Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
MEKONIUM ASPIRASI SYNDROM

A. DEFENISI
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan
oleh terhisapnya mekonium kedalam saluran pernafasan bayi. Sindroma Aspirasi
Mekoniuim terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan
ketuban, baik ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah
dilahirkan. Mekonium adalah tinja janin yang pertama. Merupakan bahan yang kental,
lengket dan berwarna hitam kehijauan, mulai bisa terlihat pada kehamilan 34 minggu.
Pada bayi prematur yang memiliki sedikit cairan ketuban, sindroma ini sangat
parah. Mekonium yang Terhirup lebih kental sehingga penyumbatan saluran udara
lebih berat.

B. ETIOLOGI
Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stres selama proses persalinan
berlangsung. Bayi seringkali merupakan bayi post-matur (lebih dari 40 minggu).
Selama persalinan berlangsung, bayi bisa mengalami kekurangan oksigen. Hal ini
dapat menyebabkan meningkatnya gerakan usus dan pengenduran otot anus, sehingga
mekonium dikeluarkan ke dalam cairan ketuban yang mengelilingi bayi di dalam
rahim. Cairan ketuban dan mekoniuim becampur membentuk cairan berwarna hijau
dengan kekental yang bervariasi. Jika selama masih berada di dalam rahim janin
bernafas atau jika bayi menghirup nafasnya yang pertama, maka campuran air ketuban
dan mekonium bisa terhirup ke dalam paru-paru. Mekonium yang terhirup bisa
menyebabkan penyumbatan parsial ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga
terjadi gangguan pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu,
mekonium juga menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran udara, menyebabkan
suatu pneumonia kimiawi.
Cairan ketuban yang berwarna kehijauan disertai kemungkinan terhirupnya
cairan ini terjadi pada 5-10% kelahiran. Sekitar sepertiga bayi yang menderita
sindroma ini memerlukan bantuan alat pernafasan.
Aspirasi mekonium merupakan penyebab utama dari penyakit yang berat dan
kematian pada bayi baru lahir.
Faktor resiko terjadinya sindroma aspirasi mekonium:
 Kehamilan post-matur
 Pre-eklamsi
 Ibu yang menderita diabetes
 Ibu yang menderita hipertensi
 Persalinan yang sulit
 Gawat janin
 Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih berada dalam rahim).

C. PATOFISOLOGI
SAM seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita sebut fetal
distress. Pada keadaan ini, janin yang mengalami distres akan menderita hipoksia
(kurangnya oksigen di dalam jaringan). Hipoksia jaringan menyebabkan terjadinya
peningkatan aktivitas usus disertai dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah
mekonium ke dalam cairan amnion. Apa yang terjadi bila mekonium terhisap ke dalam
saluran pernafasan? Mekonium tersebut akan menyumbat (sebagian ataupun seluruh)
saluran pernafasan bayi dimana dalam hal ini akan menjadi berbahaya jika tidak segera
ditangani.

D. GEJALA DAN TANDA


Gejalanya berupa:
 Cairan ketuban yang berwarna kehijauan atau jelas terlihat adanya mekonium di
dalam cairan ketuban
 Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika mekonium telah dikeluarkan lama
sebelum persalinan)
 Ketika lahir, bayi tampak lemas/lemah
 Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis)
 Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
 Apneu (henti nafas)
 Tampak tanda-tanda post-maturitas

E. KOMPLIKASI

1. Displasia bronkopulmoner
2. Pneumotoraks
3. Aspirasi pnemonia
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk
menderita mengi (wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama kehidupannya. Tapi
sejalan dengan perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru. Dengan
demikian, prognosis jangka panjang tetap baik.
Bayi yang menderita SAM sangat berat mungkin akan menderita penyakit paru
kronik, bahkan mungkin juga menderita abnormalitas perkembangan dan juga ketulian.
Pada kasus yang jarang terjadi, SAM dapat menimbulkan kematian

F. PENGOBATAN
Setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan lendir dari mulut bayi. Jika
mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin, dimasukkan sebuah selang ke
dalam trakeabayi dan dilakukan pengisapan lendir. Prosedur ini dilakukan secara
berulang sampai di dalam lendir bayi tidak lagi terdapat mekonium. Jika tidak ada
tanda-tanda gawat janin dan bayinya aktif serta kulitnya berwarna kehijauan, beberapa
ahli menganjurkan untuk tidak melakukan pengisapan trakea yang terlalu dalam karena
khawatir akan terjadipneumonia aspirasi.
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan garam untuk
mencuci saluran udara. Setelah lahir, bayi dimonitor secara ketat. Pengobatan lainnya
adalah:
 Fisioterapi dada (menepuk-nepuk dada)
 Antibiotik (untuk mengatasi infeksi)
 Menempatkan bayi di ruang yang hangat (untuk menjaga suhu tubuh)
 Ventilasi mekanik (untuk menjaga agar paru-paru tetap mengembang).
Gangguan pernafasan biasanya akan membaik dalam waktu 2-4 hari, meskipun
takipneu bisa menetap selama beberapa hari. Hipoksia intra-uterin atau hipoksia akibat
komplikasi aspirasi mekonium bisa menyebabkan kerusakan otak. Aspirasi mekonium
jarang menyebabkan kerusakan paru-paru yang permananen

G. PENATALAKSANAAN
Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi akan dikirim
ke unit perawatan intensif neonatal (neonatal intensive care unit [NICU]). Tata laksana
yang dilakukan biasanya meliputi :
1. Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikoksigen.
2. Farmakoterapi
Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan untuk mencegah
terjadinya komplikasi berupa infeksi ventilasi mekanik.
3. Fisioterapi
Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan pada dada dengan
maksud untuk melepaskan lendir yang kental.

Pada SAM berat dapat juga dilakukan:


 Pemberian terapi surfaktan.
 Pemakaian ventilator khusus untuk memasukkan udara beroksigen tinggi ke dalam
paru bayi.
 Penambahan nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen yang terdapat di dalam
ventilator. Penambahan ini berguna untuk melebarkan pembuluh darah sehingga
lebih banyak darah dan oksigen yang sampai ke paru bayi. Bila salah satu atau
kombinasi dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut dipertimbangkan untuk
menggunakan extra corporeal membrane oxygenation(ECMO). Pada terapi ini,
jantung dan paru buatan akan mengambil alih sementara aliran darah dalam tubuh
bayi. Sayangnya, alat ini memang cukup langka
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Rontgen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan diameter antero
posterior, hiperinflation, flatened diaphragm akibat obstruksi dan terdapatnya
pneumothorax ( gambaran infiltrat kasar dan iregular pada paru )
 Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik dengan
penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2
PATWAYS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
MEKONIUM ASPIRASI SYNDROM
A. PENGKAJIAN FISIK
1. Riwayat antenatal ibu
2. Status infant saat lahir
- Stress intra uterin
- Full-term, preterm, atau kecil masa kehamilan
- Apgar skor dibawah 5
- Terdapat mekonium pada cairan amnion
- Suctioning, rescucitasi atau pemberian therapi oksigen
- Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x pernafasan
per menit), grunting, retraksi, dan nasal flaring
- Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah mekonium
dalam paru
- Cyanosis
- Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero
posterior (AP)
3. Pengkajian Behavioral
- Disminished activity

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN


1. Resiko tingi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi meconium
2. Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa bersalah
dan kemungkinan perawatan jangka panjang
3. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan kalori.
4. Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan IWL dari peningkatan
pernafasan
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pneumonia sebagai akibat mekonium
pada paru
6. Resiko tinggi injury karena peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan
sistem saraf pusat yang immature dan respon stress fisiologik
7. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pulmonary dan
neuromuskular, penurunan energi dan kelelahan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIGNOSA NOC NIC

tingi insufisiensi pernafasan Tindakan keperawatan 1x a) Observasi kebutuhan akan


berhubungan dengan 24 jam di harapkan Resiko suctioning nasofaring saat
aspirasi meconium Tingi Insufisiensi kepala bayi lahir.
Pernafasan tidak terjadi b) Lakukan suction pada
dengan indikakator : trakhea infant dengan
selang endotrakheal
bayi tidak menunjukkan setelah kelahiran.
tanda-tanda infeksi c) Lanjutkan suction pada
nosokomial Pernafasan mulut bayi untuk
Dalam Batas Normal, Tidak mengeluarkan partikel
Terjadi Aspirasi, Gagal mekonium yang lebih
besar.
Nafas Tidak terjadi.
d) Berikan istirahat dan
ketenangan pada infant.

Koping keluarga yang Tindakan keperawatan 1x a) Kaji ekpressi verbal dan


tidak efektif berhubungan 24 jam di harapkan ansitas non verbal, perasaan dan
dengan kecemasan, rasa teratas dengan indikakator : penggunaan koping
bersalah dan kemungkinan mekanisme.
perawatan jangka panjang keluarga tidak merasa cemas b) Anjurkan orangtua
lagi, mengungkapkan
perasaannya tentang
keadaan sakit anaknya,
perawatan yang lama, dan
prosedur yang dilakukan
pada anaknya.
c) Berikan informasi yang
konsisten dan akurat
tetang kondisi dan
perkembangan bayinya,
perawatan di masa yang
akan datang, dan
potensial problem
pernafasan.
d) Informasikan kepada
orangtua tentang
kebutuhan setelah pulang
dan intruksikan prosedur
yang penting saat di
rumah.
e) Rujuk orangtua pada
perawat komunitas dan
informasikan tentang
fasilitas kesehatan yang
bisa dihubungi.

Pola nafas tidak efektif Tindakan keperawatan 1x a) Berikan posisi untuk


berhubungan dengan 24 jam di harapkan Pola mengoptimalkan
imaturitas pulmonary dan Nafas Efektif dengan pertukaran udara :
neuromuskular, penurunan indikakator : b) Hindari hiperektensi
energi dan kelelahan leher
A. Jalan nafas tidak c) Observasi deviasi
terhambat fungsi nafas, seperti
B. Pola dan frekuensi nafas tanda grunting,
sesuai dengan umur dan cyanosis, nasal flaring,
berat badan bayi apnea
C. Oksigenasi jaringan d) Lakukan suction dengan
adekuat tehnik yang benar
R : tehnik yang tidak benar
dapat menyebabkan
infeksi, kerusakan
saluran nafas,
pneumothorak dan
perdarahan
intraventrikuler pada
infant
e) Lakukan perkusi,
vibrasi dan postural
drainase bila perlu
f) Observasi tanda distress
pernafasan seperti
masal flaring, retraksi,
takipnea, apnea,
grunting, sianosis,
saturasi O2 rendah
g) Pertahankan suhu
lingkungan normal

Resiko tinggi injury Tindakan keperawatan 1x a) Turunkan stimulasi


karena peningkatan 24 jam di Resiko Tinggi lingkungan
tekanan intrakranial Injury Karena Peningkatan b) Kurangi tindakan rutin
berhubungan dengan Tekanan Intrakranial tidak yang mengganggu
sistem saraf pusat yang periode istirahat
immature dan respon terjadi dengan indikakator : c) Atur perawatan selama
stress fisiologik periode terjaga selama
Infant menunjukkan tidak memungkinkan
terjadinya peningkatan TIK d) Tutup inkubator dengan
atau perdarahan intra kain atau penutup
ventrikular e) Kaji tanda stress fisik dan
over stimulasi
f) Hindarkan medikasi dan
solution hipertonik
g) Berikan oksigenasi
adekuat karena hipoksia
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Melson, Kathryn A. & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Palnning, Second
Edition, Springhouse Corporation, Springhouse, 1994

Anda mungkin juga menyukai