DOSEN PENGAMPU :
OLEH :
KELOMPOK 6
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “ Air Bersih dan Sanitasi” ini . Kami mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Septia Pristi Rahmah,S.KM,M.KM selaku dosen mata kuliah Dasar
Kesehatan Lingkungan Universitas Andalas yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Disamping itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Air Bersih dan Sanitasi. Kami menyadari bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
BAB I (PENDAHULUAN)
BAB II (PEMBAHASAN)
3.2 Saran................................................................................................................ 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik,kesehatan dan daya
tahan hidup manusia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Air merupakan zat cair yang dinamis bergerak dan mengalir melalui siklus hidrologi
yang abadi. Air juga merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada
tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu
pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya,
seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.
Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan
temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen
(H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
Air bersihadalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air
minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan airminum. Adapun persyaratan yang
dimaksud adalah persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi
dan radiologis, sehinggaapabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan
Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990.
Air merupakan unsur yang sangat vital bagi kehidupan makhluk di muka bumi ini.
Dalam tubuh manusia terdapat sekitar 50-80% yang terdiri dari cairan. Air digunakan untuk
berbagai keperluan di antaranya minum, mandi, mencuci pakaian, memasak dan kebutuhan
lainnya.. Dalam skala yang lebih luas, air bersih dan sehat sangat penting bagi perkembangan
sosial dan ekonomi.Begitu tergantungnya kehidupan manusia terhadap air, maka kualitas
hidup manusia sangat tergantung dari kualitas air yang dikonsumsi. Air yang baik dan sehat
membuat ekosistem sehat dan tetap terjaga sehingga pada akhirnya, menjadikan manusia
lebih sejahtera. Sebaliknya, kualitas air yang buruk berdampak pada menurunnya kualitas
3
lingkungan. Pada banyak kasus, buruknya kualitas air menyebabkan penyakit pada manusia,
kerugian, dan kematian. Diare, penyakit yang paling umum ditularkan melalui air, menyerang
4,6 Milyar orang, 2,2 juta diantaranya berakibat fatal.
Air adalah dasar dari kehidupan, namun air juga bisa menjadi perantara yang
sempurna untuk menularkan penyakit ke seluruh Negara di dunia. Selama air di bumi saling
berhubungan, selama itu juga air menjadi media transmisi yang baik untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat atau justru menyeret dunia menjadi kawasan tak layak huni.Selain
sebagai sarana mencapai kesehatan dan kesejahteraan, air juga sangat penting bagi lingkungan
pertanian dan bisnis, aplikasi industri dan kimia, proses sanitasi, fasilitas rekreasi, dan
pengolahan makanan. Industri air kemasan dan system pemurnian air adalah usaha yang kini
sedang berkembang. Dan tentu saja, sejak jaman dahulu, air menjadi komponen utama dalam
menangani kebakaran.
Sebagaimana kampanye PBB pada 2010 yang bertajuk “Clean Water for a Healthy
World”, PBB menyatakan bahwa “kualitas air berdampak pada setiap orang dan gaya hidup
kita berdampak terhadap kualitas air”. Program pelestarian air kini berfokus pada desakan
bagi manusia menjadi penjaga utama agar air tetap bersih dan sehat dengan mengurangi
pencemaran. Hal ini sangat penting mengingat gaya hidup manusia telah menyebabkan
kerusakan dan terkurasnya sumber air di bumi.
A. Persyaratan Kualitatif
Kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini
meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia, persyaratan biologis dan persyaratan
radiologis. Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes. No.416/Menkes/PER/IX/1990
dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut:
1. Syarat-syaratfisik.
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain
itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang
lebih 25oC
4
2. Syarat-syaratKimia.
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah
yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah :
pH, total solid, zat organik, CO2agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi
(Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit,
flourida (F), serta logam berat.
B. Persyaratan Kuantitatif
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air
baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan
kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai
dengan jumlah kebutuhan air bersih
C. Persyaratan Kontuinitas
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang
relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat
diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan,
kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisiideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada
setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air
dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian
air.Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas
kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00WIB.Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari
dua aspek.Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air
untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu,
diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan.Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan
fasilitas energi yang siap setiapsaat
5
2.4. Sanitasi dan Kesehatan
A. Pengertian
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku
yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh
langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat
menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembangunan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagainya.
Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di
Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit
menular di masyarakat.
Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan
lingkungan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan dari aspek
pengobatan. Dengan adanya upaya pencegahan yang baik, angka kejadian penyakit yang
terkait dengan kondisi lingkungan dapat di cegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk
preventif juga relative lebih terjangkau daripada melakukan upaya pengobatan penyakit,
banjir, pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya saluran sungai, dialirkan pada saluran
sungai.
B. Manfaat Sanitasi
Ternyata manfaat sanitasi yang baik itu sangat besar, tidak hanya bagi kesehatan
masyarakat. Tapi juga berdampak positif bagi perekonomian dan pembangunan bangsa.
Berikut ini adalah manfaat sanitasi menurut Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas,
Nugroho Tri Utomo :
1. Menghindari angka pertumbuhan ekonomi semu.
Kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk sebagaimana diuraikan di atas, jika dihitung detail,
seharusnya akan mempengaruhi dan mengurangi laju pertimbuhan ekonomi.
2. Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan produktivitas masyarakat.
Menurut WHO, kondisi dan perilaku sanitasi yang baik dan perbaikan kualitas air minum
dapat menurunkan kasus diare yang akan mengurangi jumlah hari tidak masuk sekolah dan
6
tidak masuk kerja hingga 8 hari pertahun atau meningkat 17% yang tentunya berdampak pada
kesempatan meningkatkan pendapatan.
3. Menurunkan angka kemiskinan.
Akibat buruknya sanitasi, rata-rata keluarga di Indonesia harus menanggung Rp 1,25 juta
setiap tahunnya. Ini jumlah yang sangat berarti bagi keluarga miskin. Biaya-biaya tersebut
mencakup biaya berobat, perawatan rumah sakit, dan hilangnya pendapatan harian
(opportunity cost) akibat menderita sakit atau harus menunggu dan merawat anggota keluarga
yang sakit.
4. Memberdayakan masyarakat.
Perubahan perilaku terhadap akses sanitasi, telah dibuktikan dapat mendorong kontribusi
investasi sanitasi. Pengalaman pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di
Jawa Timur menunjukkan leverage factor, bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan telah berhasil
menggerakan investasi sanitasi dari masyarakat sendiri hingga Rp 35.
5. Menyelamatkan masyarakat.
Manfaat dari investasi sanitasi tentu saja terkait motto di bidang kesehatan yang sudah
dikenal luas, yaitu mencegah selalu lebih murah dari mengobati. Bayangkan negara kita harus
kehilangan Rp 58 triliun pertahun karena kita memilih tidak mengalokasikan anggaran
sebesar Rp 11,2 triliun pertahun untuk memperbaiki kondisi sanitasi.
6. Menjaga lingkungan hidup.
Bank Pembangunan Asia (2009) menyatakan bahwa, kita telah gagal menginvestasikan USD
1 untuk menangani sanitasi, sehingga sungai kita tercemar, maka akan diperlukan
pengeluaran biaya sebesar USD 36 untuk memulihkan kembali kondisi air sungai tersebut.
7
kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per
siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan
kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter
air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini
tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga
bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih banyak hubungannya
dengan pengelolaan sampah.
Penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan sampah dan air
limbah yang kurang baik diantaranya adalah:
a. Diare
b. Demam berdarah
c. Disentri
d. Hepatitis A
e. Kolera
8
f. Tiphus
g. Cacingan dan Malaria
Negara harus bekerja lebih untuk menanggung kehidupan dari penduduknya agar
setidaknya dapat merasakan kehidupan yang layak. Kesehatan Pemukiman Sebenarnya
penduduk = potensi. Sebagai pembangunan negara, sebagai pelaksana, dan objek dari
pembangunan. Namun apabila jumlahnya terlampau banyak dan di sisi lain kualitas SDM itu
sendiri tidak memadai untuk menjadi pelaksana pembangunan, maka hal ini akan menjadi
masalah karena penduduk hanya menjadi objek pembangunan bukan pelaksana. Namun
faktanya masih banyak rakyat Indonesia yang hidup dalam kondisi yang sangat
memprihatinkan. Kepadatan penduduk yang terjadi di Indonesia mengakibatkan terbatasnya
lahan untuk tempat tinggal sehingga hal ini memaksa masyarakat untuk membentuk suatu
pemukiman kumuh. Tentu saja kondisi ini menyebabkan sulitnya penduduk untuk
memperoleh fasilitas kehidupan yang layak.
9
Pemukiman rumah Secara umum dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Menuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privasi yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah memenuhi persyaratan
pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih,
pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup,
memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
10
1. Parameter Fisika
Parameter Fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut.
Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat
terlarut (TDS)
Bau
Air yang baik idelanya tidak berbau. Air yang berbau busuk tidak menarik
dipandang dari sudut estetika. Selain itu juga, bau busuk bias disebabkan
proses penguraian bahan organic yang terdapat dalam air.
Kekeruhan
Air yang baik idealnya harus jernih. Air yang keruh mengandung partikel
padat tersuspensi yang berupa zat – zat berbahaya bagi kesehatan.
Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi karena mikroba pathogen
dapat terlindung oleh partikel tersebut.
Rasa
Air yang baik idealnya juga tidak memiliki rasa/ tawar. Air yang tidak
tawar mengindikasikan adanya zat – zat tertentu di dalam air tersebut.
Rasa asin disebabkan adanay garam-garam tertentu di dalam air, begitu
juga rasa asam disebabkan adanya asam di dalam air dan rasa pahit
disebabkan adanya basa di dalam air tersebut.
Suhu
Air tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok dengan udara
sekitar. Di Indonesia, suhu air minum idealnya ± 3°C dari suhu udara. Air
yang secara mencolok mempunayi suhu di atas atau dibawah suhu udara
berarti mengandung zat-zat tertentu atau sedang terjadi proses biokimia
yang mengeluarkan atau menyerap energy dalam air.
Padatan Terlarut Total
Padatan Terlarut Total (Total Disolved Solid) adalah bahan bahan terlarut
yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain. Bila TDS bertambah
maka kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan/kerak pada system perpipaan.
11
2. Parameter Kimiawi
Parameter Kimiawi dielompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia
organic. Dalam standar air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa
logam,zat reaktif, zat-zat berbahaya dan beracun serta pH.
Sedangkan zat kimia organic dapat berupa insektisida dan herbisida, zat beracun
maupun zat pengikat Oksigen.
Sumber logam dalam air dapat berasal dari industry, pertambangan ataupun
proses pelapukan secara alamiah. Korosi dari pipa penyalur air minum dapat juga
menyebabkan kehadiran logam dalam air minum.
Arsenic, Barium, Cadmium, Chromium,Mercury dan Selenium merupakan
logan beracun yang mempengaruhi organ bagian dalam manusia. Timbal merusak
eritrosit, system saraf dan ginjal manusia. Tembaga meupakan indicator terjadinya
perkaratan. Konsentrasi Fluor yang terlalu tinggi dalam air minum dapat
menimbulkan gangguan pada gigi. Nitrit dalam air minum akan bereaksi dengan
Hb membentuk Methemoglobin yang dapat menyebabkan penyakit blue babies
pada bayi.
3. Parameter Mikrobiologi
Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri Coliform sebagai organisme
petunjuk. Dalam laboratorium, istilah total coliform menunjukkan bakteri
Coliform dari tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya. Penentuan parameter
mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba pathogen di dalam
air minum.
4. Parameter Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada
sel yang terpapar. Kerusakan dapat beruapa kematian dan perubahan komposisi
genetic. Kematian sel dapat diganti kembali apabila tidak seluruh sel mati.
Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan muatsi.
Sinar Alpha, Beta dan Gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan
tibuh. Sinar Alpha sulit menembus kulit dan sinar Gamma dapat menembus kulit
sanagat dalam.
12
B. Sumber – Sumber Air Minum
1. Air hujan (Termasuk es dansalju)
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Akan tetapi air hujan
ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum
yang sehat perlu ditambahkan kalsium di dalamnya.
3. Mataair
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari tanah yang muncul secara
alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini, belum tercemar oleh kotoran
sudah dapat dijadikan air minum langsung. Akan tetapi karena kita belum yakin
apakah betul belum tercemar, maka alangkah baiknya air tersebut direbus
dahulu sebelum diminum.
4. Air sumurdangkal
Air ini keluar dalam tanah, juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air di
dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah
dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5
sampai dengan 1 meter dari permukaan tanah.
5. Air sumurdalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan
tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur
kedalaman seperti ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang
langsung.
13
C. Air Minum Isi Ulang
Air Minum Isi Ulang (AMIU) adalah air yang mengalami beberapa proses
yaitu chlorinasi, aerasi, filtrasi dan penyinaran dengan sinar ultraviolet. Air
Minum Isi Ulang (AMIU) biasanya tidak habis dalam sekali pakai melainkan
dalam beberapa hari. Semakin lama penyimpanan memungkinkan adanya
pertumbuhan mikroorganisme yang akan berkembang menjadi bakteri patogen
dan menyebabkan kadar zat organik menjadi meningkat. Kualitas air minum harus
sesuai dengan Permenkes RI nomor 416 / Menkes/ Per/ IX/ 1990, yaitu secara
fisik harus jernih, tidak berasa, tidak bewarna, dan tidak berbau. Secara
mikrobiologi, tidak boleh mengandung bakteri patogen, dan secara kimia antara
lain kadar zat organik sebagai angka permanganat maksimal 10 mg/l
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan
jasad-jasad lain. Khususnya manusia, manusia akan lebih cepat meninggal karena
kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Air yang kita perlukan adalah air yang
memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis dan
radioaktif. Untuk mendapatkan air yang memenuhi persyaratan tersebut diperlukan
adanya sanitasi.
Air Minum Isi Ulang (AMIU) adalah air yang mengalami beberapa proses yaitu
chlorinasi, aerasi, filtrasi dan penyinaran dengan sinar ultraviolet. Air Minum Isi Ulang
(AMIU) biasanya tidak habis dalam sekali pakai melainkan dalam beberapa hari.
Semakin lama penyimpanan memungkinkan adanya pertumbuhan mikroorganisme yang
akan berkembang menjadi bakteri patogen dan menyebabkan kadar zat organik menjadi
meningkat
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
3.2 Saran
1. Agar air bersih dapat diperoleh secara merata oleh seluruh masyarakat, maka
pengadaan sarana sanitasi sangan diperlukan.
2. Pemerintah serta tenaga kesehatan harus lebih intensif dalam memberikan penjelasan
mengenai air bersih serta sanitasinya
15
DAFTAR PUSTAKA
Suyono & Budiman. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27601/4/Chapter%20II.pdf diakses
pada 28 Februari 2017
16