Anda di halaman 1dari 21

1.

TRAUMA THORAKS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Kegawadaruratan

Pembimbing : Ns. Lestari Eko Darwati S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
1. Ardhia (SK 115.)
2. Elva (SK 115.)
3. Riska (SK 113. )
4. Widi (SK 115. )
5. iriana (SK 117.018)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN KENDAL


2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.Dalam makalah ini, kami membahas mengenai “TRAUMA
THORAK”.Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai
konsep dasar trauma thorak.
Seorang perawat profesional harus mengerti, memahami dan dapat
menerapkan dengan baik konsep pneumonia yang kemudian dipakai sebagai dasar
dalam pemberian asuhan keperawatan.Seorang perawat dikatakan profesional
apabila dalam memberikan asuhan keperawatan berdasarkkan teori dan konsep
keperawatan.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas KGD. Dalam proses
penyusunan makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi,
dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam kami kepada yang terhormat :
1. Ns. Lestari Eko Darwati S.Kep., M.Kep
2. Teman-teman seangkatan
Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan maka dari itu makalah tentunya jauh dari kata sempurna.Kami juga
sangat mengaharapkan kritikan dan saran dari para pembaca sehingga kami dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Kemdal, 27 Desember 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
PENDAHULUAN :
A.Latar Belakang
.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah
...........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan
.............................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA:
• Definisi ...........................................................................................................6
• Etiologi ...........................................................................................................6
• Patofisiologi ....................................................................................................6
• Tanda dan
Gejala...............................................................................................8
• Macam-macam…..............................................................................................9
• Pathway
..........................................................................................................10
• Penatalaksanaan
..............................................................................................10
• Pengkajian
......................................................................................................12
• DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................24

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma thoraks semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi
dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.Diamerika serikat didapatkan 180.000
kematian pertahun karena trauma. 25% diantaranya karena trauma thora tak
langsung atau penyerta.
Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara didalam kavum/rongga
pleura.Tekanan dirongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat
mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada
rongga pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2
s/d 4cm H2O.
Kerusakan pada pleura parietal dan atau pleura viseral dapat
menyebabkan udara keluar masuk kedalam rongga pleur, sehingga paru akan
kolaps. Paling sering terjadi spontan tanpa ada riwayat trauma; dapat pila
sebagai akibat trauma toraks dan karena berbagai prosedur diagnostik maupun
terapeutik.
Dahulu pneumotoraks dipakai sebagai modalitas terapin pada TB paru
sebelum ditemukannya obat anti tuberkulosis dan tindakan bedah dan dikenal
sebagai pneumotoraks artifisial. Kemajuan teknik maupun peralatan
kedokteran ternyata juga mempunyai peranan dalam meningkatkan kasus-
kasus pneumotoraks antara lain prosedur diagnostik seperti biopsi
pleura,TTB,TBLB;dan juga beberapa tindakan terapeutik seperti
misalnya fungsi pleura, ventilasi mekanik,IPPB,CVP dapat pula menjadi sebab
terjadinya pneumotoraks (pneumotoraks iatrogrnik).

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi trauma thoraks ?


2. Apa penyebab terjadinya trauma thoraks ?
3. Bagaimana patofisiologi dari trauma thoraks ?
4. Apa saja tanda dan gejala dari trauma thoraks ?
5. Bagaimana pathwayn trauma thoraks ?
6. Bagaimana pengkajian kepada pasien penderita trauma thoraks ?
7. Bagaimana penatalaksanaan penanganan trauma thoraks ?
8. Bagaimana diagnosa dan intervensi trauma thoraks ?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi trauma thoraks


2. Untuk mengetahui penyebab trauma thoraks
3. Untuk mengetahui patofisiologi trauma thoraks
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada pasien penderita trauma thoraks
5. Untuk mengetahui pathway trauma thoraks
6. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien penderita trauma thoraks
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan penanganan trauma thoraks
8. Untuk mengetahui diagnosa dan intervensi trauma thoraks

BAB II
TANJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologi atau
emosional.(Dorland:2008)
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat.(Booker:2007)
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja.(Smetltzer:2006)
Didalam thorax terdapat dua organ yanga sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung.Paru-paru sebagai alat pernapasan
dan jantung sebagai alat pemompa darah.Jika terjadi benturan atau trauma
pada dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan
kerusakan.
B. Etiologi
Adapun penyebab dari trauma thorax, yaitu :
• Tamponade jantung
Disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah
jantung.
• Hematotoraks
Disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau
spontan.
• Pneumothoraks
Spontan (bula yang pecah) , trauma (penyedotan luka rongga dada),
iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan
tekanan positif).

C. Patofisiologi

Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman


kehidupan.Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi
kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru
untuk pertukaran udara dan oksigen darah.Bahaya utama berhubungan
dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan
terhadap organ.

Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma


thorax. Hipoksia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya
pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan
darah ), pulmonary ventilation( contoh kontusio, hematoma, kolaps
alveolus ) dan perubahan dalam tekanan intra tthorax ( contoh : tension
pneumothorax, pneumothorax terbuka ). Hiperkarbia lebih sering
disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan
intra thorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik
disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).
Fraktur iga, merupakan komponen dari dinding thorax yang paling
sering mengalami trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, nyeri
pada pergerakan akibat terbidainya iga terhadap dinding thorax secara
keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi.Batuk yang tidak efektif
intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan
pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit
paru – paru.Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada ruang
potensial antara pleura viseral dan parietal.Dislokasi fraktur vertebra
torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks.Laserasi
paru merupakan penyebab tersering dari pneumotoraks akibat trauma
tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru
yang pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya
tegangan permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di
dalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru.
Gangguan ventilasi perfusi terjadi karena darah menuju paru yang
kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi.Ketika
pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan
pada perkusi hipesonor.Foto toraks pada saat ekspirasi membantu
menegakkan diagnosis.Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah
dengan pemasangan chest tube pada sela iga ke 4 atau ke 5, anterior
dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi
atau aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada
dipasang dan dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap,
dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali
paru-paru.
Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh
diberikan pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada
penderita yang mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif
yang tidak terduga sebelumnya, sampai dipasang chest tube
Hemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru
atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria
internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma
tumpul.Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan
terjadinya hemotoraks.

D. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax, yaitu :
1) Temponade jantung
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung
b. Gelisah
c. Pucat, keringan dingin
d. Peninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
e. Pekak jantung melebar
f. Bunyi jantung melemah
g. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
h. ECG terdapat low Voltage seluruh lead
i. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)

2) Hematothorax
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
3) Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara
napas yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff:2006)

E. Macam-macam Trauma Thorak


a. Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma
tembus dan trauma tumpul.
b. Trauma tembus (tajam).
c. Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat
penyebab trauma
d. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
e. Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi
f. Trauma tumpul
g. Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.
h. Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau
blast injuries.
i. Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru.
j. Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi

F. Pathway
G. Penatalaksanaan
1. Darurat
a. Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar yang mungkin
melihat kejadian. Yang ditanyakan :

 Waktu kejadian

 Tempat kejadian

 Jenis senjata

 Arah masuk keluar perlukaan

 Bagaimana keadaan penderita selama dalam trasportasi


b. Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalo perlu
seluruhnya:

 Inspeksi :
a. Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan
luka masuk dan keluar
b. Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi
c. Akhir dari ekspirasi

 Palpasi :
a. Diraba ada/tidak krepitasi
b. Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral
c. Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan

 Perkusi
a. Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor
b. Adanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis
lurus atau garis miring

 Auskultasi :

 Bising napas kanan dan kiri dibandingkan

 Bising napas melemah atau tidak

 Bising napas hilang atau tidak

 Batas antara bising napas melemah atau menghilang dangan


normal

 Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada

 Pemeriksaan tekanan darah

 Kalau perlu segera pasang infus kalau perlu yang besar

 Pemeriksaan kesadaran

 Pemeriksaan sirkulasi perifer

 Kalau keadaan gaawat pungsi

 Kalau perlu intubasi napas buatan

 Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung

 Kalau perlu toraktomi massage jantung internal

 Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologi (Foto


thorax AP, kalau keadaan memungkinkan)
2. Terapi
a. Chest tube/drainase udara (pneumothorax)
b. WSD (Hematothorax)
c. Pungsi
d. Toraktomi
e. Pemberian oksigen

H. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
4. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam
dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan
menyebar ke leher,bahudanabdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit,
perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.
6. Pernapasan : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit
paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ;
pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan
kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada
hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat,
krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan
ventilasi mekanik tekanan positif.
7. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
8 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat faktor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy
paru.

I. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernapasan :
1. Sesak napas
2. Nyeri, batuk-batuk
3. Terdapat retraksi klavikula/dada
4. Pengambangan paru tidak simetris
5. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
6. Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks
(redup)
7. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang
8. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
9. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
10. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
b. Sistem Kardiovaskuler :
1 Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
2 Takhikardia, lemah
3 Pucat, Hb turun /normal
4 Hipotensi
c. Sistem Persyarafan :
1 Tidak ada kelainan
d. Sistem Perkemihan :
1 Tidak ada kelainan
e. Sistem Pencernaan :
1 Tidak ada kelainan
f. Sistem Muskuloskeletal – Integumen
1 Kemampuan sendi terbatas
2 Ada luka bekas tusukan benda tajam
3 Terdapat kelemahan
4 Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
g. Sistem Endokrine :
1 Terjadi peningkatan metabolisme
2 Kelemahan.
h. Sistem Sosial / Interaksi
1 Tidak ada hambatan.
i. Spiritual :
1 Ansietas, gelisah, bingung, pingsan

II. DIAGN
OSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri.

3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


penurunan masukan.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya masukan makanan dan cairan.

5. Ansietas atau ketakutan berhubungan dengan penyakit yang dideritanya.

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekpirasi paru.

III. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1 Nyeri berhubungan Setelah diberikan 1). Beri posisi yang 1). Untuk menurunkan
dengan adanya asuhan nyaman dan ketegangan otot
trauma. keperawatan menyenangkan
2). Membantu menentukan
selama 2x24 jam, pasien
pilihan intervensi dan
diharapkan nyeri
2). Kaji adanya memberikan dasar
pasien berkurang
penyebab nyeri, untuk perbandingan
dengan kriteria
seberapa kuatnya evaluasi terhadap
hasil :
nyeri, minta therapy.
1. Skala (0-2) pasien untuk
3). Untuk mengidentifikasi
menetapkan pada
2. Wajah klien adanya nyeri.
skala nyeri
tampak rileks
4). Untuk mengurangi
3). Observasi tanda-
3.TTV dalam batas energi yang berlebihan.
tanda vital
normal
5). Untuk meningkatkan
efektivitas pengobatan
4). Anjurkan istirahat
yang cukup

5). Kolaborasi dengan


dokter tentang
pemberian
analgesik :

2 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan 1). Bantu klien dalam 1). Kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan asuhan memenuhi terpenuhi seperti pada
adanya nyeri. keperawatan kebutuhan sehari- saat sebelum trauma.
selama 2x24 jam, hari yang tidak
diharapkan mampu dilakukan
intoleransi akvitas sendiri. Misalnya
dapat teratasi Mandi,
dengan kriteria berpakaian,
hasil : merapikan diri.
2). Membantu menentukan
1. Klien menunjukan2). Kaji adanya
pilihan intervensi dan
usaha untuk penyebab nyeri,
memberikan dasar
melakukan seberapa kuatnya
untuk perbandingan dan
perawatan diri nyeri, minta
evaluasi terhadap
secara bertahap. pasien untuk
therapy.
menetapkan pada
2. Klien mampu
skala nyeri
melakukan
perawatan diri 3). Mencegah risiko cedera
secara bertahap.
3). Pasang 4). Mengurangi penggunaan
3. Klien dapat pagar/pengaman energi berlebihan dan
memenuhi tempat tidur. metabolisme tubuh,
kebutuhan sehingga dapat
4). Anjurkan Pasien
dasarnya secara menambah kelemahan.
untuk istirahat
mandiri.
yang cukup. 5). Mengurangi ketegangan
4. Klien tidak lemah otot/kelelahan, dapat
lagi. membantu mengurangi
nyeri, spasme otot,
spastisitas/kejang
5). Anjurkan pasien
untuk untuk 6). Untuk meningkatkan
menggunakan efektivitas pengobatan.
teknik relaksasi.

6). Kolaborasi dengan


dokter untuk
pemberian vitamin
neurobion 1
amp/hari

3 Resiko Setelah diberikan 1). Anjurkan klien 1). Untuk mencegah badan
perubahan nutrisi asuhan makan porsi kecil agar tidak lemah
kurang dari keperawatan tapi sering
2). Untuk mengetahui
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam,
2). Kaji tanda-tanda tingkat nutrisi pasien
berhubungan dengan diharapkan
kurang nutrisi
penurunan masukan. kebutuhan nutrisi
(turgor kulit,
dapat terpenuhi
dengan kriteria kelopak mata, 3). Untuk mengetahui pola
hasil : mukosa mulut) makan pasien

1. Klien 3). Kaji pola makan 4). Dengan nutrisi yang


mengatakan pasien cukup, dapat
sudah ada nafsu mempercepat
makan, turgor penyembuhan pasien.
kulit elastis 4). Jelaskan pasien
tentang
2. Klien mampu
pentingnya 5). Perubahan fungsi
menghabiskan 1
penemuan nutrisi lambung sering terjadi
porsi makanan,
untuk sebagai akibat dari
mukosa mulut
penyembuhan paralisis atau mobilisasi
lembab, kelopak
pasien
mata merah
5). Auskultasi bising
6). Untuk meringankan
usus, evaluasi
penyakit yang diderita
adanya distensi
pasien.
abdomen

6). Kolaborasi dengan


tim medis tentang
pemberian nutrisi
parentral.

4 Resiko tinggi Setelah diberikan 1). Kaji turgor kulit, 1). Indikator langsung
kekurangan volume asuhan kelembaban keadekuatan volume
cairan tubuh keperawatan membran mukosa cairan, meskipun
berhubungan dengan selama 3x24 jam, (bibir, lidah). membran mukosa mulut
tidak adekuatnya diharapkan mungkin kering karena
masukan makanan kebutuhan cairan nafas mulut dan oksigen
dan cairan. tubuh pasien tambahan.
terpenuhi dengan
2). Peningkatan
kriteria hasil :
suhu/memanjangnya
1. Klien demam, meningkatkan
mengatakan lajunya metabolisme
2). Kaji perubahan
sudah mampu dan kehilangan cairan
TTV, contoh :
menghabiskan air melalui evaporasi,
peningkatan
minum 1 botol VIT tekanan darah dan
suhu/demam
besar. ortostatik berubah dan
memanjang,
peningkatan takikardi
2. Berat badan takikardi, menunjukan kekurangan
pasien delam hipotensi cairan sistemik.
batas normal. ortostatik.
3). Adanya gejala ini
3.Klien menurunkan masukan
mengatakan oral.
mulut saya tidak
4). Memberikan informasi
kering lagi.
tentang keadekuatan
4.Turgor kulit volume cairan dan
pasien elastis, kebutuhan pengganti
mukasa mulut 3). Catat laporan
lembab. mual/muntah

4). Pantau masukan


dan haluaran,
5). Untuk pemenuhan
catat warna,
kebutuhan cairan
karakter urine,
tambahan dan
hitung
menurunkan risiko
keseimbangan
dehidrasi.
cairan waspadai
kehilangan yang
tak tampak, ukur
berat sesuai
indikasi.

5). Kolaborasi dengan


dokter tentang
pemberian cairan
infus.
5 Ansietas atau Setelah diberikan 1). Libatkan dalam 1). Belajar metode
ketakutan asuhan program peningkatan diri dapat
berhubungan dengan keperawatan pengembangan meningkatkan harga diri.
penyakit yang selama 2x24 jam, pribadi, lebih Umpan balik dari orang
dideritanya. diharapkan pasien disukai dalam lain meningkatkanharga
tidak mengalami susunan diri.
kecemasan, kelompok. Berikan
dengan kriteria informasi tentang
hasil : penerapan yang
tepat dalam
1. Klien tampak 2). Interaksi di antara orang-
berpakaian.
tenang orang membantu pasien
2). Gunakan untuk menemukan
2. Klien tidak cemas
pendekatan perasaan dari dalam diri
lagi
psikotherapy sendiri
interpersonal,
daripada therapy
penafsiran
3). Kurang kontrol
umum/masalah dasar
pasien ini dapat disertai
dengan gangguan emosi
lebih serius
3). Kaji perasaan tak
berdaya/ tidak ada4). Cemas/panik terus
harapan. menerus tentang
peningkatan berat
badan. Depresi,
4). Waspadai ide perasaan tak berdaya
bunuh diri dapat menimbulkan
usaha bunuh diri.

5). Peting untuk mengetahui


bahwa marah adalah
bagian diri dan padat
diterima.

5). Dorong pasien


untuk
mengekspresikan
marah dan
mengakui bila
dinyatakan.

6 Pola nafas tidak Setelah diberikan 1). Awasi kecepatan/ 1). Pernafasan mengorok
efektif asuhan kedalam atau pengaruh anestesi
berhubungan dengan keperawatan pernafasan. menurunkan ventilasi.
penurunan ekpirasi selama 3x24 jam, Ausklutasi bunyi Potensial atelektasis
paru. diharapkan pola nafas, selidiki dapat mengakibatkan
nafas pasien adanya sianosis. hipoksia.
efektif dengan
2). Mendorong
kriteria hasil :
pengembangan
1. Pasien tidak diafragma/ ekspansi
sesak 2). Tinggikan kepala paru optimal dan
tempat tidur 30 meminimalkan tekanan
2.TTV dalam batas
derajat isi abdomen pada
normal
rongga torak.

3). Mengetahui
perkembangan klien.

4). Mengetahui tingkat


keparahan dan tindakan
3). Observasi TTV
selanjutnya.
4). Kaji penumpukan 5). Kerjasama untuk
sekret. menghilangkan
penumpukan sekret .

5). Kolaborasi dengan


tim medis untuk
pembersihan
sekret.

IV. Implementasi

Implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi atau rencana yang telah


direncanakan.

V. Evaluasi

a. Dx1 :
1. Skala nyeri (0-2)
2. Wajah pasien tampak rileks
3. TTV dalam batas normal

b. Dx 2 :
1. Klien menunjukan usaha untuk melakukan perawatan diri secara bertahap.
2. Klien mampu melakukan perawatan diri secara bertahap.
3. Klien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri.
4. Klien tidak lemah lagi.

c. Dx 3 :
1. Klien mengatakan sudah ada nafsu makan, turgor kulit elastis
2. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan, mukosa mulut lembab, kelopak mata
merah

d. Dx 4 :

1. Klien mengatakan sudah mampu menghabiskan air minum 1 botol VIT besar.

2. Berat badan pasien delam batas normal.


3. Klien mengatakan mulut saya tidak kering lagi.

4. Turgor kulit pasien elastis, mukasa mulut lembab.

e. Dx 5 :
1. Klien tampak tenang
2. Klien tidak cemas lagi

f. Dx 6 :
1. Pasien tidak sesak
2. TTV dalam batas normal

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2007. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.

Dorland, W. A. Newman. 2008. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC.

FKUI.2005. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah.Jakarta : Binarupa Aksara.

Price,Sylvia Anderson. 2008.Patofisiologi.Jakarta :EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2006. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth,

Edisi.8Vol.3.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai