ABSTRAK
PEDAHULUAN
Berada di kawasan Cincin Api Pasifik, Indonesia menjadi tempat bagi 127
gunung api aktif dan peristiwa gempa bumi besar setiap tahunnya. Gunung Anak
Krakatau yang terletak di Selat Sunda, salah satu di antara gunung api tersebut,
merupakan gunung api yang muncul pada tahun 1927 setelah letusan Gunung
Krakatau pada 1883. Letusan gunung ini merupakan salah satu yang mematikan
sepanjang sejarah, menyebabkan megatsunami, dan gelombang awan panas,
menewaskan lebih 30.000 jiwa, serta membuat kawasan sekitar letusan gunung
tertutup abu vulkanik dan menghancurkan pesisir Banten dan Lampung. Pada
tahun 2018 terjadi letusan Gunung Anak Krakatau yang menyebabkan longsoran
jatuh kelaut sehingga menimbulkan tsunami yang menerjang wilayah Lambung
dan Banten. Dalam artikel ini akan membahas peristiwa tersebut.
PEMBAHASAN
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan “tsu”
berarti lautan, “nami” berarti gelombang ombak. Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut
akibat gempa bumi (BNPB No.8 Tahun 2011).
"Apakah gempa tektonik, pasang purnama, letusan Anak [Gunung] Krakatau atau
bahkan tumbukan meteor di tempat tertentu," kata Mirzam, seperti dikutip
dari itb.ac.id.
Menurut dia, aktivitas Anak Gunung Krakatau terus menggeliat akhir-akhir ini
lebih dari 400 letusan kecil terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Letusan besar
terjadi pukul 18.00 WIB dan terus berlanjut hingga pagi ini dan terdengar hingga
Pulau Sebesi yang berjarak lebih dari 10 km arah timur laut seperti dilaporkan tim
patroli.
"Suatu gunung yang terletak di tengah laut seperti halnya Anak Krakatau atau yang
berada di pinggir pantai, sewaktu-waktu sangat berpotensi
menghasilkan Volcanogenic Tsunami," katanya.
Dia melanjutkan mekanisme satu dan dua pernah terjadi pada letusan Krakatau,
tepatnya 26-27 Agustus 1883 dan tsunami tipe ini seperti tsunami pada umumnya
didahului oleh turunnya muka laut sebelum gelombang tsunami yang tinggi masuk
ke daratan.
Yang ketiga ialah longsor dan material gunung api yang longsor bisa menyebabkan
memicu perubahan volume air di sekitarnya.
Menurut Mirzam, tsunami tipe ini pernah terjadi di Mt Unzen Jepang 1972,
banyaknya korban jiwa saat itu hingga mencapai 15.000 jiwa disebabkan karena
pada saat yang bersamaan sedang terjadi gelombang pasang.
Yang terakhir, kata Mirzam, adalah aliran piroklastik atau orang terkadang
menyebutnya wedus gembel yang turun menuruni lereng dengan kecepatan tinggi
saat letusan terjadi, bisa mendorong muka air jika gunung tersebut berada di atau
dekat pantai.
"Tsunami tipe ini pernah terjadi saat Mt Pelee, Martinique meletus pada 8 Mei
1902. Saat aliran piroklastik Mt Pelle yang meluncur dan menuruni lereng akhirnya
sampai ke Teluk Naples, mendorong muka laut dan menghasilkan tsunami,"
katanya.
Dia menambahkan volcanogenic tsunami akibat longsor atau pun aliran piroklastik
umumnya akan menghasilkan tinggi gelombang yang lebih kecil dibandingkan dua
penyebab sebelumnya.
Namun bisa sangat merusak dan berbahaya karena tidak didahului oleh surutnya
muka air laut, seperti yang terjadi di Selat Sunda tadi malam.
Dia menuturkan diperlukan penelitian lebih lanjut buat memastikan penyebab
utama Tsunami di Selat Sunda.
PENUTUP
Tsunami merupakan peristiwa datangnya gelombang besar dari laut menuju darat
yang disebabkan oleh berbagai factor sperti gempa bawah laut dan longsoran
gunung berapi di tengah laut. Dalam kasus tsunami Selat Sunda, perisiwa ini
diduga disebabkan oleh letusan Gunung Anak Krakatau yang mengakibatkan
longsoran yang besar menuju laut sehingga memicu gelombang tsunami. Peristiwa
ini tidak bias dicegah namun dapat di antisipasi dengan memasang sistem
peringatan dini yang mumpuni sehingga dapat mengantispasi jatuhnya korban jiwa.
DAFTAR RUJUKAN
https://fitb.itb.ac.id/2018/12/26/empat-kemungkinan-terjadinya-tsunami-di-selat-
sunda-menurut-volkanolog-itb/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41377/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
https://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami_Selat_Sunda_2018