Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
It has been said (Lane 1995), that in many leadership discourses we
are not able to find law-like definitions or findings which gives evidence for a
scientific law. These law are needed if we wish to call a leadership discourse
a theory. I agree with this. For instance, in the International Leadership
Project (Toward understanding leadership… 1998) we used a contextual
leadership model in defining the element of leadership that should be studied.
A contextual model must and cannot be called a leadership theory, as I will
argue later.1
Paragraf tersebut merupakan salah satu fakta bahwa diskusi tentang
kepemimpinan merupakan suatu problematika yang tidak pernah selesai untuk
ditelaah maupun dielitioleh seluruh kalangan akademisi maupun non-
akademisi.2pada kerangka ini kemudian muncul pernyataan cukup menarik
bahwa kepemimpinan adalah subjek yang telah lama menarik perhatian
banyak orang, atau dari segi waktu juga dinyatakan bahwa masalah
kepemimpinan tersebut sama tuanya dengan sejarah manusia.3
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu penddidikan nasional, antara lain melalui
1
VeijoNivala, Leadership in General, Leadership in Theory, dalamVeijoNivala&EevaHujala (Edit),
Leadership is Early Childhood Education: Cross-Cultural Prespectives. Oulu: Oulu University Press,
2002, hlm: 14.
2
Jamal Lualai Yunus, Leadership Model: Konsep Dasar, Dimensi Kerja, dan Gaya Kepemimpinan, 2009,
hlm: 4.
3
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2008), hlm:
1.

1
berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, penggadaian buku dan
alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan
mutu manajemen sekolah.4
Namun demikian indikator mutu pendidikan belum menunjukan
peningkatan yang brarti. Salah satu unsur yang menentukan terhadap
keberhasilan pendidikan tersebut adalah faktor kepala madrasah yang
memiliki posisi yang menentukan baik sebagai manajer maupun pemimpin.5
Untuk menjelaskan apa arti kepemimpinan itu, akan dijelaskan
terlebih dahulu dari sudut mana seseorang memandang atau memahami
hakikat kepemimpinan itu,6 dan bagaimana model-model kepemimpinan
dalam pendidikan islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kepemimpinan ?
2. Apa saja unsur-unsur kepemimpinan ?
3. Bagaimanakah model-model kepemimpinan dalam pendidikan islam ?
4. Apa saja pendekatan kepemimpinan dalam pendidikan ?

4
Khotibul Umam, Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Isalam: Sebuah Alternatif dalam
Mengelola Pendidikan Islam untuk Lebih Maju. STAIN Press, 2013. Hlm: 191.
5
Ibid, 191.
6
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010,
hlm: 24.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Dalam buku yang berjudul Masalah Pendidikan Ilmu Administrasi dan
Perguruan-perguruan Tinggi, karya prajudi atmosudirjo, pengertian
kepemimpinan dapat ditelaah dari berbagai segi, diantaranya:7
1) Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality)
seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk
mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh
tertentu, suatu kekuatan atu wibawa yang demikian rupa sehingga membuat
sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya.
2) Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk seni pembinaan
kelompok orang-orang terentu, biasanya melalui “human relations” dan
motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerja
sama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang
menjadi tujuan organisasi.
3) Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu sarana, suatu instrumen
atau alat untuk membuat sekelompok orang-orang mau bekerja sama dan
berdaya upaya menaati segala peraturan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditentukan. Dalam hal ini, kepemimpinan dipandang sebagai dinamika
suatu organisasi yang membuat orang-orang bergerak, bergiat, dan berdaya
upaya secara “kesatuan organisasi” untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi

7
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010,
hlm: 25.

3
Dari penjelasan diatas tentang pengertian kepemimpinan dapat diambil
benag merah bahwa kepemimpinan adalah usaha atau seni yang dapat
memengaruhi orang lain. Pada hakekatnya kepemimpinan adalah suatu bentuk
proses memengaruhi dan perilaku untuk memenangkan hati, pikiran, dan tingkah
laku orang lain. Namun, pada umumnya definisi tentang kepemimpinan akan
dikaitkan dengan proses perilaku memengaruhi orang lain dalam mencapai
tujuan yang telah disepakati bersama. Artinya, bentuk kepemimpinan merupakan
suatu proses dimana seseorang memainkan pengaruh atas orang lain dengan
menginspirasi, memotivasi, dan mengarahkan aktivitas mereka untuk mencapai
sasaran yang telah direncanakan.8

B. Unsur-unsur dalam Kepemimpinan Pendidikan


Menurut Kartono unsur-unsur kepemimpinan yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu: (1)
kekuasaan, (2) kewibawaan, dan (3) kemampuan.
1. Kekuasaan ialah “kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan
wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan
bawahan untuk berbuat sesuatu”
2. Kewibawaan ialah “ kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang
tersebut patuh pada pemimpin dan bersedia melakukan perbuatan-
perbuatan tertentu”.
3. Kemampuan ialah “segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan
keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari
kemampuan anggota biasa”.9

8
Bahar Agus Setiawan & Abd. Muhith. Transformational Leadership. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2013, hlm: 13.
9
Kartini, Kartono. 1990. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Rajawali press, 1990, hlm: 39.

4
Sedangkan menurut Effendy untuk mengemukakan unsur-unsur dan
syarat minimal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin atau manajer,
maka harus mengkaji kembali tentang pengertian kepemimpinan itu sendiri.
Dimana, seorang pemimpin tersebut harus dapat meyakinkan orang lain,
mengenai gagasan, konsepsi atau cita-cita atau rencana yang dibuatnya ,
sehingga orang lain akan sukarela dan mau ikut serta melaksanakan cita-cita
atau gagasannya. Setidaknya ada tiga macam kemampuan yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin, yaitu: (1) kemampuan fisik, (2) kemampuan mental,
dan (3) kemampuan intelektual.10

Persyaratan ini bukan sesuatu yang baru di dalam Islam, karena Al-
Qur’an telah memberikan beberapa petunjuk, antara lain disebutkan dalam
suratAl-Baqarah:247 yang berbunyi :

   


    
    
   
   
    
   
   
  
   
    


10
Effendy, EK. Mochtar. 1986. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta:
Bhratara Karya Aksara, 1987, hlm: 227-229

5
Artinya: “Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut
memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan
daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi
(mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas
pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.11

Dalam ayat tersebut diatas, Allah menunjukkan syarat yang harus dipenuhi
oleh seorang pemimpin yaitu ilmu dan fisik yang kuat. Selain itu di dalam surat An-
Nur Allah berfirman:

  


  

 
  
  
  
  
  
  
  
     

11
Khotibul Umam. Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Islam: Sebuah Alternatif dalam
Mengelola Pendidikan Islam untuk Lebih Majuhlm. STAIN Press, 2013, hlm: 194.

6
  
 

Artinya: “dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik”.12

Selanjutnya Allah berfirman dalam surat An-Nahl: 97 :

    


   
 
  
  
  

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri

12
Op. Cit, Khotibul Umam, hlm: 195.

7
Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan”.13

[839] Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam
mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.

C. Model-model Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam


Shoni Rahmatullah Amrozi dalam bukunya yang berjudul “The
Power of Rasulullah’s Leadership” menyatakan bahwa model
kepemimpinan secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu: (1)
kepemiminan transformasional, (2) kepemimpinan visioner.14
1. Kepemimpinan Transformasional
Istilah kepemimpinan transformasional berasal dari dua kata,yaitu
kepemimpinan (leadership) dan (transformative) atau
transformasional. Istilah transformative berinduk dari kata to
transform, yang bermakna mentransformasikan atau merubah sesuatu
menjadi bentuk yang berbeda.15
Kepemimpinan transformasional dapat di definisikan sebagai
kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja atau melalui orang lain
untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi
dalam rangka mencapai tujuan target yang telah ditetapkan. Sumber
daya yang dimaksud dapat berupa SDM, fasilitas, dana, dan faktor-
faktor eksternal keorganisasian.
Seorang pemimpin transformasional biasanya memiliki visi yang
baik, retoris, keterampilan manajemen. Dan dalam menggunakan

13
Op.cit, Khotibul Umam, hlm: 196.
14
Shoni Rahmatullah Amrozi, The Power Rasulullah’s Leadership, jogjakarta: Sabil, 2012, hlm. 44.
15
Ibid, hlm: 44-45.

8
keterampilan-keterampilan tersebut mereka mengembangkan ikatan
emosional pada pengikut.
Rasulullah SAW juga menerapkan kepemimpinan ini, Beliau
merupakan revolusioner agung yang mengubah peradaban Jahiliyah
saat itu, keadaan moral penduduk Makkah sangat buruk. Umumnya
mereka senang terhadap perjudian, perzinaan, merampas harta dengan
bathil, sering terjadi pembunuhan dan penindasan terhadap kaum
yang lemah. 16
Berbeda dengan kondisi tersebut, semenjak Rasulullah SAW
menjadi nabi dan rasul, tatanan kehidupan masyarakat Makkah dan
Jazirah Arab semakin membaik dan terjadi pemerataan sosial.
2. Kepemimpinan Visioner
Adalah sebuah model atau pola kepemimpiananyang dimaksud
memberi arti pada kerja dan usaha yang dilakukan secara bersama-
sama oleh seluruh komponen organisasi, dengan cara memberi arahan
berdasarkan visi yang telah dibuat secara jelas.17
Visi organisasi merupakan kunci keberhasilan kepemimpinan
visioner, sebab visi yang dibuat bukanlah semata-mata rangkaian
kalimat yang disusun melainkan menjadi pengikat, pemersatu,
inspirator, danpemberi semangat bagi seluruh komponen organisasi.
Visi merupakan sebuah upaya melakukan perubahan, yang
mendorong terjadinya proses ledakan kreativitas melalui integrasi
berbagai keahlian dan orang-orang yang ad dalam suatu lembaga atau
organisasi.
Kepemimpinan visioner Nabi Muhammad SAW, dalam sebuah
riwayat dikisahkan bahwa ketika Rasulullah memasuki kota Makkah,
disekitar Ka’bah terdapat patung berhala sebanyak 360 buah,

16
Ibid, hlm: 73
17
Ibid, hlm: 51-52.

9
kemudian Beliau merobohkan dengan tongkat kayunya seraya
membaca ayat, “Telah datang kebenaran dan musnahlah kebathilan.
Sebab sesungguhnya kebathilan adalah sesuatu yang pasti musnah.
Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan mulai dan tidak
pula mengulangi”. Ibnu Abu Umar menambahkan, “Peristiwa itu
terjadi saat penaklukan kota Makkah”.18
D. Pendekatan Dalam Kepemimpinan Pendidikan
Carrol dan Tosi merangkumkan pendapat para ahli bahwa dari
beberapa konsep tentang kepemimpian yang terdapat banyak pembagian,
ia menyimpulkan menjadi tiga pendekatan saja, yaitu:19
a. Pendekatan Sifat
Telah dikemukakan bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang
pemimpin banyak ditentukanatau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang
dimiliki oleh pribadi si pemimpin. Sifat-sifat itu ada pada seseorang
karena pembawaan atau keturunan. Jadi, menurut pendekatan ini,
seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifat yang dibawaya sejak
lahir, bukan karena dilatih.20
b. Pendekatan perilaku
Pendekatan ini disebut juga (behavioral approaach) merupakan
pendekatan berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau
kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan
yang dilakukan. Sikap dan gaya tersebut ditampakkan dalam
kegiatannya sehari-hari, dan dalam hal bagaimana cara pemimpin itu
memberi perintah, membagi tugas dan wewenang, cara

18
Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Hasan al-Qusyairy al-Nasaburi, Shahih Muslim Juz 12, Beriut: Dar al-
Afaq al-Jadidah, hlm: 81.
19
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010, hlm: 30-31.
20
Ibid, hlm: 31.

10
berkomunikasi, cara membina disiplin kerja bawaan, cara mengambil
keputusan, dan sebagainya.21
c. Pendekatan Situasional
Pendekatan ini biasa disebut juga pendekatan kontingensi. Pendekatan
ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan suatu pemimpin tidak
hanya bergantung pada atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat
dari pemimpin saja. Tiap organisasi memiliki ciri khusus dan unik.
Bahkan organisasi atau lembaga yang sejenispun akan menghadapi
masalah yang berbeda karena lingkungan yang berbeda, semangat dan
watak yang berbeda pula. Situasi yang berbeda ini harus dihadapi
dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula. Karena banyaknya
kepemimpinan yang yang dapat dipakai dalam menerapkan perilaku
kepemimpinan itu sesuai dengan situasi organisasi atau lembaga,
maka pendekatan situasional ini disebut juga pendekatan kontingensi,
yang sesuai dengan artinya kontingensi yang berarti kemungkinan.22

21
Ibid, hlm: 32.
22
Ibid, hlm: 38.

11
BAB III

KESIMPULAN

1. Pada hakekatnya kepemimpinan adalah suatu bentuk proses memengaruhi dan


perilaku untuk memenangkan hati, pikiran, dan tingkah laku orang lain.
Artinya kepemimpinan adalah kemampuan untuk meyakinkan orang lain, agar
ia sukarela diajak untuk melaksanakan kehendak dari pemimpin.
2. Menurut Kartono terdapat tiga unsur-unsur yang harus ada dalam
kepemimpinan, yaitu:
1) Kekuasaan
2) Kewibawaan
3) Kemampuan

12
3. Dalam buku yang berjudul “The Power of Rasulullah’s Leadership” karya
Shoni Rahmatullah Amrozi model-model kepemimpinan terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:
a. Kepemimpinan transformasional
b. Kepemimpinan visioner
4. Sedangkan pendekatan dalam kepemimpinan pendidikan yang dirangkum dari
beberapa konsep oleh Carool dan Tosi membaginya menjadi tiga bagian,
yaitu:
a. Pendekatan sifat
b. Pendkatan perilaku
c. Pendekatan stasioner

DAFTAR ISI

Amrozi, Shoni Rahmatullah, The Power Rasulullah’s Leadership, Jogjakarta: Sabil,


2012.

Muslim, Al-Hajjaj, Shahih Muslim Juz 12, Beriut: Dar al-Afaq al-Jadidah. 1971.

Purwanto, M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2010.

13
Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada, 2008.

Umam, Khotibul, Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Isalam: Sebuah Alternatif


dalam Mengelola Pendidikan Islam untuk Lebih Maju. Jember: STAIN Press, 2013.

Veijo Nivala, Leadership in General, Leadership in Theory: Leadership is Early


Childhood Education: Cross-Cultural Prespectives. 2002. Oulu: Oulu University
Press.

Yunus, Jamal Lualai, Leadership Model: Konsep Dasar, Dimensi Kerja, dan Gaya
Kepemimpinan, Malang: UIN Malang Press, 2009.

14

Anda mungkin juga menyukai