Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Responden

Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Februari 2018 dengan mengambil

data dari 210 orang ibu hamil dari trimester I-III yang memeriksakan kadar Hb di

Klinik Pratama Wede Ar-Rachman kecamatan Way Halim Badar Lampung tahun

2018. Pada penelitian ini didapatkan ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak

105 responden trimester I,II dan III. Maka sesuai dengan kriteria inklusi trimester I

dan II ibu hamil yang anemia didapatkan 71 responden.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian, baik variabel

dependen maupun variabel independen. Hasil dari tiap variabel ini ditampilkan

dalam bentuk table distribusi frekuensi berikut ini.

1. Distribusi Frekuensi Usia Kehamilan yang anemia.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia


kehamilan dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil.

Kejadian Anemia pada Usia Frekuensi Persentase (%)


Kehamilan
Trimester I 32 45,1 %

Trimester II 39 54,9 %

Total 71 100 %

37
Dari tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 71 responden terdapat sebanyak 32 orang

(45,1%) ibu hamil yang trimester I sedangkan ibu hamil yang trimester II

terdapat sebanyak 39 orang (54,9%).

2. Distribusi Frekuensi Umur Ibu yang Anemia

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur


Ibu dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil.

Kejadian Anemia Umur Ibu Frekuensi Presentasi (%)


Pada Usia Kehamilan
Tidak Beresiko 31 43,6%
Trimester I
Beresiko 1 1,4%
Tidak Beresiko 34 48%
Trimester II
Beresiko 5 7,0%
Total 71 100%

Dari tabel 4.2 Menunjukan bahwa dari 71 responden pada trimester I terdapat 31

Ibu hamil ( 43,6% ) yang tidak beresiko dan yang beresiko sebesar 1 ibu hamil

( 1,4% ) pada umur ibu dengan kejadian anemia dalam kehamilan sedangkan

pada trimester II terdapat sebanyak 34 ibu hamil ( 48% ) yang tidak beresiko dan

yang beresiko sebanyak 5 ibu hamil ( 7,0% ) pada umur ibu dengan kejadian

anemia dalam kehamilan.

3. Distribusi Frekuensi Paritas yang Anemia

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Paritas Krakteristik Sampel Berdasarkan


dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil.

Kejadian Anemia pada Paritas Frekuensi Presentasi (%)


Usia Kehamilan
Tidak Beresiko 29 40,8%
Trimester I
Beresiko 3 4,2%
Tidak Beresiko 27 38%
Trimester II
Beresiko 12 17%
Total 71 100%
Dari tabel 4.3 Menunjukan bahwa dari 71 responden pada trimester I terdapat 29

ibu hamil ( 40,8% ) yang tidak beresiko dan yang beresiko sebesar 3 ibu hamil (

38
4,2% ) pada paritas dengan kejadian anemia dalam kehamilan sedangkan pada

trimester II terdapat sebanyak 27 ibu hamil ( 38% ) yang tidak beresiko dan yang

beresiko sebanyak 12 ibu hamil ( 17% ) pada paritas dengan kejadian anemia

dalam kehamilan.

4. Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan yang Anemia

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jarak


Kehamilan dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil.

Kejadian Anemia pada Jarak Frekuensi Presentasi (%)


Usia Kehamilan Kehamilan
Tidak Beresiko 25 35,2%
Trimester I
Beresiko 7 10%
Tidak Beresiko 31 35,2%
Trimester II
Beresiko 8 11,2%
Total 71 100%

Dari tabel 4.4 Menunjukan bahwa dari 71 responden pada trimester I terdapat 25

ibu hamil ( 35,2% ) yang tidak beresiko dan yang beresiko sebesar 7 ibu hamil

( 10% ) pada jarak kehamilan dengan kejadian anemia dalam kehamilan

sedangkan pada trimester II terdapat sebanyak 31 ibu hamil ( 43,6% ) yang tidak

beresiko dan yang beresiko sebanyak 8 ibu hamil ( 11,2% ) pada jarak

kehamilan dengan kejadian anemia dalam kehamilan.

5. Distribusi Frekuensi LILA yang Anemia.

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi LILA (Lingkar Lengan Atas) Karakteristik


Sampel Berdasarkan dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil.

Kejadian Anemia pada LILA Frekuensi Presentasi (%)


Usia Kehamilan
Tidak KEK 25 35,2%
Trimester I
KEK 7 9,8%
Tidak KEK 37 52,1%
Trimester II
KEK 2 2,9%
Total 71 100%

39
Dari tabel 4.5 Menunjukan bahwa dari 71 responden pada trimester I terdapat 25

ibu hamil ( 35,2% ) yang tidak beresiko dan yang beresiko sebesar 7 ibu hamil

( 9,8% ) pada LILA dengan kejadian anemia dalam kehamilan sedangkan pada

trimester II terdapat sebanyak 37 ibu hamil ( 52,1% ) yang tidak beresiko dan

yang beresiko sebanyak 2 ibu hamil ( 2,9% ) pada LILA dengan kejadian anemia

dalam kehamilan.

4.2.2 Analisis Bivariat

Berikut ini hasil pengujian bivariat, untuk menguji Apakah dari variabel

independen mempengaruhi variabel dependen pada ibu hamil di Klinik Pratama

Wede Ar-Rachman kecamatan Way Halim Bandar Lampung 2018.

a) Faktor umur ibu dengan usia kehamilan pada kejadian anemia.

Tabel 4.6 Faktor umur ibu dengan usia kehamilan pada kejadian anemia
yang berhubungan dengan ibu hamil di Klinik pratam Wede
Ar-Rachman Kecamatan Way Halim Bandar Lampung 2018.

Kejadian Anemia Pada Usia Kehamilan


Trimester I Trimester II Jumlah P
Umur ibu value OR CI 95%
N % N % N %
Tidak Beresiko 31 96,9% 34 87,2% 65 91,5% 0,504-
0.144 4,559
Beresiko 1 3,1% 5 12,8% 6 8,5% 41,209

Jumlah 32 100% 39 100% 71 100%

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa 31 ( 96,9% ) ibu hamil yang

tidak beresiko, sedangkan yang beresiko 1 ( 3,1% ) ibu hamil pada trimester I.

Pada Trimester II diketahui bahwa 34 (87,2%) ibu hamil yang tidak beresiko

sedangkan yang beresiko 5 (12,8%) ibu hamil. Hasil uji statistik chi square

didapatkan P value = 0,144 dan Odds Ratio= 4,559 artinya Ha ditolak, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu

dengan kejadian anemia pada usia kehamilan.

40
b) Faktor paritas dengan usia kehamilan pada kejadian anemia.

Tabel 4.7 Faktor paritas dengan usia kehamilan pada kejadian anemia
yang berhubungan dengan ibu hamil trimester I dan II di
Klinik pratam Wede Ar-Rachman Kecamatan Way Halim
Bandar Lampung 2018.

Kejadian Anemia Pada Usia Kehamilan


Trimester I Trimester II Jumlah P
Paritas value OR CI 95%
N % N % N %
Tidak Beresiko 29 90,6% 27 69,2% 57 78,1% 1,092-
0.028 4,296
Beresiko 3 9,4% 12 30,8% 6 21,9% 16,898

Jumlah 32 100% 39 100% 71 100%

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa 29 ( 90,6% ) ibu hamil yang

paritasnya 1 orang tidak beresiko, sedangkan yang beresiko 3 ( 9,4% ) ibu

hamil yang paritasnya >2orang pada trimester I. Pada Trimester II diketahui

bahwa 27 ( 69,2% ) ibu hamil yang paritasnya 1 orang tidak beresiko

sedangkan yang beresiko 12 ( 30,8% ) ibu hamil yang paritasnya >2 orang.

Hasil uji statistik chi square didapatkan P value = 0,028 dan Odds Ratio=

4,296 artinya Ha ditolak maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara paritas dengan kejadian anemia pada usia kehamilan.

c) Faktor jarak kehamilan dengan usia kehamilan pada kejadian anemia.

Tabel 4.8 Faktor jarak kehamilan dengan usia kehamilan pada kejadian
anemia yang berhubungan dengan ibu hamil trimester I dan II
di Klinik pratam Wede Ar-Rachman Kecamatan Way Halim
Bandar Lampung 2018.

Kejadian Anemia Pada Usia Kehamilan


Trimester I Trimester II Jumlah P
Jarak Kehamilan value OR CI 95%
N % N % N %
Tidak Beresiko 25 78,1% 31 79,5% 58 79,5% 0,294-
0.889 0,922
Beresiko 7 21,9% 8 20,5% 15 20,5% 2,891

Jumlah 32 100% 39 100% 71 100%

41
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa ibu hamil 25 ( 78,1% ) yang

mempunyai jarak kehamilan > 2 orang tidak beresiko, sedangkan yang beresiko

7 ( 21,9% ) ibu hamil yang mempunyai jarak kehamilan <2 orang pada

trimester I. Pada Trimester II diketahui bahwa 31 ( 79,5% ) ibu hamil yang

mempunyai jarak kehamilan > 2 orang tidak beresiko sedangkan yang beresiko

8 (20,5%) ibu hamil yang mempunyai jarak kehamilan < 2 orang. Hasil uji

statistik chi square didapatkan P value = 0.899 dan Odds Ratio = 0,922 artinya

Ha ditolak maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas

dengan kejadian anemia pada usia kehamilan.

d) Faktor LILA dengan usia kehamilan pada kejadian anemia.

Tabel 4.9 Faktor LILA dengan usia kehamilan pada kejadian anemia
yang berhubungan dengan ibu hamil trimester I dan II di
Klinik pratam Wede Ar-Rachman Kecamatan Way Halim
Bandar Lampung 2018.

Kejadian Anemia Pada Usia Kehamilan


Trimester I Trimester II Jumlah P
LILA value OR CI 95%
N % N % N %
Tidak KEK 25 78,1% 35 89,7% 58 79,5% 0,37-
0.035 0,193
KEK 7 21,9% 4 10,3% 15 20,5% 1,007

Jumlah 32 100% 39 100% 71 100%

Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa 25 ( 78,1% ) ibu hamil yang

tidak terkena KEK, sedangkan yang ibu hamil yang mengalami KEK 7 ( 21,%

) ibu hamil pada trimester I. Pada Trimester II diketahui bahwa 35 ( 89,7% )

ibu hamil yang tidak mengalami KEK sedangkan ibu hamil yang mengalami

KEK 4 ( 10,3% ) ibu hamil. Hasil uji statistik chi square didapatkan P value

= 0,035 dan Odds Ratio = 0,193 artinya Ha ditolak maka dapat disimpulkan

42
bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada usia

kehamilan.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Faktor umur ibu dengan kejadian anemia pada usia kehamilan.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square (X²) dapat dilihat bahwa nilai P value=

0,144 dan hal ini dapat dikatakan bahwa CI 95% = 0,504-41,206 tidak ada

hubungan antara umur ibu dengan usia kehamilan. Namun yang lebih beresiko

pada umur ibu di trimester II dengan nilai OR 4,559 hal ini dapat dikatakan umur

yang beresiko memiliki kecenderungan anemia di trimester II 4,559 atau 4,559 kali

lebih besar di bandingkan dengan umur yang tidak beresiko.

Menurut manuaba (2007) Menilai bahwa masa reproduksi yang sehat,

kurang resiko dengan komplikasi kehamilan adalah umur 20-35 tahum, sedangkan

kehamilan beresiko adalah <20 dan >35 tahun. Hal ini terkait dengan keadaan

biologis dan psikologis dari ibu hamil.

Menurut penelitian Siti Asyirah (2012) yang berjudul “ Faktor-Faktor yang

berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Bajeng

kecamatan Bajeng kabupaten Gowa Tahun 2012” pada penelitiannya didapatkan

ibu hamil yang berumur <20 dan >35 tahun ada 38 ( 38,0% ) yang mengalami

anemia sedangkan yang berumur 20-35 tahun ada 44 ( 44,0% ) yang mengalami

anemia. Hasil uji statistic menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara

umur dengan kejadian anemia. Hal ini membuktikan bahwa penelitian ini sesuai

dengan Siti Asyirah yang menyatakan bahwa anemia pada ibu hamil dapat terjadi

pada semua umur. Artinya dalam kelompok umur apapun terlalu tua atau terlalu

muda tidak akan berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

43
Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian Salmariantity (2012) yang

berjudul ”Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil

diwilayah kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan kabupaten Indragiri Hilir

tahun 2012” dari hasil penelitia ini menunjukan ada hubungan yang bermakna

anatara umur ibu hamil dengan kejadian anemia P Value = 0,012. Dari hasil

penelitian menunjukan prevalensi anemia lebih banyak ditemukan pada responden

kelompok umur beresiko dibandingkan dengan kelompok umur tidak beresiko. Hal

ini membuktikan bahwa ibu hamil yang berumur <20 tahun dan umur >30 tahun

lebih beresiko untuk terkena anemia.

Hasil penelitian ini tidak ada hubungannya antara umur ibu dengan kejadian

anemia pada trimester I dan II di klinik Pratama Wede Ar-Rachman kecamatan

Way halim Bandar Lampung. Di karenakan banyaknya responden dari penelitian

ini berumur diatas 20-35 dimana umur tersebut tidak beresiko terkena anemia.

4.3.2 Faktor paritas dengan kejadian anemia pada usia kehamilan.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square (X²) dapat dilihat bahwa nilai P value=

0,028 dan hal ini dapat dikatakan bahwa CI 95% = 1,092-16,898 tidak ada

hubungan anatara paritas dengan usia kehamilan. Namun yang lebih beresiko pada

paritas di trimester II dengan nilai OR 4,296 hal ini dapat dikatakan bahwa paritas

yang beresiko memiliki kecenderungan anemia di trimester II sebesar 4,296 atau

4,296 kali lebih besar dibandingkan paritas yang tidak beresiko.

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik yang lahir

hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko

mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan

44
kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan

janin yang dikandung.

Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia

pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi, karena

selama hamil zat-zat gizi akan berbagi untuk ibu dan janin yang dikandungnya.

Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar risiko kehilangan

darah dan berdampak pada penurunan kadar Hb. Setiap kali wanita melahirkan,

jumlah zat besi yang hilang diperkirakan sebesar 250 mg (wikjosastro, 2005).

Menurut hasil penelitian Ignatia Goro (2013) yang berjudul “ Faktor-Faktor

Resiko Yang berhubungan dengan kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah

kerja Puskesmas Pandanaran Semarang 2013” menyatakan bahwa tidak hubungan

anatara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil penelitian ini sejalan

dengan Ignatia Goro yang menyatakan bahwa ibu hamil dengan frekuensi kelahiran

banyak akan lebih beresiko dari pada ibu hamil dengan frekuensi kelahiran lebih

sedikit, seseorang akan beresiko apabila melahirkan anak lebih dari 3 dan tidak

kecil resikonya jika frekuensi melahirkannya 1-3. Dari pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa paritas dikarenkan kondisi fisiologis ibu yang belum matang

untuk hamil lagi, makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan

melahirkan akan makin banyak hilangnya zat besi menjadi makin paritas.

Hal tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marwan

(2006) menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan

kejadian anemia pada ibu hamil , dimana terdapat 48,9% ibu yang berstatus

anemia.

45
Hasil penelitian ini tidak ada hubungannya antara paritas dengan kejadian

anemia pada trimester I dan II di klinik Pratama Wede Ar-Rachman kecamatan

Way halim Bandar Lampung.

4.3.3 Faktor jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada usia kehamilan.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square (X²) dapat dilihat bahwa nilai P value=

0,889 dan hal ini dapat dikatakan bahwa CI 95% = 0,294-2,891 tidak ada hubungan

anatara paritas dengan usia kehamilan. Namun yang lebih beresiko pada jarak

kehamilan di trimester II dengan nilai OR 0,922 hal ini dapat dikatakan bahwa

jarak kehamilan yang beresiko memiliki kecenderungan anemia di trimester II

sebesar 0,922 kali lipat lebih besar dibandingkan jarak kehamilan yang tidak

beresiko.

Makin pendek jarak kehamilan makin besar kematian maternal bagi ibu dan

anak, terutama jika jarak tersebut <2 tahun dapat terjadi komplikasi kehamilan dan

persalinan seperti anemia berat, partus lama dan perdarahan. Oleh karena itu

seorang wanita memerlukan 2-3 tahun untuk jarak kehamilannya agar pulih secara

fisiologis akibat hamil atau persalinan berikutnya. (Manuaba, 2007)

Hasil penelitian Ignatia Goro ( 2013 ) yang berjudul “ Faktor-Faktor Risiko

yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pandanaran semarang Tahun 2013 “ menyatakan tidak ada hubungan

antara jarak dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil penelitian ini sejalan

dengan Ignati Goro salah satu penyebab yang dapat mempercepat anemia pada

wanita adalah jarak kelahiran pendek. Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang

merupakan mekanisme biologis dan memulihkan faktor hormonal.

46
Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian Marwan (2006) menyatakan

bahwa terdpat hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan anemia

pada ibu hamil. Berbagai penelitian membuktikan bahwa status gisi ibu sebelum 2

tahun pasca persalinan sebelumnya, oleh karena itu belum siap untuk kemhamilan

berikutnya ( syafiq, dkk )

Hasil penelitian ini tidak ada hubungannya antara jarak kehamilan dengan

kejadian anemia pada trimester I dan II di klinik Pratama Wede Ar-Rachman

kecamatan Way halim Bandar Lampung.

4 .3.4 Faktor LILA dengan kejadian anemia pada usia kehamilan.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square (X²) dapat dilihat bahwa nilai P value =

0,035 dan hal ini dapat dikatakan bahwa CI 95% = 0,037-1,007 tidak ada hubungan

anatara LILA dengan usia kehamilan. Namun yang lebih beresiko pada LILA di

trimester I dengan nilai OR 0,193 hal ini dapat dikatakan bahwa LILA yang

beresiko memiliki kecenderungan anemia di trimester I sebesar 0,193 atau 0,193

kali lebih besar dibandingkan jarak kehamilan yang tidak beresiko.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Status gizi adalah gambaran tentang keseimbangan antara

asupan dan kebutuhan gizi seseorang. Apabila asupan tersebut sesuai maka disebut

gizi baik, jika kurang di sebut gizi kurang dan apabila asupan lebih maka disebut

gizi lebih.

Salah satu cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat

adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri.

Beberapa macam antropometri yang telah digunakan antara lain: Berat Badan

(BB), Panjang Badan (PB), atau Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA),

47
Lingkar Kepala (LK), Lingkar Dada (LD), dan Lapisan Lemak Bawah Kulit

(LLBK).

Cara penilaian status gizi ibu hamil antara lain dengan mengukur lingkar

lengan atas atau LILA. Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui

resiko Kekurangan Energi Kronik (KEK) WUS. (Supariasa.2002)

Menurut hasil penelitian Siti Asyirah (2012) yang berjudul “Faktor-Faktor

yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas

Bajeng kecamatan Bajeng kabupaten Gowa Tahun 2012 hubungan LILA dengan

kejadian anemia pada ibu hamil dengan hasil uji statistic terbukti tidak signifikan

(95% CI antara 0,63-1,2, nilai p = 0,64) artinya tidak ada hubungan antara LILA

dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian Wijianto (2006) dan

Wardhani (2010) yaitu menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

ukuran LILA dengan status anemia ibu hamil.

Hasil penelitian ini tidak ada hubungannya antara LILA dengan kejadian

anemia pada trimester I dan II di klinik Pratama Wede Ar-Rachman kecamatan

Way halim Bandar Lampung.

48
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisis univariat didapatkan pada umur ibu yang beresiko pada trimester

I sebanyak 1 orang ( 1,4% ) sedangkan pada trimester II 5 orang ( 7,0% )

dengan kejadian anemia dalam kehamilan.

2. Hasil analisis univariat didapatkan pada ibu hamil dengan paritas yang beresiko

pada trimester I 3 orang ( 4,2% ) sedangkan pada trimester II 12 orang ( 17% )

dengan kejadian anemia dalam kehamilan.

3. Hasil analisis univariat didapatkan pada dengan jarak kehamilan yang beresiko

trimester I 7 orang ( 10% ) sedangkan pada trimester II 8 orang ( 11,2%)

dengan kejadian anemia dalam kehamilan.

4. Hasil analisis univariat didapatkan pada ibu hamil dengan LILA yang beresiko

trimester I 7 orang ( 9,8% ) sedangkan pada trimester II 2 orang ( 2,9% )

dengan kejadian anemia dalam kehamilan.

5. Hasil analisis bivariat tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu

dengan kejadian anemia pada trimester I dan II dengan nilai P value 0,144.

6. Hasil analisis bivariat tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan

kejadian anemia pada trimester I dan II dengan nilai P value 0,028.

49
7. Hasil analisis bivariat tidak ada hubungan yang signifikan hubungan antara

jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada trimester I dan II dengan nilai P

value 0,889.

8. Hasil analisis bivariat tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi

(LILA) dengan kejadian anemia pada trimester I dan II dengan nilai P value

0,035.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka ada beberapa saran

yang diajukan, meliputi :

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Meningkatkan Upaya deteksi dini ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi

terhadap faktor-faktor internal anemia pada ibu hamil dan juga melakukan

pemantauan secara aktif selama kehamilan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan mahasiswa ikut berperan aktif dan semakin mengembangkan ilmu

yang telah didapatkan selama pekuliahan agar dapat megurangi resiko

terjadinya faktor-faktor internal anemia pada ibu hamil.

3. Bagi Klinik Pratama Wede Ar-Rachman

Pada klinik tersebut agar dibuat suatu perencanaan dan penanggulangan faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil dan diharapkan

para dokter dan bidan memantau ibu hamil dengan memeriksa kadar Hb pada

setiap wanita hamil.

50
4. Bagi peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan suatu acuan untuk menambah

wawasan peneliti mengenai faktor-faktor internal anemia pada ibu hamil.

5. Bagi Peneliti selanjutnya

Perlu dilakukannya penelitian lebih luas seperti mencari faktor-faktor eksternal

yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil sehingga dapat

menjadi suatu pertimbangan atau pembandingan untuk perencanaan program

yang akan di laksanakan.

51

Anda mungkin juga menyukai