Anda di halaman 1dari 12

Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

PROBLEMATIKA PENEGAKAN HUKUM PENATAAN RUANG


DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
(Problematics Law Enforcement of Spatial Planning Law
In the Implementation of Regional Autonomy)

Suharyo
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Jl. HR. Rasuna Said, Kav 4-5 Kuningan Jakarta Selatan 12940
Email : massuharyo@ymail.com

Naskah diterima: 3 Juli 2017; revisi: 15 Agustus 2017; disetujui: 22 Agustus 2017

Abstrak
Dalam dinamika kehidupan masyarakat yang semakin berkembang pesat dan maju dengan perekonomian yang membaik,
tata ruang menjadi hal yang sangat strategis untuk menccapai ketertiban, keserasian, kesejahteraan, dan ketenteraman
masyarakat. Sebagai kebijakan negara telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Dalam era otonomi daerah juga telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, dan undang-undang lainnya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
adalah bagaimana implementasi undang-undang penataan ruang serta bagaimana pula implementasi undang-undang
pemerintahan daerah yang di dalamnya terdapat juga pengaturan tata ruang, serta bagaimana strategi penegakan
hukumnya. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Kesimpulan tulisan ini adalah bahwa penataan
ruang harus selaras dengan kepentingan pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah kabupaten kota,
mengacu pada berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan saling berkaitan. Penegakan hukum sangat
dimungkinkan melalui berbagai sanksi termasuk sanksi pidana jika terdapat/memenuhi unsur pidana.
Kata Kunci: penegakan hukum, tata ruang, otonomi daerah

Abstract
In the dynamics of people’s lives that grows and progresses rapidly with improved economy, the spatial planning becomes
very strategic to achieve order, harmony, prosperity and peace of society. As state policy has been issued law Number 26 of
2007 on Spatial Planning. In the era of regional autonomy, Law Number 32 of 2004 on Regional Government jo Law Number
23 of 2014, and other laws had also been issued. The problems raised in this research is how the implementation of spatial
law and also how the implementation of local government law in which there is also provision on spatial arrangement and
how the law enforcement strategy. The method used in this research is normative juridical. In conclusion the spatial planning
should be in harmony with the interests of the central government, provincial and municipal governments, referring to
various applicable and interrelated legislation. Law enforcement is possible through various sanctions including criminal
sanctions in the presence of criminal elements.
Keywords: law enforcement, spatial planning, and regional autonomy

Problematika Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Suharyo) 179
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

A. Pendahuluan hierarki, terdiri dari: Rencana Tata Ruang


Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang
Wilayah Provinsi, dan Rencara Tata Ruang
membutuhkan ruang tertentu untuk melakukan
Wilayah Kabupaten/Kota.Berkenaan sangat
kegiatan. Dalam hal ini, ruang dapat diartikan
beragamnya kepentingan nasional, dan
sebagai tempat atau wadah seseorang atau
kepentingan masyarakat secara meluas, yang
banyak orang untuk melakukan kegiatan, atau
harus diakomodasi, maka penataan dan
secara fungsional ruang dapat diartikan sebagai
pemanfaatan tata ruang harus memperhatikan,
tempat atau wadah yang dapat yang dapat
menyelaraskan, memahami, dan mendalami
menampung sesuatu.1
makna yang terkandung dalam berbagai
Untuk mewujudkan dan menjaga
peraturan perundang-undangan lainnya, di
pembangunan yang berkelanjutan, diperlukan
antaranya: Undang-undang Nomor 41 Tahun
penataan ruang secara menyeluruh dan
1999 tentang Kehutanan5; Undang-Undang
komprehensif. Hal ini telah diantisipasi melalui
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;6
kebijakan negara dengan pembentukan
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pantai7 jo
Penataan Ruang.2 Sebagai tindak lanjut dari
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007,
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27
pada tahun 2010 dikeluarkan Peraturan
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Pesisir dan Pulau-pulau kecil;8 Undang-Undang
Penyelenggaraan Penataan Ruang. Berkenaan
Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;9
dengan diterapkannya Undang-Undang Nomor
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
32 Tahun 20043 tentang Pemerintahan Daerah
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
yang biasa juga disebut Otonomi Daerah, yang
Hidup;10 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002
sekarang direvisi menjadi Undang-Undang
tentang Pertahanan Negara;11 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 20144, diperlukan koordinasi
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
dan harmonisasi yang komprehensif dan intensif
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;12 Undang-
para stakeholders.
undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Hal yang perlu diperhatikan, dalam
pemanfaatan ruang wilayah (TRW), secara

1
Robert Kondoatie & Roestam Syarief, Tata Ruang Air, Pengelolaan Bencana, Pengelolaan Infrastruktur, Penataan
Ruang Wilayah, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Andi, 2010) hlm. 399.
2
Lihat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
3
Lihat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
4
Lihat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
5
Lihat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
6
Lihat Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
7
Lihat Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pantai.
8
Undang-undang Nomr 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
9
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
10
Lihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
11
Lihat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
12
Lihat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

180 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 171–182


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Khusus Bagi Provinsi Papua; dan 13Undang- (SK) Gubernur DKI Jakarta Nomor 2238 Tahun
Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Provinsi 2014. Pulau-pulau hasil reklamasi adalah A, B,
Aceh.14 C, D, E, F, G. Proyek reklamasi yang sudah selesai
Penerapan tata ruang di tengah adalah Pulau G. Sementara pulau-pulau yang
keberlangsungan otonomi daerah, dalam praktek lain sudah ada pembangunan rumah, kawasan
di lapangan bisa terjadi perbedaan persepsi. perkantoran dan pergudangan, walaupun
Pada aspek tata ruang, tujuannya adalah untuk belum selesai.15
menertibkan dan mengendalikan penataan Secara implisit dan eksplisit, terhadap
ruang di Indonesia. Sementara itu dalam aspek pembangunan fisik dengan pemanfaatan
otonomi daerah, penataan ruang dilaksanakan lahan yang sudah lama berjalan, dan sampai
secara sistematik untuk kepentingan masyarakat sekarang ini terus berlangsung dimungkinkan
utamanya di daerah sendiri. Karena itu dapat adanya dispensasi berkenaan kebutuhan lahan,
dan bisa terjadi kepentingan pemanfaatan tata walaupun peruntukan lahan tersebut semula
ruang di daerah, tidak sama dan tidak selaras, bisa jadi untuk kebutuhan yang lain. Perencanaan
bahkan bertentangan dengan rencana tata dan penelitian yang telah dilakukan pada masa
ruang nasional, rencana tata ruang provinsi, lalu untuk menjawab kebutuhan sekarang bisa
juga bertentangan dengan rencana tata ruang diubah oleh birokrasi yang berwenang, melalui
daerah sekitar. perubahan peraturan perundang-undangan
Dari berbagai kasus tata ruang, setidaknya tertentu.
daerah-daerah dengan potensi ekonomi dan Suatu permasalahan yang dapat diidentifikasi
perdagangan nasional serta internasional, dalam penelitian hukum ini, yang pertama,
termasuk pembangunan industri, perumahan/ bagaimana implementasi Undang-undang
permukiman, dan pariwisata, menjadi ajang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
pemberitaan. Rencana reklamasi laut di Benoa dan bagaimana pula dengan implementasi
Bali, Makassar sudah lama menimbulkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo
resistensi dari berbagai pihak. Reklamasi laut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
yang sangat menarik perhatian secara nasional, Pemerintahan Daerah dalam penegakan tata
dan berlangsung intens dan serius tidak lain ruang, serta terkait dengan berbagai peraturan
berkenaan pembangunan reklamasi Pulau G di perundang-undangan yang ada, diantaranya
utara Jakarta. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Reklamasi Teluk Jakarta, berawal dari Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27
Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995, Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
yang pada gilirannya Gubernur DKI Jakarta Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, dan berbagai
Basuki Tjahaja Purnama, memproses dan undang-undang lainnya. Yang kedua, bagaimana
memberi izin pada beberapa pihak swasta untuk strategi penegakan hukum tata ruang di tengah
melakukan reklamasi melalui Surat Keputusan dinamika otonomi daerah.

13
Lihat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.
14
Lihat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Provionsi Aceh.
15
Forum Keadilan Nomor 12, 25 Juli – 07 Agustus 2016

Problematika Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Suharyo) 181
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

B. Metode Penelitian dampak positif, tetapi juga efek negatif bagi


masyarakat. Hal ini disebabkan pembangunan
Untuk menjawab permasalahan penegakan
sektor pariwisata dilakukan tanpa perencanaan
hukum penataan ruang dalam pelaksanaan
yang matang, bahkan sering melanggar tata
otonomi daerah, penelitian ini menggunakan
kota yang ditetapkan sendiri oleh pemerintah
metode penelitian hukum normatif. Suatu
daerah.
penelitian hukum normatif atau penelitian
Kondisi itu salah satunya terlihat di Kota
hukum kepustakaan adalah penelitian hukum
Cirebon, Jawa Barat. Peningkatan kunjungan
yang dilakukan melalui penelitian bahan pustaka
pariwisata ke ”Kota Udang” itu mengakibatkan
atau data sekunder. Penelitian hukum normatif
pembangunan hotel, penginapan, dan restoran
tersebut mencakup penelitian terhadap asas-
tak terkendali. Saat ini kota yang luasnya hanya
asas hukum, penelitian terhadap sistematika
27 kilometer persegi itu memiliki lebih dari 60
hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi
hotel. Ini berarti dalam 0,45 kilometer persegi
vertikal dan horizontal, perbandingan hukum,
terdapat satu buah hotel. Selain hotel, di kota
dan sejarah hukum.16
Cirebon juga terdapat 130 restoran.
Adapun data yang diperoleh berasal
Pertumbuhan hotel dan restoran yang tidak
dari literatur terpilih dan terkait dengan
diikuti dengan ketersediaan lahan parkir dan
judul penelitian. Di samping itu juga dengan
sumber air yang memadai, mengakibatkan setiap
mencermati berbagai perundang-undangan
akhir pekan kemacetan selalu terjadi di sejumlah
yang terkait dan relevan serta menganlisis data
ruas jalan, seperti Jalan Ciptomangunkusumo
yang berasal dari surat kabar yang memberitakan
dan Jalan Kartini. Masyarakat kekurangan air
dinamika tata ruang.
bersih karena pasokan air yang sebelumnya
hanya untuk rumah tangga, kini, harus dibagi
C. Pembahasan
untuk hotel dan restoran. PDAM Kota Cirebon
1. Implementasi Penataan Ruang
mencatat, dari 18,15 juta meter kubik air yang
Sebagai fenomena umum pemanfaatan diproduksi, 16 persen dipasok ke industri,
ruang di Indonesia, masih dan terus terjadi termasuk perhotelan. Sementara sumber air
bersinggungan bahkan bertolak belakang bersih hanya berasal dari Paiis, kabupaten
antara aspek penataan ruang dan kebutuhan Kuningan. Pasokan air dari Paniis pun tidak
ruang dalam pembangunan, termasuk dalam bertambah, tetap 1.061 liter per detik.
memenuhi kebutuhan masyarakat sendiri. Krisis air akibat pertumbuhan hotel yang tak
Serangkaian persoalan yang menyelimuti terkendali juga dialami oleh warga Yogyakarta,
pelanggaran tata ruang, termasuk dalam terutama warga yang tinggal di wilayah Miliran,
pelaksanaan otonomi daerah, serta berbagai Muja-muju, dan Umbulharjo. Sejak hotel berdiri
peraturan perundang-undangan lainnya. tahun 2014, sumur warga selalu kekeringan.
Sebagai contoh, bertambahnya industri Sementara di Bandung, penambahan
pariwisata di Indonesia tak hanya menimbulkan hingga 200 hotel dalam lima tahun terakhir

16
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta Raja Grafindo
Persada, 2006) hlm. 13-14.

182 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 171–182


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

menimbulkan kemacetan di banyak ruas jalan. akibat penambangan liar di sejumlah daerah
Bahkan pertumbuhan hotel yang tak terkendali kian masif. Kerusakan itu tidak hanya sebatas
juga mengakibatkan banjir. kehancuran lingkungan di kawasan, tetapi juga
Ancaman bencana alam di berbagai daerah pencemaran yang luar biasa akibat penggunaan
telah terjadi. Kerusakan lingkungan semakin sianida dan merkuri.
tidak terkendali.17 Menteri Pekerjaan Umum Tambang emas liar yang muncul di sejumlah
dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono daerah di Maluku telah merusak lingkungan
mengatakan semua pihak agar menjaga hingga mengancam keamanan pangan. Namun
kawasan tangkapan air. Saat ini ada 22 daerah tidak ada keseriusan pemerintah daerah dalam
aliran sungai di Indonesia yang kondisinya menangani dampaki tambang liar. Bahkan
kritis. Kerusakan daerah tangkapan air menjadi sejumlah lokasi pertambangan belum berhasil
penyebab utama banjir dan longsor di seluruh ditutup. Lokasi tambang emas liar umumnya
daerah, contoh yakni daerah Bima (Nusa ada di Pulau Buru, tepatnya di Kabupaten
Tenggara Barat dan Pati). Buru, yakni Gunung Botak, Gunung Nona, dan
Menurut Basuki, alih fungsi kawasan Gogorea. Selain itu, juga ada tambang batu
dan pengelolaan yang salah menjadi sinabar di Luhu-Iha, Pulau Seram, Kabupaten
penyebab rusaknya kawasan tangkapan air. Ia Seram Bagian Barat, Gunung Botak dan Gogorea
mencontohkan sistem pertanian apa adanya sudah ditutup, sementara Gunung Nona dan
disekitar hulu Sungai Brantas, di Batu, berpotensi Luhu-Iha masih beroperasi.
menyebabkan sidementasi. “Seharusnya diatur, Kepala Kepolisian Resort Pulau Buru Ajun
bukan dilarang, melainkan diatur, misalnya Komisaris Besar Leo Simatupang mengatakan
dengan terasering atau cara tanam lebih baik bahwa aktivitas tambang di Gunung Botak
lainnya”, ucapnya. mengakibatkan penambangan itu, bukit setinggi
Hujan yang terus menerus juga memicu lebih kurang 500 meter, terbelah sehingga
pergerakan tanah di Desa Batu Hampar, membentuk jurang dan kedalaman jurang
Kecamatan Kayu Aro Barat, Kabupaten Kerinci, hampir 300 meter dari puncak bukit. Material
Jambi. Paling tidak 24 keluarga mengungsi tanah dari bukit itu dibawa ke lereng dan
karena rumah rusak dan retak-retak. Di Papua, diolah menjadi emas menggunakan merkuri
badan sungai yang longsor menyebabkan dan sianida. Hutan sagu dijadikan tempat
jembatan Kali Wunim di Kabupaten Tolikara, pengolahan material. Akibatnya, sagu-sagu itu
ambruk, Kamis. Akibatnya akses jalan darat mati.
dari Karubaga, ibukota Tolikara ke delan distrik Penataan dan pemanfaatan tata
terputus. ruang, ternyata juga menimbulkan konflik
Kerusakan dan perusakan lingkungan, berkepanjangan antara warga masyarakat
termasuk yang dilakukan oleh masyarakat untuk dengan pemerintah daerah.18 Presiden Joko
meningkatkan kehidupannya juga berlangsung Widodo telah memerintahkan agar dilakukan
di berbagai daerah. Kerusakan hutan lindung kajian lingkungan hidup strategis di Pegunungan

17
Harian Kompas, “Kondisi 22 Aliran Sungai Kritis”, Sabtu 7 Januari 2017.
18
Harian Kompas, “Semua Pihak Harus Tunggu Hasil Kajian”, Kamis 16 Maret 2017.

Problematika Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Suharyo) 183
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Kendeng Jawa Tengah. Hasil kajian akan menjadi Papua Barat, kini dijejali 48 perkebunan sawit.
dasar untuk menentukan zonasi kawasan yang Luasnya 25.000-45.000 hektar per perkebunan.
boleh ditambang dan tidak boleh ditambang di Ancaman terhadap Sorong dan Fakfak yang
Gunung Kendeng. Oleh sebab itu, pengoperasian disiapkan menjadi kawasan ekonomi khusus juga
pabrik semen di kawasan itu harus menunggu merupakan satu hal yang nyata. Pembangunan
hasil kajian ini. ”Tim Saat ini sedang bekerja berbagai infrastruktur perindustrian dan sarana
untuk menyelesaikan kajian lingkungan hidup umum itu dipastikan akan menggunakan hutan-
Strategis (KLHS) sebagaimana diperintahkan hutan di Papua.19
Presiden. Latar belakang dibentuknya KLHS ini Pembangunan lain, seperti Merauke
sebenarnya untuk memediasi konflik lingkungan Integrated Food and Energy Estate, membuktikan
ataupun sosial dengan pertimbangan ilmiah”, pengalaman pembukaan lebih dari 2 juta hektar
kata Sudharto P Hadi. hutan di selatan Papua. Direktur Eksekutif
Selain bencana alam yang telah disebutkan Yayasan Pusaka Franky Yafet Samperante juga
di atas, bencana longsor menjadi salah satu menunjukkan pembukaan lahan di Boven Digoel
ancaman nyata. Sebagai contoh, pada bulan seluas 2.400 hektar untuk perkebunan sawit.
Maret lalu sebanyak 27 orang tertimbun longsor Selain meningkatkan deforestasi, pembukaan
di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten lahan ini menimbulkan konflik sosial dengan
Ponorogo, Jawa Timur. Menyusul setelah itu warga.
tebing setinggi 100 meter ambrol dan menimpa Selama periode 1990-2000, pemberian
permukiman warga akibat hujan deras. Semua IUPHHK-HA dominan. Namun setelah tahun
korban belum ditemukan. Selain itu ada 17 2000, izin lahan perkebunan sawit banyak
warga lainnya yang berhasil menyelamatkan diri, diberikan. Menurut Zulfikar, 95% pemberian
menderita luka dan kini di rawat di Puskesmas. berbagai izin itu dilakukan secara terencana.
Longsor ini juga menghantam dan merusak 35 Umumnya, izin diberikan 1-2 tahun menjelang
rumah. Puluhan hewan milik warga setempat Pemilu Kepala Daerah. Baik pemerintah pusat
juga tertimbun material longsor. maupun daerah, katanya, sama-sama punya
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas andil atas rusaknya hutan di tanah Papua.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Di sisi lain, Provinsi Papua dan Papua Barat,
(BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, memiliki potensi emisi gas rumah kaca masing-
pukul 07.30, gerakan tanah mulai terjadi di masing 17,4 gigaton dan 6 gigaton karbon
wilayah itu yang diikuti bunyi gemuruh. Sebagian dioksida. Jika 10 persen saja dari potensi emisi
warga langsung mengungsi. Pada pukul 08.00, itu lepas ke atmosfir, akan menambah jumlah
bencana longsor besar mulai terjadi, menerjang emisi Indonesia sebesar 2,34 gigaton karbon
permukiman dan ladang warga RT.002 dan 003 dioksida. Meski sangat berisiko, hampir tak
di RW 01 tersebut ada program mitigasi perubahan iklim yang
Pengampanye Greenpeace Indonesia di dilakukan di Tanah Papua.
Papua, Charles Tawau, mengatakan, Papua dan

19
Ichwan Susanto dan M Said Wahyudi dalam Kompas, “Hutan Papua Penentu Emisi Indonesia”, Minggu 16 April
2017.

184 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 171–182


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Karena itu, Zulfikar mengingatkan, jika dilanda banjir. Saat curah hujan tidak terlalu
Indonesia tak melakukan upaya nyata untuk banyak berubah, daya dukung lingkungan
menjaga dan memelihara Indonesia dalam yang buruk dan kebiasaan warga membuang
pengelolaan hutan di Sumatera dan Kalimantan sampah sembarangan diduga menjadi pemicu.
yang sudah hancur akan terulang kembali. Kepala balai Hidrologi dan Tata Air di Pusat
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Indonesia (WALHI) Nur Hidayati, mengatakan, Air Irfan Sudono mengatakan, curah hujan
masyarakat adat punya andil besar dalam ekstrim bukan penyebab utama banjir di
menjaga lingkungan tetap lestari. Hutan Bandung dan sekitarnya. Data hujan tahunan
mangrove, gambut, atau terumbu karang yang justru menunjukkan tren penurunan curah
terjaga akan mengurangi emisi gas rumah kaca hujan sekitar 200 milimeter dalam rentang 50
yang dihasilkan, sehingga Indonesia mampu tahunan. Alih fungsi lahan untuk permukiman
berperan aktif dalam menghadapi dampak dan pembangunan lain memicu banjir. Kepala
perubahan ilkim global. Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Yudha
Praktik-praktik sederhana yang dilakukan Mediawan menyebutkan jumlah lahan kritis di
masyarakat adat sudah terbukti mampu menjaga Daerah Aliran Sungai Citarum mencapai 26022
lingkungannya lestari. Seperti masyarakat adat hektar pada tahun 2016. Kondisi ini memicu
Knasaimos di Manggroholo, Sorong Selatan, erosi lahan.21
Papua Barat, mereka secara bulat melindungi
hutan sagu dan damar dari ekspansi perusahaan 2. Implementasi Otonomi Daerah
perkebunan sawit. Eko Prasodjo menyatakan,22 di Negara
Sedangkan tentang tata ruang di Jakarta, Kesatuan tidak mungkin terdapat materi urusan
yang sangat mendominasi pemberitaan pemerintahan (fungsi) yang hanya dilakukan
secara meluas seluruh media massa Indonesia secara desentralisasi tanpa sentralisasi, artinya,
termasuk media internasional, tidak lain tentang selalu terdapat wewenang mengatur, sekalipun
reaksi keras dari berbagai kelompok masyarakat diselenggarakan dengan atau melalui asas
Jakarta dan penolakan terhadap reklamasi desentralisasi. Dengan kata lain, pemerintah
pembuatan 9 (sembilan) pulau di Jakarta. pusat secara eksklusif dapat memiliki wewenang
LBH Jakarta menolak reklamasi tersebut, mengatur dan mengurus secara mutlak, dan
dengan berbagai alasan.20 Penolakan terhadap tidak pernah terjadi daerah otonom memiliki
reklamasi tersebut berlanjut sampai di Pilkada suatu wewenang yang eksklusif. Hal ini berbeda
DKI Jakarta, yang akhirnya dimenangkan oleh dengan negara federal, dimana baik pemerintah
Anis Baswedan dan Sandiaga Uno. federal maupun pemerintah negara bagian
Sejumlah daerah di Kota dan Kabupaten masing-masing secara eksklusif dapat memiliki
bandung Jawa Barat, kini semakin mudah wewenang mengatur dan mengurus untuk

20
LBH Jakarta, ”19 Alasan Tolak Reklamasi Jakarta”, https://www.bantuanhukum.or.id/web/19-alasan-tolak-
reklamasi-jakarta/, diakses tanggal 20 juni 2017.
21
Kompas, ”Bandung Mudah Banjir”, Jumat 5 Mei 2017.
22
Eko Prasodjo, Reformasi Kedua Melanjutkan Estafit Reformasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) hlm. 144.

Problematika Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Suharyo) 185
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

satu materi urusan.23 Pemerintah daerah selain administratif yang berdasarkan sanksi-sanksi
berperan melindungi masyarakat dan menyerap dari Perda oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/
aspirasi masyarakat, juga harus mampu Kota. Untuk sanksi perdata berupa ganti rugi
mengelola berbagai kewenangan yang diberikan ataupun pemulihan seperti kondisi semula,
dan dipercayakan oleh pemerintah pusat masih jarang/belum pernah terjadi. Yang lebih
kepadanya. Dalam pengelolaan kewenangan banyak bermunculan, hanya berupa pernyataan
yang luas tersebut tetap dibatasi rambu penting telah terjadi kerusakan lingkungan, pelanggaran
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik tata ruang, dan saling berbeda pendapat
Indonesia. diantara para pihak. Sementara bencana alam
Implementasi Undang-undang Nomor dan kerusakan lingkungan dan ketidak tertiban
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, tata ruang, tidak segera diselesaikan.
banyak terkendala. Pelaku pelanggaran sangat Aspek hukum memberikan justifikasi dari
bervariasi, bisa warga masyarakat, pelaku suatu proses pembangunan. Dengan kata lain,
usaha, dan jajaran pemerintahan sendiri. Ada produk pembangunan akan berdampak pada
yang saling berkolaborasi dan banyak pula yang produk hukum yang ada serta dimungkinkan
bertindak sendirian. Pemerintah Daerah yang dilakukan perubahan-perubahannya. Proses
menikmati era otonomi daerah, dalam beberapa hukum dapat berjalan dengan baik kalamana
hal melalui produk Peraturan Daerah Provinsi hukum memberikan rasa keadilan terhadap
dan Keputusan Gubernur, dan juga Peraturan pihak-pihak yang terkait. Lembaga-lembaga
Daerah Kabupaten/Kota dan Keputusan pembuat peraturan bisa melakukan perubahan,
Bupati/Walikota bisa jadi melanggar penataan penyempurnaan atau pencabutan terhadap
ruang, dan tidak memperhatikan berbagai peraturan yang sudah ditetapkan itu, bila
peraturan perundang-undangan di atasnya. ternyata dalam pelaksanaannya tidak menun­
Hal mana berkenaan walaupun secara tersurat jukkan rasa keadilan bagi pihak yang terkait,
bahwa pemerintah daerah wajib mematuhi dan atau terdapat kekeliruan dalam penetapannya.
melaksanakan tata ruang wilayahnya, namun Persoalan hukum menjadi sangat penting ketika
dalam aspek kepentingan nasional, bangsa, terjadi konflik, baik konflik kepentingan, konflik
dan negara sesungguhnya tata ruang adalah antar pengguna, dan lain-lain. Aspek hukum
beraspek nasional demi kesejahteraan dan berbenturan dengan aspek sosial, ekonomi, dan
kedamaian seluruh masyarakat Indonesia. lingkungan.24
Penegakan hukum terhadap pelanggaran tata
3. Strategi Penegakan Hukum ruang, adalah salah satu pilihan hukum terbaik.
Penegakan hukum pelanggaran penataan Namun dalam aspek tata ruan, tidak selamanya
ruang, selama ini masih dikedepankan sanksi beranjak dari hukum. Adapun telaahan kritis

23
Hari Sabarno, Untaian Pemikiran Otonomi Daerah Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa (Jakarta:
Sinar Grafika, 2007) hlm. 31.
24
Robert Kondoatie & Roestam Sjarief, Tata Ruang Air, Pengelolaan Bencana, Pengelolaan Infrastruktur, Penataan
Ruang Wilayah, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Penerbit Andri, 2010) hlm. 411-412.

186 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 171–182


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

terhadap ketentuan undang-undang penataan Kedua, mengabaikan aspek human dari


ruang adalah sebagai berikut:25 rakyat (manusia) Indonesia. Pembangunan
1. Tata ruang merupakan konsep dinamis oleh katanya memang bertujuan memenuhi
karena dipengaruhi oleh kondisi sosial, kebutuhan rakyat akan pangan, sandang,
ekonomi, dan budaya serta teknologi, papan, kesehatan, dan pendidikan. Proses
sehingga dalam pelaksanaannya tata ruangt pembangunan kerap lupa bahwa manusia
hendaknya memperhatikan kondisi-kondisi dalam kehidupannya tidak hanya butuh ”to
tersebut; have more”, tetapi juga ”to be more”, lebih-lebih
2. Dalam penerapan konsep tata ruang tidak bagi mereka yang sudah merasa terdidik.
dapat dilakukan secara kaku atau rigid, oleh Ketiga, tidak dikaitkan sama sekali dengan
sebab itu secara periodik membutuhkan konsep ”Nation-State building”, tetapi dengan
rivisi berdasarkan cakupan tentang alam kenaikan GNP, seolah-olah dengan kenaikan
dan perkembangan teknologi dalam pendapatan nasional negara-bangsa sebagai
membangun lingkungan buatan; satu entitas dengan sendirinya menjadi semakin
3. Dalam hal visi, pengendalian dengan kukuh.
memperhitungkan daya tampung dan daya Keempat, mengabaikan etika masa depan,
dukung lingkungan tetap sebagai acuan yaitu etika yang harus dihayati sekarang untuk
normatif; dan demi masa depan. Generasi sekarang selalu
4. Dalam menentukan ketentuan sanksi, merasa dirinya menjadi pewaris dari kekayaan
hendaknya memperhitungkan ketentuan alam Tanah Air dan karena itu merasa berhak
dari Undang-Undang Tata Usaha Negara, mengeksploitasi seenaknya kekayaan tersebut.
terkecuali jika suatu tindakan yang berkaitan Padahal, ia harus menyadari dirinya bukan
dengan penataan terdapat tindakan yang pewaris, tetapi peminjam dari generasi masa
mengandung unsur-unsur pidana. depan.
Konsep pembangunan selama ini masih Kelima, memang memanfaatkan penalaran
menyimpan persoalan. Pertama, bersifat parsial aneka disiplin ilmiah, jadi kerja pembangunan
dan menyendiri. Setiap proyek pembangunan, bersifat multidisipliner. Namun, mempercayai
yang ditangani secara terpisah, memang satu disiplin sebagai ”pemimpin” dalam berfikir
dikalkulasi dengan baik dan berdaya guna. dan bertindak interdisipliner, yaitu ekonomika
Namun, begitu tergabung dengan proyek- (economics). Tentu bisa saja di satu proyek,
proyek lain, semuanya menjadi goyah terobang- di satu tempat, selama satu periode tertentu,
ambing dalam arus kehidupan yang dalam kakayaan multidisipliner menjadi lintasdisipliner,
kenyataan memadukan setiap usaha dalam satu dimana satu disiplin (ekonomika) dianggap
jaringan keterkaitan. Ternyata setiap proyek ”leading” karena ia yang paling berpotensi
pembangunan hanya solid dalam kesendirian menjadi penggerak awal mekanisme kerja.
masing-masing.26 Tetapi dalam periode selanjutnya ia mungkin

25
H. Juniarso Ridwan & Achmad Sodik, Hukum Tata Ruang Dalam Konsep Kebijakan Otonomi Daerah (Bandung:
Nuansa Cendekia, 2016) hlm. 59.
26
Daoed Joesoef, Studi Strategi Logika Ketahanan dan Pembangunan Nasional (Jakarta: Penerbit Buku Kampus,
2014).

Problematika Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Suharyo) 187
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

diganti oleh sisiplin lain yang dipercaya menjadi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat
penentu bagi keberhasilan final, misalnya, Indonesia.
antropologi, dan lain-lain.
Pendalaman terhadap penataan ruang D. Penutup
dalam kerangka otonomi daerah di Indonesia, Penegakan hukum terhadap penataan tata
sudah tentang dalam kerangka berfikir ruang, merupakan perwujudan pengamalan
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia supremasi hukum dan kepastian hukum sesuai
(NKRI). Fahmi Amrusyi mengatakan:27 ”Dalam dengan falsafah bangsa Pancasila, UUD 1945
penyelenggaraan pemerintahan di negara serta berbagai peraturan perundang-undangan
kesatuan, dapat dibedakan dalam 2 (dua) yang berlaku. Pelaksanaan otonomi daerah
bentuk, yaitu: (1) Negara Kesatuan dengan dengan titik tolak dan titik singgung pemerintah
sistem sentralisasi, dan (2) Negara Kesatuan kabupaten/kota merupakan sasaran strategis
dengan sistem desentralisasi. Dalam negara dalam penataan ruang. Demikian pula
kesatuan dengan sistem sentralisasi, segala pemerintah provinsi untuk kepentingan tata
sesuatu dalam negara langsung diatur dan ruangnya, dan pemerintah pusat melalui
diurus oleh Pemerintah Pusat dan daerah- koordinasi yang intensif dan transparan untuk
daerah hanya tinggal melaksanakan segara apa menyembatani kepentingan strategis dan juga
yang telah diinstruksikan oleh Pemerintah Pusat. berkepentingan umum agar penataan ruang
Sedangkan dalam Negara Kesatuan dengan secara mendasar dan meluas, adalah demi
sistem desentralisasi, kepada daerah-daerah kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
diberikan kesempatan dan kekuasaan untuk Penataan ruang tidak hanya beranjak pada
mengatur dan mengurus rumah tangganya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, dan
sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan Pemerintah Daerah tidak hanya mengacu pada
dengan Daerah Otonom. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Di
Implementasi undang-undang penataan samping itu, tetap harus memperhatikan dan
ruang dalam sistem hukum di Indonesia, tidak mencermati berbagai undang-undang yang
bisa bersifat mandiri atau independen. Harus saling mendukung dan saling berinteraksi seperti
memperhatikan makna dan kepentingan undang- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, Undang-
undang lainnya, termasuk undang-undang Undang Nomor 41 Tahun 1999, Undang-undang
pemerintah daerah. Karena bagaimanapun Nomor 3 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor
penataan ruang, harus menyerasikan 27 Tahun 2007 jo Undang-Undang Nomor 1
kepentingan pemerintah pusat, pemerintah Tahun 2014, Undang-Undang Nomor 32 Tahun
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/ 2009, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002,
kota,dengan mencermati, memahami dan dan lain-lain.
menyelaraskan peraturan perundang-undangan Penerapan Undang-Undang Nomor 26
lainnya, melalui koordinasi yang intensif dan Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dalam
transparan untuk menyamakan persepsi, demi penegakan hukumnya, terlihat sulit untuk

Umbu Ranta, Konstitusionalitas Pengujian Peraturan Daerah (Yogyakarta: Genta Publishing; 2016) hlm. 32.
27

188 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 171–182


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

dilaksanakan secara kaku/represif. Hal mana harus diselaraskan dengan obyek yang akan
berkenaan, perubahan peruntukan tata ruang dikenakan sanksi. Dalam hal pemberian izin tata
dapat terjadi, dan dilakukan secara legal. ruang diberikan oleh Kabupaten/Kota, sanksi
Para pihak yang terlibat bukan saja warga dilakukan melaluipencabutan atau pembatalan
masyarakat biasa, namun bisa jadi justru unsur- Keputusan Bupati/Walikota, sedangkan dalam
unsur birokrasi dan aparatur negara yang hal pemberian izin tata ruang diberikan oleh
melakukan untuk kepentingan kedinasan. Di pemerintah daerah provinsi, sanksi dilakukan
sinilah problematika yang dapat terjadi dalam melalui pencabutan atau pembatalan
penegakan hukum penataan ruang. Keputusan Gubernur. Sedangkan apa bila izin
Namun demikian, fenomena pelanggaran tata ruang diberikan oleh pemerintah pusat/
terhadap penataan ruang dalam berbagai aspek Keputusan Presiden, sanksi dilakukan melalui
kehidupan termasuk otonomi daerah baik pencabutan atau pembatalan Keputusan
yang dilakukan warga masyarakat, termasuk Presiden. Yang pasti, suatu pengenaan sanksi
kalangan pengusaha dalam negeri, dan para adalah berjenjang, mulai dari penyitaan, denda,
penanam modal asing, pemerintah daerah dan dan pencabutan izin. Sedangkan sanksi pidana,
pemerintah pusat, perlu diakhiri, dan harus tetap dapat dilakukan sepanjang memenuhi
melalui tindakan hukum, yaitu: unsur-unsur pidana.
Pertama, sejalan dengan dinamika
kebutuhan lahan yang terus meningkat untuk Daftar Pustaka
berbagai kegiatan, dimungkinkan adanya Buku
dispensasi dan perubahan dalam penataan Soekanto Soerjono & Sri Mamudji. Penelitian Hukum
ruang, melalui produk peraturan perundang- Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Radja
undangan yang berlaku. Grafindo Persadam 2006).
Kedua, sinkronisasi dan koordinasi Soekanto Soerjono. Faktor Yang mempengaruhi
Penegakan Hukum (Jakarta: Rajawali Pers, 1983).
pelaksanaan tata ruang untuk kepentingan Ridwan Juniarso & Achmad Sodik. Hukum Tata
nasional, pemerintah pusat perlu mengadakan Ruang Dalam Konsep Kebijakan Otonomi Daerah
sinkronisasi dan harmonisasi dengan pemerintah (Jakarta: PT Rineka Cipta Cetakan III, Oktober
2016).
daerah kabupaten/kota, dan provinsi. Ubchi Imam. Judicial Review Perda Pajak dan
Ketiga, forum permanen perlu Retribusi Daerah (Jakarta: Sinar Grafika, 2012).
dilembagakan di setiap kabupaten/kota, J. Kaloh. Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu
Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal
provinsi dan pemerintah pusat, yang melibatkan
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007).
instansi terkait, LSM, dan akademisi, sekaligus Ranta Umbu. Konstitusionalitas Pengujian Peraturan
selalu mengadakan sosialisasi kepada warga Daerah (Yogyakarta: Genta Publishing, 2016).
masyarakat menyangkut pemanfaatan tata Kondoatie Robert & Roestam Syarif. Tata Ruang Air,
Pengelolaan Bencana, Pengelolaan Infrastruktur,
ruang diwilayahnya. Hal itu dilakukan untuk Penataan Ruang Wilayah, Pengelolaan
mengantisipasi dan memberikan jalan keluar Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Andri, 2010).
dinamisasi tata ruang untuk kesejahteraan Joesoef Daoed. Studi Strategi Logika Ketahanan dan
Pembangunan Nasional (Jakarta: Buku Kompas,
masyarakat Indonesia dalam NKRI.
2014)
Keempat, penegakan hukum penataan MR Khairul. Untuk Desentralisasi dan Pemerintahan
ruang dalam pelaksanaan otonomi daerah, Daerah (Malang: Bayu Media, 2007).

Problematika Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Suharyo) 189
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Prasodjo Eko. Referensi Kedua Melanjutkan Estafet Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Reformasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2009). Pemerintahan Daerah.
P Sondang Siagian . Peranan Staf Dalam Management Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
( Jakarta: Gunung Agung, 1982) Pemerintahan Daerah.
Sabarno Hari. Untaian Pemikiran Otonomi Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Perlindungan Lingkungan Hidup.
Bangsa (Jakarta: Sinar Grafika, 2007). Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pantai.
Makalah/Artikel/Laporan/Hasil Penelitian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27
Harian Kompas, “Hutan Papua Penentu Emisi Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
Indonesia”, Minggu 16 April 2017. dan Pantai.
Harian Kompas, “Kondisi 22 Aliran Sungai Kritis”, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Sabtu 7 Januari 2017. Pelayaran.
Harian Kompas, “Semua Pihak Harus Tunggu Hasil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kajian”, Kamis 16 Maret 2017. Pertahanan Negara.
LBH Jakarta, ”19 Alasan Tolak Reklamasi Jakarta”, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
https://www.bantuanhukum.or.id/web/19- Konservasi Sumber Daya Hayati dan
alasan-tolak-reklamasi-jakarta/, diakses tanggal Ekosistemnya.
20 juni 2017. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Provinsi Papua.
Peraturan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Provinsi Aceh.
Penataan Ruang.

190 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 171–182

Anda mungkin juga menyukai