Bab VII
Bab VII
Penelitian mengenai pengaruh durasi aplikasi gel campuran 15% EDTA dan
10% urea peroksida terhadap kekerasan mikro dentin saluran akar telah dilakukan
kekerasan mikro dentin saluran akar sebelum (pretest) dan setelah (posttest) aplikasi
gel campuran 15% EDTA dan 10% urea peroksida dilakukan di Laboratorium
Hardness Tester dan pembacaan panjang diagonal hasil teraan diamond penetrator
pembesaran 300x (Gambar 4.1). Nilai rata-rata kekerasan mikro dentin dari setiap
sampel dihitung menggunakan rumus Vickers. Nilai rata-rata kekerasan mikro dentin
47
48
sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10%
100
Kekerasan (VHN)
80
60
pretest
85,133 ± 18,896
74,382 ± 23,299
90,682 ± 25,997
97,573 ± 18,751
86,744 ± 20,313
84,263 ± 8,512
61,944 ± 3,949
73,772 ± 6,735
45,489 ± 7,877
40 posttest
32,593 ± 10,561
20
0
Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D Kelompok E
(1 menit) (3 menit) (5 menit) (10 menit) (15 menit)
Durasi (menit)
Gambar 4-2. Grafik nilai rata-rata kekerasan mikro dentin saluran akar sebelum
(pretest) dan sesudah (posttest) aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea
peroksida.
Nilai rata-rata kekerasan mikro dentin saluran akar antar kelompok pretest
yang terbesar terdapat pada kelompok A yaitu 97,573 VHN, dan yang terkecil
terdapat pada kelompok D 73,772 VHN. Nilai rata-rata kekerasan mikro dentin
saluran akar antar kelompok posttest yang terendah terdapat pada kelompok E yaitu
32,593 VHN, dan yang tertinggi terdapat pada kelompok A yaitu 85,133 VHN.
Penurunan kekerasan mikro dentin saluran akar yang terbesar terjadi pada kelompok
Data pretest dan posttest selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas (Tabel 2 dan 3). Hasil uji homogenitas data menunjukkan bahwa data
pretest dan posttest memiliki varian yang berbeda (p<0,05). Hasil uji normalitas
menunjukkan bahwa data pretest memiliki sebaran data yang normal di setiap
kelompok (p>0,05) dan pada data posttest terdapat kelompok yang memiliki sebaran
data yang tidak normal (p<0,05), sehingga dilakukan transformasi data terlebih
dahulu sebelum dilakukan uji one way ANOVA. Hasil transformasi data posttest
tetap menunjukkan bahwa sebaran data tidak normal (p<0,05). Data pretest dan
posttest kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji non parametrik karena tidak
memenuhi syarat untuk dilakukan uji one way ANOVA. Data pretest dan posttest
dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan antar kelompok,
Tabel 3. Uji Normalitas Kekerasan Mikro Dentin Saluran Akar pada Data Pretest dan
Posttest
Shapiro-Wilk
Kelompok
Sig.
Pretest .650
Kelompok A (1 menit)
Posttest .572
Pretest .588
Kelompok B (3 menit)
Posttest .884
Pretest .282
Kelompok C (5 menit)
Posttest .042
Pretest .170
Kelompok D (10 menit)
Posttest .173
Pretest .096
Kelompok E (15 menit)
Posttest .117
Sig: Significance
probabilitas sebesar 0,235 (Tabel 4). Nilai probabilitas sebesar 0,235 menunjukkan
bahwa nilai p>0,05. Hal ini berarti pada data pretest tidak terdapat perbedaan nilai
kekerasan mikro dentin saluran akar antar kelompok sebelum aplikasi gel campuran
15% EDTA dan 10% urea peroksida. Perbedaan nilai rata-rata kekerasan mikro
dentin saluran akar setelah aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea
nilai rata-rata kekerasan mikro dentin saluran akar setelah aplikasi gel campuran 15%
EDTA dan 10% urea peroksida. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas yang
kurang dari 0,05 (p<0,05). Data selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney untuk
setelah aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea peroksida (Tabel 6).
Tabel 6. Uji Mann-Whitney Data Posttest Nilai Kekerasan Mikro Dentin Saluran Akar
di Setiap Kelompok
Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D Kelompok E
(1 menit) (3 menit) (5 menit) (10 menit) (15 menit)
Kelompok A
.337 .025* .004* .004*
(1 menit)
Kelompok B
.200 .037* .006*
(3 menit)
Kelompok C
.004* .004*
(5 menit)
Kelompok D
.078
(10 menit)
* : terdapat perbedaan yang signifikan
kekerasan mikro dentin saluran akar yang signifikan (p<0,05) antara kelompok A (1
menit) dengan kelompok C (5 menit), kelompok D (10 menit), dan kelompok E (15
52
menit), antara kelompok B (3 menit) dengan kelompok D (10 menit) dan kelompok E
(15 menit), serta antara kelompok C (5 menit) dengan kelompok D (10 menit) dan
kelompok E (15 menit). Terdapat juga perbedaan nilai kekerasan mikro dentin yang
IV.2 Pembahasan
anorganik. Komponen anorganik dentin didominasi oleh kalsium dan fosfat yang
terdapat dalam bentuk kristal hidroksiapatit.53 Kandungan kalsium dapat berubah dan
memengaruhi kekerasan dentin. Nilai kekerasan mikro dentin saluran akar yang diuji
pada penelitian ini sebelum aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea
peroksida dapat dilihat pada gambar 4.2. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai kekerasan mikro dentin
saluran akar sebelum aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea peroksida. Hal
ini menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam keadaan yang sama sebelum
morfologi permukaan dentin yang dapat juga mengarah pada perubahan fisik dan
mekanik.
kandungan mineral jaringan keras gigi akibat penggunaan bahan kimia dalam proses
kekerasan dengan uji Vickers lebih efektif dalam mengukur kekerasan mikro di
bagian yang lebih dalam dari dentin saluran akar dibandingkan dengan permukaan
lebih berarti dibandingkan dengan indenter Knoop karena bentuk indenter dari
berkurang seiring dengan lokasi indentasi yang lebih dekat ke pulpa. Pashley et al.
(1985) melaporkan bahwa nilai kekerasan dentin akan berkurang ketika dentin diuji
dari daerah superfisial ke daerah yang lebih dalam dari dentin. Peningkatan jumlah
tubulus dentin yang terbuka memberikan sedikit resistensi terhadap alat indenter.1
Sampel yang digunakan pada penelitian ini dipreparasi terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengujian kekerasan untuk menghindari sifat bias dari indenter. Alat
54
dianggap memiliki permukaan terluas dari seluruh bagian dentin saluran akar.
Agen kelasi diperkenalkan dalam dunia endodotik pada tahun 1957 oleh
Nygaard-Otsby sebagai alat bantu dalam preparasi saluran akar yang sempit dan
terkalsifikasi. Berbagai agen kelasi telah disarankan dalam dunia endodontik, tetapi
EDTA merupakan agen kelasi yang paling efektif. EDTA dapat melunakkan dentin
Terdapat penurunan nilai kekerasan mikro dentin setelah aplikasi gel campuran 15%
EDTA dan 10% urea peroksida pada penelitian ini. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilaporkan oleh Napte et al. (2014) yang mengevaluasi efek agen kelasi
terhadap kekerasan mikro lapisan permukaan dentin saluran akar.44 Penurunan nilai
kekerasan mikro dentin setelah aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea
peroksida disebabkan oleh adanya tindakan kelasi EDTA. Tindakan kelasi terjadi
akibat EDTA yang telah mengalami dehidrogenasi mengikat ion kalsium yang
anorganik dari dentin yang menyebabkan penurunan nilai kekerasan dentin saluran
akar.
55
Gambar 4-4. Skema saluran akar sebelum (a) dan setelah (b) aplikasi gel campuran
15% EDTA dan 10% urea peroksida, (c) dan (d) adalah struktur EDTA dan EDTA-
Ca.55
katalis dalam proses kelasi antara EDTA dan ion kalsium yang ada pada kompleks
hidroksiapatit dari dentin. Proses kelasi antara EDTA dan hidrogen peroksida akan
terjadi lebih cepat karena adanya hidrogen peroksida yang bertindak sebagai katalis
dalam reaksi kelasi tersebut tanpa merubah bentuk dan fungsi dari hidrogen peroksida
maupun EDTA, sehingga hidrogen peroksida tetap akan terurai dan menghasilkan
oksigen yang menyebabkan timbulnya gelembung udara yang juga bermanfaat dalam
Skema 2-6. Reaksi kelasi dari EDTA; (1) pembentukan kompleks; (2) protonasi 38,55
56
Beberapa teori telah mencoba untuk menjelaskan reaksi kimia yang terjadi,
salah satunya adalah teori medan kristal. Teori medan kristal menjelaskan pengaruh
medan listrik dari ion yang berdekatan pada energi orbital valensi dari ion pada
sebuah kristal. Menurut teori medan kristal, gaya tarik yang diberikan oleh ion logam
lebih besar dibandingkan gaya repulsif yang diberikan oleh atom molekul EDTA56,
sehingga ion kalsium yang berdekatan berikatan dengan kompleks EDTA dengan
Efek kelasi EDTA bergantung pada panjang akar, konsentrasi, dan durasi
aplikasi bahan. Efek kelasi EDTA bersifat terbatas. Efek kelasi EDTA maksimal
dapat terbentuk dalam sistem saluran akar setelah aplikasi EDTA selama 15 menit.40
Tidak terdapat ketentuan mengenai durasi aplikasi EDTA yang berkontak dengan
dinding saluran akar, namun EDTA sebagai lubrikan biasa digunakan pada proses
instrumentasi hingga pergantian instrument pada ukuran ketiga. Diandra et al. (2015)
menyatakan bahwa proses preparasi dengan teknik crown down menggunakan file
#15-40 pada saluran akar mesiobukal pada gigi molar pertama yang telah diekstraksi
rata-rata membutuhkan waktu 30 menit 52 detik.57 Hal ini berarti preparasi saluran
akar menggunakan satu ukuran file dapat membutuhkan waktu sekitar 5 menit,
Waktu kontak total EDTA dengan saluran akar secara maksimal sekitar 15 menit
apabila penggunaan EDTA tetap dilakukan hingga penggantian ukuran file ketiga.
Durasi aplikasi penggunaan gel campuran 15% EDTA dan 10% urea
peroksida yang diterapkan dalam penelitian ini adalah 1 menit (A), 3 menit (B), 5
menit (C), 10 menit (D), dan 15 menit (E). Hasil uji Kruskal Wallis pada data posttest
57
aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea peroksida. Analisis Mean Whitney
dentin saluran akar antar kelompok. Hasil uji Mean Whitney menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kekerasan mikro dentin saluran akar yang signifikan antara
kelompok E (15 menit), antara kelompok B (3 menit) dengan kelompok D (10 menit)
dan kelompok E (15 menit), antara kelompok C (5 menit) dengan kelompok D (10
menit) dan kelompok E (15 menit). Terdapat juga perbedaan nilai kekerasan mikro
dentin yang tidak signifikan yaitu antara kelompok A (1 menit) dengan kelompok B
kelompok D (10 menit) dengan kelompok E (15 menit). Berdasarkan hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa durasi aplikasi total gel campuran 15% EDTA dan 10%
urea peroksida yang efektif adalah 10 menit untuk menghasilkan pelunakan dentin