Makalah Bioteknologi Farmasi
Makalah Bioteknologi Farmasi
BIOTEKNOLOGI FARMASI
“Hewan Transgenik”
Disusun Oleh:
Kelompok 11
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya,
sehingga makalah yang berjudul “Hewan Transgenik” ini dapat tersusun hingga selesai.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Aplikasi bioteknologi peternakan dilakukan pada tiga bidang utama, yaitu bioteknologi
reproduksi (inseminasi buatan, transferembrio dan rekayasa genetik), bioteknologi pakan
ternak dan bioteknologi bidang kesehatan hewan. Bioteknologi peternakan dapat digunakan
mempercepat pembangunan peternakan melalui peningkatan daya reproduksi dan mutu
genetikternak, perbaikan kualitas pakan dan kualitas kesehatan ternak. (Sudrajat,2003)
Hewan transgenic merupakan satu alat riset biologi yang potensial dan sangat menarik
karena menjadi model yang unik untuk mengungkap fenomena biologi yang spesifik.
Beberapa hewan transgenic diproduksi untuk mempunyai sifat ekonomis tertentu, misalnya
untuk memproduksi susu yang mengandung protein khusus manusia yang dapat membantu
dalam perawatan penyakit tertentu. Hewan transgenic lainnya diproduksi sebagai model
penyakit (secara genetic hewan dimanipulasi untuk menunjukkan gejala penyakit sehingga
perawatan dapat lebih efektif untuk dipelajari). Hewan transgenic dapat dijadikan andalan
sebagai hewan yang potensial dalam memajukan dunia peternakan. Berawal dari mencit
sampai pengembangan ke ternak-ternak seperti domba, sapi, kelinci dan babi. Produksi sapi
transgenic sangat tergantung pada kualitas embrio satu sel yang akan di injeksi. Bila embrio
diperoleh secara in vivo maka prosedur diawali dengan superovulasi ternak donor (untuk
mendapatkan banyak embrio), koleksi zigot (embrio satu sel), mikro injeksi DNA pada
embrio, kultur embrio sampai fase blastosis, di transfer pada induk resipien dan diperoleh
sapi transgenic (Bondioli et.al., 1991)
Inti somatik yang digunakan berasal dari fibroblast fetus yang di-transfection secara
invitro. Pada metode ini verifikasi gen yang diinginkan dilakukan sebelum gen ditransfer,
dan tahap selanjutnya transfergen pada oosit tanpa inti (telah dienukleasi). Tahap ini
memberi waktu pada kedua gen dari masing-masing inti somatik fibroblast untuk
melakukan fusi. Setelah kedua komponen fusi, fibroblast transgenik dikultur sampai stadium
blastosit dan ditransfer pada ternak resipient yang telah disinkronisasi sebelumnya (Gambar
7).
Pada metode kedua yaitu transfer gen melalui fibroblast fetus. Jika dibandingkan dengan
prosedur mikroinjeksi pada pronukleus, maka metode kedua memberikan hasil yang lebih
maksimal terhadap ekspresi gen yang diinginkan karena screening gen dilakukan sebelum
ditransfer pada oosit yang telah dienukleasi dan memungkinkan dilakukan kloning
sehingga dapat meningkatkan jumlah keturunan transgenik. Pada metode injeksi inti
permasalahan rendahnya teturunan transgenik (sekitar 4 - 5%) belum dapat diatasi karena
indentifikasi dari gen yang terkandung pada keturunan transgenik dilakukan setelah
dihasiikan anak dari ternak resipien, sedangkan pada metode transfer gen melalui inti
somatik sel- sel fibroblastfetus, verifikasi dari gen yang berintegrasi dilakukan sebelum
terjadi fusi sehingga sangat memungkinkan hanya gen-gen yang diinginkan yang akan
mengalami fusi dan berkembang menjadi blastosit. Karena gen-gen yang diinginkan telah
diverifikasi pada tahap awal maka ekspresi gen setelah fusi lebih optimal dan membuka
peluang lain yaitu pembuatan kloning sebelum blastosit ditransfer pada ternak resipien
sehingga baik secara kualitas dan kuantitatif keturunan ternak transgenik lebih meningkat.
2.4 Produk Hewan Transgenik pada Berbagai Bidang
Dua alasan umum mengapa hewan transgenic tetap diproduksi :
a. Beberapa hewan transgenic diproduksi untuk mempunyai sifat ekonomis spesifik.
Contoh, ternak transgenic diciptakan untuk memproduksi susu yang mengandung
protein khusus manusia, dimana mungkin dapat membantu dalam perawatan penyakit
emphysema pada manusia (penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darah).
b. Hewan transgenic lainnya diproduksi sebagai model penyakit (secara genetic hewan
dimanipulasi untuk menunjukkan gejala penyakit sehingga perawatan efektif dapat
dipelajari). Contoh, ilmuwan Harvard membuat terobosan besar secar ilmiah ketika
mereka diterima sebuah paten U.S. untuk keahlian tikus secara genetic, dimana tikus
membawa gen yang mengembangkan variasi kanker manusia. Kemampuan untuk
mengintroduksi gen-gen fungsional ke dalam hewan menjadi alat berharga untuk
memecah proses dan sistem biologi yang kompleks. Transgenik mengatasi kekurangan
praktek pembiakan satwa secara klasik yang membutuhkan waktu lama untuk
modifikasi genetik.
Aplikasi hewan transgenik melingkupi berbagai disiplin ilmu dan area riset diantaranya:
1. Basis genetik penyakit hewan dan manusia, disain dan pengetesan terapinya;
2. Resistensi penyakit pada hewan dan manusia;
3. Terapi gen Hewan transgenik merupakan model untuk pertumbuhan, immunologis,
neurologis, reproduksi dan kelainan darah);
4. Obat-obatan dan pengetesan produk;
5. Pengembangan produk baru melalui “molecular farming” Introduksi gen ke dalam
hewan atau mikroorganisme dapat merubah sifat dari hewan atau organisme tersebut
agar dapat menghasilkan produk tertentu yang diperlukan oleh manusia seperti factor IX
dan hemoglobin manusia.
A. Produksi peternakan
1) Ternak Pemanfaatan teknologi transgenik memungkinkan diperolehnya ternak
dengan karakteristik unggul (Pinkert, 1994; Prather et al, 2003). Petani selalu
menggunakan peternakannya yang selektif untuk menghasilkan hewan yang sesuai
dengan keinginan. Misalnya meningkatkan produksi susu, meningkatkan kecepatan
pertumbuhan. Peternakan tradisional memakan waktu dan sulit memenuhi
permintaan. Ketika teknologi menggunakan biologi molekuler untuk
mengembangkan karakteristik hewan dengan waktu yang singkat dan tepat.
Disamping itu, transenik hewan menyediakan cara yang mudah untuk meningkatkan
hasil.
2) Kualitas produksi Sapi transgenic bisa memproduksi susu yang banyak dan rendah
laktosa dan kolesterol, babi dan unggas menghasilkan daging yang lebih banyak, dan
domba yang memiliki wool yang tebal. Di masa lampau, petani menggunakan
hormone pertumbuhan untuk memacu perkembangan hewan tetapi teknik ini
bermasalah, khususnya sejak residu hormone masih terkandung dalm produk.
3) Resistensi penyakit Ilmuwan mencoba menghasilkan hewan yang resisten terhadap
penyakit, seperti babi yang resisten terhadap influenza, tetapi jumlah gen yang
berperan masih terbatas jumlahnya.
B. Aplikasi Kesehatan
1) Pasien yang meninggal tiap tahun karena butuh pengganti jantung, hati, atau ginjal.
Contoh, sekitar 5000 organ dibutuhkan tiap tahun di UK. Babi transgenic
menyediakan transpalantasi organ yang dibutuhkan untuk meredakan.
Xenotransplantation adalah wadah yang diproduksi oleh protein babi yang dapat
menyebabkan alergi pada penerima donor, tetapi bisa dihindarkan dengan mengganti
protein babi dengan protein manusia.
2) Suplement nutrisi dan Obat-obatan Produk seperti insulin, hormone pertumbuhan,
factor anti penggumpalan darah mungkin terkandung dalam susu sapi, kambing, dan
domba transgenic. Penelitian merupakan cara untuk menghasilkan susu melalui
transgenesis untuk penyembuhan penyakit seperti phenylketonuria (PKU), penyakit
pembengkakan paru-paru yang menurun, dan penyakit kista. Contoh : Pada tahun
1997, sapi transgenic pertama kali, memproduksi yang kaya akan protein 2,4 gr per
liter. Susu sapi transgenic ini lebih bernutrisi daripada susu sapi biasa. Susu ini dapat
diberikan pada bayi atau dan orang dewasa dengan gizi yang dibutuhkan dan mudah
dicerna. Karena mengandung gen alpha-lactalbumin.
3) Terapi Gen Manusia Terapi gen manusia meliputi penambahan copyan gen normal
pada genome orang yang memiliki gen yang tidak normal. Perlakuan tersebut
berpotensi pada 5000 penyakit genetic yang besar dan hewan transgenic. Contoh,
salah satu institute di finladia memproduksi gen anak sapi mampu memacu
pertumbuhan sel darah merah di manusia (Margawati,2009).
C. Aplikasi industry
Pada tahun 2001, 2 ilmuwan di Canada menyambung gen laba-laba ke dalam sel
penghasil susu kambing. Kambing mulai menghasilkan strand seperti serabut sutra saat
pemerahan susu. Dengan mengekstrak polimer strand dari susu dan menenunnya
menjadi benang, kemudian ilmuwan membuatnya menjadi mengkilat, keras, dan
fleksibel dan diaplikasikan pada pembuatan kain, kasa steril, dan string raket tenis.
Hewan transgenic yang sensitive terhadap racun telah diproduksi untuk uji keamanan
kimia. Mikroorganisme telah dirancang untuk meproduksi varietas protein yang dapat
memproduksi enzim untuk mempercepat reaksi kimia pada industri.
D. Kualitas produk transgenic Di masa yang akan datang hewan transgenik akan diproduksi
dengan penyisipan gen pada lokasi yang spesifik dalam genom. Teknik ini telah terbukti
berhasil pada mencit tetapi masih Iintensif diteliti pada hewan-hewan besar.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Hewan transgenic merupakan satu alat riset biologi yang potensial dan sangat menarik
karena menjadi model yang unik untuk mengungkap fenomena biologi yang spesifik.
Aplikasi bioteknologi peternakan dilakukan pada tiga bidang utama, yaitu bioteknologi
reproduksi (inseminasi buatan, transferembrio dan rekayasa genetik), bioteknologi pakan
ternak dan bioteknologi bidang kesehatan hewan. Transfer gen pada hewan dapat
menggunakan beberapa metode, antara lain: menggunakan sperma sebagai media transfer
gen, mikoinjeksi pada pronukleus, dengan menggunakan particle gun (Particle
bombardment, media virus, injeksi pada germinal vesicle, injeksi pada sitoplasma oosit).
DAFTAR PUSTAKA
Bondioli,K.R, Biery, KA., Hill, KG., Jones, KB. and De Mayo, F.G., 1991. Production of
Transgenic Cattle by Pronuklear Injection in "Transgenic Animals. pp. 265 -273.
Bonster, RL. E. P. Sandgren, RD. Palmiter. 1989. No simple solution for making
transgenic mice. Cell. 59 : 239 - 241.
Cibelli, J.B.[et.al] 1998. Cloned Calves Product from Nonquisencent Fetal Fibroblast.
Science 28. 1256 -1258.
Eyestone, W.H., 1999. Production and Breeding of Transgenic Cattle Using in Vitro
Embryo Production Technology. Theriogenology, 51 : 509 - 517.
Gagne. M.B., F. Pother dan M.A. Sirard. 1991. Effect of microinjection in in vitro
matured bovine oocytes on in vitro development of embryos. Biol of
reproduction 44 : 76.
Gagne, M. and Sirard M., 1995. Nuclear Injection of Bovine Oocytes after In Vitro
Maturation. J. Report. Fertil. 4 1 : 211 - 212.
Galli.,C D.J. Powel dan RM. Moor. 1991. Stability of DNA injected in oocyte and
embryos of domestic animal. Proc. Abstr. 6: 24.
Gurdon, JP., 1963. Pronuclear Transplantation in Amphibia and the Importance of Stable
Nuclear Changes in Promoting Cellular Differentiation. J. Biol. Rep. 233: 177 -
182.
Gordon I. 1994. Laboratory Production of cattle embryos. Cab International Walingford
Goto, K., Iwai, N., Takuma, Y. and Nakanishi, Y., 1992. Co Culture of In Vitro Fertilized
Bovine Embryos with Different Cell Monolayers. J. Anim. Sci. 70: 1449 -1453.
Han, Y.M.[et.al] 1996. Factors affecting in vivo viability of DNA injected Bovine
Blastocysts Produced in vitro. Theriogenology. 46 : 764 - 778.