LTM Lipid
LTM Lipid
1.3 Makanan
Lipid juga banyak diaplikasikan pada produk-produk pangan yang berbahan dasar
lemak/minyak nabati atau hewani, seperti mentega, margarin, minyak goreng dan
mayonaise.
1.4 Automotif
Dalam bidang automotif, lipid banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
pelumas bio(biolubricant). Biolubricant berguna untuk melindungi mesin dari
keausan serta memiliki kelebihan dibanding pelumas biasa yaitu sifatnya yg ramah
lingkungan.
Selain itu, lipid juga diaplikasikan dalam pembuatan biodiesel. Lipid yang biasanya
digunakan sebagai biodiesel adalah lipid alga.
2.1.3 Sintesis
Biolubricants adalah ester alkohol berat yang berasal dari bahan
baku berbasis minyak nabati dan memiliki sifat pelumas yang mirip dengan
pelumas berbasis minyak mineral
Minyak kelapa sawit dan minyak jarak dikonversi menjadi fatty acid
methyl esters (FAME) menggunakan proses transesterifikasi metanol, diikuti
oleh beberapa langkah pemurnian. methyl palm / Jatropha biodiesel yang
diperoleh diperlakukan dengan silika gel selama 30 menit untuk
menghilangkan sabun, dan kemudian sampel disaring dan dikeringkan
semalam dalam oven pada suhu 105 ° C.
Ester TMP berbasis minyak kelapa sawit dan Ester TMP berbasis
minyak jarak disiapkan menggunakan reaksi transesterifikasi
Trimethylolpropane (TMP) pada awalnya dilarutkan ke dalam sejumlah kecil
biodiesel yang diperoleh dengan bantuan pemanasan (70-90 ° C) dan diaduk
untuk melelehkan padatan kristal.
Sejumlah TMP tadi kemudian ditambah pengadukan dan dipanaskan
ke suhu operasi. (120-130 ° C) sebelum katalis natrium metoksida (0,9-1%)
ditambahkan sesuai dengan jenis metil ester.
Vakum diterapkan secara bertahap setelah penambahan katalis untuk
menghindari reaksi berlebih (10-50 mmHg), dan durasi reaksi konstan pada
(4 jam).
Setelah reaksi selesai, campuran reaksi didinginkan hingga suhu
kamar. Etil asetat ditambahkan dan disaring vakum untuk menghilangkan
katalis dan bahan padat diikuti dengan distilasi fraksional. Produk akhir
(biolubricants) dapat dianalisis untuk sifat pelumasannya menggunakan
metode standar ASTM.
2.2 Sabun
2.2.1 Fungsi
Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal
dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun berkemampuan untuk
mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan.
Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun :
1.Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun bersifat nonpolar sehingga larut
dalam zat non polar, seperti tetesan-tetesanminyak.
2.Ujung anion molekul sabun, yang tertarik dari air, ditolak oleh ujung anion
molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena
tolak menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling
bergabung tetapi tersuspensi.
2.2.2 Sintesis
Reaksi yang terjadi pada saat pembuatan sabun disebut reaksi
Saponifikasi. Trigliserida akan direaksikan dengan alkali (biasanya
menggunakan NaOH atau KOH), maka ikatan antara atom oksigen pada
gugus karboksilat dan atom karbon pada gliserol akan terpisah. Proses ini
disebut “saponifikasi”. Atom oksigen mengikat sodium yang berasal dari
sodium hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut
dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut
sabun, sedagkan gugus OH dalam hidroksida akan berkaitan dengan
molekulgliserol,apabila ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi
saponifikasi dinyatakan selesai.
2.2.3 Komposisi
1. Lemak
Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang
digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Minyak tumbuhan
maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang
umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam
lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak
dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada
kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi
keras dan sulit terlarut dalam air.
Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya : Tallow(lemak sapi atau domba), palm oil,
coconut oil,minyak jagung
2. Senyawa Alkali
Senyawa alkali merupakan garam terlarut dari logam alkali seperti
kalium dan natrium. Alkali digunakan sebagai bahan kimia yang bersifat
basa dan akan bereaksi serta menetralisir asam. Alkali yang umum digunakan
adalah NaOH atau KOH. NaOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun
padat karena sifatnya yang tidak mudah larut dalam air
Penggunaan KOH ataupun NaOH harus dilakukan dengan takaran
yang tepat. Apabila terlalu pekat atau lebih, maka alkali bebas (tidak
berikatan dengan trigliserida) akan terlalu tinggi sehingga dapat
menyebabkan iritasi pada kulit. Sebaiknya apabila terlalu encer atau terlalu
sedikit, maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas
yang tingg sehingga mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran.
3. Zat Aditif
Zat aditif digunakan pada sabut bertujuan untuk meningkatkan kualitas
produk sabun. Zat aditif tersebut seperti pewangi, pewarna, germisida,
Gliserin Monostearat(GMS), dan Surfaktan
https://www.slideshare.net/purechems/lipid-classification-naming-rules-function-and-
application-at-life
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1110062115301057 v
https://www.academia.edu/11247754/Bio_Lubricant v
https://media.neliti.com/media/publications/205269-sintesis-biopelumas-dari-minyak-biji-
jar.pdf
http://eprints.polsri.ac.id/4060/3/File%203%20%28BAB%20II%29.pdf v