Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ARDHITA BAYU.

J
KELAS: 2B
NIM :01414014

1. KEPALA
Pemeriksaan yang dilakukan pada kulit kepala dan rambut adalah inspeksi dan palpasi. Berikut ini
adalah pemeriksaan pada kulit kepala dan rambut.
a. Inspeksi
Lihat kebersihan kulit kepala, apakah ada ketombe, kutu kepala, warna rambut, persebaran rambut
kepala, dan bentuk kepala. Bentuk kepala dipengaruhi oleh ras, penyakit, dan lingkungan. Beberapa
kelainan pada wajah adalah sebagai berikut:
1) Eksoftalmos
Mata menonjol keluar disebabkan oleh peningkatan tekanan intra-okuler (misalnya karena tumor pada
orbital)
2) Akromegali
Ditandai dengan membesarnya tulang kepala, terutama tampak di dahi, hidung dan rahang bawah.
Hidung, bibir, dan telinga membesar karena hormon pertumbuhan yang terlalu banyak.
3) Klien dengan peningkatan hormon adrenal atau yang sedang menjalani terapi hormon adrenal,
mungkin mengalami sindrom Cushing, wajah berbentuk bundar (moon face) dengan pertumbuhan
rambut yang berlebihan.
4) Klien yang menderita gagal ginjal kronis memiliki wajah yang pucat dan edema disekitar mata
5) Penyakit Parkinson menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk berekspresi dan
menggerakkan otot wajah (wajah tampak kaku disebut Mask-like Face). Hal ini disebabkan oleh
kelainan neurologis yang bersifat degeneratif dan progresif.
b. Palpasi
Rasakan adanya massa pada kepala, adanya perubahan kontur tengkorak , atau diskontinuitas
tengkorak. Tanyakan apakah klien merasa nyeri, minta klien untuk menunjukkan dan jangan lanjutkan
palpasi.
Cara Kerja :
1. Atur posisi pasien duduk, atau berdiri.
2. Bila pakai kaca mata dilepas.
3. Lakukan inpeksi rambut dan rasakan keadaan rambut, serta kulit dan tulang kepala.
4. Inspeksi keadaan muka pasien secara sistematis.
2. MATA

Mata mengandung lebih banyak informasi diagnostic daripada organ-organ lain yang ada untuk
diagnosis fisik. Vaskularisasinya saja memungkinkan diagnosis anemia, diabetes, hipertensi, keadaan
hiperviskositas, dan arteriosclerosis. Enam dari 10 saraf cranial, lintasan simpatis dan parasimpatis,
mensarafi struktur-struktur mata. Kelainannnya mungkin terletak jauh tetapi berefek pada penglihatan
dan dapat dilihat.pemeriksaan fisik pada mata hanya terdiri atas inspeksi dan palpasi. Ada
pemeriksaan khusus untuk mengetahui fungsi persyarafan dan tajam penglihatan.
a. Inspeksi
1) Kesimetrisan kedua mata dan alis serta persebarannya
2) Perhatikan kondisi di sekitar mata, lihat warna kelopak mata apakah tampak kantung mata.
3) Inspeksi Orbita dan Letak Mata
Perhatikanlah alis mata, yang tumbuh dengan sangat lambat. Hilangnya sepertiga lateral alis mata
kadang-kadang dijumpai pada miksedema, suatu keadaan yang disebabkan oleh kekurangan hormone
tiroid. Dan pada bola mata perhatikanlah apakah pasien menderita eksoftalmus atau tidak.
4) Inspeksi Kelopak Mata
Biasanya inspeksi biasa sudah cukup. Kadang-kadang, anda perlu memeriksa permukaan dalam
kelopak mata atas. Aparatus lakrimalis terdiri dari glandula lakrimalis pada dinding luar atas orbita
anterior dan punkta atas dan bawah.
5) Inspeksi Iris, Sklera dan Kornea
Periksalah sclera untuk melihat peradangan dan perubahan warna. Kornea dapat diperiksa secara
langsung atau dengan banntuan oftalmoskop. Ia tidak mengandung pembuluh darah sama sekali dan
mempunyai banyak persarafan. Iris normal harus bulat dan simetris.
Reaksi pupil harus diperiksa dalam beberapa cara. Pertama, sinarilah dengan cepat dan langsung ke
dalam dalam salah satu mata dan perhatikanlah kontraksi yang normal. Kedua, tindakan ini
membuktikan keutuhan busur dari reseptor ke efektor baik pada mata yang diperiksa maupun pada
mata kontralateral. Kontraksi terjadi pula kalau mata berakomodasi untuk melihat dekat.
Cara Kerja :

1. Inspeksi keadaan bola mata, catat adanya kelainan : endo/eksoptalmus, strabismus.


2. Anjurkan pasien memandang lurus kedepan, catat adanya kelainan nistagmus.
3. Bedakan antara bola mata kanan dan kiri
4. Luruskan jari dan dekatkan dengan jarak 15-30 cm
5. Beritahu pasien untuk mengikuti gerakan jari, dan gerakan jari pada 8 arah untuk mengetahui
fungsi otot gerak mata.
1. Cara kerja pemeriksaan konjungtiva, sclera dan kornea
2. Beritahu pasien melihat lurus ke depan
3. Tekan di bawah kelopak mata ke bawah, amati konjungtiva dan catat adanya kelainan :
anemia / pucat. ( normal : tidak anemis )
4. Kemudian amati sclera, catat adanya kelainan : icterus, vaskularisasi, lesi / benjolan ( norma :
putih )
5. Kemudian amati sklera, catat adanya kelainan : kekeruhan ( normal : hitam transparan dan
jernih )
6. Cara kerja pemeriksaan pupil
7. Beritahu pasien pandangan lurus ke depan
8. Dengan menggunakan pen light, senter mata dari arah lateral ke medial
9. Catat dan amati perubahan pupil : lebar pupil, reflek pupil menurun, bandingkan kanan dan
kiri
a. Normal : reflek pupil baik, isokor, diameter 3 mm
b. Abnormal : reflek pupil menurun/-, Anisokor, medriasis/meiosis
10. Pemeriksaan tajam penglihatan
11. Siapkan alat : snelen cart dan letakkan dengan jarak 6 meter dari pasien.
12. Atur posisi pasien duduk/atau berdiri, berutahu pasien untuk menebak hurup yang ditunjuk
perawat.
13. Perawat berdiri di sebelah kanan alat, pasien diminta menutup salah satu mata ( atau dengan
alat penutup ).
14. Kemudian minta pasien untuk menebak hurup mulai dari atas sampai bawah.
15. tentukan tajam penglihatan pasien
16. Pemeriksaan lapang pandang
17. perawat berdiri di depan pasien
18. bagian yang tidak diperiksa ditutup
19. Beritahu pasien untuk melihat lurus kedepan ( melihat jari )
20. Gerakkan jari kesamping kiri dan kanan
21. jelaskan kepada pasien, agar memberi tahu saat tidak melihat jari
22. Pemeriksaan tekanan bola mata

Tampa alat : Beritahu pasien untuk memejamkan mata, dengan 2 jari tekan bola mata, catat
adanya ketegangan dan bandingkan kanan dan kiri.
Dengan alat : Dengan alat Tonometri ( perlu ketrampilan khusus )
3. TELINGA
Pemeriksaan fisik dada pada telinga meliputi inspeksi, palpasi, dan pemeriksaan tajam pendengaran.
a. Inspeksi
1) Lihat kesimetrisan kedua daun telinga
2) Lihat adanya luka/bekas luka pada telinga dan sekitarnya
3) Lihat apakah ada darah atau sekret yang keluar
4) Lihat apakah gendang telinga dalam kondisi utuh atau tidak.
b. Palpasi
1) Palpasi telinga pada daerah tragus, normalnya tidak akan terasa nyeri
2) Jika terjadi nyeri kemungkinan ada infeksi di dalam saluran telinga, selain itu warna tragus akan
tampak memerah (radang)
3) Palpasi kelenjar limfe di sekitar aurikel
c. Pemeriksaan tajan pendengaran
1) Tes berbisik (whispering test)
2) Tes weber
3) Tes Rinne

Pemeriksaan daun telinga, lubang telinga dan membrane tympani

1. Atur posisi pasien duduk


2. Perawat berdiri di sebelah sisi pasien, amati daun telinga dan catat : bentuk, adanya lesi atau
bejolan.
3. tarik daun telinga ke belakang atas, amati lubang telinga luar , catat adanya : lesi, cerumen,
dan cairan yang keluar.
4. Gerakkan daun telinga, tekan tragus dan catat adanya nyeri telinga.catat adanya nyeri telinga.
5. Masukkan spikulum telinga, dengan lampu kepala / othoskop amati lubang telinga dan catat
adanya : cerumen atau cairan, adanya benjolan dan tanda radang.
6. Kemudian perhatikan membrane tympani, catat : warna, bentuk, dan keutuhannya. ( normal :
warna putih mengkilat/transparan kebiruan, datar dan utuh )
7. Lakukan prosedur 1-6 pada sisi telinga yang lain.
Pemeriksaan fungsi pendengaran
Tujuan: menentukan adanya penurunan pendengaran dan menentukan jenis tuli persepsi atau
konduksi. Tehnik pemeriksaan :
a. VoicCara Kerja (Dengan suara bilangan)
1. perawat di belakang pasien dengan jarak 4-6 meter
2. bagian telinga yang tidak diperiksa ditutup
3. bisikkan suatu bilangan ( tujuh enan )
4. beritahu pasien untuk mengulangi bilangan tersebut
5. bandingkan dengan telinga kiri dan kanan
cara Kerja (Dengan suara detik arloji)
1. pegang arloji disamping telinga pasien
2. beritahu pasien menyatakan apakah mendengar arloji atau tidak
3. Kemudian jauhkan, sampai pasien tidak mendengar ( normal : masih terdengar pada jarak 30 cm )
4. lakukan pada kedua sisi telinga dan bandingkan
b. Test garputala
1) Rinne test
a) Perawat duduk di sebelah sisi pasien
b) Getarkan garputala, dengan menekan jari garputala dengan dua jari tangan
c) Letakkan pangkal garputala pada tulang mastoid, dan jelaskan pasien agar memberitahu bila tidak
merasakan getaran.
d) Bila pasien tidak merasakan getaran, dekatkan ujung jari garputala pada lubang telinga, dan
anjurkan penderita agar memberutahu mendengar suara getaran atau tidah.

2) Weber test
a) getarkan garputala
b) Letakkan pangkal garputala di tengah-tengah dahi pasien
c) Tanya kepada pasien, sebelah mana teinga mendengar lebih keras ( lateralisasi kana/kiri).

3) Scwabach Test
a) Getarkan garputala
b) letakkan ujung jari garputala pada lugang telinga pasien
c) kemudian sampai pasien tidak mendengar, lalu bandingkan dengan pemeriksa.
c. Test Audiometri
Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan
1. Test Romberg
2. Test Fistula
3. Test Kalor
Pemeriksaan Leher

Inspeksi pada leher untuk melihat adanya asimetris, denyutan abnormal, tumor maupun
keterbatasan dalam Range of Moion (ROM) maupun pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.

Pemeriksaan palpasi pada tulang hyoid, tulang rawan tiroid, kelenjar tiroid, pembuluh karotis
dan kelenjar limfe. Bila terjadi pembesaran tiroid, pemeriksaan palpasi dilakukan dengan
meletakkan ujung jari kedua tangan di kelenjar dengan posisi pemeriksa di belakang
penderita, kemudian penderitadiminta menelan sehingga ujung jari pemeriksa ikut gerakan
menelan. Kemudia dilakukan auskultasi di tiroid dan dapat didengar bising sistolik yang
mengarahkan adanya penyakit graves.

Pemeriksaan pada leher untuk melihat vena jugularis dapat memberikan gambaran tentang
aktifitas jantung. Perubahan aktifitas jantung dapat memberikan gambaran pada vena dengan
cara memyebabkan perubahan tekanan vena-vena tepi, bendungan pada vena-vena tepi dan
perubahan pada bentuk pulvus vena.

Palpasi Trakea

Perhatatikan setiap adanya deviasi pada trakea. Cara memeriksanya dengan meletakkan jari
telunjuk pada diantara trakea dan strenomastoid. Bandingkan dengan kedua sisi sebelah
kanan kirinya.

Anda mungkin juga menyukai