Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh durasi aplikasi gel campuran 15% EDTA dan

10% urea peroksida terhadap kekerasan mikro dentin saluran akar telah dilakukan

pada tanggal 20 September – 30 September 2016. Pembuatan sampel dilakukan di

Laboratorium Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya. Pengujian

kekerasan mikro dentin saluran akar sebelum (pretest) dan setelah (posttest) aplikasi

gel campuran 15% EDTA dan 10% urea peroksida dilakukan di Laboratorium

Metalurgi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya.

Gambar 4-1. Hasil teraan indenter pada sampel.

Nilai kekerasan mikro dentin saluran akar diukur menggunakan Vickers

Hardness Tester dan pembacaan panjang diagonal hasil teraan diamond penetrator

dilakukan menggunakan Zoom Stereo Mikroskop (Olympus SZ61) dengan

pembesaran 300x (Gambar 4.1). Nilai rata-rata kekerasan mikro dentin dari setiap

sampel dihitung menggunakan rumus Vickers. Nilai rata-rata kekerasan mikro dentin

47
48

sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10%

urea peroksida ditunjukkan pada gambar 4.2.

Rata-rata Nilai Kekerasan Mikro Dentin


Saluran Akar
120

100
Kekerasan (VHN)

80

60
pretest
85,133 ± 18,896

74,382 ± 23,299
90,682 ± 25,997
97,573 ± 18,751

86,744 ± 20,313
84,263 ± 8,512
61,944 ± 3,949

73,772 ± 6,735
45,489 ± 7,877
40 posttest

32,593 ± 10,561
20

0
Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D Kelompok E
(1 menit) (3 menit) (5 menit) (10 menit) (15 menit)
Durasi (menit)

Gambar 4-2. Grafik nilai rata-rata kekerasan mikro dentin saluran akar sebelum
(pretest) dan sesudah (posttest) aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea
peroksida.

Nilai rata-rata kekerasan mikro dentin saluran akar antar kelompok pretest

yang terbesar terdapat pada kelompok A yaitu 97,573 VHN, dan yang terkecil

terdapat pada kelompok D 73,772 VHN. Nilai rata-rata kekerasan mikro dentin

saluran akar antar kelompok posttest yang terendah terdapat pada kelompok E yaitu

32,593 VHN, dan yang tertinggi terdapat pada kelompok A yaitu 85,133 VHN.

Penurunan kekerasan mikro dentin saluran akar yang terbesar terjadi pada kelompok

E, diikuti dengan kelompok D, kelompok C, kelompok B, dan kelompok A.


49

Data pretest dan posttest selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji

homogenitas (Tabel 2 dan 3). Hasil uji homogenitas data menunjukkan bahwa data

pretest dan posttest memiliki varian yang berbeda (p<0,05). Hasil uji normalitas

menunjukkan bahwa data pretest memiliki sebaran data yang normal di setiap

kelompok (p>0,05) dan pada data posttest terdapat kelompok yang memiliki sebaran

data yang tidak normal (p<0,05), sehingga dilakukan transformasi data terlebih

dahulu sebelum dilakukan uji one way ANOVA. Hasil transformasi data posttest

tetap menunjukkan bahwa sebaran data tidak normal (p<0,05). Data pretest dan

posttest kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji non parametrik karena tidak

memenuhi syarat untuk dilakukan uji one way ANOVA. Data pretest dan posttest

dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan antar kelompok,

kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui signifikansi

perbedaan antar kelompok pada data pretest dan posttest.

Tabel 2. Uji Homogenitas Data


Kelompok Sig.
Pretest .030
Posttest .043
Sig: Significance
50

Tabel 3. Uji Normalitas Kekerasan Mikro Dentin Saluran Akar pada Data Pretest dan
Posttest
Shapiro-Wilk
Kelompok
Sig.
Pretest .650
Kelompok A (1 menit)
Posttest .572
Pretest .588
Kelompok B (3 menit)
Posttest .884
Pretest .282
Kelompok C (5 menit)
Posttest .042
Pretest .170
Kelompok D (10 menit)
Posttest .173
Pretest .096
Kelompok E (15 menit)
Posttest .117
Sig: Significance

Tabel 4. Hasil uji Kruskal-Wallis pada Data Pretest


N Kekerasan Sig.
Kelompok A
6 95,216 (71,499 – 120,336)
(1 menit)
Kelompok B
6 88,435 (63,198 – 135,028)
(3 menit)
Kelompok C
Kelompok 6 83,992 (74,503 – 93,706) 0,235
(5 menit)
Kelompok D
6 72,564 (67,846 – 84,851)
(10 menit)
Kelompok E
6 85,902 (64,943 – 108,181)
(15 menit)
Sig. = Significance; (p<0,05 )

Hasil uji Kruskal-Wallis pada data pretest menunjukkan bahwa nilai

probabilitas sebesar 0,235 (Tabel 4). Nilai probabilitas sebesar 0,235 menunjukkan

bahwa nilai p>0,05. Hal ini berarti pada data pretest tidak terdapat perbedaan nilai

kekerasan mikro dentin saluran akar antar kelompok sebelum aplikasi gel campuran

15% EDTA dan 10% urea peroksida. Perbedaan nilai rata-rata kekerasan mikro

dentin saluran akar setelah aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea

peroksida dapat dilihat pada tabel 5.


51

Tabel 5. Hasil uji Kruskal-Wallis pada Data Posttest


N Kekerasan Sig.
Kelompok A
6 84,488 (59,410 – 106,682)
(1 menit)
Kelompok B
6 74,424 (44,492 – 112,623)
(3 menit)
Kelompok C
Kelompok 6 63,753 (56,702 – 65,230) .000
(5 menit)
Kelompok D
6 46,295 (31,570 – 56,059)
(10 menit)
Kelompok E
6 31,373 (22,741 – 47,329)
(15 menit)
Sig. = Significance; (p<0,05 )

Hasil uji Kruskal-Wallis pada tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

nilai rata-rata kekerasan mikro dentin saluran akar setelah aplikasi gel campuran 15%

EDTA dan 10% urea peroksida. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas yang

kurang dari 0,05 (p<0,05). Data selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney untuk

mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata kekerasan mikro dentin saluran akar

setelah aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea peroksida (Tabel 6).

Tabel 6. Uji Mann-Whitney Data Posttest Nilai Kekerasan Mikro Dentin Saluran Akar
di Setiap Kelompok
Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D Kelompok E
(1 menit) (3 menit) (5 menit) (10 menit) (15 menit)
Kelompok A
.337 .025* .004* .004*
(1 menit)
Kelompok B
.200 .037* .006*
(3 menit)
Kelompok C
.004* .004*
(5 menit)
Kelompok D
.078
(10 menit)
* : terdapat perbedaan yang signifikan

Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai

kekerasan mikro dentin saluran akar yang signifikan (p<0,05) antara kelompok A (1

menit) dengan kelompok C (5 menit), kelompok D (10 menit), dan kelompok E (15
52

menit), antara kelompok B (3 menit) dengan kelompok D (10 menit) dan kelompok E

(15 menit), serta antara kelompok C (5 menit) dengan kelompok D (10 menit) dan

kelompok E (15 menit). Terdapat juga perbedaan nilai kekerasan mikro dentin yang

tidak signifikan yaitu antara kelompok A (1 menit) dengan kelompok B (3 menit),

antara kelompok B (3 menit) dengan kelompok C (5 menit), dan antara kelompok D

(10 menit) dengan kelompok E (15 menit).

IV.2 Pembahasan

Dentin merupakan jaringan keras gigi yang mengandung berbagai komponen

anorganik. Komponen anorganik dentin didominasi oleh kalsium dan fosfat yang

terdapat dalam bentuk kristal hidroksiapatit.53 Kandungan kalsium dapat berubah dan

memengaruhi kekerasan dentin. Nilai kekerasan mikro dentin saluran akar yang diuji

pada penelitian ini sebelum aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea

peroksida dapat dilihat pada gambar 4.2. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai kekerasan mikro dentin

saluran akar sebelum aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea peroksida. Hal

ini menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam keadaan yang sama sebelum

aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea peroksida.

Konsep preparasi kemomekanis menunjukkan bahwa selama proses

pembentukan dan pembersihan saluran akar membutuhkan bahan kimia untuk

memudahkan proses instrumentasi. Prosedur ini dapat menyebabkan perubahan


53

morfologi permukaan dentin yang dapat juga mengarah pada perubahan fisik dan

mekanik.

Pengukuran kekerasan dapat memberikan bukti bahwa terjadi kehilangan

kandungan mineral jaringan keras gigi akibat penggunaan bahan kimia dalam proses

instrumentasi. Pengukuran kekerasan tidak dipengaruhi oleh beban yang dipakai.

Pengukuran kekerasan gigi dapat dilakukan dengan menggunakan uji kekerasan

Knoop ataupun Vickers. Fuentes et al. (2003) melaporkan bahwa pengujian

kekerasan dengan uji Vickers lebih efektif dalam mengukur kekerasan mikro di

bagian yang lebih dalam dari dentin saluran akar dibandingkan dengan permukaan

superfisialnya.54 Keuntungan lainnya dari pengujian vickers adalah indenter Vickers

lebih berarti dibandingkan dengan indenter Knoop karena bentuk indenter dari

Vickers yang seperti belah ketupat yang mengindikasikan bahwa sedikit

kemungkinan untuk terjadinya elongasi diagonal.53 Berdasarkan keuntungan tersebut,

penelitian ini menggunakan pengujian kekerasan dengan metode Vickers.

Kekerasan dentin berhubungan dengan lokasi indentasi, dan nilainya

berkurang seiring dengan lokasi indentasi yang lebih dekat ke pulpa. Pashley et al.

(1985) melaporkan bahwa nilai kekerasan dentin akan berkurang ketika dentin diuji

dari daerah superfisial ke daerah yang lebih dalam dari dentin. Peningkatan jumlah

tubulus dentin yang terbuka memberikan sedikit resistensi terhadap alat indenter.1

Sampel yang digunakan pada penelitian ini dipreparasi terlebih dahulu sebelum

dilakukan pengujian kekerasan untuk menghindari sifat bias dari indenter. Alat
54

indenter diindentasikan di daerah sepertiga servikal akar karena daerah tersebut

dianggap memiliki permukaan terluas dari seluruh bagian dentin saluran akar.

Agen kelasi diperkenalkan dalam dunia endodotik pada tahun 1957 oleh

Nygaard-Otsby sebagai alat bantu dalam preparasi saluran akar yang sempit dan

terkalsifikasi. Berbagai agen kelasi telah disarankan dalam dunia endodontik, tetapi

EDTA merupakan agen kelasi yang paling efektif. EDTA dapat melunakkan dentin

saluran akar, melarutkan smear layer, serta meningkatkan permeabilitas dentin.38

Terdapat penurunan nilai kekerasan mikro dentin setelah aplikasi gel campuran 15%

EDTA dan 10% urea peroksida pada penelitian ini. Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilaporkan oleh Napte et al. (2014) yang mengevaluasi efek agen kelasi

terhadap kekerasan mikro lapisan permukaan dentin saluran akar.44 Penurunan nilai

kekerasan mikro dentin setelah aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea

peroksida disebabkan oleh adanya tindakan kelasi EDTA. Tindakan kelasi terjadi

akibat EDTA yang telah mengalami dehidrogenasi mengikat ion kalsium yang

berasal dari kompleks hidroksiapatit gigi, sehingga terjadi perubahan komposisi

anorganik dari dentin yang menyebabkan penurunan nilai kekerasan dentin saluran

akar.
55

Gambar 4-4. Skema saluran akar sebelum (a) dan setelah (b) aplikasi gel campuran
15% EDTA dan 10% urea peroksida, (c) dan (d) adalah struktur EDTA dan EDTA-
Ca.55

Penelitian ini menggunakan bahan EDTA yang dicampur dengan hidrogen

peroksida. Hidrogen peroksida merupakan agen oksidasi yang bertindak sebagai

katalis dalam proses kelasi antara EDTA dan ion kalsium yang ada pada kompleks

hidroksiapatit dari dentin. Proses kelasi antara EDTA dan hidrogen peroksida akan

terjadi lebih cepat karena adanya hidrogen peroksida yang bertindak sebagai katalis

dalam reaksi kelasi tersebut tanpa merubah bentuk dan fungsi dari hidrogen peroksida

maupun EDTA, sehingga hidrogen peroksida tetap akan terurai dan menghasilkan

oksigen yang menyebabkan timbulnya gelembung udara yang juga bermanfaat dalam

mengangkat debris dari sistem saluran akar.

Skema 2-6. Reaksi kelasi dari EDTA; (1) pembentukan kompleks; (2) protonasi 38,55
56

Beberapa teori telah mencoba untuk menjelaskan reaksi kimia yang terjadi,

salah satunya adalah teori medan kristal. Teori medan kristal menjelaskan pengaruh

medan listrik dari ion yang berdekatan pada energi orbital valensi dari ion pada

sebuah kristal. Menurut teori medan kristal, gaya tarik yang diberikan oleh ion logam

lebih besar dibandingkan gaya repulsif yang diberikan oleh atom molekul EDTA56,

sehingga ion kalsium yang berdekatan berikatan dengan kompleks EDTA dengan

melepas atom hidrogen.

Efek kelasi EDTA bergantung pada panjang akar, konsentrasi, dan durasi

aplikasi bahan. Efek kelasi EDTA bersifat terbatas. Efek kelasi EDTA maksimal

dapat terbentuk dalam sistem saluran akar setelah aplikasi EDTA selama 15 menit.40

Tidak terdapat ketentuan mengenai durasi aplikasi EDTA yang berkontak dengan

dinding saluran akar, namun EDTA sebagai lubrikan biasa digunakan pada proses

instrumentasi hingga pergantian instrument pada ukuran ketiga. Diandra et al. (2015)

menyatakan bahwa proses preparasi dengan teknik crown down menggunakan file

#15-40 pada saluran akar mesiobukal pada gigi molar pertama yang telah diekstraksi

rata-rata membutuhkan waktu 30 menit 52 detik.57 Hal ini berarti preparasi saluran

akar menggunakan satu ukuran file dapat membutuhkan waktu sekitar 5 menit,

Waktu kontak total EDTA dengan saluran akar secara maksimal sekitar 15 menit

apabila penggunaan EDTA tetap dilakukan hingga penggantian ukuran file ketiga.

Durasi aplikasi penggunaan gel campuran 15% EDTA dan 10% urea

peroksida yang diterapkan dalam penelitian ini adalah 1 menit (A), 3 menit (B), 5

menit (C), 10 menit (D), dan 15 menit (E). Hasil uji Kruskal Wallis pada data posttest
57

menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna dari kelompok perlakuan setelah

aplikasi gel campuran 15% EDTA dan 10% urea peroksida. Analisis Mean Whitney

dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai rata-rata kekerasan mikro

dentin saluran akar antar kelompok. Hasil uji Mean Whitney menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kekerasan mikro dentin saluran akar yang signifikan antara

kelompok A (1 menit) dengan kelompok C (5 menit), kelompok D (10 menit), dan

kelompok E (15 menit), antara kelompok B (3 menit) dengan kelompok D (10 menit)

dan kelompok E (15 menit), antara kelompok C (5 menit) dengan kelompok D (10

menit) dan kelompok E (15 menit). Terdapat juga perbedaan nilai kekerasan mikro

dentin yang tidak signifikan yaitu antara kelompok A (1 menit) dengan kelompok B

(3 menit), antara kelompok B (3 menit) dengan kelompok C (5 menit), dan antara

kelompok D (10 menit) dengan kelompok E (15 menit). Berdasarkan hasil penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa durasi aplikasi total gel campuran 15% EDTA dan 10%

urea peroksida yang efektif adalah 10 menit untuk menghasilkan pelunakan dentin

yang baik dalam proses instrumentasi.

Anda mungkin juga menyukai