Anda di halaman 1dari 7

BAB 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai

pengaruh Pengaruh Terapi ROM Aktif Ekstremitas Bawah Terhadap Nyeri

Persendian Klien dengan Hiperuremia di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat

Kabupaten Jember, serta keterbatasan penelitian. Hasil penelitian yang disajikan

berupa analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat bertujuan

menjelaskan karekteristik a. mengidentifikasi karakteristik klien dengan

Hiperuremia di wilayah kerja Puskesmas Kalisat yang terdiri atas usia, jenis

kelamin, dan tingkat pendidikan. Analisis bivariat bertujuan menganalisis

pengaruh pemberian terapi ROM aktif ekstremitas bawah terhadap nyeri

persendian klien dengan hiperuremia.

Puskesmas Kalisat terletak di Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.

Puskesmas Kalisat membawahi 12 desa yang terdiri Desa Kalisat, Desa Kalisat

Utara, Desa Sumberjeruk, Desa Sumber Ketempa, Desa Glagahwero, Desa Ajung,

Desa Plalangan, Desa Gumuksari, Desa Sebanen, Desa Sumber Kalong, Desa

Sukoreno, dan Desa Gambiran. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Kalisat khususnya di Desa Kalisat. Masyarakat Desa Kalisat mayoritas

memiliki mata pencarian sebagai petani. Hal ini sesuai dengan karakteristik Desa

Kalisat yang memiliki banyak areal persawahan. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang di lakukan pada Bulan Maret Tahun 2017 di wilayah kerja

puskesmas Kalisat terdapat 738 penderita Hiperuremia di Tahun 2016. Tidak ada

data pasti tentang jumlah penderita hiperuremia yang dibagi perdesa, tetapi
perawat dibagian poli mengatakan bahwa sebagian besar penderita hiperuremia

berada di wilayah Desa Kalisat.

Keluhan yang paling banyak muncul pada klien dengan Hiperuremia

melakukan kunjungan adalah nyeri didaerah persendian, hampir 70% dari

keseluruhan penderita Hiperuremia mengeluhkan nyeri pada saat dan atau sesudah

aktivitas/bekerja, sedangkan 30% lainnya mengatakan nyeri yang timbul bisa

kapan saja dan dimana saja, perawat juga mengatakan beberapa klien sudah

mengalami pengkristalan (benjolan) dibagian persendiannya. Terapi yang

diberikan pihak puskesmas hanya terapi farmakologis saja berupa allopurinol dan

penjelasan yang singkat mengenai Hiperuremia, untuk terapi nonfarmakologis

khususnya latihan fisik belum pernah dilakukan oleh pihak Puskesmas Kalisat.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik klien dengan Hiperuremia di wilayah kerja Puskesmas Kalisat

Hasil penelitian terkait dengan karakteristik klien dengan hiperuremia di

wilayah kerja Puskesmas Kalisat dianalisis secara univariat. Analisis univariat

adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum (Setiadi, 2007). Hasil analisis univariat pada penelitian ini bertujuan

mendeskripsikan karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, dan status

pendidikan.
a. Usia

Tabel 5.1 Analisis karakteristik usia klien hiperuremia di wilayah kerja


Puskesmas Kalisat

Karakteristik N Mean SD Min-Mak 95% CI


Usia 35.06-
17 37.59 4.912 27-44
40.11

Tabel 5.1 didapatkan hasil analisis data usia klien hiperuremia

menunjukkan rata-rata usia klien adalah 37,59 tahun dengan standar deviasi 4,912.

Usia termuda 27 tahun dan usia tertua 44 tahun. Hasil nilai kepercayaan

menunjukkan 95% diyakini rata-rata usia klien dengan hiperuremia berada pada

rentang 35,06 tahun sampai dengan 40,11 tahun.

b. Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

Karakteristik klien yang meliputi: jenis kelamin dan status pendidikan

merupakan variabel kategorik sehingga dalam analisisnya dapat digabung pada

tabel yang sama. Variabel kategorik ini akan dianalisa dengan menggunakan

distribusi frekuensi yang disajikan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik jenis kelamin, dan status pendidikan
klien hiperuremia di wilayah kerja Puskesmas Kalisat

Karakteristik Frekuensi (n=19) Persentase (%)


1. Jenis kelamin
a. Laki-laki 11 64,7
b. Perempuan 6 35,3
2. Pendidikan
a. SD 9 53,9
b. SMP 4 23,5
c. SMA 3 17,6
d. Perguruan tinggi 1 5,9

Hasil analisis pada tabel 5.2 menunjukkan jumlah klien laki-laki memiliki

persentase lebih besar dibandingkan dengan klien perempuan, yaitu sebanyak 11


orang (64,7%), sedangkan persentase klien perempuan sebanyak 6 orang (35,3%).

Hasil analisis status pendidikan klien menunjukkan klien dengan status

pendidikan SD memiliki persentase paling besar yaitu 9 orang (53,9%), diikuti

klien dengan pendidikan SMP sebanyak 4 orang (23,5%), dan pendidikan SMA

sebanyak 3 orang (17,6%). Klien yang berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 1

orang (5,9%).

5.1.2 Skala Nyeri Persendian Klien dengan Hiperuremia Sebelum Diberi Terapi

ROM

Penilaian skala nyeri persendian klien dengan hiperuremia sebelum

diberikan terapi ROM diperoleh dari hasil pengukuran skala nyeri yang

dilaksanakan pada saat pre test. Tabel 5.3 berikut ini memberikan gambaran skala

nyeri klien dengan hiperuremia sebelum diberikan terapi ROM.

Tabel 5.3 Analisis skala nyeri klien dengan hiperuremia sebelum diberikan terapi
ROM

Karakteristik n Mean SD Min-Mak 95% CI


Skala nyeri
17 5,47 0,717 4-6 5,10-5,84
pretest

Hasil analisis tabel 5.3 di atas menunjukkan nilai rata-rata skala nyeri klien

dengan hiperuremia sebelum diberikan terapi ROM adalah 5,47 (tingkat nyeri

sedang) dengan nilai standar deviasi 0,717. Hasil nilai kepercayaan 95% diyakini

rata-rata skala nyeri klien dengan hiperuremia berada pada rentang 5,10 sampai

dengan 5,84 Nilai terendah 4 dan nilai tertinggi 6 yang jika dikategorikan

menunjukkan seluruh klien (100%) yang menjadi responden penelitian memiliki


tingkat nyeri sedang. Klien yang menjadi responden penelitian sebelum

mendapatkan terapi ROM tidak ada yang memiliki tingkat nyeri yang berat.

5.1.3 Tingkat Nyeri Persendian Klien dengan Hiperuremia Sesudah Diberi Terapi

ROM

Penilaian skala nyeri persendian klien dengan hiperuremia setelah

diberikan terapi ROM diperoleh dari hasil pengukuran skala nyeri yang

dilaksanakan pada saat post test. Tabel 5.4 berikut ini memberikan gambaran skala

nyeri klien dengan hiperuremia setelah diberikan terapi ROM.

Tabel 5.4 Analisis skala nyeri klien dengan hiperuremia setelah diberikan terapi
ROM
Karakteristik n Mean SD Min-Mak 95% CI
Skala nyeri
17 2,65 0,862 1-4 2,20-3,09
posttest

Hasil analisis pada tabel 5.4 diatas menunjukkan rata-rata nilai skala nyeri

klien dengan hiperuremia setelah diberikan terapi ROM adalah 2,65 (tingkat

nyeri ringan) dengan nilai standar deviasi 0,862. Hasil nilai kepercayaan 95%

diyakini rata-rata skala nyeri klien dengan hiperuremia berada pada rentang 2,20

sampai dengan 3,09. Nilai terendah 1 dan nilai tertinggi 4.

5.1.4 Pengaruh Pemberian Terapi ROM Aktif Ekstremitas Bawah terhadap Nyeri

Persendian Klien dengan Hiperuremia

Hasil penelitian terkait pengaruh terapi ROM aktif ekstremitas bawah

terhadap nyeri persendian klien dengan hiperuremia dilakukan analisis secara

bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara dua


variabel untuk membuktikan hipotesis penelitian (Setiadi, 2007). Uji statistik yang

digunakan untuk menganalisis adanya pengaruh terapi ROM aktif ekstremitas

bawah terhadap nyeri persendian klien dengan hiperuremia di wilayah kerja

Puskesmas Kalisat adalah uji statistik Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 5%

(α=0,05).

Uji normalitas dan homogenitas perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum

dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui persebaran data dan homogenitas

data skala nyeri klien dengan hiperuremia saat pre test dan post test. Uji

homogenitas digunakan untuk menganalisis perbedaan mean antara dua atau

lebih kelompok yang berbeda subjek penelitian sehingga dalam penelitian ini

peneliti tidak melakukan uji homogenitas karena data yang digunakan oleh

peneliti berasal dari kelompok yang sama (sampel berpasangan). Uji normalitas

menggunakan uji Shapiro Wilk (sampel ≤ 50) dan data dikatakan terdistribusi

normal jika p > α (α=0,05). Hasil analisis uji normalitas data dapat dilihat pada

tabel 5.5.

Tabel 5.5 Analisis uji normalitas skala nyeri persendian klien dengan hiperuremia
sebelum dan sesudah diberikan terapi ROM di wilayah kerja Puskesmas
Kalisat
Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Kemampuan Interaksi Sosial Sebelum TAKS 0,000
Kemampuan Interaksi Sosial Sesudah TAKS 0,026

Tabel 5.5 didapatkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji

Shapiro Wilk menunjukkan data skala nyeri persendian sebelum terapi ROM

memiliki nilai p = 0,000 dan skala nyeri persendian sesudah terapi ROM

memiliki nilai p = 0,026. Hal ini menunjukkan nilai p < α (α = 0,05) yang
menggambarkan data tidak terdistribusi normal. Data yang diperoleh memiliki

sebaran data yang tidak normal sehingga uji yang digunakan adalah uji non

parametrik (Sugiyono, 2012). Uji non parametrik yang digunakan untuk menguji

hipotesis komparatif rata-rata bila datanya berbentuk interval atau rasio adalah uji

Wilcoxon. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Analisis pengaruh terapi ROM aktif ekstremitas bawah terhadap nyeri
persendian klien dengan hiperuremia di wilayah kerja Puskesmas
Kalisat
Variabel Mean SD Min-max p value N
Sebelum ROM 5,47 0,717 1-4 0,000 17
Setelah ROM 2,65 0,862 4-6

Tabel 5.6 menunjukkan hasil analisis data terdapat perbedaan nilai skala

nyeri klien dengan hiperuremia setelah diberikan ROM ditunjukkan dengan

penurunan nilai rata-rata skala nyeri persendian dari 5,47 menjadi 2,65, yang

berarti pemberian terapi ROM berpengaruh terhadap nyeri persendian klien

dengan hiperuremia. Hasil uji statistik dengan Wilcoxon didapatkan nilai p-value

= 0,000 (α=0,05). Nilai p yang didapatkan menentukan tingkat signifikasi tingkat

kemaknaan hasil penelitian. Nilai p = 0,000 (α=0,05) menunjukkan tingkat

kemaknaan hasil amat sangat bermakna. Kesimpulan dari pernyataan tersebut

adalah Ha diterima dan membuktikan terdapat pengaruh yang signifikan antara

terapi ROM aktif ekstremitas bawah terhadap nyeri persendian klien dengan

hiperuremia di wilayah kerja Puskesmas Kalisat.

Anda mungkin juga menyukai