Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu indikator angka kematian yang berhubungan dengan bayi baru

lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

yang memiliki peran penting untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat

karena perubahan tingkat kesehatan dan ksejahteraan penduduk secara umum

dapat tergambar oleh angka ini. Angka kematian bayi didefinisikan sebagai

kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai sebelum bayi berusia

satu tahun. 1

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012, AKB mencapai sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKB mencapai 22 per

1000 kelahiran hidup. Artinya, setiap 1000 bayi yang dilahirkan terdapat 22

diantaranya yang meninggal dunia. Berdasarkan tujuan Millenium Development

Goals (MDGs) 2015, target angka kematian bayi adalah 23 per 1000 kelahiran

hidup. Meskipun mengalami penurunan dari sebelumnya dan telah memenuhi

target, jumlah tersebut masih terbilang cukup tinggi. Pada pelaksanaan program

Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, diharapkan seluruh negara,

termasuk Indonesia dapat mengakhiri kematian bayi. Hal ini sungguh menjadi

tugas seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkannya. 2,3

1
2

Lebih dari 80% kematian bayi terjadi pada masa perinatal dan sekitar 2

sampai 27% disebabkan karena prematur. Menurut WHO (2013), jumlah

persalinan prematur di dunia mencapai 15 juta persalinan setiap tahunnya.

Sedangkan di Indonesia, setiap 1 bayi dari 6 bayi yang dilahirkan, diperkirakan

mengalami prematuritas. Upaya kesehatan ibu dan anak di berbagai fasilitas

pelayanan kesehatan diharapkan mampu menurunkan angka kematian bayi.

Pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan

generasi mendatang yang sehat, cerdas, dan berkualitas. Hal tersebut dilakukan

sejak janin masih di dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan

sampai berusia 18 tahun. 4,5

Kasus kelahiran prematur sekitar 25% terjadi tanpa disertai faktor risiko

yang diketahui. Berbagai macam faktor telah yang dihubungkan dengan

kelahiran bayi prematur yakni usia ibu terlalu tua atau muda, kondisi sosial

ekonomi yang rendah, keadaan patologis selama kehamilan, status gizi, stress,

merokok, dan mengonsumsi obat atau alkohol. Faktor lainnya yang juga

berpengaruh terhadap kelahiran bayi prematur yaitu jarak kelahiran,

komplikasi-komplikasi sebelumnya, perawatan sebelum dan sesudah kelahiran,

penyakit yang diderita ibu selama kehamilan (hipertensi, diabetes, anemia),

infeksi yang meluas, infeksi lokal dari sistem urin dan genital, serta

ketidakmampuan serviks. Selain dari faktor ibu, terdapat juga faktor dari

janinnya, yaitu seperti kelainan kongenital, kehamilan ganda, hidramnion,

ketuban pecah dini.5


3

Status gizi ibu hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan janin. Ibu hamil yang memiliki status gizi yang kurang atau

berlebih akan meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur. Sehingga,

pemantauan gizi ibu selama kehamilannya menjadi hal yang sangat penting dan

perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan. Dua puluh delapan persen kehamilan

dari seluruh kehamilan merupakan wanita hamil dengan obesitas. Keadaan ini

menunjukkan suatu kondisi yang sangat serius mengingat komplikasi yang

ditimbulkannya, baik terhadap ibu, janin, maupun neonatus, seperti

meningkatnya risiko hipertensi pada kehamilan, gangguan pada janin, hingga

risiko kelahiran prematur. Potensial dari komplikasi tersebut, secara ekonomi

akan membutuhkan biaya yang lebih banyak pada kehidupan selanjutnya. Di

Indonesia, prevalensi obesitas tahun 2013 pada penduduk usia di atas 18 tahun

sebesar 15,4 persen. 1,6

Hasil rekap data kelahiran hidup di D.I. Yogyakarta tahun 2014

menunjukkan jumlah bayi lahir menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan

sebanyak 23.282 bayi. Dari data tersebut, AKB di D.I. Yogyakarta mencapai 5

per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan rekap data jumlah perkiraan ibu hamil

dengan komplikasi sebanyak 3.158 dari 15.789 dan perkiraan komplikasi

neonatal sebanyak 2.161 yang salah satu penyebab terbesar komplikasi tersebut

adalah prematur. 1

Beberapa tahun terakhir, AKB di Kabupaten Bantul cenderung bersifat

fluktuatif. Tahun 2014, capaian AKB sebesar 8,75 per 1000 kelahiran hidup.

Data spesifik menunjukkan bahwa sebesar 30 dari 117 kasus kematian bayi
4

tahun 2014 disebabkan oleh berat badan lahir rendah. Angka capaian ini

mengalami peningkatan per tahun sejak tahun 2012. Penyebab kematian bayi

paling besar adalah adanya komplikasi yang terjadi pada ibu selama kehamilan

akibat gaya hidup sebelum kehamilan yang kurang diperhatikan sehingga bayi

yang dilahirkan mengalami berat badan lahir rendah yang sering dikaitkan

dengan prematuritas. 7

Hasil studi pendahuluan di RSUD Panembahan Senopati Bantul

menunjukkan bahwa pada tahun 2014-2015 terdapat sekitar 30% ibu bersalin

sebelum usia kehamilan 37 minggu. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

meninjau lebih lanjut salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian prematur.

Hal ini ditinjau dari faktor ibu, yaitu status gizi ibu yang berlebih pada awal

kehamilan. Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul “Overweight pada

Awal Kehamilan sebagai Faktor Risiko Kelahiran Prematur”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah overweight pada awal kehamilan meningkatkan risiko

terjadinya kelahiran prematur?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan status gizi ibu kategori overweight yang dinilai dari

indeks massa tubuh awal kehamilan dengan kejadian kelahiran prematur.


5

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui proporsi ibu hamil overweight pada ibu yang melahirkan

bayi prematur.

b. Mengetahui proporsi ibu hamil overweight pada ibu yang melahirkan

bayi tidak prematur.

c. Mengetahui Odds Ratio (OR) overweight pada ibu hamil untuk

kelahiran prematur.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya bukti empiris tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kelahiran prematur.

b. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan pada khususnya dan

mahasiswa kesehatan maupun tenaga kesehatan pada umumnya tentang

pencegahan terjadinya kelahiran prematur.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi masukan bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan pelaksana

dalam tindakan skrinning untuk mencegah kelahiran prematur.

b. Menjadi kewaspadaan bagi ibu hamil ketika indeks massa tubuhnya

termasuk dalam kategori overweight.

E. Keaslian Penelitian

1. Priharti, H. D., Djoko Sugiarto, dan Rochman Basuki (2014) dalam karya

tulis ilmiah yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian

Prematur pada Kelahiran di RSUD Kota Semarang”. Penelitiannya


6

merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling

dengan sampel sebanyak 45 bayi prematur yang lahir di RSUD Kota

Semarang tahun 2013. Instrumen yang digunakan adalah data sekunder

yaitu rekam medik bayi. Uji statistik yang digunakan adalah chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak kehamilan mempunyai

hubungan yang signifikan dengan kejadian prematur. Perbedaan pokok

penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian tersebut adalah subjek,

metode, waktu dan tempat penelitian. Peneliti terdahulu memberikan saran

pada peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode penelitian yang lebih

tepat dan menambahkan variabel lain yang mungkin menjadi faktor

maternal maupun janin.

2. Sari, Anggrita., Syahriani Nor, Desi (2013) dalam karya tulis ilmiah yang

berjudul “Hubungan Indeks Massa Tubuh Awal Kehamilan dengan Berat

Badan Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Jingah”. Penelitiannya

merupakan penelitian analitik dengan rancangan retrospective study. Desain

yang digunakan pada penelitian ini adalah case-control. Sampel yang

digunakan dalam penelitian sebanyak 72 yang terdiri dari 24 kelompok

kasus (BBLR) dan 48 kelompok kontrol (tidak BBLR). Uji statistik yang

digunakan adalah chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan antara indeks massa tubuh dengan berat badan lahir di wilayah

kerja Puskesmas Jingah. Perbedaan pokok penelitian yang penulis lakukan

dengan penelitian tersebut adalah metode, waktu, dan tempat penelitian.


7

3. Nisryna (2014) dalam karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Antara

Kenaikan Berat Badan selama Kehamilan dengan Berat Bayi Lahir pada Ibu

yang Gemuk”. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitik

observasional menggunakan desain retrospective cohort. Sampel yang

digunakan dalam penelitian sebanyak 133 rekam medis ibu selama enam

bulan yang memiliki status gizi berlebih. Uji statistik yang digunakan adalah

Pearson Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi positif

antara kenaikan berat badan selama hamil dan berat badan bayi lahir pada

ibu yang gemuk. Perbedaan pokok penelitian penulis lakukan dengan

penelitian tersebut adalah variabel, waktu, dan tempat penelitian.

4. Al-Obaidly, S., Parrish, J., Murphy, K.E., dan Maxwell C. (2014) dalam

jurnal penelitian yang berjudul “Maternal Pre-Gravid Body Mass Index and

Obstetric Outcomes in Twin Gestasions”. Penelitian ini dilakukan di

Kanada menggunakan desain retrospective cohort study pada tahun 2007-

2011. Sampel yang digunakan adalah rekam medis elektronik ibu yang

melahirkan bayi kembar sebanyak 504 ibu dengan empat kategori indeks

massa tubuh saat trimester pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ibu yang memiliki nilai BMI tinggi berisiko 2-2,35 kali lipat bersalin very

preterm daripada ibu yang memiliki nilai BMI normal pada saat sebelum

hingga kehamilan trimester pertama. Terdapat perbedaan pokok antara

penelitian ini dan penelitian yang penulis lakukan yaitu waktu, dan tempat

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai