Anda di halaman 1dari 4

PRAKTIKUM

a. Judul Blok : Blok 10


b. Topik : Therapeutic Drug Monitoring (TDM)
c. Laboratorium : Farmakologi, Terapi, dan Kefarmasian
d. Tujuan Belajar : Melakukan prosedur TDM
e. Pengantar

Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari perjalanan obat mulai dari


absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
Absorbsi obat dapat melalui berbagai cara tergantung pada jalur
pemberiannya. Obat dapat diberikan melalui oral, suntikan intravena,
suntikan intramuskular atau subkutan, serta jalur lain (inhalasi, rektal,
sublingual, topikal). Proses absorbsi dipengaruhi banyak faktor, namun
yang paling berperan adalah kelarutan obat dalam lemak. Obat dapat
melewati membran sel dengan cara difusi pasif atau transport aktif. Obat
yang dikonsumsi peroral dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari interaksi
dengan makanan, obat lain, enzim, suasana lambung, efek first pass
metabolism, serta faktor-faktor lain yang terkadang tidak bisa dikendalikan
misalnya faktor genetik.
Bioavailabilitas adalah jumlah obat yang diabsorbsi setelah pemberian
melalui jalur tertentu dibandingkan dengan jumlah obat yang diabsorbsi
jika diberikan secara intravena (iv). Dengan kata lain bioavailabilitas adalah
proporsi obat yang diberikan yang mencapai sirkulasi sistemik.
Distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sirkulasi.
Selanjutnya obat akan masuk ke jaringan untuk bekerja. Waktu paruh (t½)
adalah waktu yang dibutuhkan sehingga konsentrasi obat dalam darah
berkurang setengah dari jumlah awal. Volume distribusi (VD) adalah
volume yang menunjukkan distribusi obat. Bersihan (Clearance) adalah
volume darah atau plasma yang dibersihkan dari obat dalam satuan waktu.
Hati merupakan organ utama untuk metabolisme obat. Metabolisme obat
mempunyai dua efek penting yaitu
a. obat menjadi lebih hidrofilik, hal ini mempercepat ekskresi melalui
ginjal
b. obat menjadi kurang aktif daripada obat asalnya, namun sebagian
obat justru menjadi lebih aktif (prodrug)
Ekskresi ginjal memegang tanggung jawab utama untuk eliminasi sebagian
besar obat. Obat terdapat dalam filtrat glomerulus, tetapi bila larut lemak
obat ini dapat direabsorbsi dalam tubulus ginjal melalui difusi pasif.
Metabolisme obat sering menghasilkan senyawa yang kurang larut lemak
sehingga membantu ekskresi ginjal. Ekskresi bilier dilakukan bila obat
terkonsentrasi dalam empedu sehingga diekskresikan ke dalam usus halus.
Beberapa parameter farmakokinetik dapat dilakukan pengukuran dengan
menggunakan cara sebagai berikut.

1
1) Waktu Puncak (Tmax)
Waktu puncak dapat dihitung dari persamaan kurva kadar obat
terhadap waktu. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi
maksimum dihitung menggunakan turunan dari persamaan kurva
dimana y’= 0.
2) Kadar Puncak (Cmax)
Kadar puncak dapat dihitung dari persamaan kurva kadar obat
terhadap waktu, dengan memasukkan waktu puncak (Tmax) akan
didapatkan kadar puncak.
3) Waktu Paruh (t½)
Waktu paruh dapat dihitung dengan membuat persamaan garis linier
pada kurva fase eliminasi. Persamaan garis yang dihasilkan adalah y =
-ax + c. Nilai a merupakan konstanta eliminasi (ke).
t½ = 0,693
ke
4) Bioavailabilitas
Besarnya bioavailabilitas suatu obat oral digambarkan oleh AUC (area
under the curve atau luas area dibawah kurva kadar obat dalam plasma
terhadap waktu) obat oral tersebut dibandingkan dengan AUC yang
diberikan secara i.v. Hal ini disebut bioavailabilitas oral dan merupakan
bioavailabilitas absolut dari obat oral tersebut.

𝐴𝑈𝐶 𝑜𝑟𝑎𝑙
Bioavailabilitas absolute obat oral = F =
𝐴𝑈𝐶 𝑖. 𝑣

Di dalam darah paracetamol mempunyai kadar terapi antara 10-25


mcg/mL, sedangkan kadar toksik apabila mencapai >200 mcg/mL.

f. Kasus
Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke dokter karena nyeri perut
yang tidak sembuh-sembuh. Ini adalah kunjungan pasien yang ketiga
kalinya. Pada kunjungan pertama pasien mendapat parasetamol 500 mg
sehari diminum tiga kali. Pada kunjungan kedua dosis dinaikkan menjadi
650 mg sehari diminum tiga kali. Karena tidak ada perbaikan, pada
kunjungan ketiga dokter melakukan prosedur therapeutic drug monitoring
(TDM) untuk memastikan kadar obat di dalam darah pasien.

2
g. Bahan dan Peralatan yang Dibutuhkan
• Bahan
1) Parasetamol baku
2) Tablet parasetamol 500 mg
3) EDTA
4) Larutan trichloro acetic acid atau TCA (C2HCl302) 15%
5) Larutan sodium nitrit (NaNO2) 10%
6) Larutan sodium hydroxide (NaOH) 15%
7) Sulphamic acid (NH2SO3H) 15%
8) Larutan HCl 6 N
• Alat
1) Spektrofotometer
2) Tabung reaksi 10 buah
3) Tabung sentrifuge
4) Rak
5) Sentrifuge
6) Stirer atau Vortex Mixer
7) Timbangan
8) Bekerglass
9) Spuit 5 cc
10) Kapas alkohol

h. Prosedur

Penyiapan Sampel
• Lakukan prosedur informed consent dan anamnesis singkat kepada
sukarelawan.
• Catat identitas sukarelawan, ukur tinggi dan berat badan.
• Sukarelawan puasa 6 jam sebelumnya (boleh minum air bening)
• Sukarelawan minum paracetamol 500 mg tablet dan diambil darah
vena pada jam ke-0, 1, 3, dan 6.
• Parasetamol tablet 500 mg dapat diambil sehari sebelum praktikum
di Lab. Farmakologi.
• Minum parasetamol pada pukul 8.00, kemudian diambil darah pada
pukul 08.00, pukul 09.00, 11.00 dan pukul 14.00.
Membuat Larutan Standar
• Membuat Larutan standar paracetamol 16 mcg/mL dengan cara
menimbang paracetamol sebesar 2 mg kemudian larutkan ke dalam
air sebanyak 125 mL di dalam Bekerglass. Aduk menggunakan
stirer. Masukkan sebanyak 0,5 ml ke dalam 2 tabung tabung reaksi
• Dari salah satu larutan standar paracetamol 16 mcg/mL sebanyak
0,5 mL ditambahkan aquadest sebanyak 0,5 mL sehingga menjadi
larutan paracetamol 8 mcg/mL, kemudian dibagi menjadi 2 masing-
masing 5 mL
• Selanjutnya dibuat larutan standar berturut-turut 4 mcg/mL dan 2
mcg/mL, dan 1 mcg/mL

3
Preparasi sampel
• Sampling darah sebanyak 3 mL ditambah EDTA
• Darah diputar dengan alat sentrifuge dengan putaran 3000 rpm
selama 10 menit
• Plasma dipisahkan untuk selanjutnya dilakukan pengukuran kadar
paracetamol
Membuat kurva baku
• Larutan standar untuk setiap kadar diambil 2 ml dimasukkan ke
dalam kuvet dengan menggunakan panjang gelombang 430 nm
dan dicatat absorbansi larutan.
• Dibuat persamaan garis antara Log (kadar obat) dengan absorbansi
sehingga diperoleh garis persamaan Y = aX + b
• Sumbu X menunjukkan Log kadar obat, sedangkan sumbu Y adalah
absorbansi
Mengukur kadar obat
• Sampel yang sudah siap diambil sebanyak 0,5 mL dimasukkan ke
dalam tabung sentrifuge yang mengandung 1 ml TCA 15%.
Campurkan menggunakan vortex atau stirer.
• Putar dengan sentrifuge selama 3 menit.
• Ambil supernatan dan masukkan ke dalam tabung reaksi yang
mengandung larutan 0,5 mL HCl 6N
• Tambahkan larutan 0,4 mL NaNO2 10% dan diamkan selama 2
menit sehingga terbentuk asam nitrat
• Tambahkan 1 mL larutan NH2SO3H 15% secara hati-hati untuk
menetralisir kelebihan asam nitrat yang terbentuk.
• Terakhir tambahkan 2,5 mL larutan NaOH 15%
• Bacalah absorbansi masing-masing sample pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 430 nm, dengan larutan blanko air.
• Tentukan kadar paracetamol untuk setiap sampel

i. Pertanyaan:
1. Buatlah grafik hubungan antara waktu vs kosentrasi parasetamol!
2. Tentukan area under curve konsentrasi parasetamol!
3. Berapakah konsentrasi maksimum paracetamol?
4. Kapan paracetamol mencapai kadar maksimum?
5. Berapakah t½ paracetamol?
6. Apakah perlu dilakukan penyesuaian dosis? Berikan penjelasan!
7. Apakah perlu dilakukan penggantian jenis obat? Berikan
penjelasan!
8. Apakah perlu dilakukan penyesuaian bentuk sediaan dan rute
pemberian obat? Berikan penjelasan!
9. Apakah tujuan dan manfaat dilakukan therapeutic drug monitoring?

j. Referensi
Shihana F, Dissanayake DM, Dargan PI, and Dawson AH, 2010. A modified
low cost colourimetric method for paracetamol (acetaminophen)
measurement in plasma. Clin Toxicol (Phila) January; 48(1): 42-6

Anda mungkin juga menyukai