Oleh :
1. DIKA SEPTIAN PRATAMA NIM 1851700138
Semester II / KESLING
Pada zaman modern saat ini proses desinfeksi air terdapat berbagai metode yang dapat
digunakan yaitu menggunakan senyawa klor (baik klorin maupun klorin dioksida), ozon, atau
sinar UV. Mau pilih metode yang mana? Semuanya tergantung pada kebutuhan dan biaya yang
dimiliki. Berikut ini perbandingan dari metode-metode desinfeksi air, baik kelebihan maupun
kekurangan dari tiap metode:
Keunggulan:
– Teknologi desinfeksi yang sudah dikenal luas dan klorin merupakan desinfektan yang efektif
– Memiliki sisa klor yang dapat dipantau dan diatur kadarnya (sisa klor dapat dijaga pada
perpipaan yang panjang)
– Unit klorinasi dapat digunakan untuk keperluan lainnya seperti pengendalian bau maupun
desinfeksi pada sistem pengolahan air bersih
– Relatif murah
– Tersedia dalam bentuk kalsium dan sodium hipoklorit (sebagai alternatif dari penggunaan gas
klor)
Kekurangan:
– Menggunakan zat kimia yang dapat membahayakan operator dan masyarakat sekitar sehinga
perlu standard safety yang tinggi
– Memerlukan waktu kontak yang relatif lebih lama dibandingkan dengan desinfektan lainnya
– Dapat mengoksidasi besi, magnesium, zat organik, maupun anorganik sehingga desinfektan
terkonsumsi
Keunggulan:
– Merupakan desinfektan yang efektif dan lebih efektif jika dibandingkan dengan klorin untuk
menonaktifkan kebanyakan virus, spora, kista, dan ookista
– Mengoksidasi sulfide
Kekurangan:
– Tidak stabil, harus diproduksi di tempat
– Dapat mengoksidasi besi, magnesium, zat organik, maupun anorganik sehingga desinfektan
terkonsumsi
– Berpotensi untuk terbentuknya DBP
– Biaya operasional dapat menjadi tinggi karena diperlukan adanya pengujian klorit dan klorat
Desinfeksi air dengan ozon umumnya disebut ozonisasi. Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari
seratus tahun yang lalu. Proses ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali
diperkenalkan Nies dari Prancis sebagai metode desinfeksi air atau sterilisasi pada air minum pada
tahun 1906.
Ozon ditemukan pertama kali oleh Van Marun pada tahun 1785 dengan mengalirkan arus listrik
dalam gas oksigen. Dari peristiwa itu kemudian timbul bau yang aneh dan dapat mengkusamkan
perak. Hal yang sama juga terjadi pada waktu Cruickshank tahun 1801 mengelektrolisa oksigen.
Pada tahun I840, Schonbien menamakan gas yang berbau khas itu dengan nama ozon (dari bahasa
Yunani, “ozo” yang artinya : saya cium). Oleh Soret, 1808 dan juga oleh Ladenberg. 1898; gas
ini dinyatakan mempunyai rumus kimia O3.
Namun untuk pertama kali penggunaan ozon sebagai proses desinfeksi air dalam skala besar,
diperkenalkan oleh Marius Paul Otto pada tahun 1907 di Nice Perancis. Pada pengolahan pertama
berhasil memproduksi air olahan 22500 m3 per hari dengan dosis pemakaian ozon 0,9 g per meter
kubik. Proses pengolahan ini berhasil menghilangkan warna dan bakteri pathogen tanpa
meninggalkan bau dan rasa.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan ozon dalam proses desinfeksin air seperti:
dapat membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam air (bersifat bakterisida, algasida,
fungisida dan virusida); dapat menghilangkan bau dan rasa yang umumnya disebabkan oleh
komponen organik dan anorganik yang terdapat di dalam air, dan tidak menimbulkan bau ataupun
rasa yang umumnya terjadi dengan penggunaan bahan kimia lain sebagai bahan pengolahan.
Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam mikroorganisme seperti
bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisme
patogen lainnya. Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel
mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses oksidasi oleh radikal
bebas seperti hydrogen peroxida (H2O2) dan hydroxyl radikal (OH) yang terbentuk ketika ozon
terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak
diaplikasikan dalam desinfeksi air untuk mengolah limbah cair domestik dan industri.
Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH), sebuah radikal bebas yang
memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V), jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine
(1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa
organik (fenol, pestisida, atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi
oleh hidroksil radikal akan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk kemudian
teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil
yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari
proses oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air.
Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan
dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan
warna, mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri patogen yang banyak.
O3 merupakan gas tidak stabil, akan lenyap dalam beberapa menit, tidak meninggalkan sisa
desinfektan selama air berada dalam sistem, hal ini merupakan kesulitan untuk mengontrol dosis
ozon yang digunakan. Hal ini diatasi dengan pemeriksaan bakteriologis yaitu terhadap sampel
sebelum dan sesudah pembubuhan Ozon.
Pembuatan ozon memerlukan pesawat khusus (ozonisator) yang memerlukan energi yang besar,
sehingga biaya investasi dan operasi relatif besar, sehingga desinfeksi air dengan azonisasi menjadi
lebih mahal untuk digunakan. Walaupun demikian ada keuntungan jika Ozon digunakan untuk
mengolah air berwarna alami (mengandung zat humus), karena pemakaian Ozon sebagai
pengganti klor/senyawa klor lebih aman dihubungkan dengan pembentukan halogen terklorinasi
(haloform) yang dikenal dengan trihalometan (THMs). Selain itu desinfeksi air dengan ozon
memiliki keunggulan lainnya yaitu, Oksidan kuat khususnya digunakan untuk menghilangkan Fe
dan Mn, biasanya digunakan untuk pengolahan air minum dengan misi komersial dan air dalam
kemasan botol.
Keunggulan:
– Merupakan desinfektan yang efektif dan lebih efektif jika dibandingkan dengan klorin untuk
menonaktifkan kebanyakan virus, spora, kista, dan ookista
– Memiliki waktu kontak yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan klorin
– Mengoksidasi sulfide
Kekurangan:
– Keberhasilan proses desinfeksi tidak dapat dipantau secara langsung
– Tidak memiliki sisa desinfektan
– Pada dosis rendah akan kurang efektif untuk inaktivasi beberapa jenis virus, spora, dan kista
– Dapat mengoksidasi besi, magnesium, zat organik, maupun anorganik sehingga desinfektan
terkonsumsi
– Memiliki keterbatasan untuk penggunaan tambahan dan semakin terbatas apabila di instalasi
telah terdapat unit pembentukan high-purity oxygen
Sinar Ultraviolet (UV) merupakan teknologi terbarukan berbasis cahaya yang dapat digunakan
untuk melengkapi standar disinfeksi dan sterilisasi di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan
lainnya. Radiasi Ultraviolet (UV) dapat secara efektif menonaktifkan berbagai mikroorganisme
pathogensehingga dapat mengurangi transmisi infeksi nosokomial di fasilitas kesehatan. Radiasi
UV ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan disinfeksi kimia secara konvensional,
misalnya dengan klorinasi atau ozonisasi. Karena tidak ada penambahan kimia, sehingga tidak
menyebabkan residu, tidak berbahaya (no-harmful disinfection by products formation), dan tidak
menimbulkan resistensi pada bakteri. Panjang gelombang UV merupakan faktor penting untuk
inaktivasi mikroorganisme, dan efektifitasnya tergantung dari variasi mikroorganisme itu sendiri.
Adapun variasi gelombang UV antara lain; UVA (315-400 nm), UVB (280-315 nm) dan UVC
(<280 nm).
Dalam beberapa dekade terakhir, industri UV ini mengalami peningkatan dan perkembangan. UV-
Light Emitting Diodes(LED) telah hadir sebagai sumber baru untuk generasi radiasi UV. LED
adalah perangkat semikonduktor yang memanfaatkan bahansemiconductinguntuk menciptakan
pen junction(hole and electron) untuk memancarkan radiasi. Panjang gelombang radiasi ini
tergantung pada bahan semikonduktor yang diproduksi karena menggunakan bahan yang berbeda.
Bahan yang paling sering digunakan adalah III-nitride, termasuk gallium nitride (GaN),
alumunium gallium nitride (AIGaN) dan alumunium nitride (AIN).
Di berbagai negara maju dan berkembang, UV-LED ini sudah digunakan sebagai disinfeksi dan
sterilisasi di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lain. UV-LED ini dapat digunakan sebagai:
1. Air Disinfection
Untuk meningkatkan efektivitas disinfeksi udara, banyak fasilitas kesehatan memilih memasang
lampu disinfeksi UV di tingkat atas ruangan, sehingga udara secara alami dapat bersikulasi dengan
baik sehingga menjadi lebih bersih.
Fasilitas juga dapat menggunakan sinar UV untuk mendisinfeksi air dan bahkan untuk pengolahan
air limbah. Karena disinfeksi UV merupakan proses fisik dan tidak perlu menambahkan bahan
kimia ke air untuk membersihkannya, dan ini dapat menjadi pilihan yang sangat aman dan efektif.
Sinar UV dapat mengurangi kejadian seperti cryptosporidiaatau giardiayang dapat menjadi
resisten terhadap desinfeksi kimia.
3. Surface Disinfection
Sinar UV ini juga telah digunakan untuk mendisinfeksi ruang perawatan dan ruangan lainnya di
fasilitas kesehatan. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa, sinar UV ini dapat menghancurkan
virus aktif dan patogen lainnya yang ada di permukaan hanya dalam hitungan detik. Sinar UV ini
menjadi rekomendasi dalam pencegahan infeksi karena lebih efisien dan efektif daripada pilihan
pembersihan dan disinfektan lainnya.
4. Equipment Disinfection
Selain dapat digunakan untuk disinfeksi udara, lantai dan ruangan, sinar UV juga dapat digunakan
untuk disinfeksi alat kesehatan, alat-alat laboratorium atau instrument kesehatan lainnya yang
memiliki risiko tinggi terkontaminasi bakteri.
5. Food and Beverage
Disinfeksi dengan sinar UV telah terbukti secara efektif dalam fasilitas manufaktur makanan
ketika digunakan untuk mendisinfeksi sesuatu yang sulit dibersihkan secara menyeluruh.
Penggunaan sinar UV dalam disinfeksi makanan dan minuman menggabungkan efektivitas sinar
UV pada permukaan cairan, tanpa memperpendek umur peralatan.
Meskipun radiasi UV efektif terhadap sebagian besar mikroorganisme patogen, tetapi setiap
mikroorganisme memiliki respons yang berbeda terhadap radiasi UV yang dapat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan selama proses radiasi, bahkan memungkinkan terjadinya resistensi. Radiasi
sinar UVC diyakini memiliki efek langsung dalam membunuh bakteri melalui penghancuran DNA
dengan pembentukan dimer pirimidin dan mencegah mereka untuk berproduksi kembali. DNA
bakteri dapat menyerap radiasi sinar UV dari panjang gelombang 200-300 nm, terutama pada
puncak absorbansi yaitu sekitar 260 nm, karena pada gelombang tersebut dapat secara efisien
menginaktivasi bakteri. Meskipun DNA bakteri dapat dihancurkan secara langsung dengan sinar
UVC, bakteri dapat melakukan perbaikan DNA (DNA-repair mechanisms) dengan cara photo-
reactivationdan dark repair.
Radiasi sinar UVA kurang diserap dengan baik oleh DNA bakteri sehingga kurang efisien dalam
menyebabkan kerusakan DNA, tetapi sinar UVA ini masih memiliki kemampuan untuk
menonaktifkan mikroorganisme. UVA-LED yang tersedia saat ini memiliki output power yang
jauh lebih tinggi dan energi yang lebih efisien daripada UVC-LED. Mekanisme utama inaktivasi
UVA-LED melibatkan efek tidak langsung olehreactive-intermediatessehingga menghasilkan
Reactive Oxygen Species (ROS), kerusakan oksidatif pada DNA dan komponen seluler lainnya.
Keunggulan:
– Merupakan desinfektan yang efektif dan lebih efektif jika dibandingkan dengan klorin untuk
menonaktifkan kebanyakan virus, spora, kista, dan ookista
– Tidak meninggalkan residu yang bersifat toksik maupun meningkatkan level TDS efluen
Kekurangan:
– Keberhasilan proses desinfeksi tidak dapat dipantau secara langsung
– Pada dosis rendah akan kurang efektif untuk inaktivasi beberapa jenis virus, spora, dan kista
– Relatif mahal dan memiliki kebutuhan energi yang tinggi– Desain profil hidrolis sangat
penting pada sistem UV
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang
membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan
sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Selain dapat mereduksi
kandungan zat padat , filtrasi dapat pula mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan zat warna,
rasa, bau, besi dan mangan. Tergantung media yang dilewati oleh fluida yang di filtrasi Media
filter umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi kimia.
Proses filtrasi biasanya dari hasil koagulasi (klarifier) atau setelah melewati primary filter
untuk menghilangkan suspended solid yang terbentuk pada proses koagulasi. Setelahnya akan
melewati (disaring) media penyaring. Jenis media penyaring ada bermacam tergantung kandungan
apa yang akan dihilangkan untuk proses filtrasi. Bisa menggunakan satu jenis media (single media
filter), dua jenis media (dual media filter), jika lebih dari satu jenis media, dinamakan multi media
filter.
Filter single media, biasanya menggunakan pasir silika, atau dolomit saja. Hasil
penyaringan akan berupa suspended solid terjadi pada lapisan paling atas sehingga harus segera di
cuci bila penyaringan berkurang. Filter dual media, biasanya menggunakan digunakan pasir silica
dan anthrasit. Media pasir kwarsa di lapisan bawah dan anthrasit pada lapisan atas. Antrasit adalah
karbon yang timbul melalui proses metamorfosa dari tumbuhan dengan waktu yang lama. Bermula
dari kayu - lumut - batubara muda - ( lignit ) - batubara - antrasit. Antrasit digunakan
untuk menghilangkan bau dan rasa yang disebabkan oleh senyawa-senyawa organik.
Manfaat Filtrasi
Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat konvensional
terdiri atas unit proses yakni bangunan penyadap, bak penampung, saringan pasir lambat dan bak
penampung air bersih . Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu paket.
Air baku yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang tingkat kekeruhannya tidak terlalu
tinggi. Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka
agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan
pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal dengan atau tanpa koagulasi bahan
dengan bahan kimia.
Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton,
ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak
ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol.
Untuk sistem saringan pasir lambat konvensional terdapat dua tipe saringan yakni :
Kedua sistem saringan pasir lambat tersebut mengunakan sistem penyaringan dari atas ke
bawah (down Flow).
Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang
terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media
penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan
kontrol.
Keterangan :
Saringan Pasir Cepat (SPC) atau bahasa kerennya Rapid Sand Filter (RSF) merupakan
saringan air yang dapat menghasilkan debit air hasil penyaringan yang lebih banyak daripada
Saringan Pasir Lambat (SPL). Walaupun demikian saringan ini kurang efektif untuk mengatasi
bau dan rasa yang ada pada air yang disaring. Selain itu karena debit air yang cepat, lapisan bakteri
yang berguna untuk menghilangkan patogen tidak akan terbentuk sebaik apa yang terjadi di
Saringan Pasir Lambat. Sehingga akan membutuhkan proses disinfeksi kuman yang lebih intensif.
Secara umum bahan lapisan saringan yang digunakan pada Saringan Pasir Cepat sama
dengan Saringan Pasir Lambat, yakni pasir, kerikil dan batu. Perbedaan yang terlihat jelas adalah
pada arah aliran air ketika penyaringan. Pada Saringan Pasir Lambat arah aliran airnya dari atas
ke bawah, sedangkan pada Saringan Pasir Cepat dari bawah ke atas (up flow). Selain itu pada
saringan pasir cepat umumnya dapat melakukan backwash atau pencucian saringan tanpa
membongkar keseluruhan saringan.