil pemeriksaan 640 ibu hamil terdapat 500 ibu hamil yang mengatakan
pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun
dalam nifas. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus
prematur, partus lama, akibat inersia uteri, perdarahan post partum karena atonia
2
uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum (Manuaba, 2010).
Frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% - 20%. Hal
ini di karenakan defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam
timbulnya anemia.
kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan
anemia. Anemia merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit di seluruh
agenda. Sebagian besar anemia pada ibu hamil adalah anemia karena kekurangan
Fe .Saat ini diperkirakan setiap tahun, sekitar 4 juta ibu hamil dan ibu menyusui
(Bappenas, 2011).
Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah utama dalam bidang gizi
tinggi dan merupakan salah satu masalah gizi kurang pada masyarakat yang paling
Kondisi anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil merupakan
dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain
prematur dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Hasil survey menunjukkan
bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi yaitu 51% dan pada
ibu nifas 45%. Sedangkan prevalensi Wanita Usia Subur (WUS) menderita KEK
3
Berdasarkan data sekunder dari Dinas Keseh atan Propinsi Lampung
(2016) terdapat ibu hamil yang mengalami anemia adalah 181.427 orang, yang
terdiri dari anemia sebanyak 1.601 (1,13%). Sedangkan di Kota Bandar Lampung
pada periode Januari s.d. Desember 2016 jumlah kejadian anemia dari 488 orang
ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya terdapat 383 orang yang anemia yang
terdiri dari 260 (53,27%) Anemia Ringan (Hb 9 sampai 10 gr%), 83 (17%) Anemia
Sedang (Hb 7 sampai 8 gr%) dan 40 (8,19%) Anemia Berat (Hb < 7 gr%).
Way Halim Kota Bandar Lampung telah diketahui pada bulan Oktober-November
ibu hamil yang memeriksakan kadar Hbnya di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman
tahun 2017 sebanyak 340 ibu hamil. Dari hasil pemeriksaan tersebut bahwa ibu
yang menderita anemia sebanyak 210 orang (63,15) dan ibu yang tidak menderita
sebanyak 126 orang (36,85). Sebagian besar status pendidikan ibu hanya sampai
sekolah dasar, bahkan ada yang tidak bersekolah. Rendahnya pendidikan ibu akan
berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh pada keputusan ibu
Status gizi ibu hamil akan sangat berperan dalam kehamilan baik terhadap ibu
maupun janin, salah satu unsur gizi yang penting ketika hamil adalah defisiensi Fe.
4
Ibu Hamil Trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman
kejadian anemia pada ibu hamil trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-
anemia pada ibu hamil trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman
1. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil
5
3. Untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dengan
kejadian pada anemia ibu hamil trimester I dan II di Klinik Pratama Wede Ar-
4. Untuk mengetahui hubungan status gizi (LILA) dengan kejadian pada anemia
anemia.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi ibu hamil
2. Bagi Peneliti
6
3. Bagi di Klinik Pratama Wede Ar-Rachman
diharapkan para dokter dan bidan memantau ibu hamil dengan memeriksa
Peneliti membatasi ruang lingkup pada subjek yaitu ibu hamil trimester I
Rachman Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung tahun 2018. Penelitian ini
Pratama Wede Ar-Rachman Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung. Jenis
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merah kurang dari normal dan biasanya yang digunakan sebagai dasar adalah kadar
Hb. Anemia kehamilan adalah anemia karena kekurangan Fe. Anemia pada
Anemia adalah penurunan massa sel darah merah atau total Hb. Kadar
Hb normal pada wanita yang sudah menstruasi adalah 12g/dl dan untuk wanita
hamil 11g/dl (Varney, 2010). Menurut Ayurai (2009) pengertian anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb di bawah 11 g%. Menurut WHO
(Dalam Manuaba, 2010) anemia defisiensi besi adalah anemia karena turunnya
cadangan besi dalam tubuh sehingga dapat menurunkan ukuran Hb dalam darah
Wanita hamil : 11 g%
Trimester I : 11 g %
8
Trimester II : 10,5 g %
Trimester III : 11 g %
Menurut Tip dalam Yadi (2008) menyatakan bahwa salah satu faktor
anemia. Tanda-tanda dan gejala awal anemia yang meliputi lelah dan mengantuk ,
pusing dan lemah , sakit kepala sedangkan untuk dampak yang ditimbulkan dari
anemia pada ibu hamil yang meliputi keguguran, persalinan kurang bulan, berat
badan lahir rendah dan ibu cepat lelah saat persalinan. Selain itu, ibu
tidak mengetahui bahwa asupan makanan saat hamil akan bertambah banyak untuk
kebutuhan ibu dan bayinya, sehingga banyak ibu hamil yang tidak memperhatikan
pola makan. Padahal pemilihan makanan dalam kehamilan harus beraneka ragam
dan bervariasi yang meliputi sumber karbohidrat, sumber protein, sumber lemak,
sumber mineral terutama zat besi, dan sumber vitamin C. Upaya penanggulangan
anemia telah banyak dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti.
Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) untuk deteksi anemia pada kehamilan maka di
lakukan pemeriksaan kadar Hb pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Akan
tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet Fe
meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan
9
pentingnya tablet Fe untuk kehamilannya. Dampak yang diakibatkan minum tablet
Fe dan penyerapan/respon tubuh terhadap tablet zat besi kurang baik sehingga tidak
ekonomi yang rendah juga memegang peranan penting kaitannya dengan asupan
dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena
kosentrasi kadar Hb. Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume
kepada janin.
volume darah bertambah untuk menampung perubahan tubuh ibu dan pasokan
darah bayi. Hal ini menyebabkan kebutuhan zat besi bertambah sekitar dua kali
lipat. Jika kebutuhan Fe tidak tercukupi, ibu hamil akan mudah lelah dan rentan
10
infeksi. Resiko melahirkan bayi tidak cukup umur dan bayi dengan berat badan
lahir rendah juga lebih tinggi. Kebutuhan defisiensi Fe bagi ibu hamil yaitu
sebagai berikut:
mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
janin 223 mg (Smart, 2008). Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi
11
dilakukan, bahkan kepada wanita yang bergizi baik. Pada suplementasi
Wanita yang sedang hamil membutuhkan gizi lebih banyak daripada wanita
yang tidak hamil. Kebutuhan gizi bagi ibu hamil sering dikenal dengan istilah
menu seimbang empat sehat lima sempurna, yang dikelompokkan menjadi tiga
fungsi utama zat-zat gizi, yaitu : zat energi, zat pembangun, dan zat pengatur.
Sumber zat energi adalah hidrat arang : padi-padian, tepung, umbi, sagu, dan lain-
lain. Sumber zat pengatur : sayuran berwarna hijau, jingga, dan buah -buahan.
(Almatsier, 2010).
Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat
menjadi sumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah pelahiran. Pada
awal kehamilan, anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus,
walaupun jumlah darah yang diganti umumnya tidak mengatasi difisit Hb akibat
perdarahan secara tuntas, secara umum apabila hipovolemia yang berbahaya telah
teratasi dan hemostasis tercapai, anemia yang tersisa seyogyanya diterapi dengan
zat besi. Untuk wanita dengan anemia sedang yang Hb lebih dari 7 g/dl, kondisinya
stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan perdarahan serius, dapat berobat jalan
tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam, terapi zat besi selama 3 bulan
12
3. Anemia Pada Penyakit Kronik
Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak
jaman dulu dikenal sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama
infeksi kronik dan neoplasma menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-
vitamin B12 selama kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh
menyerap vitamin B12 karena tidak adanya faktor intrinsik. Ini adalah suatu
penyakit autoimun yang sangat jarang pada wanita dengan kelainan ini. Defisiensi
vitamin B12 pada wanita hamil lebih mungkin dijumpai pada mereka yang
menjalani reseksi lambung parsial atau total. Disisi lain adalah penyakit Crohn,
Mereka yang menjalani gastrektomi parsial biasanya tidak memerlukan terapi ini,
tetapi selama kehamilan kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak ada alasan untuk
13
menunda pemberian asam folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran
bahwa akan terjadi gangguan integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan
5. Anemia Hemolitik
hemoglobinuria
kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-
diberikan obat-obat penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal
ini tidak memberikan hasil. Maka transfusi darah yang berulang dapat
Anemia ini adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
14
pemeriksaan retikulosi. Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia
aplastik adalah suatu penyakit yang parah. Diagnosis ditegakkan apabila dijumpai
sangat hiposeluler. Pada sekitar sepertiga kasus, anemia dipicu oleh obat atau zat
1. Kurangnya mengkonsumsi makanan kaya zat besi, terutama yang berasal dari
kehamilan.
3. Sakit kepala
4. Konsentrasi menurun
15
Pada pemeriksaan didapat gejala anemia :
1. Kulit pucat
1) Abortus
2) Partus prematurus
5) Syok
b. Bagi hasil konsepsi anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik,
seperti :
2) Kematian perinatal
3) Prematuritas
16
Menurut Imasyhuri, (2010) cara mencegah anemia adalah:
mudah diserap.
2. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari bagi ibu hamil minimal 90 tablet
selama kehamilan.
(KB).
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi
tambahan Fe untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel
Sebagai gambaran banyak kebutuhan zat besi yang berjumlah yaitu 900 mgr
17
2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Pada Kehamilan
Anemia dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor internal adalah menyangkut bagian dalam atau diri sendiri,
sedangkan factor eksternal adalah yang menyangkut bagian dari luar diri
1. Umur Ibu
beresiko adalah <20 dan >35 tahun. Hal ini terkait dengan keadaan biologis dan
2. Paritas
nutrisi, karena selama hamil zat-zat gizi akan berbagi untuk ibu dan janin yang
risiko kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar Hb. Setiap kali
wanita melahirkan, jumlah zat besi yang hilang diperkirakan sebesar 250mg
(wikjosastro, 2005).
18
3. Jarak Kehamilan
karena itu pada setiap akhir kehamilan diperlukan waktu 2 tahun untuk
masa tenggang waktu tersebut kesehatan dan gizi dalam kondisi yang baik.
minimal 2 tahun. Dengan adanya tenggang waktu tersebut diharapkan ibu dapat
memakan makanan yang mengandung protein dan zat besi serta bergizi tinggi
(Manuaba, 2007)
Makin pendek jarak kehamilan makin besar kematian maternal bagi ibu
dan anak, terutama jika jarak tersebut <2 tahun dapat terjadi komplikasi
kehamilan dan persalinan seperti anemia berat, partus lama dan perdarahan.
Oleh karena itu seorang wanita memerlukan 2-3 tahun untuk jarak
4. LILA
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
19
maka disebut gizi baik, jika kurang di sebut gizi kurang dan apabila asupan
Berat Badan (BB), Panjang Badan (PB), atau Tinggi Badan (TB), Lingkar
Lengan Atas (LILA), Lingkar Kepala (LK), Lingkar Dada (LD), dan Lapisan
Cara penilaian status gizi ibu hamil antara lain dengan mengukur
lingkar lengan atas atau LILA. Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk
Menurut Depkes RI, seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat
bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Dalam hal ini
Dibandingkan ibu yang tidak hamil, kebutuhan ibu hamil akan protein
meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200-
300%. (arisman EGC). Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap
(sarwono, 2009)
20
2.2.2 Faktor-Faktor eksternal anemia pada ibu hamil
itu kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan
sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan besaran Fe yang perlu ditimbun
selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh
ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi ditransfer
menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.
Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya dengan melalui diet.
2. Pengetahuan
berasal dari berbagai sumber misalnya media masa, media elektronik, buku
petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti, 2000,
p. 24). Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat 0,8 mg sehari pada trimester I
dan meningkat tajam selama trimester III yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak
itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui makanan apalagi didukung dengan
hamil sehingga menyebabkan mudah terjadinya anemia defisiensi zat besi pada
21
ibu hamil (Arisman, 2004, p, 26). Ibu hamil dengan pengetahuan tentang Fe
serta dalam pemilihan makanan sumber Fe juga rendah. Sebaliknya ibu hamil
yang memiliki.
persalinan. Ibu hamil dengan status ekonomi yang memadai akan mudah
memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini perlu ditingkatakan lagi
bimbingan dan layanan bagi ibu hamil dengan status ekonomi rendah dengan
pemanfaatan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Sarana diatas diharapkan
setiap ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik tanpa memandang status
ekonomi.
4. Pendidikan
22
menjadi terbatas, terutama pengetahuan tentang pentingnya zat besi (Budiono,
2009).
5. Budaya
kebudayaan dan daerah yang berlainandi dunia, misalnya pada ibu hamil, ada
sebagian masyarakatyang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan
(Budiyanto, 2003)
kejadian anemia pada ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas
menderita anemia. Sebanyak 60% responden tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe.
Sebanyak 86,7% ibu hamil berada di kelompok umur tidak beresiko. Sebanyak
95,6% ibu hamil memiliki jumlah paritas aman. Seluruh responden rutin
terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian anemia (p=3,555), tidak
terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian anemia (p=0,473), tidak
terdapat hubungan antara frekuensi Antenatal Care (ANC) dengan kejadian anemia
(p=0,1000).
23
Hasil penelitian Goro (2013) tentang Faktor-Faktor Risiko Yang
responden yang anemia (91,4%), dan 5 responden tidak anemia (8,6%), tidak ada
hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil (p value
0,063), ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil (p
value 0,001), tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian
anemia pada ibu hamil (p value 0,308), tidak ada hubungan antara persepsi dengan
kejadian anemia pada ibu hamil (p value 0,487), tidak ada hubungan antara paritas
dengan kejadian anemia pada ibu hamil (p value 0,354), tidak ada hubungan antara
jarak kehamilan denga kejadian anemia pada ibu hamil (p value 0,063) Dari hasil
Semakin tinggi
paritas, semakin
Paritas Kebutuhan zat besi
tinggi kejadian
untuk plasenta dan
anemia Trimester 2
janin meningkat
(soebroto,2010)
(Ai,2010)
Anemia pada
kehamilan
Jarak Jarak kehamilan Penimbunan zat besi
Kehamilan yang terlalu dekat Trimester 3
untuk periapan
(Fajriansyah,2009)
kelahiran (Ai,2010)
Keterangan :
Ibu mengalami
LILA Variabel yang diteliti
KEK (Darlina,2003)
Variabel yang diteliti
Gambar 2.1
Kerangka Teori Penelitian
24
2.5 Kerangka Konsep
1. Usia
2. Paritas Kejadian anemia pada ibu
3. Jarak kehamilan hamil trimester I dan II
4. Status gizi (LILA)
2.6 Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian anemia pada
Ha : Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian anemia pada trimester 1 &
H0 : Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada trimester
25
Ha : Ada hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada trimester 1 & 2
H0 : Tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada
H0 : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada
Ha : Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada trimester 1
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah jenis peneltian kuantitatif yaitu adalah penelitian
matematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses
pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini
penelitian ini adalah rancangan penelitian cross sectional, dimana kedua variabel
yang diuji pada objek penelitian ini diukur atau dikumpulkan dalam waktu suatu
27
3.4 Subjek Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi adalah spesifik tentang siapa atau golongan mana yang menjadi
penelitian (Hastono, 2012). Populasi target penelitian ini adalah ibu hamil yang
3.4.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Hastono, 2012). Sample dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang anemia
Teknik Sampling yang digunakan pada peneltian ini adalah sampling kuota
yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria dalam penelitian yaitu:
28
Kriteria eksklusi adalah untuk menghilangkan atau mengeluarkan subyek
yang memenuhi inklusi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi pada penelitian ini
antara lain:
2014). Penelitian ini mempunyai dua variabel, yaitu variabel Independent (variabel
bebas) adalah usia, paritas, jarak kehamilan, dan status gizi (LILA) serta variabel
Dependent (variabel terikat) adalah kejadian kejadian anemia ibu hamil trimester I
dan II.
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Hastono,
2012).
29
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel
Definisi
Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional
Variabel independen (X)
Usia Lamanya usia ibu Wawancara Buku KIA 0. Tidak Berisiko Ordinal
yang diukur dari (20 atau 35
tahun kelahiran tahun)
hingga peneliitan 1. Berisiko (>20
berlangsung tahun atau
>35 tahun)
Paritas Banyaknya anak Wawancara Buku KIA 0. Tidak Ordinal
yang pernah Berisiko(1
dilahirkan baik orang)
dalam keadaan 1. Berisiko (>2
hidup maupun orang)
meninggal
Jarak Merupakan jarak Wawancara Buku KIA 0. Tidak Ordinal
kehamilan kehamilan Berisiko(≥ 2
pertama dengan tahun)
kehamilan Berisiko(< 2
berikutnya tahun)
Untuk menjamin responden yang akan menjadi subjek penelitian tidak ada
persetujuan (Informed Consent) tentang tujuan penelitian yang diketahui ibu hamil
trimester I dan II. Sebelumnya responden telah diberi informasi, sampai responden
dapat mengerti apa yang dimaksud dalam penelitian ini responden mengetahui
keuntungan dan kerugian bagi dirinya. Data yang telah diterima dari responden
30
digunakan disimpan oleh peneliti serta data tidak dipublikasikan untuk menjaga
kerahasian data.
yang sudah dipersiapkan kepada ibu hamil trimester I dan II. Dalam
1. Instrumen Penelitian
Alat ukur yaitu satu set alat pengukuran cek Hb digital yaitu alat test
darah portable Hb digital adalah alat untuk mengukur kadar Hb darah portable
31
- Power: 1,5V (AAA) x 2
Relative Humigity
- Lancets (3)
- Pouch
- Log Book
- Check Strip
- 2 baterai AAA
32
Alat lain untuk mendukung cek Hb digital diperlukan :
- Jarum lancet
- Hb test strips
- Kapas alkohol
- Baterai baru AA
- Prosedur Penelitian
- Masukkan jarum lancet kedalam pena lancet dan tutup sampai terdengar
“klik”
pena lancet
- Tekan jari telunjuk sampai terlihat darah lalu tempelkan jari yang berisi
darah ke strip Hb
33
- Hidupkan power, seting data dan waktu, masukkan code key slot Hb lihat
3.10.2 Editing
3.10.3 Coding
3.10.5 Cleaning
Pemeriksaan kembali data hasil entry data pada komputer agar terhindar dari
masing variabel penelitian. Untuk data kategorik, penyajian hasil analisis univariat
34
adalah dalam bentuk grafik atau tabel distribusi frekuensi yang berisi nilai dari
pada penelitian dengan kasus kontrol dapat diketahui berdasarkan perhitungan nilai
yang diperoleh dari uji chi-square, batas kemaknaan (α) yang digunakan adalah
perhitungan dinyatakan bermaksa jika nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
a. OR= 1, artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
35
3.12 Alur Penelitian
Analisis Data
Hasil
36